Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

HADAS BESAR DAN HADAS KECIL

DOSEN PENGAMPU :
Ustadz Fata Fauzi L.c M.A

DISUSUN UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH

FIQIH IBADAH
DISUSUN OLEH:

Aldi Alfiansah

SEMESTER : 4 (EMPAT)
PRODI : S1 MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM

SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH (STIT) MAQTAB SHOLAHUDDIN


TAHUN AJARAN 2021-2022

JL. ARIA SURIALAGA NO.09 PASIR KUDA, BOGOR.


KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil’alamin, puji syukur mari kita panjatkan kehadirat Allah Subhanahu
Wata’ala sehingga kita masih diberikan nikmat kesehatan, kesempatan, hidayah serta
taufik, suatu nikmat yg begitu banyak dan besar sehingga makalah ini dapat kami
selesaikan tepat pada waktunya. Shalawat serta salam tak lupa kita kirimkan kepada
junjunan Nabi besar Muhammad Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, sahabat serta keluarganya
sebab jasa beliaulah yang membawa umat manusia ke jalan yang diridhai Allah SWT.

Penulis menyadari bahwa makalah dengan judul Bersuci dari Hadas yang disusun untuk
tugas mata kuliah Fiqih Ibadah ini masih banyak terdapat kekurangan dari berbagai aspek.
Oleh karena itu, kami sangat membutuhkan masukan dan arahan agar sekiranya kami dapat
membenahinya dalam penulisan selanjutnya, dan kami mengucapkan terima kasih kepada
pihak yang telah memberikan partisipasi baik moril maupun materil, semoga Allah
Subhanahu Wata’ala memberkahi kita, Aamiin

Bogor, 9 april 2022

Penulis

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Dalam pembahasan fiqih, secara umum selalu diawali dengan uraian tentang
thaharah. Secara khusus, dalam semua kitab atau buku fiqih ibadah selalu diawali dengan
thaharah. Hal ini tidak lain karena thaharah ( bersuci ) mempunyai hubungan yang sangat
erat dan tidak dapat dipisahkan dengan ibadah.
Sebaliknya, ibadah juga berkaitan erat dengan thaharah. Artinya, dalam
melaksanakan suatu amalan ibadah, seseorang harus terlebih dahulu berada dalam keadaan
bersih lagi suci, baik dari hadas besar maupun hadas kecil, termasuk sarana dan prasarana
yang digunakan dalam beribadah, mulai dari pakaian, tempat ibadah dan lain sebagainya.
Dengan kata lain, thaharah dengan ibadah ibarat dua sisi mata uang, dimana dimana antara
satu sisi dengan sisi lainnya tidak dapat dipisahkan

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa Pengertian wudlu, dan mandi?


2. Apa saja alat-alat untuk bersuci?
3. Apa hikmah dari bersuci??

C. TUJUAN PENULISAN

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian wudhu dan mandi !
2. Untuk mengetahui alat alat untuk bersuci !
3. Agar dapat mengetahui hikmah dari bersuci!
BAB II

PEMBAHASAN
A.      Pengertian Thaharah, dan Hadast
1.      Pengertian Thaharah
Secara bahasa, thaharah artinya membersihkan kotoran, baik kotoran yang berwujud
maupun kotoran yang tidak berwujud.
Adapun secara istilah, thaharah artinya menghilangkan hadats, najis, dan kotoran
dengan air atau tanah yang bersih. Dengan demikian, thaharah adalah menghilangkan
kotoran yang masih melekat di badan yang membuat tidak sahnya shalat dan ibadah lain.
2.      Pengertian hadast
Hadats secara etimologi (bahasa), artinya tidak suci atau keadaan badan tidak suci –
jadi tidak boleh shalat. Adapun menurut terminologi (istilah) Islam, hadats adalah keadaan
badan yang tidak suci atau kotor dan dapat dihilangkan dengan cara berwudhu, mandi
wajib, dan tayamum. Dengan demikian, dalam kondisi seperti ini dilarang (tidak sah) untuk
mengerjakan ibadah yang menuntut keadaan badan bersih dari hadats dan najis, seperti
shalat, thawaf, ’itikaf.
B.       Bagaimana cara bersuci dari hadast
1.      Cara bersuci dari hadast
a.       Hadas kecil penyebabnya keluar sesuatu dari dubur dan kubul, menyentuh lawan jenis
yang bukan muhrimnya, dan tidur nyenyak dalam keadaan tidak tetap. Cara mensucikan
hadas kecil ini adalah dengan wudhu atau tayamum.
b.      Hadas Besar penyebabnya keluar air mani, bersetubuh ( baik keluar mani atau tidak ),
menstruasi atau nifas ( keluar darah karena melahirkan ), dan lain sebagainya. Cara
mensucikan hadast besar adalah dengan mandi wajib.

C.      Pengertian wudlu dan mandi


1.         Wudlu
Wudlu yaitu mempergunakan air untuk anggota-anggota badan tertentu yang dimulai
dengan niat.
Adapun Syarat-syarat wudlu ada lima yaitu:
1. Islam
2. Mumayiz,karena wudu itu merupakan ibadat yang wajib diniati,sedangkan
orang yang tidak beragama Islam dan orang yang belum mumayiz tidak
diberi hak untuk berniat
3. Tidak berhadas besar
4. Dengan air yang suci dan mensucikan
5. Tidak ada yang menghalangi sampainya air ke kulit,seperti getah dan
sebagainya yang melekat di atas kulit anggota wudu

.
Adapun rukun wudlu adalah sebagai berikut :
a.         Niat
Hendaknya berniat menghilangkan hadast kecil, dan cara melakukannya tepat pada waktu
membasuh muka, sesuai dengan pengertian niat itu sendiri : “Qhasdus Syai’in, muqtarinan
bi fi’lihi” yang artinya meniatkan sesuatu secara beriringan dengan  perbuatan.
b.      Membasuh seluruh muka (mulai dari tumbuhnya rambut kepala hingga bawah dagu, dan
dari telinga kanan hingga telinga kiri).
c.       Membasuh kedua tangan sampai siku-siku.
d.      Mengusap sebagian rambut kepala.
e.       Membasuh kedua belah kaki sampai mata kaki.
f.       Tertib ( berturut-turut ).
2.      Mandi
Mandi adalah meratakan atau mengalirkan air keseluruh tubuh. Sedangkan mandi
besar atau junub atau wajib adalah mandi dengan menggunakan air suci dan bersih ( air
mutlak ) yang mensucikan dengan mengalirkan air tersebut keseluruh tubuh mulai dari
ujung rambut sampai ujung kaki. Tujuan mandi wajib adalah untuk menghilangkan hadast
besar yang harus dihilangkan sebelum melakukan ibadah sholat. Mandi itu disyariatkan
berdasarkan Firman Allah SWT :
  
 “Dan jika kamu junub hendaklah bersuci!” (Q.S Al-Maidah : 6). 

Hal-hal yang mewajibkan mandi wajib. Mandi itu diwajibkan atas lima perkara :
a.         Keluar air mani disertai syahwat, baik diwaktu tidur maupun bangun, dari laki-laki atau
wanita.
b.        Hubungan intim, walau tidak sampai keluar mani.
Firman Allah Ta’ala : “ jika kamu junub, hendaklah kamu bersuci ”.
c.         Terhentinya haid dan nifas.
d.        Mati, bila seorang menemui ajal wajiblah memandikannya berdasarkan ijma’.
e.         Orang kafir bila masuk islam.
Rukun ( Fardhu ) dan Tata Cara Mandi Besar.
1.        Niat (bersamaan dengan membasuh permulaan anggota tubuh).
2.        Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut sampai ujung kaki.
Tata Cara Mandi Wajib. Hal-hal yang perlu diperhatikan selama mandi ialah sebagai
berikut :
a.         Membaca Niat. Yaitu “ Nawaitul ghusla lirof’il hadatsil fardlol ilaahita’ala ”.
b.        Membilas atau membasuh seluruh badan dengan air ( air mutlak yang menyucikan ) dari
ujung kaki ke ujung rambut secara merata.
c.         Hilangkan najis yang lain bila ada.

Sunah Mandi Wajib


Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :

1. Menghadap kiblat
2. Membaca basmalah
3. Berwudu sebelum mandi
4. Mendahulukan untuk membasuh kotoran atau najis yang menempel di badan.
5. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
6. Menggosok badan dengan tangan.
7. Membasuh badan sampai tiga (3) kali.
8. Sambung-menyambung (muwalat) dalam membasuh anggota badan.

Larangan Bagi Orang yang Sedang Junub


Bagi mereka yang sedang berjunub, yakni mereka masih berhadats besar tidak boleh
melakukan hal-hal sebagai berikut :

1. Melaksanakan shalat

2. Melakukan thawaf di Baitullah

3. Memegang Kitab Suci Al-Qur’an

4. Membawa/mengangkat Kitab Al-Qur’an

5. Membaca Kitab Suci Al-Qur’an

6. Berdiam di masjid

D.      Alat-alat untuk bersuci


1.      Air
Ditinjau dari hukumnya air dibagi menjadi empat :
a.       Air mutlak yaitu air suci yang dapat dipakai mensucikan. Sebab belum berubah sifat ( bau,
rasa, dan warnanya ).
b.      Air musyammas yaitu air suci yang dapat dipakai untuk mensucikan, namun makruh
digunakan. Mislanya, air bertempat dilogam yang bukan emas, dan terkana panas matahari.
c.       Air musta’mal yaitu air suci tetapi tidak dapat dipakai untuk mensucikan karena sudah
dipakai untuk bersuci, meskipun air itu tidak berubah warna, rasa, dan baunya.
d.      Air mutanajis yaitu air yang terkena najis, dan jumlahnya kurang dari dua kullah.
Karenanya air tersebut tidak suci dan tidak dapat dipakai mensucikan.
2.      Debu.
3.      Alat-alat yang kasar seperti batu
E.       Hikmah bersuci
Islam adalah agama yang cinta keindahan. Keindahan selalu identik dengan
kebersihan dan kesucian. Demikianlah sebuah hadits berbunyi “Kebersihan itu sebagian
dari iman”. Artinya keimanan belum tanpa adanya kebersihan. Baik jasmani maupun
rohani.Anjuran bersuci dalam Islam terjembatani dalam pelaksanaan wudlu’ sebelum
shalat. Demikian pula anjuran mandi sebelum pertemuan jum’atan atau berkumpul tahunan
dalam rangka shalat idul adha maupun idul fitri. Begitu juga dengan anjuran memotong
kuku, membersihkan gigi, membersihkan pakaian dengan mencuci.
Kitab Fiqih Manhaji Madzhab Imam Syafi’I menerangkan adanya hikmah dibalik
anjuran tersebut diantaranya. 
1.         Menunjukkan fitrah Islam sebagai agama yang suci.
2.         Menjaga kehormatan dan kewibawaan seorang Islam. Karena manusia pada dasarnya
condong pada sesuatu yang bersih, suka berkumpul dengan orang-orang yang bersih dan
menjauhi sesuatu yang kotor. Maka perintah bersuci adalah jalan menuju kehormatan dan
kewibawaan Islam itu sendiri. Lebih-lebih ketika bersinggungan dengan msyarakat lainnya.
3.         Menjaga kesehatan. Karena penyakit itu datang disebabkan kuman-kuman serta bakteri-
bakteri yang dibawa oleh kotoran, maka Islam menganjurkan umatnya untuk menjaga
kebersihan agar terhindar dari penyakit. Seperti mebersihkan badan, mencuci muka,
mencuci tangan, mencuci kaki, karena anggota yang disebutkan merupakan tempat dimana
kotoran yang menbawa penyakit itu bersarang.
4.         Mempermudah diri mendekati Ilahi. Allah Tuhan Yang Mahas Suci senang akan hal-hal
yang suci. Karena itu keitka shalat untuk menghadapi-Nya haruslah dalam keadaan suci
secara lahir maupun batin
BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Hadats dibedakan menjadi dua, jaitu hadats kecil dan hadats besar. Hadats kecil
ialah sesuatu kotoran yang maknawi (tidak dapat dilihat dengan mata kasar), yang berada
pada anggota wudhu’, yang menegah ia dari melakukan solat atau amal ibadah seumpama
solat, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara’. Sedangkan hadats besar ialah sesuatu
yang maknawi (kotoran yang tidak dapat dilihat oleh mata kasar), yang berada pada seluruh
badan seseorang, yang dengannya menegah mendirikan solat dan amal iadah
seumpamanya, selama tidak diberi kelonggaran oleh syara’.
Hadats bisa dihilangkan dengan bersuci seperti mandi, berwudhu, dan tayamum.
Selama hadats itu masih belum dibersihkan maka tidak boleh melakukan aktivitas-aktivitas
yang dilarang untuk orang yang belum suci dari hadats.

B.       Saran
Demikian makalah yang dapat kami susun dan kami sangat menyadari makalah ini
jauh dari kesempurnaan maka kritik dan saran yang membangun demi perbaikan dan
pengembangan sangat kami harapkan. Dan semoga ini dapat menambah pengetahuan kita
dan bermanfaat. Amin.
DAFTAR PUSTAKA

http://semuamakalahpembelajaran.blogspot.com/2017/06/makalah-thaharah-hadats-dan-
najis.html

https://nikaagussetyorini.wordpress.com/2015/12/17/makalah-bersuci-dari-hadats-tujuan-
dan-macam-macamnya/

https://www.academia.edu/12643579/bersuci_dari_hadas

Anda mungkin juga menyukai