Anda di halaman 1dari 12

MANDI JANABAH

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 5

LUICY ANGGRIVIA

NIKEN AULIA

MATA KULIAH : FIKIH PRAKTIS

DOSEN PEMBIMBING : MAHYIDDIN, M.A.

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH

IAIN LANGSA
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr.Wb

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Subhanallahu wa ta’ala, ataslimpahan
rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ Mandi
Janabah (Wajib)”ini dengan lancar.

Makalah ini bertujuan untukmemenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen
pengampu mata kuliah Fikih Praktis Mahyiddin, M.A. Tak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada pengajar mata kuliah Fikih Praktis bimbingan dan arahan dalam penulisan makalah ini.
Juga kepada rekan-rekanmahasiswa/i yang telah mendukung sehingga dapat diselesaikannya
makalah ini.Kami harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kitasemua,
dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Fikih Praktis. Memangmakalah ini masih
jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan
menuju arah yang lebih baik.

Wa’alaikumsalam Wr.Wb
BAB I
PENDAHULUAN

1.3. Latar Belakang

Mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib adalah mandi dengan menggunakan air
suci dan bersih (air mutlak) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut ke seluruh tubuh
mulai dari ujung rambut sampaiujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan
hadas besar yangharus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat. Maka dari itu kita sebagai
ummat muslim sangat penting untuk mengetahui bagaimana tata caraMandi besar, mandi
janabah atau mandi wajib sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW. Agar ibadah-ibadah yang
kita lakukan bisa diterima dan mendapatkan pahala.

1.1. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Mandi janabah?
2. Apa dasar hukum Mandi janabah?
3. Apa saja Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi janabah?
4. Apa saja Rukun dan Sunnah-sunnah Mandi janabah?
5. Bagaiamana Cara Melakukan Mandi janabah?
6. Apa Hikmah Dari Melakukan Mandi janabah?

1.4. Tujuan
Tujuan dalam menyusun makalah ini adalah untuk menambah wawasankita tentang
mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib sesuai tuntunan Rasulullah SAW. Apalagi mandi
wajib merupakan salah satu kewajiban kita sebagai umat muslim yang harus kita lakukan karna
keluarnya cairan atau air mani melalui kemaluan kita baik secara sadar ataupun tidak sadar, jadi
kita perlu mengetahui dalil-dalil tentang tata cara mandi besar, mandi janabah atau mandi wajib.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Mandi Wajib


Mandi dalam bahasa Arab disebut dengan istilah al-ghusl( ‫ ) الغسل‬Kataini memiliki
makna yaitu menuangkan air ke seluruh tubuh. Mandi menurut bahasa yaitu mengalirnya air
secara mutlak, baik di anggota badan atau lainnya.Sedangkan menurut istilah Syara' ialah
mengalirkan air mutlaq (‫ طهارة مطهر‬: air yang suci mensucikan) ke seluruh tubuh mulai dari
ujung rambut sampai ujungkaki dengan syarat-syarat tertentu dan disertai dengan niat. Mandi
telah disyariatkan agama, baik untuk kebersihan maupun menghilangkan hadast, sebagai syarat
suatu ibadah ataupun tidak.

2.2. Hal-Hal Yang Mewajibkan Mandi Wajib


Para ulama menetapkan paling tidak ada 6 hal yang mewajibkan seseorang untuk mandi
janabah.Tiga hal di antaranya dapat terjadi pada laki-laki dan perempuan. Tiga lagi sisanya
hanya terjadi pada perempuan.
1. Keluar Mani
Yakni keluarnya sperma dari alat kelamin, baik disengaja atau tidak disengaja.
Dasarnya adalah sabda Rasulullah SAW berikut ini :
Dari Abi Said Al-Khudhri ra berkata bahwa Rasulullah SAWbersabda,"Sesungguhnya air itu
(kewajiban mandi) dari sebab air (keluarnya sperma). (HR. Bukhari dan Muslim).
Berikut dikemukakan beberapa kasus fiqih yang berkenaan dengan masalahkeluarnya sperma:
a. Jika sperma keluar tanpa ada syahwat , tetapi karena sakit atau cuaca dingin, maka
kondisi ini tidak mewajibkan mandi besar.
b. Jika seseorang mimpi basah namun tidak menemukan bekas seperma pada pakaian atau
tubuhnya, maka ia tidak diwajibkan mandi besar.
Dalam hadist, "Ummu Sulaim mengunjungi Nabi SAW, dia berkata; 'Wahai Rasulullah!
Allah tidak malu terhadap kebenaran. Apakah seorang wanita wajib mandi bila dia
bermimpi? ' Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Ya, apabila dia melihat
air (mani).'
c. Apabila seorang bangun dari tidurnya, lalu ia mendapai cairandipakaian, tetapi ia tidak
ingat bahwa ia telah mimpi basah, maka iawajib mandi jika ia yakin bahwa cairan
tersebut adalah sperma yangkeluar disebabkan oleh mimpi.
d. Jika seseorang merasakan memuncaknya syahwat dan sepermanyaakan keluar, lalu ia
memegang kemaluannya dengan kuat hinggasperma tidak kelua, maka ia tidak wajib
mandi.
e. Jika seseorang melihat sperma pada pakaiannya, tetapi tidakmengetahui kapan keluarnya,
padahal ia sudah shalat, maka ia wajibmengulangi semua shalatnya sejak waktu tidaknya
yang terakhir.

2. Berhubungan Badan
Bertemunya dua kemaluan adalah kemaluan laki-laki dan kemaluan wanita. Dan
istilah ini disebut dengan maksud persetubuhan (jima’). Dan para ulama membuat batasan :
dengan lenyapnya kemaluan (masuknya) ke dalam faraj wanita, atau faraj apapun baik faraj
hewan.termasuk juga bila dimasukkan kedalam dubur , baik dubur wanita ataupun dubur laki-
laki, baik orang dewasa atau anak kecil. Baik dalam keadaan hidup ataupun dalam keadaan mati.
Semuanya mewajibkan mandi, di luar larangan perilaku itu.
Hal yang sama berlaku juga untuk wanita, dimana bila farajnya dimasuki oleh
kemaluan laki-laki, baik dewasa atau anak kecil, baik kemaluan manusia maupun kemaluan
hewan, baik dalam keadaan hidup atau dalam keadaan mati, termasuk juga bila yang dimasuki
itu duburnya. Semuanya mewajibkan mandi, di luar masalah larangan perilaku itu.
Semua yang disebutkan di atas termasuk hal-hal yang mewajibkan mandi, meskipun
tidak sampai keluar air mani.

3. Meninggal
Seseorang yang meninggal, maka wajib atas orang lain yang masih hidup untuk
memandikan jenazahnya. Dalilnya adalah sabda Nabi SAW tentang orang yang sedang ihram
tertimpa kematian :
Rasulullah SAW bersabda,"Mandikanlah dengan air dan daunbidara`. (HR. Bukhari dan
Muslim).
4. Haid
Haid atau menstruasi adalah kejadian alamiyah yang wajar terjadi pada seorang
wanita dan bersifat rutin bulanan. Keluarnya darah haid itu justru menunjukkan bahwa tubuh
wanita itu sehat. Dalilnya adalah firman Allah SWT dan juga sabda Rasulullah SAW:
Mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah: "Haid itu adalah kotoran". Oleh sebab
itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid; dan janganlah kamu mendekati
mereka, sebelum mereka suci. Apabila mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat
yang diperintahkan Allah kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan
menyukai orang-orang yang menyucikan diri.(QS. Al- Baqarah:222)
Nabi SAW bersabda,`Apabila haidh tiba, tingalkan shalat, apabila telah selesai (dari haidh),
maka mandilah dan shalatlah.(HR Bukhari danMuslim)

5. Nifas
Nifas adalah darah yang keluar dari kemaluan seorang wanita setelah melahirkan.
Nifas itu mewajibkan mandi janabah, meski bayi yang dilahirkannya itu dalam keadaan mati.
Begitu berhenti dari keluarnya darah sesudah persalinan atau melahirkan, maka wajib atas wanita
itu untuk mandi janabah.
Hukum nifas dalam banyak hal, lebih sering mengikuti hukumhaidh. Sehingga
seorang yang nifas tidak boleh shalat, puasa, thawaf di baitullah, masuk masjid, membaca Al-
Quran, menyentuhnya, bersetubuhdan lain sebagainya.

6. Melahirkan
Seorang wanita yang melahirkan anak, meski anak itu dalam keadaan mati, maka
wajib atasnya untuk melakukan mandi janabah.Bahkan meski saat melahirkan itu tidak ada darah
yang keluar. Artinya,meski seorang wanita tidak mengalami nifas, namun tetap wajib atasnya
untuk mandi janabah, lantaran persalinan yang dialaminya.
Sebagian ulama mengatakan bahwa'illatatas wajib mandinya wanita yang melahirkan
adalah karena anak yang dilahirkan itu padahakikatnya adalah mani juga, meski sudah berubah
wujud menjadi manusia. Dengan dasar itu, maka bila yang lahir bukan bayi tapi janin sekalipun,
tetap diwajibkan mandi, lantaran janin itu pun asalnya dari mani.
2.3. Rukun Dan Sunnah Mandi Janabah
1. Rukun Mandi Wajib
a. Niat mandi junub untuk menghilangkan hadats junub dan niatnya orang haid dan nifas
itu untuk menghilangkan hadats haid atau nifas. Niat dilakukan pada saat melakukan
basuhan atau siraman yang pertama kali, jika orang yang mandi melakukan niat
sesudah menyiram badan maka mandi nya harus diulang. Sebelum kita mandi wajib,
kita dianjurkan menghilangkan najis yang ada di badan kita (menurut Imam Rofi’i),
sedangkan menurut Imam Nawawi tidak menghilangkan najis itu tidak apa apa.
b. Menyiram seluruh anggota badan (dari ujung rambut sampai ujung jari-jari kaki) dan
jika orang memakai gelung maka wajib untuk melepas gelung tersebut. Serta wajib
untuk membasuh perkara atau bagian yang kelihatan seperti daun telinga, hidung,
sela-sela badan (kelamin laki-laki yang belum sunat), dan juga farajnya perempuan
yang kelihatan ketika jongkok.

2. Sunnah Sunnah Mandi Wajib


a. Membaca Basmalah (Bismillah).
b. Membersihkan najis terlebih dahulu.
c. Mengusap-usapkan tangan pada anggota badan.
d. Berwudhu sebelum memulai mandi.
e. Membaca do’a setelah wudhu.
f. Membasuh badan sebanyak 3 kali.
g. Pada saat mandi menghadap kiblat.
h. Mendahulukan anggota yang kanan daripada yang kiri.
i. Bersegera atau dilakukan sekaligus pada saat itu (Muamalah).

2.4. Tata Cara Mandi Wajib


Mandi dikatakan cukup apabila mencakup hal-hal yang diwajibkan saja dan mandi
dikatakan sempurna apabila mencakup hal-hal yang diwajibkan, disunnahkan dan mencakup hal-
hal yang dianjurkan. Rasulullah SAW telah memberikan contoh hidup bagaimana sebuah ritual
mandi wajib / janabah pernah beliau lakukan.
Aisyah R.A berkata "Ketika mandi janabah ,Nabi SAW memulainya dengan mencuci
kedua tangannya, kemudian ia menumpahkan air dari tangan kanannya ke tangan kiri lalu ia
mencuci kemaluannya kemudia berwudhu seperti wudhu` orang shalat. Kemudian beliau
mengambil air lalu memasukan jari-jari tangannya ke sela-sela rambutnya, dan apabila ia
yakin semua kulit kepalanya telah basah beliau menyirami kepalnya 3 kali, kemudia beliau
membersihkan seluruh tubuhnya dengan air kemudia diakhir beliau mencuci kakinya. (HR
Bukhari/248 dan Muslim/316)
Dari ’Aisyah radliyallahu anha dia berkata, ”Jika Rasulullah SAW mandi karena
janabah, maka beliau mencuci kedua tangan, kemudian wudhu’ sebagaimana wudhu beliau
untuk sholat, kemudian beliau menyela-nyela rambutnya dengan kedua tangan beliau, hingga
ketika beliau menduga air sudah sampai ke akar-akar rambut, beliau mengguyurnya dengan air
tiga kali, kemudian membasuh seluruh tubuhnya”. ’Aisyah berkata, ”Aku pernah mandi
bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dari satu bejana, kamimencibuk dari bejana
itu semuanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dari kedua hadits di atas, kita bisa rinci sebagai berikut :
1. Mencuci Kedua Tangan
Pertama sekali yang harus dilakukan ketika mandi wajib adalah mencuci kedua tangan.
Mencuci kedua tangan ini bisa dengan tanah atau sabun, lalu dibilas sebelum dimasukkan
ke wajan tempat air.
2. Mencuci Dua Kemaluan
Caranya dengan menumpahkan air dari tangan kanan ke tangan kiri dan dengan tangan kiri
itulah kemaluan dan dubur dicuci dan dibersihkan.
3. Membersihkan Najis
Selain dua kemaluan, juga disunnahkan terlebih dahulu untuk membersihkan semua najis
yang sekiranya masih melekat di badan.
4. Berwudhu
Setelah semua suci dan bersih dari najis, maka disunnahkan untuk berwudhu sebagaimana
wudhu' untuk shalat. Jumhur ulama mengatakan bahwa disunnahkan untuk mengakhirkan
mencuci kedua kaki. Maksudnya, wudhu' itu tidak pakai cuci kaki, cuci kakinya nanti
setelah mandi janabah usai.
5. Sela-sela Jari
Di antara yang dianjurkan juga adalah memasukan jari-jari tangan yang basah dengan air
ke sela-sela rambut, sampai ia yakin bahwa kulit kepalanya telah menjadi basah.
6. Menyiram kepala
Sunnah juga untuk menyiram kepala dengan 3 kali siraman sebelum membasahi semua
anggota badan.
7. Membasahi Seluruh Badan
Ketika mandi dan membasahi semua bagian badan, ada keharusan untuk meratakannya.
Jangan sampai ada anggota badan yang tidak terbasahi air. Misalnya, kalau ada orang yang
memakai pewarna rambut atau kuku yang sifatnya menghalangi tembusnya air, maka
mandi itu menjadi tidak sah. Tergantung jenis pewarnanya, kalau tembus air atau menyatu
menjadi bagian dari rambut atau kuku, tentu tidak mengapa. Tetapi kalau tidak tembus dan
menghalangi, maka mandinya tidak sah. Sebelum mandi harus dihilangkan terlebih dahulu.
8. Mencuci kaki
Disunnahkan berwudhu di atas tanpa mencuci kaki, tetapi diakhirkan mencuci kakinya.
Dengan demikian, mandi wajib/janabah itu juga mengandung wudhu yang sunnah. Walau
pun tanpa berwudhu' sekalipun, sebenarnya mandi wajib/janabah itu sudah mengangkat
hadats besar dan kecil sekaligus.
9. Tidak Berwudhu lagi setelah mandi
Aisyah radhiallaahu ‘anha mengabarkan :“Adalah Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi
wasallam mandi dan setelahnya shalat dua rakaat (qabliyyah shubuh) dan shalat shubuh
dan aku tidak melihat Beliau memperbaharui wudhu setelah mandi”. (HR. Abu Dawud
no.250, dishahihkan Syaikh Albani dalam Shahih Sunan Abi Dawud).
Dengan demikian bila seseorang hendak mengerjakan shalat setelah mandi
wajib/janabah maka wudhu yang dilakukan saat mandi telah mencukupinya selama wudhu
tersebut belum batal, sehingga ia tidak perlu mengulangi wudhunya setelah mandi.
2.5. Hikmah Mandi Wajib
Mandi merupakan salah satu cara bersuci dalam rangkaian ibadah yang secara umum
mengandung hikmah bagi manusia sebagaimana dijelaskan dalam Al-Qur'an surat Al-Maidah
ayat 6 yang artinya : “Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmatnya
bagimu, agar kamu bersyukur”.
Adapun hikmah dari melakukan mandi wajib yaitu :
1. Dapat mendekatkan diri kepada Allah, sebab mandi adalah ibadah dan setelah itupun
seseorang dapat menjalankan ibadah seperti Sholat, membaca Al-Quran dan sebagainya.
2. Dapat menetralisasi pengaruh kejiwaan yang ditimbulkan akibat pergaulan seksual.
3. Dapat memulihkan kekuatan, semangat, kesegaran, dan membersihkan kotoran.
4. Menambah kekhusukan dalam beribadah.
5. Mendapatkan pahala, karena menjalankan perintah/syariat agama.
6. Dapat memulihkan kesadaran, kesegaran dan ketenangan pikiran.
BAB III
PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa mandi adalah mengalirkan air ke seluruh
tubuh dengan cara tertentu dan disertai denga niat. Di dalamnya juga terdapat rukun-rukunnya,
diantaranya niat dan meratakan air ke seluruh tubuh. Kita dituntut untuk mengetahui dan
menerapkannya dalam kehidupan. Selain itu kita juga dapat mempelajari dan mengetahui sunah-
sunah mandi maupun hal-hal yang mengharuskan mandi.
Dengan demikian kita dapat mengambil manfaat dari apa yang kita yang pelajari agar
menambah keyakinan kita dalam beribadah dan senantiasa membiasakan hidup bersih, baik
jasmani maupun rohani. Dengan adanya pemahaman serta kesadaran dalam diri, kita juga harus
memberikan pemahaman kepada yang lain untuk mengajak membiasakan hidup bersih, agar
umat Islam selalu dalam ketentrraman, itu semua akan terwujud dan terlaksana apabila semua
khalayak ikut serta dalam menciptakan hidup bersih dan indah.
DAFTAR PUSTAKA

Abdul Aziz Muhammad Azzam, Fiqih Ibadah, Jakarta: Amzah, 2013.

Abu Bakar Jabir A;-Jazai’ri, Pedoman Hidup Muslim,trj, Jakarta: Kencana, 1964.

Achmad sunarto, fiqih islam lengkap, Bandung: Husaini, 1995.

Ibnu Rusyd, Bidayatu Mujtahid, Jakarta: Amani, 2002.

Anda mungkin juga menyukai