PENDAHULUAN
A. Latar Balakang
Setiap kegiatan Ibadah umat Islam pasti melakukan membersihkan (thaharah) terlebih
dahulu mulai dari Wudhu, Mandi ataupun tayyamum dan tak banyak umat Islam sendiri
belum mengerti ataupun udah mengerti tapi dalam praktiknya menemui sebuah masalah
ataupunkeraguan atas hal yang menimpanya. Disini kami ingin membahas serta
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
BAB II
PEMBAHASAN
Dari Humran bekas budak Utsman, bahwa bin Affan r.a. meminta air wudhu'. (Setelah
tiga kali, lalu membasuh tangan kanannya sampai siku tiga kali, kemudian membasuh
tangannya yang kiri tiga kali seperti itu juga, kemudian mengusap kepalanya lalu membasuh
kakinya yang kanan sampai kedua mata kakinya tiga kali kemudian membasuh yang kiri
seperti itu juga. Kemudian mengatakan, "Saya melihat Rasulullah saw. (biasa) berwudhu'
seperti wudhu'ku ini lalu Rasulullah bersabda, "Barang siapa berwudhu' seperti wudhu'ku ini
kemudian berdiri dan ruku' dua kali dengan sikap tulus ikhlas, niscaya diampuni dosa-
dosanya yang telah lalu." Ibnu Syihab berkata, "Adalah ulama-ulama kita menegaskan, ini
adalah cara wudhu' yang paling sempurna yang (seyogyanya) dipraktikkan setiap orang untuk
shalat."
1. Niat, berdasar sabda Nabi saw., "Sesungguhnya segala amal hanyalah bergantung pada
niatnya." (Muttafaqun 'alaih: Fathul Bari, I:9 no:1, Muslim III:1515 no:1907, Aunul
Ma'bud VI:284 no:2186, Tirmidzi III: 100 no:169, Ibnu Majah II:1413 no:4227, Nasa'i
I:59). Tidak pernah disyariatkan melafadzkan niat karena tidak ada dalil yang shahih dari
2. Mengucapkan basmalah, karena ada hadits Nabi saw., " Tidak sah shalat bagi orang yang
tidak berwudhu' (sebelumnya) dan tidak sah wudhu' bagi orang yang tidak menyebut,
Bismillah" (sebelumnya)." (Hadits hasan: Shahihu Ibnu Majah no: 320 'Aunul Ma'bud
2
3. (Di samping itu, ada dua riwayat lain yang menerangkan bahwa Rasulullah saw.
Lihat Nasai'i, kitab thaharah no: 61 bab : mengucapkan basmallah ketika akan
4. Muwalah (Berturut-turut) tidak diselingi oleh pekerjaan lain, berdasarkan hadits Khalid
bin Ma'dan, "Bahwa Nabi saw. pernah melihat seorang laki-laki tengah mengerjakan
shalat, sedang di punggung kakinya dan sebesar uang dirham yang tidak tersentuh air
wudhu', maka Nabi saw. menyuruhnya agar mengualngi wudhu' dan shalatnya." (Shahih:
Shahih Abu Daud no: 161 dan 'Aunul Ma'bud I: 296 no:173).
2. kedua tangan sampai kedua siku-siku. (Dalam Al Umm I:25 Syafil menegaskan
ada bagian darinya yang tertinggal walaupun kecil sekali, maka dianggap tidak sah
3. Mengusap seluruh kepala, dan kedua telinga termasuk bagian dari kepala.
4. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT, "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat,
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan usaplah kepalamu dan
Adapun berkumur-kumur dan istinsyaq (memasukkan air ke dalam hidung) termasuk bagian
dari muka sehingga wajib dilakukan karena Allah Ta’ala telah memerintahkan di dalam
kitab-Nya yang mulia membasuh muka. Di samping itu, telah sah dari Nabi saw., beliau terus
3
Sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh seluruh sahabatnya yang meriwayatkan dan
menerangkan tata cara wudhu’ Nabi saw., sehingga secara keseluruhan itu menunjukkan
Lagi pula ada sabda Nabi saw. yang memerintah berikumur-kumur dan istinsyaq
masukkanlah air ke dalam hidungnya, lalu keluarkanlah!” (Shahih : Shahihul Jami’us Shaghir
Dan sabda beliau saw. yang lain, ”Bersungguh-sungguhlah dalam melakukan istinsyaq,
kecuali sedang berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:129 dan 131, Aunul Ma’bud I:236
Dalam hadits yang lain, beliau saw. bersabda juga, ”Apabila kamu berwudhu’, maka
Adapun tentang wajibnya mengusap seluruh kepala, yaitu karena perintah mengusap
dikembalikan kepada sunnah Nabi saw.. Sudah tegas dalam riwayat Bukhari, Muslim dan
selain keduanya bahwa Nabi saw. mengusap seluruh kepalanya. Dan dalam hal ini terdapat
dalil yang tegas yang menunjukkan wajibnya mengusap seluruh kepala secara sempurna.
Jika ada yang berpendapat, bahwa ada riwayat yang shahih dari al-Mughirah, bahwa
karena beliau menyempurnakan dengan mengusap sisa kepalanya di atas surbannya. Dan,
penulis berpendapat demikian dan di dalam riwayat al-Mughirah tersebut tidak terdapat
syarat yang menunjukkan bolehnya mengusap hanya di atas ubun-ubun saja atau sebagian
4
kepala saja tanpa menyempurnakan di atas surbannya. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir II:24 dengan
sedikit perubahan redaksi).Walhasil, wajib mengusap seluruh kepala. Pengusap kepala jika
mau boleh, mengusap di atas kepala saja atau di atas surban saja atau di atas kepala dan
dilanjutkan di atas surban, ketiga cara tersebut shahih dan kuat (pernah dilakukan oleh Nabi
saw.)
Adapun perihal dua telinga termasuk bagian dari kepala sehingga wajib pula diusap
berdasarkan pada sabda Nabi saw., ”Dua telinga itu termasuk kepala.” (Shahih: Shahih Ibnu
Dari Anas bin Malik r.a. bahwa Rasulullah saw. apabila berwudhu’, mengambil
wa Jalla Perintahkan kepadaku.” (Shahih: Irwa’ul Ghalil no: 92. ‘Aunul Ma’bud I:
dalam melakukan instinsyaq kecuali kamu dalam keadaan puasa.” (Shahih: Shahih
Abu Daud no:129 dan 131 dan ‘Aunul Ma’bud I: 236 no:142 dan 144).
1. Siwak, sebagaimana yang diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a. bahwa Rasulullah
saw. bersabda, ”Kalaulah sekiranya aku tidak (khawatir) akan memberatkan umatku,
5
2. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali pada awal wudhu’, sebagaimana yang telah
diriwayatkan dari Utsman bin Affan r.a. yang mengisahkan wudhu’ Nabi saw. di
mana dia membasuh kedua telapak tangannya tiga kali. (Lihat masalah tata cara
”Dari Abdullah bin Zaid r.a. tentang dia mengajarkan (tata cara) wudhu’ Rasulullah
saw., di mana dia berkumur-kumur dan instisyaq dari satu telapak tangan. Dia
berbuat demikian (sebanyak) tiga kali.” (Shahih: Mukhtashar Muslim no:125, dan
beristinsyaq, kecuali kamu dalam keadaan berpuasa.” (Shahih: Shahih Abu Daud
5. Mendahulukan anggota wudhu’ yang kanan daripada yang kiri karena ada hadits
anggota yang kanan dalam hal mengenakan alas kaki, menyisir, bersuci dan dalam
seluruh ihwahnya.” (Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari I: 269 no:168, Muslim I: 226
Di samping itu hadits Utsman yang menceritakan tata cara wudhu’ Nabi saw. di
6. Menggosok, karena ada hadits Abdullah bin Zaid yang mengatakan, ”Bahwa Nabi
saw. pernah dibawakan dua sepertiga mud (air), kemudian beliau berwudhu’, maka
I:62 no:118).
6
7. Membasuh tiga kali, tiga kali, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Utsman bin
Affan ra (pada awal pembahasan wudhu’) bahwa Nabi SAW berwudhu’ tiga kali,
namun ada juga riwayat yang sah yang menyatakan, ”Bahwa Nabi saw. pernah
berwudhu’ satu kali satu dan kali dua kali dua kali.” (Hasan shahih: Shahih Abu
Daud no:124, Fathul Bari I:258 no:158 dari hadits Abdullah bin Zaid ‘Aunul
Ma’bud I:230 no:136, Tirmidzi I:31 no:43 dari hadits Abu Hurairah).
Dianjurkan pula kadang-kadang mengusap kepala lebih dari sekali (tiga kali) karena
ada riwayat, dari Utsman bin Affan r.a. bahwa ia pernah mengusap kepadanya tiga
kali seraya berkata, ”Saya pernah melihat Rasulullah saw. berwudhu’ (dengan
mengusap kepala) begini.” (Hasan Shahih: Shahih Abu Dawud no:101 dan ‘Aunul
8. Tertib, karena kebanyakan cara wudhu’ Rasulullah saw. selalu dengan tertib
beliau saw. Akan tetapi, ada riwayat yang sah dari al-Miqdam bin Ma’dikariba ia
berkata
”Bahwa Rasulullah saw. pernah dibawakan air wudhu’, lalu beliau berwudhu’
membasuh kedua telapak tangannya tiga kali dan membasuh wajahnya tiga kali,
mengeluarkan air yang telah dimasukkan ke dalam hidung tiga kali, kemudian
mengusap kepalanya dan dua telinganya.” (Shahih: Shahih Abu Daud no:112 dan
9. Berdo’a sesudah wudhu’. Sebagaimana yang dijelaskan dalam sabda Nabi saw. ”Tak
(do’a) ”Asyhadu allaa ilaaha illallahu wahdahu laa syariika lah, wa asyhadu anna
muhammadan 'abduhu wa rasuuluh (Aku bersaksi bahwa tiada Ilah (yang patut
7
diibadahi) keuali Allah semata tiada sekutu bagi-Nya; dan aku bersaksi, bahwa
surga yang delapan, ia boleh masuk dari pintu mana saja yang dikehendakinya.”
waj'ani minal mutathahiriin (Ya, Allah, jadikahlah kami termasuk orang-orang yang
tekun bertaubat dan jadikahlah kami termasuk orang-orang yang rajin bersuci).”
10. Dan dari Abu Sa’id al-Khudri bahwasannya Nabi bersabda, ”Barang siapa
berwudhu’ lalu membaca, ”Maha Suci Engkau ya Allah dan segala puji bagi-Mu aku
mohon ampunan dan bertaubat pada-Mu", niscaya dicatat pada sebuah lembaran
kemudian dicetak dengan sebuah cetakan lalu tidak dipecahkan hingga hari kiamat."
(Hadits Shahih, lihat at-Targhib no.220, al-Hakim I/564, dan tidak akan ada hadits
Hal ini didasakan pada pernyataan Utsman bin Affan r.a. sesudah mengajar sahabat
yang lain tentang wudhu’nya Nabi saw., "Aku pernah melihat Nabi saw. berwudhu’
wudhu’ku ini, kemudian berdiri lalu ruku’ dua raka’at dengan ikhlas dan khusyu’
diampunilah dosa-dosanya yang telah lalu.” (Muttafaqun ‘alaih 1:204 no:226, dan
Lafadzh baginya Fathul Bari I:226 no:164, ‘Aunul Ma’bud I:180 no:106, Nasa’i
I:64).Dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bertanya kepada Bilal usai shalat
shubuh, ”Ya, Bilal, beritahukan kepadaku suatu amal yang paling memberi harapan
yang engkau kerjakan dalam Islam; karena sesungguhnya aku mendengar suara
8
kedua alas kakimu di hadapanku di surga?” Jawabnya, ”Tidak ada amalan yang
lebih kuhurapkan (kecuali) bahwa setiap kali aku selesai bersuci baik pada waktu
malam ataupun siang pasti aku selalu shalat seberapa kemampuanku untuk shalat.”
(Muttafaqun ‘alaih: Fathul Bari III: 34 no:1149 dan Muslim IV:1910 no:2458).
1 Apa saja yang keluar dari kemaluan dan dubur, berupa kencing, berak, atau kentut.
Allah SWT berfirman yang artinya, "Atau kembali dari tempat buang air." (Al-
Maidah:6)
Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima shalat seorang di antara kamu
negeri Hadramaut bertanya. "Apa yang dimaksud hadas itu wahai Abu Hurairah?"
Jawabnya, "Kentut lirih maupun kentut keras." (Muttafaqun 'alaih Fathul Bari I: 234,
Baihaqi I:117, Fathur Robbani, Ahmad II:75 no:352) Dan hadits ini menurut
sebagian mukharrij selain yang disebut di atas tidak ada tambahan (tentang
pernyataan orang dari Hadramaut itu), Muslim I:204 no:225, 'Aunul Ma'bud I:87
"Dari Ibnu Abbas r.a., ia berkata, "Mani, wadi dan madzi (termasuk hadas). Adapun
mani, cara bersuci darinya harus dengan mandi besar. Adapun madi dan madzi,"
sebagaimana kamu berwudhu' untuk shalat!" (Shahih: Shahih Abu Daud no:190, dan
Baihaqi I:115).
2 Tidur pulas sampai tidak tersisa sedikitpun kesadarannya, baik dalam keadaan duduk
yang mantap di atas ataupun tidak. Karena ada hadits Shafwan bin Assal, ia berkata,
9
"Adalah Rasulullah saw. pernah menyuruh kami, apabila kami melakukan safar agar
tidak melepaskan khuf kami (selama) tiga hari tiga malam, kecuali karena janabat,
akan tetapi (kalau) karena buang air besar atau kecil ataupun karena tidur (pulas
maka cukup berwudhu')." (Hasan: Shahih Nasa'i no:123 Nasa'i I:84 dan Tirmidzi I:65
no:69). Pada hadits ini Nabi saw. menyamakan antara tidur nyenyak dengan kencing
"Dari Ali r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Mata adalah pengawas dubur-dubur;
maka barangsiapa yang tidur (nyenyak), hendaklah berwudhu'." (Hasan: Shahih Ibnu
Majah no:386. Ibnu Majah I:161 no:477 dan 'Aunul Ma'bud I:347 no:200 dengan
redaksi sedikit berlainan).Yang dimaksud kata al-wika' ialah benang atau tali yang
Sedangkan kata "as-sah" artinya : "dubur" Maksudnya ialah "yaqzhah" (jaga, tidak
tidur) adalah penjaga apa yang bisa keluar dari dubur, karena selama mata terbuka
maka pasti yang bersangkutan merasakan apa yang keluar dari duburnya. (Periksa
3 Hilangnya kesadaran akal karena mabuk atau sakit. Karena kacaunya pikiran
disebabkan dua hal ini jauh lebih berat daripada hilangnya kesadaran karena tidur
nyenyak.
4 Memegang kemaluan tanpa alas karena dorongan syahwat, berdasarkan sabda Nabi
(Shahih: Shahih Ibnu Majah no:388, 'Aunul Ma'bud I:507 no:179, Ibnu Majah I:163
no:483, 'Aunul Ma'bud I:312 no:180 Nasa'i I:101, Tirmidzi I:56 no:56 no:85). Betul,
ia memang bagian dari anggota badanmu, bila sentuhan tidak diiringi dengan gejolak
syahwat, karena sentuhan model seperti ini sangat memungkinkan disamakan dengan
menyentuh anggota badan yang lain. Ini jelas berbeda jauh dengan menyentuh
10
kemaluan karena termotivasi oleh gejolak syahwat. Sentuhan seperti ini sama sekali
tidak bisa diserupakan dengan menyentuh anggota tubuh yang lain karena menyentuh
anggota badan yang tidak didorong oleh syahwat dan ini adalah sesuatu yang amat
sangat jelas, sebagaimana yang pembaca lihat sendiri (Tamamul Minnah hal:103).
5 Makan daging unta sebagaimana yang diriwayatkan oleh al-Bara' bin 'Azib ra ia
Ibnu Majah no:401, Ibnu Majah I:166 no:494, Tirmidzi I:54 no:81, 'Aunul Ma'bud
I:315 no:182). Dari Jabir bin Samurah r.a. bahwa ada seorang sahabat bertanya
kepada Nabi saw. apakah saya harus berwudhu' (lagi) disebabkan (makan) daging
kambing? Jawab Beliau, "Jika dirimu mau, silakan berwudhu'; jika tidak jangan
berwudhu' (lagi)." Dia bertanya (lagi) "Apakah saya harus berwudhu' (lagi)
disebabkan (makan) daging unta?" Jawab Beliau, "Ya berwudhu'lah karena (selesai
makan) daging unta!" (Shahih Mukhtashar Muslim no:146 dan Muslim I:275
no:360).
1. Shalat, karena Allah SWT berfirman, "Hai orang-orang yang berfirman, apabila
kamu berdiri hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah muka-muka kamu." (Al-
Maaidah: 6).Di samping itu, Rasulullah saw. bersabda, "Allah tidak akan menerima,
shalat, hanya saja Allah membolehkan berbicara." (Shahih: Shahihul Jami'us Shaghir
11
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
melaksanakan shalat, karena wudhu sendiri merupakan salah satu syarat sah shalat.
tepat pada waktu membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri
2. Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah
Dan wudu’ juga disunah kan untuk hal-hal beribadah yang lain, yang mengandung
nilai – nilai kebajikan di luar dari pada ibadah shalat wajib, karena wudu’ adalah
12