Anda di halaman 1dari 4

MANDI

A. Mandi sebagai salah satu Syariat dalam Islam

Diriwayatkan dalam Al-Qur’an dan Hadits. Allah SWT berfirman :


“...dan jika kamu junub maka bersucilah (mandilah)...” (Al-Maidah : 6)

Nabi SAW bersabda :


“...(apabila satu khitan melewati (menyentuh) satu khitan lainnya maka telah wajib mandi.”
(HR.Muslim)

B. Hal-hal yang Mewajibkan Mandi


1. Jinabah (Hadats besar)
Dalam hal ini termasuk jima’, yaitu bertemunya kedua khitan atau kemaluan antara laki-
laki dan perempuan.
Nabi SAW bersabda :
“...(apabila satu khitan melewati (menyentuh) satu khitan lainnya maka telah wajib
mandi.” (HR.Muslim)

2. Setelah Haidh atau Nifas


Berdasarkan sabda Nabi SAW :
“Berdiamlah selama haidhmu menahanmu, kemudian mandilah (setelah masa haidnya
habis).” (HR.Muslim)

3. Masuk Islam

4. Meninggal dunia atau wafat

C. Mandi yang Disunnahkan


Disunnahkan mandi karena hal-hal berikut :
1. Mandi hari Jumat
Rasullah SAW bersabda :
“Mandi hari Jumat itu wajib bagi setiap orang yang telah mencapai baligh.” (HR. Abu
Daud:128, kitab At Thaharah)
2. Mandi untuk ihram
Disunnahkan mandi bagi orang yang akan melakukan ihram baik haji maupun umroh
seperti yang dikerjakan Rasulullah SAW
3. Mandi memasuki kota Makkah dan Wukuf di Arafah

4. Mandi karena telah memandikan jenazah


Disunnahkan bagi orang yang ikut memandikan jenazah.

D. Hal-hal yang Wajib dalam Mandi


1. Niat
Niat sendiri merupakan keinginan hati untuk menghilangkan hadats besar dengan cara
mandi itu sendiri. Berdasar sabda Nabi SAW :
“Sesungguhnya segala amalan itu (tergantung) dengan niat, dan sesungguhnya setiap
orang itu baginya (balasan) apa-apa yang telah ia niatkan.” (HR.Al-Bukhari).
2. Mengguyurkan air ke seluruh tubuh dengan iar sambil menggosoknya.
3. Menyela-nyela jari-jari, rambut kepala dan kemudian mengulanginya pada bagian yang
sukar terkena air.

E. Hal-hal Sunnah dalam Mandi


1. Membaca Basmallah
2. Membasuh kedua telapak tangan sebelum memulai mandi
3. Memulainya dengan membersihkan kotoran
4. Mendahulukan anggota wudhu sebelum anggota yang lainnya
5. Berkumur, membersihkan lubang hidung dan membersihkan bagian telinga

F. Hal-hal Makruh dalam Mandi


1. Berlebihan dalam menggunakan air, Rasulullah SAW mandi dengan air satu sha’ atau
empat cidukan telapak tangan
2. Mandi ditempat yang bernajis
3. Mandi dengan bekas air mandi istri
4. Mandi tanpa penutup, berdasar perkataan Maimunnah RA :
“Aku menruh air untuk Nabi SAW dan Aku menutupi beliau dan beliau mandi.” (HR.Al-
Bukhari : 1/84)
5. Mandi di air tergenang yang tidak mengalir, seperti sabda Nabi SAW :
“Janganlah seorang di antara kalian mandi di air yang tergenang, sedang dia mandi
junub.”(HR. Muslim:226)
G. Tata Cara Mandi
1. Mengucap Basmallah, dan berniat menghilangkan hadats besar
2. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak 3x dan kemudian bercebok
3. Membersihkan kemaluan
4. Berwudhu seperti wudhu untuk mengerjakan Sholat
5. Mencelupkan kedua tangan kedalam air dan menyela-nyela pangkal rambut kepala,
kemudian membersihkan kepala dan kedua telinga dengan kali cidukan air
6. Mengguyur bagian tubuh sebelah kanan terlebih dahulu kemudian kiri
Tata cara ini berdasarkan ‘Aisyah RA :
“Apabila Rasulullah SAW hendak mandi junub, beliau memulainya dengan membasuh
kedua tangannya sebelum memasukkannya ke dalam bejana. Kemudian, beliau
membasuh kemaluannya dan berwudhu seperti halnya berwudhu untuk Shalat. Setelah
itu, beliau menuangkan air pada rambut kepalanya, kemudian mengguyurkn air pada
kepalanya tiga kali guyuran, kemudian mengguyurkannya ke seluruh tubuhnya.”(HR. At-
Tirmidzi :104, dan Abu Daud:243)
HAID

A. Pengertian Haidh
Haidh, yaitu darah yang keluar dari rahim wanita ketika seorang wanita
mencapai masa baligh, dan terjadi pada waktu-waktu tertentu. Hikmah keluarnya
darah haidh ini bertujuan untuk mengendalikan kelahiran anak secara alami.
Batas minimal haidh adalah sehari semalam, dan batas maksimalnya lima
belas hari. Dalam hal ini wanita di bagi dalam tiga kelompok, yaitu Mubtada’ah,
Mu’tadah, dan Mustahadhah, berikut penjelasannya.
a. Mubtada’ah ( Wanita yang baru mulai haidh)
Dimana seorang wanita pertama kali mengalami dan melihat darahnya keluar
(haidh), maka wajib meninggalkan shalat, puasa, berhubungan intim, dan
menunggu hingga suci. Apabila dia melihat darah setelah satu hari satu malam
atau lima belas hari maka wajib mandi dan mengerjakan kewajibannya kembali,
seperti sholat.
b. Mu’tadah
Mereka wanita yang telah terbiasa mengalami haidh pada hari-hari tertentu setiap
bulannya. Hukumnya wajib meninggalkan shalat, puasa, berhubungan intim, dan
menunggu hingga suci. Jika keluar cairan kuning atau keruh setelah bersuci maka
tidak usah mempedulikannya. Berdasar perkataan Ummu ‘Athiyah RA, “Kami
tidak menggolongkan cairan kuning atau keruh setelah suci itu sebagai sesuatu
(haidh).” (HR. Abu Daud :307308).
c. Mustahadhah
Mereka adalah wanita yang darahnya mengalir terus tanpa henti setelah
berakhirnya masa haidh, yakni mengalami istihadhah. Wanita yang keluar darah
istihadhahnya, pada hari-hari istihadhahnya dia wajib berwudhu setiap kali shalat,
dan memakai pembalut, dan tetap mengerjakan shalat meskipun darahya masih
mengalir, dan dilarang untuk berhubungan intim kecuali karena terpaksa/darurat.
Pada suatu hari Ummu Salam RA, meminta fatwa kepada Rasulullah SAW
tentang seorang perempuan yang darahnya terus mengalir? Rasulullah SAW
menjawab: “ Hendaklah dia memeperhatikan jumlah malam-malam dan hari
hari haidh yang dia alami setiap bulannya sebelum menipa apa yang telah
menimpanya, maka hendaklah dia meninggalkan shalat sebanyak hari itu dari
satu bulan, apabila lebih dari itu maka hendaklah dia mandi kemudian memakai
kain pembalut kemudian shalat.” (HR.Abu Daud :274, An-Nasa’i : 33)

B. Hal yang dapat Digunakan untuk Mengetahui Suci dari Haidh


Suci dari haidh dapat diketahui dengan salah satu cara dari dua hal berikut :
1. Cairan putih yang keluar setelah bersuci
2. Kering, yaitu dengan cara memsukan kapas ke dalam kemaluannya, kemudian
ambil kembali kapas tersebut dalam keadaan kering. Upaya tersebut dilakukan
pada saat menjelang tidur dan sesudahnya, untuk mengetahui telah suci atau
belum.
C. Hal-hal yang Dilarang saat Haidh
Beberapa hal yang dilarang saat seorang wanita sedang haidh dan nifas, yaitu sebagai
berikut :
a. Berhubunga intim
Allah SWT berfirman : “...dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum
mereka bersuci...” (Al-Baqarah :222)
b. Mengerjakan Sholat dan Puasa
Setelah bersuci wajib mengganti puasanya namun untuk sholat tidak perlu
diganti.
Berdasar hadits Nabi SAW : “Bukankah apabila seorang perempuan itu haidh
dia tidak mengerjakan shalat dan tidak berpuasa.” (HR. Al-Bukhari :
1/283,3/45)
c. Membaca Al-Qur’an
Seperti dalam hadits : “Janganlah wanita yang sedang haidh atau orang yang
mempunyai hadats besar (junub) membaca sesuatu pun dari Al-Qur’an.”
d. Memasuki Masjid
Rasulullah SAW bersabda: “Aku tidak menghalalkan masjid (tidak mengizinkan
masuk atau berdiam) bagi wanita yang sedang haidh, dan tidak pula bagi orang
yang mempunyai hadats besar (junub).” (HR. Al-Bukhori :2/67)
e. Menceraikan Istri
Hal ini sebagaimana menjelaskan bahwa Ibnu Umar RA, telah menceraikan
istrinya ketika haidh dan kemudian Rasulullah SAW menyuruhnya untuk
meruju’nya (kembali padanya) dan menhannya sampai dia suci.(HR.Muslim: 9)

D. Hal-hal yang boleh dikerjakan saat Haidh


a. Berhubungan intim selain pada kemaluannya
Rasulullah SAW bersabda : “Lakukanlah oleh kalian apa saja selain An-Nikah
(bersenggama).” (HR.Muslim :16, Ibnu Majah: 644, dan Imam Ahmad bin
Hambal dalam musnadnya : 3/132)
b. Berdzikir kepada Allah SWT
c. Melaksanakan ibadah haji dan Umroh selain Thawaf
Rasulullah SAW bersabda : “Kerjakanalah apa yang dikerjakan orang yang
sedang haji, hanya saja kau jangan melakukan thawaf di dekat Ka’bah sebelum
kamu suci.”(HR.Al-Bukhori :1/84)

Anda mungkin juga menyukai