3. Masuk Islam
A. Pengertian Haidh
Haidh, yaitu darah yang keluar dari rahim wanita ketika seorang wanita
mencapai masa baligh, dan terjadi pada waktu-waktu tertentu. Hikmah keluarnya
darah haidh ini bertujuan untuk mengendalikan kelahiran anak secara alami.
Batas minimal haidh adalah sehari semalam, dan batas maksimalnya lima
belas hari. Dalam hal ini wanita di bagi dalam tiga kelompok, yaitu Mubtada’ah,
Mu’tadah, dan Mustahadhah, berikut penjelasannya.
a. Mubtada’ah ( Wanita yang baru mulai haidh)
Dimana seorang wanita pertama kali mengalami dan melihat darahnya keluar
(haidh), maka wajib meninggalkan shalat, puasa, berhubungan intim, dan
menunggu hingga suci. Apabila dia melihat darah setelah satu hari satu malam
atau lima belas hari maka wajib mandi dan mengerjakan kewajibannya kembali,
seperti sholat.
b. Mu’tadah
Mereka wanita yang telah terbiasa mengalami haidh pada hari-hari tertentu setiap
bulannya. Hukumnya wajib meninggalkan shalat, puasa, berhubungan intim, dan
menunggu hingga suci. Jika keluar cairan kuning atau keruh setelah bersuci maka
tidak usah mempedulikannya. Berdasar perkataan Ummu ‘Athiyah RA, “Kami
tidak menggolongkan cairan kuning atau keruh setelah suci itu sebagai sesuatu
(haidh).” (HR. Abu Daud :307308).
c. Mustahadhah
Mereka adalah wanita yang darahnya mengalir terus tanpa henti setelah
berakhirnya masa haidh, yakni mengalami istihadhah. Wanita yang keluar darah
istihadhahnya, pada hari-hari istihadhahnya dia wajib berwudhu setiap kali shalat,
dan memakai pembalut, dan tetap mengerjakan shalat meskipun darahya masih
mengalir, dan dilarang untuk berhubungan intim kecuali karena terpaksa/darurat.
Pada suatu hari Ummu Salam RA, meminta fatwa kepada Rasulullah SAW
tentang seorang perempuan yang darahnya terus mengalir? Rasulullah SAW
menjawab: “ Hendaklah dia memeperhatikan jumlah malam-malam dan hari
hari haidh yang dia alami setiap bulannya sebelum menipa apa yang telah
menimpanya, maka hendaklah dia meninggalkan shalat sebanyak hari itu dari
satu bulan, apabila lebih dari itu maka hendaklah dia mandi kemudian memakai
kain pembalut kemudian shalat.” (HR.Abu Daud :274, An-Nasa’i : 33)