Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN MODUL 1

AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN

2019

KELOMPOK 1

Ahmad Syah Kaisar Nasution (2019730113)


Alifka Vadya Masyita (2019730114)
Alya Nazila Rani Nasution (2019730117)
Cheri Azzahra Kinanti Taufiq (2019730123)
Fauziah Zafira (2019730128)
Jasmine Nafiisa Habibah (2019730132)
Muhammad Dhoyful Haromain (2019730138)
Nadhira Imannaja (2019730140)
Nurma Dewi (2019730144)
Rahdan Nur Sabbihis Aly (2019730148)
Renaisya Dinda Chairunnisa (2019730149)
Siti Zahra Sania (2019730155)

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Problem
Based Learning Modul 1 pada Blok Al-islam Kemuhammadiyahan.

Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak Suhur Samiun,S.Sos.I selaku tutor yang dengan
sabar membimbing kami serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik dan rapi.

Kami berharap semoga laporan PBL ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
laporan PBL selanjutnya yang lebih baik lagi.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Kelompok 1

Jakarta,4 Desember 2019


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Thaharah secara bahasa berarti bersih dan membebaskan diri dari kotoran dan
najis. Sedangkan pengertian thaharah secara istilah (syara’) adalah menghilangkan
hukum hadats untuk menunaikan shalat atau (ibadah) yang selainnya yang disyaratkan
di dalamnya untuk bersuci dengan air atau pengganti air, yaitu tayammum.
Thaharah merupakan syarat sah ibadah shalat, maka tanpa thaharah, ibadah
shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah. maka setiap muslim yang
hendak melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus
mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung
sah menurut ajaran ibadah syar’iah.

2. Tujuan Pembelajaran
 Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang thaharah.
 Agar mahasiswa mampu mempraktikkan thaharah dikehidupan sehari-hari.
 Agar mahasiswa mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan Thaharah.
 Agar mahasiawa dapat menerapkan Thaharah di dunia medis.
 Membuat mahasiswa tahu apa saja jenis-jenis najis.
 Membuat mahasiswa mengetahui macam-macam hadast serta cara
menyucikannya.
 Membuat mahasiswa mengetahui tata cara tayamum yang benar, dari syarat
hingga pelaksanaanya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. SKENARIO

Dalam perjalanan untuk ibadah Umrah dari Indonesia ke Makkah (9-10 lama perjalanan),
seorang jama’ah yang bernama bapak Abdul Malik mengalami mimpi basah (ihtilam) ketika
tertidur di pesawat terbang Garuda. Ia terbangun setelah empat jam perjalanan dan
bermaksud menunaikan salat Zhuhur karena waktu salat sudah masuk. Bagaimana penjelasan
Anda tentang masalah tersebut dan bagaimana pemecahannya?

B. KATA-KATA SULIT
 Ihtilam : mimpi yang sampai mengeluarkan hadast besar
 Umrah : salah satu ibadah agama islam yang mengunjungo kota suci
 Jama’ah : rombongan atau melakukan ibadah secara bersama-sama

C. IDENTIFIKASI MASALAH
 Perjalanan ibadah (9—10 jam)
 Mimpi basah ketika tertidur di pesawat
 Ingin menunaikan shalat dzuhur
 Terbangun setelah 4 jam perjalanan

D. PETA KONSEP
E. PERTANYAAN
1. Definisi Thaharah dan Istinja
2. Macam – macam Thaharah
3. Dasar Hukum Thaharah dan Istinja
4. Tata Cara Thaharah dan Istinja
5. Apa Saja yang Membatalkan Thaharah dan Apakah Mani Termasuk Najis?
6. Kebersihan Sebagian dari Iman
7. Manfaat Wudhu dan Tayamum dalam Dunia Kesehatan
8. Apakah Ihtilam Ketika Tidur ( Secara Tidak Sadar) Diwajibkan untuk Thaharah?
9. Definisi shalat
10. Syarat Sah Shalat
11. Shalat Safar dan Shalat dalam Kendaraan
12. Bagaimana Solusi dari Skenario

F. ANALISIS MASALAH
1. Definisi Thaharah dan Istinja
 Thaharah menurut bahasa berarti bersuci.
 Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan
benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan
oleh syariat islam.

 Istinja adalah membersihkan najis pada bagian Qubul / Dubur dengan cara
membersihkannya menggunakan air.

2. Macam –Macam Thaharah

 Thaharah ma’nawiyah
Thaharah ma'nawiyah atau thaharah qalbu (hati), adalah bersuci dari
syirik dan maksiat dengan cara bertauhid dan melakukan kegiatan amal
sholeh. Thaharah ini menjadi yang paling utama dibandingkan thaharah
nissiyah, karena thaharah hissiyah tak dapat dilaksanakan jika hati kita
belum suci. Untuk itu, sebagai muslim kita harus mensucikan diri dan jiwa
kita dari perbuatan syirik dan munafik serta kegiatan maksiat lain seperti
dengki, sombong, dendam, benci, riya' dan lain-lain.

 Thaharah hissiyah
Thaharah hissiyah atau thaharah badan/jasmani, adalah mensucikan
bagian tubuh dari hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar), najis
dan segala jenis kotoran. Untuk menghilangkan hadats kecil kita harus
berwudhu dan untuk menghilangkan hadats besar kita harus mandi besar.
Jika dalam kondisi tidak ada air, maka kita boleh melakukan tayammum
dengan menggunakan pengganti air yaitu tanah atau debu. Kita juga harus
membersihkan tubuh dari macam macam najis yang ada.

3. Dasar Hukum Thaharah dan Istinja


Thaharah
Al-Quran
• Q.S Al-Maidah (5): 6
• Q.S Al-Baqarah (2): 222
• Q.S Al-Mudatsir (74): 1-4
Hadits
Kementrian Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya, hlm. 414

Istinja

Menurut Imam Haramain (Kitab Bughyatu al-Mustarsyidin), terdapat lima hukum


dalam beristinja’:

• Wajib
Najis yang mengotori yang keluar dari kemaluan dalam keadaan basah. Contoh :
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
• Sunnah
Najis yang mengotori yang keluar dari kemaluan dalam keadaan kering. Contoh :
cacing
• Makruh (haram , lebih baik dihindari)
Keluarnya angin (kentut)
• Mubah (Apabila dilakukan atau ditinggalkan mendapat pahala)
Keluar keringat bagian bokong
• Haram
Dengan air hasil ghasab atau makanan yang menyerupai batu

4. Tata Cara Thaharah dan Istinja

Tata Cara Thahrah


 Najis
 Istinja
 Wudhu
 Mandi
 Tayamum

Macam – macam Najis

• Najis Mugallazhah: dibersihkan lalu basuh sebanyak tujuh kali. salah satunya dibasuh
dengan air yang bercampur tanah.

• Najis Mukhaffafah: dibersihkan dengan dipercikan air yang terkena najis.

• Najis Mutawassithah: dibersihkan sampai sifat dari najis tersebut hilang.


“diriwayatkan dari Ibn ‘Abbas r.a.: Pada suatu hari ketika Rasulullah saw. Bejalan
melintasi hiytan (pekuburan) di Madinah atau Makkah, beliau mendengar suara
kesakitan dua orang yang sedang mengalami siksa kubur. Nabi Muhammad saw.
bersabda, “Dua orang ini disiksa karena melakukan dosa besar.” Nabi saw.
menambahkan, “Benar! (mereka disiksa karena satu dosa besar). Yang seorang tidak
membersihkan dirinya dari kotoran air kencing (setelah buang air kecil) sementara yang
lainnya karena suka memfitnah.” (HR. Bukhari : 216)

Hadis dari Aisyah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang diantara kamu
pergi buang air, hendaklah istinja’ (bersuci) dengan tiga buah batu, itu telah
mencukupinya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, dan Abu Daud).

Tata Cara Wudhu

• berniat
• membaca basmalah
• membersihkan tangan
• berkumur-kumur
• mencuci lubang hidung
• mencuci muka
• mencuci kedua belah tangan hingga siku
• mengusap kepala sekali usapan
• mengusap kedua telinga
• basuh kedua kaki
• wajib berurut
• doa sesudah berwudhu

Tata Cara Mandi

• niat dalam hati

• membaca basmalah

• membasuh kedua telapak tangan

• membasuh kemaluan dengan tangan kiri

• berwudhu

• menyiram tubuh sebelah kanan dulu, kemudian kiri


• meratakan guyuran air ke seluruh tubuh sambil menggosok seluruh badan

• bergeser dari tempat semula kemudian membasuh kaki

• membaca basmalah dengan berniat

• meletakkan kedua tangan ke tanah atau debu yang suci

• debu yang ditangan kemudian ditiup ringan

• mengusap debu ke wajah sekali usapan

• usap lagi ke debu kemudian usapkan kedua tepalak tangan sampai pergelangan tangan

5. Apa Saja yang Membatalkan Thaharah dan Apakah Mani Termasuk Najis?
 Keluarnya segala sesuatu selain mani, baik dari dubur atau qubul, baik berupa hal
yang biasa keluar atau yang tidak biasa, seperti; Kencing (air kencing), kentut (angin),
Buang air besar (tinja), madzi, wadi, darah, batu kecil, ulat, atau belatung.
 Hilang akal yang disebabkan tidur dengan posisi duduk tanpa menetapkan pantat ke
bumi, mabuk, gila, epilepsi, pingsan, dan lain-lain. Jika tidur dalam posisi duduk yang
tetap dengan keadaan badannya, maka tidak sampai membatalkan wudhu.
 Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan. Dengan menyentuh atau saling
bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan
syarat keduanya sudah baligh atau dewasa secara langsung (tanpa penghalang).
 Menyentuh kemaluan, lubang dubur, baik milik sendiri atau orang lain. Baik
kemaluan orang hidup maupun mati, besar atau kecil, laki-laki atau perempuan,
dengan telapak tangan bagian dalam secara langsung (tanpa penghalang).
 Hal – hal yang mewajibkan mandi wajib, perihal yang mewajibkan kita untuk mandi
wajib otomatis juga membatalkan wudhu kita.
 Hukum Air mani adalah suci dan tidak termasuk najis, dan membersihkan pakaian
yang terkena air mani hukumnya sunnah

6. Kebersihan Sebagian dari Iman

Kebersihan berasal dari kata bersih yang artinya yaitu bebas dari kotoran,
sedangkan kebersihan yaitu keadaan yang menurut akal dan pengetahuan manusia
dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.
Dalam membahas perkara kebersihan dalam agama Islam digunakan tiga macam
istilah, yaitu:

1. Nazāfah (nazīf)

2. Tahārah

3. Tazkiyah

Islam merupakan akidah pertama bahkan norma ilmiah pertama yang


memperkenalkan dan memerintahkan prinsip steril yang diidentikkan dengan
bersuci (Tahārah).

Dalam pandangan Yusuf al-Qardhawi ia menyebutkan bahwa perhatian al-sunnah


al-nabawiyyah terhadap kebersihan muncul dikarenakan beberapa sebab, yaitu:
• Pertama, sesungguhnya kebersihan adalah sesuatu yang disukai Allah swt.
Sebagaimana dalam firman-Nya dalam Q.S al-Baqarah ayat 222:

Menurut Yusuf al-Qardhawi

kebersihan adalah salah satu unsur penting dalam perilaku beradab. Islam
menganggap kebersihan sebagai suatu sistem peradaban dan ibadah. Islam sangat
memperhatikan kebersihan karena sesungguhnya Allah menyukai kebersihan
sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqarah (2): 222: “Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.”
perhatian Rasulullah saw terhadap kebersihan rumah dan halaman.
Sebagaimana sabdanya

“sesunguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci
(bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai
kemuliaan, Allah itu penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah
teras rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi (HR. Tirmidzi)

• Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kepada kesehatan badan dan kekuatan.
• Ketiga, kebersihan itu adalah syarat untuk memperbaiki atau menampakkan diri
dengan penampilan yang indah yang dicintai oleh Allah swt dan Rasul-Nya.
• Keempat, kebersihan dan penampilan yang baik merupakan salah satu penyebab
eratnya hubungan seseorang dengan orang lain.
7. Manfaat Wudhu dan Tayamum dalam Dunia Kesehatan
 Wudhu

1.Pengaruh Air Wudhu bagi Kesehatan

Kesucian dan kesejukan yang ditimbulkan oleh wudhu dapat


membangkitkan konsentrasi dalam pelaksanaan shalat, karena wudhu dapat
menstimulir (memberikan rangsangan) enam organ panca indera, yaitu mata,
telinga, hidung, mulut, tangan, dan kaki. Para pakar syaraf (neurologist) telah
membuktikan bahwa dengan air wudhu yang mendinginkan ujung-ujung
syaraf jari-jari tangan dan jari-jari kaki, berguna untuk memantapkan
konsentrasi pikiran. Terlebih lagi secara keseluruhan dengan ujung-ujung
syaraf seluruh anggota wudhu.

Pada anggota tubuh yang terkena rukun wudhu, terdapat ratusan titik
akupuntur yang bersifat reseptor (penerima rangsangan) terhadap stimulus
(rangsangan) berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan ketika melakukan
wudhu,. Stimulus tersebut akan dihantarkan meridian ke sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem
regulasi, yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan
homeostasis (keseimbangan).

2. Pengaruh Gerakan Wudhu bagi Kesehatan

☁ Membasuh Kedua Tangan

Pada telapak tangan terdapat titik akupuntur pokok dan titik-titik sentra
refleks. Maka ketika kita membasuh dengan menggososk-gosok kedua telapak
tangan, selain membersihkan diri dari kotoran, juga memberikan efek terapi,
anatara lain akan membuat segarnya kepala dan pikiran. Selain itu, dengan
membasuh kedua telapak tangan juga bisa mengaktifkan efek biolistrik serta
membuang sampah biolistrik yang terdapat pada tubuh kita.

☁ Berkumur dan Istinsyaq (Memasukkan Air ke Hidung kemudian


Menyemburkannya).
Secara jasmani berkumur dapat memberikan kesehatan pada rongga mulut
dari kotoran sisa-sisa makanan dan minuman, serta sisa-sisa metabolisme.
Sedangkan Istinsyaq menurut para peneliti dari fakultas kedokteran Iskandaria
di Mesir dan beberapa pakar kesehatan sangatlah bermanfaat. Setelah
melakukan penelitian, mereka menemukan bahwa orang non-muslim yang
tidak melakukan wudhu kebanyakan hidung bagian dalamnya kusam dan
kotor. Kemudian ditemukan lubang hidungnya terlihat hitam dan bulu
hidungnya rapuh serta mudah rontok. Di sisi lain, orang-orang muslim yang
biasa melakukan wudhu memiliki hidung bagian dalam yang bersih. Intinsyaq
adalah salah satu upaya yang dapat membersihkan rongga hidung dari kotoran
yang telah mengendap. Ketika istinsyaq, sebagian lendir akan terangsang
keluar bersamaan dengan air istintsaqnya. Hal ini karena ada stimulasi
terhadap sejumlah kelenjar lendir yang ada di dalam rongga hidung, bahkan
rongga mulut, telinga dan mata dan tentu saja lendir yang keluar diharapkan
lapisan lendir yang kotor

☁ Membasuh Wajah

Dalam berwudhu, rukun yang pertama adalah membasuh wajah,


merupakan suatu cara yang sangat ideal dalam usaha untuk mencegah dan
mengobati penyakit di wajah yang memiliki panca indera yang sangat vital,
yaitu mata. Karena, dilihat dari sindrom kelainan meridian, penyakit yang
muncul biasanyaberupa penyebab penyakit luar yang relatif mudah masuk dan
mudah keluar. Apabila dibiarkan, maka akan masuk lebih dalam dan tentunya
akan menimbulkan gejala yang lebih berat. Dari sejumlah titik yang ada pada
wajah, sungguh sangat banyak indikasi untuk terapi berbagai macam penyakit.
Hal ini menunjukan suatu maksud di balikperintah berwudu untuk memelihara
diri melalui kesehatan, antara lainmemelihara mata dan hidung dari berbagai
keluhan, sebagaimana yang telahdiindikasikan diatas.

☁ Mengusap Kedua tangan hingga Siku

Titik akupunktur yang terdapat pada tangan adalah: titik pokok


berjumlah53; titik istimewa berjumlah titik akupunktur tangan berjumlah 36,
dan jumlahkeseluruhannya adalah 95 titik.
☁Membasuh kepala
Seorang neurology, Dr. Chiao dari Shan Shi, RRC telah mengemukakan
hasil risetnya tentang cerehal akupunktur, atau akupunktur kepala.
Dinyatakannya balita kelainan neurologi seperti hemiplegia, tremor, aphasia
dan choreamemberikan angka penyembuhan hingga 97 persen. Di dalam
kepala terdapat jaringan sistem syaraf pusat yang sangat komplek, yaitu otak.
Menurut ilmu kedokteran, beberapa fungsi otak adalah untuk mengontrol
mental, tingkah laku, pikiran, kesadaran, moral, kemauan,
kecerdasan,kemampuan berbicara dan bahasa serta perasaan khusus.

☁Mengusap daun telinga


Pada tahun 1957, P. Nogier, seorang berkebangsaan Jerman, apabila
melakukan sapuan terhadap telinga dengan intensitas tekanan yang optimal,
akan meningkatkan immunoglobulin kekebalan tubuh). karena terdapat lima
titik yang bisa dijadikan terapi preventif, yaitu titik adrenalinternal secretion,
subcortex, limpa dan hati. Kelima titik tersebut secara klinis dapat mencegah
berbagai serangan virus.

☁Membasuh kedua kaki sampai mata kaki.


Titik-titik sentra refleks pembuluh darah dan saraf bertumpu di kaki dan
tangan yang berjumlah minimal 91 titik yang dapat diformulasikan untuk
mengobati 170 jenis penyakit. Melalui syariat wudhu, dengan
diperintahkannya rukun membasuh kaki,akan memberikan efek terapi kepada
seluruh organ dan sistem organ tubuh.

Tayamum

☁ Hikmah tayamum sebagai interaksi lapisan tipis partikel- partikel debu


tanah dengan kandungan keringat dapat didekati pemahamannya dengan cara
kerja bedak talk (magnesium silikat) yang mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme-mikroorganisme. Partikel-partikel tanah yang terdispersikan
dalam air memiliki kemampuan mengikat zat-zat berwarna dan gula terlarut.
Adapun kandungan ion-ion anorganik, secara umum sudah diketahui mampu
diadsorpsi oleh tanah maupun debu tanah .

☁ Dalam tayamum, tanah atau debu tanah yang digunakan harus


merupakan tanah yang bersih. Hal ini makin memperkuat argumentasi bahwa
representasi utama tanah adalah mineral-mineral silikat dan aluminosilikat.
Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tingkat penyerapan suatu zat
terlarut oleh tanah makin meningkat seiring dengan berkurangnya zat-zat lain
selain silikat dan aluminosilikat dalam tanah. Lebih lanjut, jika kita
menginterpretasikan tanah untuk tayamum sebagai debu dari tanah, daya
adsorpsinya jauh lebih besar lagi jika dibandingkan dengan tanah dalam
ukuran butiran-butiran kasar biasa karena masalah luas permukaannya.

☁ Berbeda dengan air dan tanah yang mendapatkan pengakuan tentang


sifat-sifat khasnya, debu justru banyak diteliti dengan latar belakang karena
bahayanya dapat mengganggu kesehatan, seperti penyebab alerg,
ketercemarannya dengan logam beratnya, penyebab sakit paru-paru dan
jantung, pembawa kuman, dan pembawa bahan-bahan organik volatil
berbahaya bagi pernafasan. Tanpa diteliti lebih seksama, hal ini menjadi
kontradiktif dengan ajaran Islam, karena debu tanah dijadikan medium bersuci
dalam tayamum. Percobaan interaksi larutan campuran garam dapur dan
sukrosa dengan debu yang diperoleh dari dinding interior rumah-rumah
penduduk dan dinding kendaraan bus, menunjukkan bahwa debu tanah
memiliki kemampuan mengadsorpsi sangat baik terhadap kedua jenis senyawa
yang menjadi representasi zat anorganik maupun organik tersebut.
Kemampuannya tersebut makin meningkat jika rasio senyawa- senyawa silikat
atau aluminosilikat terhadap yang lainnya makin meningkat

☁ Sepanjang riwayat nabi Muhammad sampai saat ini, dalam penggunaan


debu tanah untuk tayamum tidak pernah diberitakan memiliki kasus
menyebabkan sakit atau gangguan lainnya. Adapun debu yang banyak menjadi
isu memiliki resiko terhadap kesehatan sehingga menjadi bahan penelitian
yang menarik minat banyak peneliti bidang lingkungan dan kesehatan adalah
karena perbedaan fokus objek penelitiannya maupun karena aktivitas industri.

8. Apakah Ihtilam Ketika Tidur ( Secara Tidak Sadar) Diwajibkan untuk Thaharah?

Cairan yang keluar dari kemaluan diantaranya yaitu:

1. Mani

Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan,
biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi
dengan syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena
berhubungan suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan
sebutan “mimpi basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus
mandi besar / mandi junub. Hukum air mani adalah suci dan tidak najis (
berdasarkan pendapat yang terkuat). Apabila pakaian seseorang terkena air
mani, maka disunnahkan untuk mencuci pakaian tersebut jika air maninya
masih dalam keadaan basah. Adapun apabila air mani telah mengering, maka
cukup dengan mengeriknya saja. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah, beliau
berkata “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada
pakaian Rasulullah dengan kuku saya.” (HR. Muslim)

2. Wadi

Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah
kencing. Keluarnya air wadi dapat membatalkan wudhu. Wadi termasuk hal
yang najis. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan,
kemudian berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka
cara membersihkannya adalah dengan dicuci.

3. Madzi
Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket.
Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang
memikirkan atau membayangkan jima’ (hubungan seksual) atau ketika
pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan
foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air
ini tidak menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air
mani, yang pada umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini
keluar tanpa disadari (tidak terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan
wanita, meskipun pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita.
Sebagaimana air wadi, hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi
terkena pada tubuh, maka wajib mencuci tubuh yang terkena air madzi,
adapun apabila air ini terkena pakaian, maka cukup dengan memercikkan air
ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut, sebagaimana sabda
Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi, “cukup
bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan
bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi
dan Ibnu Majah dengan sanad hasan). Keluarnya air madzi membatalkan
wudhu. Apabila air madzi keluar dari kemaluan seseorang, maka ia wajib
mencuci kemaluannya dan berwudhu apabila hendak sholat. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah, “Cucilah kemaluannya, kemudian
berwudhulah.” (HR. Bukhari Muslim)

Lalu bagaimana jika saat bangun tidur kita mendapati celana atau sarung kita
basah karena mani, sedangkan pada saat tidur kita tidak bermimpi apapun?

Menjawab hal ini, kita perlu merujuk sebuah hadis riwayat Imam Muslim
dalam Sahihnya:

‫اء ِمنَ ْال َماء إِنَّ َما‬


ِ ‫ْال َم‬

“Sesungguhnya mandi itu karena keluar air (mani)” (HR. Muslim)


Dari hadis ini sebenarnya sudah jelas bahwa kewajiban mandi wajib/junub
bukan karena mimpinya, melainkan karena keluarnya mani. Hal ini juga
diperjelas oleh Mustafa al-Khin dan Mustafa al-Bugha dalam kitabnya, al-Fiqh
al-Manhaji ala Madzhabi Imam as-Syafii, dengan mengutip hadis riwayat Abu
Dawud berikut:

‫احتالماً؟ يذكر وال البلل يجد الرجل عن – وسلم عليه هللا صلى – هللا رسول سئل قالت عنها هللا رضي عائشة عن‬
‫“ يغتسل ” فقال‬. ‫فقال البلل؟ يجد وال احتلم قد أن يرى الرجل وعن‬: ” ‫“ عليه غسل ال‬. ‫سليم أم فقالت‬: ‫المرأة‬
‫ذلك ترى‬، ‫الرجال شقائق النساء ” نعم ” قال غسل؟ أعليها‬

“Dari Aisyah Ra. berkata bahwa Rasul pernah ditanyai oleh seorang laki-laki
yang mendapati bajunya basah, dan ia tidak merasa ihtilam (mimpi melakukan
hubungan seksual), kemudian Rasul menjawab, “Mandi.” Serta ada orang lain
yang bertanya bahwa ia berihtilam, tapi tidak mendapati bajunya basah.
Kemudian Rasul menjawab, “Tidak wajib mandi.” Kemudian Ummu Salamah
bertanya, “Apakah perempuan saat seperti itu, apakah wajib mandi wahai
Rasul?” Rasul pun menjawab, “Iya, karena perempuan menyerupai laki-laki.”

Sehingga bagi orang yang tidur, baik bermimpi ataupun tidak, tapi jika ia
mengeluarkan mani, maka ia diwajibkan mandi.

9. Definisi Solat
Shalat secara lughawi berasal dari kata bahasa arab shalla — yushalli —
shalaatan )ً‫ص ََلة‬ َ ُ‫صلَّي — ي‬
َ — ‫صلِّي‬ َ ) yang mengandung makna doa atau pujian.
Dalam firman Allah dalam surat At-taubah;103 :

‫علِّي ٌم‬
َ ‫سمِّ ي ٌع‬ َّ ‫سك ٌَن لَ ُه ْم ۗ َو‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫علَ ْي ِّه ْم ۖ إِّ َّن‬
َ َ‫ص ََلتَك‬ َ ‫ص ِّل‬ َ ُ ‫صدَقَةً ت‬
َ ‫ط ِّه ُر ُه ْم َوتُزَ كِّي ِّه ْم بِّ َها َو‬ َ ‫ُخ ْذ مِّ ْن أ َ ْم َوا ِّل ِّه ْم‬

Yang artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Kata shalli (‫صل‬


َ ) pada ayat di atas berarti berdoalah, bukan shalatlah.
Demikian pula dengan kata shalaataka ( َ‫صلَوتَك‬
َ ) bukan berarti shalatmu, tapi
doamu.

Shalat menurut syari’at islam adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan
syarat dan rukun tertentu. Sedangkan menurut para ahli tasawuf, shalat
merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah hingga menumbuhkan
rasa tunduk dan takut kepada-Nya, kesadaran akan keagungan dan kebesaran-
Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.

10. Syarat Sah Solat


1. Mengetahui Masuknya Waktu Solat
‫علَى ْال ُمؤْ مِّ نِّينَ ِّكت َابًا َّم ْوقُوتًا‬
َ ْ‫ص ََلة َ كَانَت‬
َّ ‫ِّإ َّن ال‬
“Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas
orang-orang yang beriman.” [An-Nissa’: 103].

2. Suci dari Hadas Kecil Maupun Besar


ۚ ‫س ُحوا بِّ ُر ُءو ِّس ُك ْم َوأ َ ْر ُجلَ ُك ْم إِّلَى ْال َك ْعبَي ِّْن‬ ِّ ِّ‫ص ََلةِّ فَا ْغ ِّسلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأ َ ْي ِّديَ ُك ْم إِّلَى ْال َم َراف‬
َ ‫ق َوا ْم‬ َّ ‫أَيُّ َها الَّذِّينَ آ َمنُوا إِّذَا قُ ْمت ُ ْم إِّلَى ال‬
‫اط َّه ُروا‬ َّ َ‫َو ِّإن ُكنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬

“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah…” [Al-Maa-idah: 6]

3. Badan, Baju dan Tempat yang dipergunakan Shalat Suci dari Najis yang
Terlihat Pancaindera

َ َ‫َوثِّيَابَكَ ف‬
‫ط ِّهر‬

“Dan Pakaianmu bersihkanlah.” [Al-Muddatstsir: 4]


4. Menutup Aurat

‫يَا بَنِّي آدَ َم ُخذُوا ِّزينَت َ ُك ْم عِّندَ ُك ِّل َمس ِّْجد‬

“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki)


mesjid” [Al- A’raaf: 31]

5. Menghadap Kiblat

• ْ ‫ْث َما ُكنت ُ ْم فَ َولُّوا ُو ُجو َه ُك ْم ش‬


ُ‫َط َره‬ ْ ‫فَ َو ِّل َوجْ َهكَ ش‬
ُ ‫َط َر ْال َمس ِّْج ِّد ْال َح َر ِّام ۚ َو َحي‬

“maka palingkanlah wajahmu ke Masjidil Haram. Dan di mana saja


kamu (sekalian) berada, maka palingkanlah wajahmu ke arahnya…”
[Al-Baqarah: 144].

11. Solat Safar dan Solat dalam Kendaraan

Pengertian solat safar

Shalat yang dilakukan ketika ingin berpergian atau melakukan sebuah perjalanan

َ َ‫ي صلى هللا عليه وسلم ََل يَ ْن ِّز ُل َم ْن ِّز ًَل ِّإ ََّل َود‬
‫عهُ ِّب َر ْك َعتَي ِّْن‬ ُ ‫َكانَ النَّ ِّب‬

Artinya : “Nabi SAW tidak tinggal di suatu tempat kecuali beliau meninggalkan
tempat tersebut dengan shalat dua rakaat.” (HR. Al-Hakim).

Tata Cara Solat Shafar

1. Membaca niat :

‫سف َِّر َر ْكعَتي ِّْن ّللِّ تَعَالَى‬


َّ ‫سنةَ ال‬
ً ‫صلي‬
َ

Artinya : “Aku niat shalat sunah Safar dua rakaat karena Allah Ta’ala.”

Pada rakaat pertama setelah surah Al-Fatihah disunnahkan membaca surah


Al-Kafirun dan rakaat kedua disunnahkan membaca surah Al-Ikhlas.
Setelah salam disunnahkan membaca ayat kursi dan surah Quraisy.

Membaca doa Shalat safar :

َ‫اَلل ُه َّم ا َ ْنت‬.ُ‫عنا بُ ْعدَه‬


َ ‫ط ْو‬ ُ َ ‫سف ََرنَا َهذَا َوا‬ َ ‫علَ ْينَا‬ َ ‫ اَللَّ ُه َّم ه ُِّو ْن‬, ‫ضى‬َ ‫سف َِّرنَا َهذَال ِّب َّر َوالت َّ ْق َوى َومِّ نَ ْال َع َم ِّل َمات َْر‬
َ ‫اَللَّ ُه َّم اِّنَّانَ ْسأَلُكَ فِّى‬
‫ب فِّى ْال َما ِّل واأل َ ْه ِّل‬ ِّ َ‫س ْوءِّ ْال ُم ْنقَل‬ َ ‫سف َِّر وكَابَ ِّة ْال َم ْن‬
ُ ‫ظ ِّر َو‬ َّ ‫اللَّ ُه َّم اِّنِّى اَع ُْوذُ بِّكَ مِّ ْن َو ْعثَاءِّ ال‬.‫صاحِّ بُ فِّى السف َِّر َو ْال َخ ِّلفَةً فى األ َ ْه ِّل‬ َ ‫ال‬

Artinya : “Ya Allah, sesunggunya kami memohon kepada-Mu kebaikan dan


amal yang Engkau ridhai dalam perjalanan kami. Ya Allah, mudhkanlah
perjalanan kami ini, dekatkanlah bagi kami jarak yang jauh. Ya Allah, Engkau
adalah rekan dalam perjalanan dan pengganti di tengah keluarga. Ya Allah,
sesunggunya aku berlindung kepada-Mu dari kesukaran perjalanan, tempat
kembali yang menyedihkan, dan pemandangan yang buruk pada harta dan
keluarga.”

Solat dalam Kendaraan

Shalat yang dilakukan ketika tidak memungkinkan untuk melakukan shalat


pada umumnya.

‫ والسماء من فوقهم‬، ‫أن النبي صلى هللا عليه وسلم انتهى إلى مضيق هو وأصحابه وهو على راحلته‬
‫والبلة من أسفل منهم فحضرت الصَلة فأمر المؤذن فأذن وأقام ثم تقدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
‫على راحلته فصلى بهم يومئ إيماء يجعل السجود أخفض من الركوع‬

Artinya : “Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersama para


sahabat berada di sebuah daerah yang sempit ketika safar dan beliau di
atas kendaraan. Ketika itu turun hujan, dan suasana tanah becek di
bawah mereka. Kemudian datanglah waktu shalat. Beliau
memerintahkan muadzin untuk adzan dan iqamah. Kemudian
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam maju dengan hewan tunggangannya
dan mengimami mereka. Beliau shalat dengan isyarat kepala, dimana
sujudnya lebih rendah dari pada rukuknya.” (HR. Ahmad, dan
Tirmidzi.)

 Jika shalat tidak dapat dilakukan secara berdiri, maka shalat lah dengan
posisi semampunya.

‫ فإن لم تستطع فعلى جنب‬، ً ‫فقاعدا‬

Artinya : “Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika
tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari)
 Tata cara shalat dalam kendaraan :

1. Duduk sesuai posisi normal orang naik kendaraan, punggung disandarkan di


jok kursi, pandangan mengarah ke depan bawah.

2. Takbiratul ihram, membaca surat dengan posisi seperti di atas.

3. Rukuk dengan sedikit menundukkan badan.

4. Bangkit i’tidal kembali ke posisi semula.

5. Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika rukuk.

6. Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika
takbiratul ihram.

7. Gerakan yang lainnya sama seperti di atas.

8. Ketika tasyahud mengacungkan isyarat jari telunjuk dan pandangan tertuju ke


arah telunjuk.

9. Salam, menoleh ke kanan ke kiri dalam posisi duduk.

• Jika ingin melakukan 2 waktu Shalat, maka dapat dilakukan Jama (menggabungkan),
atau Qasar (menyingkat)

12. Solusi dari Skenario

Solusi dari skenario adalah dengan mengganti mandi junub dengan


bertayamum, seperti apa yang sudah di jelaskan pada surat Al-Maidah ayat 6

Kebolehan tayamum sebagai ganti mandi ini dijelaskan dalam Al-Qur’an:

َّ َ‫َو ِّإ ْن ُك ْنت ُ ْم ُجنُبًا ف‬


‫اط َّه ُروا‬

“Dan jika kamu junub Maka mandilah.”


Mandi junub seharusnya menggunakan air. Kalau tidak ada air boleh
menggantinya dengan tayamum. Dibolehkan juga tayamum bagi orang Kebolehan
tayamum sebagai ganti mandi ini didasarkan pada firman Allah:

َ ِّ‫سفَر أ َ ْو َجا َء أ َ َحد ٌ ِّم ْن ُك ْم ِّمنَ ْالغَائِّ ِّط أ َ ْو َل َم ْست ُ ُم الن‬


‫سا َء فَلَ ْم‬ َ ‫علَى‬ َ ‫ضى أ َ ْو‬
َ ‫َوإِّ ْن ُك ْنت ُ ْم َم ْر‬
َ ‫ص ِّعيدًا‬
‫ط ِّيبًا‬ َ ‫ت َ ِّجدُوا َما ًء فَتَ َي َّم ُموا‬

“Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih);” (QS. Al-Maidah: 6)

“Dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Maidah: 6).
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

Thaharah atau bersuci bukan hanya meliputi tubuh atau badan saja, tetapi hati
juga. Thaharah hati atau qalbu adalah mensucikan diri dari kesyirikan dan maksiat
yang ada pada hati, sedangkan thaharah badan atau hissiyah adalah mensucikan
sekaligus membersihkan diri dari segala hadast dan najis, dengan cara berwudhu,
tayamum, dan atau mandi wajib. Dengan begitu kita dapat kembali dalam keadaan
suci semula. Jika tidak ada air untuk melakan wudhu dan mandi, maka kita dapat
melakukan tayamum menggunakan debu atau pasir yang baik.
DAFTAR PUSTAKA

• As-Sayyid Sabiq. Fiqh as-Sunnah. Beirut: Dar al-Kitab al-Araby, 1993.


• Bekti Rahmasari, Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan dalam Perspektif Hadis,
PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS
USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1438 H/2017 M.

• Yusuf Al-Qaradhawi, Fiqih Peradaban: Sunnah Sebagai Paradigma Ilmu Pengetahuan.


Penerjemah Faizah Firdaus. (Surabaya: Dunia Ilmu, 1997), h. 361

• Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjāj, Sahīh Muslim, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah,
1991), h. 203
Abi Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟ats, Sunan Abī Dāwud, (Riyadh: Bait al-Afkar),h. 28

• Abi „Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah al-Tirmidzī, Jami‟ Tirmidzī, (Riyadh: Bait al-
Afkar), h. 449

• https://journal.uinsgd.ac.id
• Hasanuddin, Oan. Mukjizat Berwudhu, Jakarta: Qultum Media,2007

• Jie, Sim Kie. Dasar Teori Ilmu Akupuntur, Identifikasi Dan Klarifikasi Penyakit,
Jakarta:Grasindo, t.t

• Kusuma, Hadi dan Kiswoyo. Teori dan Praktek Ilmu Akupuntur, Jakarta:
Gramedia,1983

• Maftukhin, Anis. Rahasia-rahasia Besar di Balik Perintah Wudhu, Jakarta: Rabitha


Press, 2006

Anda mungkin juga menyukai