DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 5
LUICY ANGGRIVIA
NIKEN AULIA
IAIN LANGSA
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr.Wb
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala, ataslimpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Mandi
Janabah (Wajib)”ini dengan lancar.
Makalah ini bertujuan untukmemenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Fikih Praktis Mahyiddin, M.A. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada pengajar mata kuliah Fikih Praktis bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekanmahasiswa/i yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kitasemua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Fikih Praktis. Memangmakalah ini masih
jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.
Wa’alaikumsalam Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN
Mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air
suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh
mulai dari ujung rambut sampaiujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan
hadas besar yangharus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat. Maka dari itu kita sebagai
ummat muslim sangat penting untuk mengetahui bagaimana tata caraMandi besar, mandi
janabah atau mandi wajib sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Agar ibadah-ibadah yang
kita lakukan bisa diterima dan mendapatkan pahala.
1.4. Tujuan
Tujuan dalam menyusun makalah ini adalah untuk menambah wawasankita tentang
mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Apalagi mandi
wajib merupakan salah satu kewajiban kita sebagai umat muslim yang harus kita lakukan karna
keluarnya cairan atau air mani melalui kemaluan kita baik secara sadar ataupun tidak sadar, jadi
kita perlu mengetahui dalil-dalil tentang tata cara mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib.
BAB II
PEMBAHASAN
2. Berhubungan Badan
Bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-laki dan kemaluan wanita. Dan
istilah ini disebut dengan maksud persetubuhan (jima’). Dan para ulama membuat batasan :
dengan lenyapnya kemaluan (masuknya) ke dalam faraj wanita, atau faraj apapun baik faraj
hewan.termasuk juga bila dimasukkan kedalam dubur , baik dubur wanita ataupun dubur laki-
laki, baik orang dewasa atau anak kecil. Baik dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati.
Semuanya mewajibkan mandi, di luar larangan perilaku itu.
Hal yang sama berlaku juga untuk wanita, dimana bila farajnya dimasuki oleh
kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik kemaluan manusia maupun kemaluan
hewan, baik dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati, termasuk juga bila yang dimasuki
itu duburnya. Semuanya mewajibkan mandi, di luar masalah larangan perilaku itu.
Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-hal yang mewajibkan mandi, meskipun
tidak sampai keluar air mani.
3. Meninggal
Seseorang yang meninggal, maka wajib atas orang lain yang masih hidup untuk
memandikan jenazahnya. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW tentang orang yang sedang ihram
tertimpa kematian :
Rasulullah SAW bersabda,"Mandikanlah dengan air dan daunbidara`. (HR. Bukhari dan
Muslim).
4. Haid
Haid atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada seorang
wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haid itu justru menunjukkan bahwa tubuh
wanita itu sehat. Dalilnya adalah firman Allah SWT dan juga sabda Rasulullah SAW:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri.(QS. Al- Baqarah:222)
Nabi SAW bersabda,`Apabila haidh tiba, tingalkan shalat, apabila telah selesai (dari haidh),
maka mandilah dan shalatlah.(HR Bukhari danMuslim)
5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan.
Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya itu dalam keadaan mati.
Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan atau melahirkan, maka wajib atas wanita
itu untuk mandi janabah.
Hukum nifas dalam banyak hal, lebih sering mengikuti hukumhaidh. Sehingga
seorang yang nifas tidak boleh shalat, puasa, thawaf di baitullah, masuk masjid, membaca Al-
Quran, menyentuhnya, bersetubuhdan lain sebagainya.
6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam keadaan mati, maka
wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah.Bahkan meski saat melahirkan itu tidak ada darah
yang keluar. Artinya,meski seorang wanita tidak mengalami nifas, namun tetap wajib atasnya
untuk mandi janabah, lantaran persalinan yang dialaminya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa'illatatas wajib mandinya wanita yang melahirkan
adalah karena anak yang dilahirkan itu padahakikatnya adalah mani juga, meski sudah berubah
wujud menjadi manusia. Dengan dasar itu, maka bila yang lahir bukan bayi tapi janin sekalipun,
tetap diwajibkan mandi, lantaran janin itu pun asalnya dari mani.
2.3. Rukun Dan Sunnah Mandi Janabah
1. Rukun Mandi Wajib
a. Niat mandi junub untuk menghilangkan hadats junub dan niatnya orang haid dan nifas
itu untuk menghilangkan hadats haid atau nifas. Niat dilakukan pada saat melakukan
basuhan atau siraman yang pertama kali, jika orang yang mandi melakukan niat
sesudah menyiram badan maka mandi nya harus diulang. Sebelum kita mandi wajib,
kita dianjurkan menghilangkan najis yang ada di badan kita (menurut Imam Rofi’i),
sedangkan menurut Imam Nawawi tidak menghilangkan najis itu tidak apa apa.
b. Menyiram seluruh anggota badan (dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki) dan
jika orang memakai gelung maka wajib untuk melepas gelung tersebut. Serta wajib
untuk membasuh perkara atau bagian yang kelihatan seperti daun telinga, hidung,
sela-sela badan (kelamin laki-laki yang belum sunat), dan juga farajnya perempuan
yang kelihatan ketika jongkok.
3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mandi adalah mengalirkan air ke seluruh
tubuh dengan cara tertentu dan disertai denga niat. Di dalamnya juga terdapat rukun-rukunnya,
diantaranya niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Kita dituntut untuk mengetahui dan
menerapkannya dalam kehidupan. Selain itu kita juga dapat mempelajari dan mengetahui sunah-
sunah mandi maupun hal-hal yang mengharuskan mandi.
Dengan demikian kita dapat mengambil manfaat dari apa yang kita yang pelajari agar
menambah keyakinan kita dalam beribadah dan senantiasa membiasakan hidup bersih, baik
jasmani maupun rohani. Dengan adanya pemahaman serta kesadaran dalam diri, kita juga harus
memberikan pemahaman kepada yang lain untuk mengajak membiasakan hidup bersih, agar
umat Islam selalu dalam ketentrraman, itu semua akan terwujud dan terlaksana apabila semua
khalayak ikut serta dalam menciptakan hidup bersih dan indah.
DAFTAR PUSTAKA
Abu Bakar Jabir A;-Jazai’ri, Pedoman Hidup Muslim,trj, Jakarta: Kencana, 1964.