AL-ISLAM KEMUHAMMADIYAHAN
2019
KELOMPOK 1
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena telah melimpahkan rahmat-Nya
berupa kesempatan dan pengetahuan sehingga kami dapat menyelesaikan laporan Problem
Based Learning Modul 1 pada Blok Al-islam Kemuhammadiyahan.
Rasa terima kasih kami ucapkan kepada bapak Suhur Samiun,S.Sos.I selaku tutor yang dengan
sabar membimbing kami serta teman-teman yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-
idenya sehingga laporan ini dapat disusun dengan baik dan rapi.
Kami berharap semoga laporan PBL ini dapat menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, sehingga
kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi terciptanya
laporan PBL selanjutnya yang lebih baik lagi.
Kelompok 1
1. Latar Belakang
Thaharah secara bahasa berarti bersih dan membebaskan diri dari kotoran dan
najis. Sedangkan pengertian thaharah secara istilah (syara’) adalah menghilangkan
hukum hadats untuk menunaikan shalat atau (ibadah) yang selainnya yang disyaratkan
di dalamnya untuk bersuci dengan air atau pengganti air, yaitu tayammum.
Thaharah merupakan syarat sah ibadah shalat, maka tanpa thaharah, ibadah
shalat, baik yang fardhu maupun yang sunnah, tidak sah. maka setiap muslim yang
hendak melakukan shalat tidak saja harus mengerti thaharah melainkan juga harus
mengetahui dan terampil melaksanakannya sehingga thaharahnya itu sendiri terhitung
sah menurut ajaran ibadah syar’iah.
2. Tujuan Pembelajaran
Meningkatkan pengetahuan mahasiswa tentang thaharah.
Agar mahasiswa mampu mempraktikkan thaharah dikehidupan sehari-hari.
Agar mahasiswa mengetahui hal-hal yang dapat membatalkan Thaharah.
Agar mahasiawa dapat menerapkan Thaharah di dunia medis.
Membuat mahasiswa tahu apa saja jenis-jenis najis.
Membuat mahasiswa mengetahui macam-macam hadast serta cara
menyucikannya.
Membuat mahasiswa mengetahui tata cara tayamum yang benar, dari syarat
hingga pelaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A. SKENARIO
Dalam perjalanan untuk ibadah Umrah dari Indonesia ke Makkah (9-10 lama perjalanan),
seorang jama’ah yang bernama bapak Abdul Malik mengalami mimpi basah (ihtilam) ketika
tertidur di pesawat terbang Garuda. Ia terbangun setelah empat jam perjalanan dan
bermaksud menunaikan salat Zhuhur karena waktu salat sudah masuk. Bagaimana penjelasan
Anda tentang masalah tersebut dan bagaimana pemecahannya?
B. KATA-KATA SULIT
Ihtilam : mimpi yang sampai mengeluarkan hadast besar
Umrah : salah satu ibadah agama islam yang mengunjungo kota suci
Jama’ah : rombongan atau melakukan ibadah secara bersama-sama
C. IDENTIFIKASI MASALAH
Perjalanan ibadah (9—10 jam)
Mimpi basah ketika tertidur di pesawat
Ingin menunaikan shalat dzuhur
Terbangun setelah 4 jam perjalanan
D. PETA KONSEP
E. PERTANYAAN
1. Definisi Thaharah dan Istinja
2. Macam – macam Thaharah
3. Dasar Hukum Thaharah dan Istinja
4. Tata Cara Thaharah dan Istinja
5. Apa Saja yang Membatalkan Thaharah dan Apakah Mani Termasuk Najis?
6. Kebersihan Sebagian dari Iman
7. Manfaat Wudhu dan Tayamum dalam Dunia Kesehatan
8. Apakah Ihtilam Ketika Tidur ( Secara Tidak Sadar) Diwajibkan untuk Thaharah?
9. Definisi shalat
10. Syarat Sah Shalat
11. Shalat Safar dan Shalat dalam Kendaraan
12. Bagaimana Solusi dari Skenario
F. ANALISIS MASALAH
1. Definisi Thaharah dan Istinja
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci.
Menurut syara’ atau istilah adalah membersihkan diri, pakaian, tempat, dan
benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan
oleh syariat islam.
Istinja adalah membersihkan najis pada bagian Qubul / Dubur dengan cara
membersihkannya menggunakan air.
Thaharah ma’nawiyah
Thaharah ma'nawiyah atau thaharah qalbu (hati), adalah bersuci dari
syirik dan maksiat dengan cara bertauhid dan melakukan kegiatan amal
sholeh. Thaharah ini menjadi yang paling utama dibandingkan thaharah
nissiyah, karena thaharah hissiyah tak dapat dilaksanakan jika hati kita
belum suci. Untuk itu, sebagai muslim kita harus mensucikan diri dan jiwa
kita dari perbuatan syirik dan munafik serta kegiatan maksiat lain seperti
dengki, sombong, dendam, benci, riya' dan lain-lain.
Thaharah hissiyah
Thaharah hissiyah atau thaharah badan/jasmani, adalah mensucikan
bagian tubuh dari hadats (baik hadats kecil maupun hadats besar), najis
dan segala jenis kotoran. Untuk menghilangkan hadats kecil kita harus
berwudhu dan untuk menghilangkan hadats besar kita harus mandi besar.
Jika dalam kondisi tidak ada air, maka kita boleh melakukan tayammum
dengan menggunakan pengganti air yaitu tanah atau debu. Kita juga harus
membersihkan tubuh dari macam macam najis yang ada.
Istinja
• Wajib
Najis yang mengotori yang keluar dari kemaluan dalam keadaan basah. Contoh :
Buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK)
• Sunnah
Najis yang mengotori yang keluar dari kemaluan dalam keadaan kering. Contoh :
cacing
• Makruh (haram , lebih baik dihindari)
Keluarnya angin (kentut)
• Mubah (Apabila dilakukan atau ditinggalkan mendapat pahala)
Keluar keringat bagian bokong
• Haram
Dengan air hasil ghasab atau makanan yang menyerupai batu
• Najis Mugallazhah: dibersihkan lalu basuh sebanyak tujuh kali. salah satunya dibasuh
dengan air yang bercampur tanah.
Hadis dari Aisyah, bahwa Rasulullah saw. bersabda: “Bila salah seorang diantara kamu
pergi buang air, hendaklah istinja’ (bersuci) dengan tiga buah batu, itu telah
mencukupinya.” (HR. Ahmad, an-Nasa’i, dan Abu Daud).
• berniat
• membaca basmalah
• membersihkan tangan
• berkumur-kumur
• mencuci lubang hidung
• mencuci muka
• mencuci kedua belah tangan hingga siku
• mengusap kepala sekali usapan
• mengusap kedua telinga
• basuh kedua kaki
• wajib berurut
• doa sesudah berwudhu
• membaca basmalah
• berwudhu
• usap lagi ke debu kemudian usapkan kedua tepalak tangan sampai pergelangan tangan
5. Apa Saja yang Membatalkan Thaharah dan Apakah Mani Termasuk Najis?
Keluarnya segala sesuatu selain mani, baik dari dubur atau qubul, baik berupa hal
yang biasa keluar atau yang tidak biasa, seperti; Kencing (air kencing), kentut (angin),
Buang air besar (tinja), madzi, wadi, darah, batu kecil, ulat, atau belatung.
Hilang akal yang disebabkan tidur dengan posisi duduk tanpa menetapkan pantat ke
bumi, mabuk, gila, epilepsi, pingsan, dan lain-lain. Jika tidur dalam posisi duduk yang
tetap dengan keadaan badannya, maka tidak sampai membatalkan wudhu.
Bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan. Dengan menyentuh atau saling
bersentuhan antara kulit laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dengan
syarat keduanya sudah baligh atau dewasa secara langsung (tanpa penghalang).
Menyentuh kemaluan, lubang dubur, baik milik sendiri atau orang lain. Baik
kemaluan orang hidup maupun mati, besar atau kecil, laki-laki atau perempuan,
dengan telapak tangan bagian dalam secara langsung (tanpa penghalang).
Hal – hal yang mewajibkan mandi wajib, perihal yang mewajibkan kita untuk mandi
wajib otomatis juga membatalkan wudhu kita.
Hukum Air mani adalah suci dan tidak termasuk najis, dan membersihkan pakaian
yang terkena air mani hukumnya sunnah
Kebersihan berasal dari kata bersih yang artinya yaitu bebas dari kotoran,
sedangkan kebersihan yaitu keadaan yang menurut akal dan pengetahuan manusia
dianggap tidak mengandung noda atau kotoran.
Dalam membahas perkara kebersihan dalam agama Islam digunakan tiga macam
istilah, yaitu:
1. Nazāfah (nazīf)
2. Tahārah
3. Tazkiyah
kebersihan adalah salah satu unsur penting dalam perilaku beradab. Islam
menganggap kebersihan sebagai suatu sistem peradaban dan ibadah. Islam sangat
memperhatikan kebersihan karena sesungguhnya Allah menyukai kebersihan
sebagaimana firman Allah dalam Q.S al-Baqarah (2): 222: “Sesungguhnya Allah
menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-orang yang
mensucikan diri.”
perhatian Rasulullah saw terhadap kebersihan rumah dan halaman.
Sebagaimana sabdanya
“sesunguhnya Allah itu baik, menyukai sesuatu yang baik, Allah itu suci
(bersih) dan menyukai sesuatu yang bersih, Allah itu mulia dan menyukai
kemuliaan, Allah itu penderma dan menyukai kedermawanan maka bersihkanlah
teras rumahmu dan janganlah menyerupai kaum Yahudi (HR. Tirmidzi)
• Kedua, kebersihan adalah cara untuk menuju kepada kesehatan badan dan kekuatan.
• Ketiga, kebersihan itu adalah syarat untuk memperbaiki atau menampakkan diri
dengan penampilan yang indah yang dicintai oleh Allah swt dan Rasul-Nya.
• Keempat, kebersihan dan penampilan yang baik merupakan salah satu penyebab
eratnya hubungan seseorang dengan orang lain.
7. Manfaat Wudhu dan Tayamum dalam Dunia Kesehatan
Wudhu
Pada anggota tubuh yang terkena rukun wudhu, terdapat ratusan titik
akupuntur yang bersifat reseptor (penerima rangsangan) terhadap stimulus
(rangsangan) berupa basuhan, gosokan, usapan, dan tekanan ketika melakukan
wudhu,. Stimulus tersebut akan dihantarkan meridian ke sel, jaringan, organ,
dan sistem organ yang bersifat terapi. Hal ini terjadi karena adanya sistem
regulasi, yaitu sistem syaraf dan hormon bekerja untuk mengadakan
homeostasis (keseimbangan).
Pada telapak tangan terdapat titik akupuntur pokok dan titik-titik sentra
refleks. Maka ketika kita membasuh dengan menggososk-gosok kedua telapak
tangan, selain membersihkan diri dari kotoran, juga memberikan efek terapi,
anatara lain akan membuat segarnya kepala dan pikiran. Selain itu, dengan
membasuh kedua telapak tangan juga bisa mengaktifkan efek biolistrik serta
membuang sampah biolistrik yang terdapat pada tubuh kita.
☁ Membasuh Wajah
Tayamum
8. Apakah Ihtilam Ketika Tidur ( Secara Tidak Sadar) Diwajibkan untuk Thaharah?
1. Mani
Mani adalah cairan berwarna putih yang keluar memancar dari kemaluan,
biasanya keluarnya cairan ini diiringi dengan rasa nikmat dan dibarengi
dengan syahwat. Mani dapat keluar dalam keadaan sadar (seperti karena
berhubungan suami-istri) ataupun dalam keadaan tidur (biasa dikenal dengan
sebutan “mimpi basah”). Keluarnya mani menyebabkan seseorang harus
mandi besar / mandi junub. Hukum air mani adalah suci dan tidak najis (
berdasarkan pendapat yang terkuat). Apabila pakaian seseorang terkena air
mani, maka disunnahkan untuk mencuci pakaian tersebut jika air maninya
masih dalam keadaan basah. Adapun apabila air mani telah mengering, maka
cukup dengan mengeriknya saja. Hal ini berdasarkan perkataan Aisyah, beliau
berkata “Saya pernah mengerik mani yang sudah kering yang menempel pada
pakaian Rasulullah dengan kuku saya.” (HR. Muslim)
2. Wadi
Wadi adalah air putih kental yang keluar dari kemaluan seseorang setelah
kencing. Keluarnya air wadi dapat membatalkan wudhu. Wadi termasuk hal
yang najis. Cara membersihkan wadi adalah dengan mencuci kemaluan,
kemudian berwudhu jika hendak sholat. Apabila wadi terkena badan, maka
cara membersihkannya adalah dengan dicuci.
3. Madzi
Madzi adalah air yang keluar dari kemaluan, air ini bening dan lengket.
Keluarnya air ini disebabkan syahwat yang muncul ketika seseorang
memikirkan atau membayangkan jima’ (hubungan seksual) atau ketika
pasangan suami istri bercumbu rayu (biasa diistilahkan dengan
foreplay/pemanasan). Air madzi keluar dengan tidak memancar. Keluarnya air
ini tidak menyebabkan seseorang menjadi lemas (tidak seperti keluarnya air
mani, yang pada umumnya menyebabkan tubuh lemas) dan terkadang air ini
keluar tanpa disadari (tidak terasa). Air madzi dapat terjadi pada laki-laki dan
wanita, meskipun pada umumnya lebih banyak terjadi pada wanita.
Sebagaimana air wadi, hukum air madzi adalah najis. Apabila air madzi
terkena pada tubuh, maka wajib mencuci tubuh yang terkena air madzi,
adapun apabila air ini terkena pakaian, maka cukup dengan memercikkan air
ke bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut, sebagaimana sabda
Rasulullah terhadap seseorang yang pakaiannya terkena madzi, “cukup
bagimu dengan mengambil segenggam air, kemudian engkau percikkan
bagian pakaian yang terkena air madzi tersebut.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi
dan Ibnu Majah dengan sanad hasan). Keluarnya air madzi membatalkan
wudhu. Apabila air madzi keluar dari kemaluan seseorang, maka ia wajib
mencuci kemaluannya dan berwudhu apabila hendak sholat. Hal ini
sebagaimana sabda Rasulullah, “Cucilah kemaluannya, kemudian
berwudhulah.” (HR. Bukhari Muslim)
Lalu bagaimana jika saat bangun tidur kita mendapati celana atau sarung kita
basah karena mani, sedangkan pada saat tidur kita tidak bermimpi apapun?
Menjawab hal ini, kita perlu merujuk sebuah hadis riwayat Imam Muslim
dalam Sahihnya:
احتالماً؟ يذكر وال البلل يجد الرجل عن – وسلم عليه هللا صلى – هللا رسول سئل قالت عنها هللا رضي عائشة عن
“ يغتسل ” فقال. فقال البلل؟ يجد وال احتلم قد أن يرى الرجل وعن: ” “ عليه غسل ال. سليم أم فقالت: المرأة
ذلك ترى، الرجال شقائق النساء ” نعم ” قال غسل؟ أعليها
“Dari Aisyah Ra. berkata bahwa Rasul pernah ditanyai oleh seorang laki-laki
yang mendapati bajunya basah, dan ia tidak merasa ihtilam (mimpi melakukan
hubungan seksual), kemudian Rasul menjawab, “Mandi.” Serta ada orang lain
yang bertanya bahwa ia berihtilam, tapi tidak mendapati bajunya basah.
Kemudian Rasul menjawab, “Tidak wajib mandi.” Kemudian Ummu Salamah
bertanya, “Apakah perempuan saat seperti itu, apakah wajib mandi wahai
Rasul?” Rasul pun menjawab, “Iya, karena perempuan menyerupai laki-laki.”
Sehingga bagi orang yang tidur, baik bermimpi ataupun tidak, tapi jika ia
mengeluarkan mani, maka ia diwajibkan mandi.
9. Definisi Solat
Shalat secara lughawi berasal dari kata bahasa arab shalla — yushalli —
shalaatan )ًص ََلة َ ُصلَّي — ي
َ — صلِّي َ ) yang mengandung makna doa atau pujian.
Dalam firman Allah dalam surat At-taubah;103 :
علِّي ٌم
َ سمِّ ي ٌع َّ سك ٌَن لَ ُه ْم ۗ َو
َ َُّللا َ علَ ْي ِّه ْم ۖ إِّ َّن
َ َص ََلتَك َ ص ِّل َ ُ صدَقَةً ت
َ ط ِّه ُر ُه ْم َوتُزَ كِّي ِّه ْم بِّ َها َو َ ُخ ْذ مِّ ْن أ َ ْم َوا ِّل ِّه ْم
Yang artinya:
Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu
membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka.
Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan
Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
Shalat menurut syari’at islam adalah ibadah yang terdiri dari perkataan dan
perbuatan yang di awali dengan takbir dan di akhiri dengan salam dengan
syarat dan rukun tertentu. Sedangkan menurut para ahli tasawuf, shalat
merupakan upaya menghadapkan hati kepada Allah hingga menumbuhkan
rasa tunduk dan takut kepada-Nya, kesadaran akan keagungan dan kebesaran-
Nya, serta kesempurnaan kekuasaan-Nya.
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki, dan jika kamu junub maka
mandilah…” [Al-Maa-idah: 6]
3. Badan, Baju dan Tempat yang dipergunakan Shalat Suci dari Najis yang
Terlihat Pancaindera
َ ََوثِّيَابَكَ ف
ط ِّهر
5. Menghadap Kiblat
Shalat yang dilakukan ketika ingin berpergian atau melakukan sebuah perjalanan
َ َي صلى هللا عليه وسلم ََل يَ ْن ِّز ُل َم ْن ِّز ًَل ِّإ ََّل َود
عهُ ِّب َر ْك َعتَي ِّْن ُ َكانَ النَّ ِّب
Artinya : “Nabi SAW tidak tinggal di suatu tempat kecuali beliau meninggalkan
tempat tersebut dengan shalat dua rakaat.” (HR. Al-Hakim).
1. Membaca niat :
Artinya : “Aku niat shalat sunah Safar dua rakaat karena Allah Ta’ala.”
والسماء من فوقهم، أن النبي صلى هللا عليه وسلم انتهى إلى مضيق هو وأصحابه وهو على راحلته
والبلة من أسفل منهم فحضرت الصَلة فأمر المؤذن فأذن وأقام ثم تقدم رسول هللا صلى هللا عليه وسلم
على راحلته فصلى بهم يومئ إيماء يجعل السجود أخفض من الركوع
Jika shalat tidak dapat dilakukan secara berdiri, maka shalat lah dengan
posisi semampunya.
Artinya : “Shalatlah sambil berdiri, jika tidak mampu, sambil duduk, dan jika
tidak mampu shalatlah sambil tiduran.” (HR. Bukhari)
Tata cara shalat dalam kendaraan :
5. Sujud dengan menundukkan badan yang lebih rendah dari pada ketika rukuk.
6. Duduk diantara dua sujud dengan posisi duduk sempurna, seperti ketika
takbiratul ihram.
• Jika ingin melakukan 2 waktu Shalat, maka dapat dilakukan Jama (menggabungkan),
atau Qasar (menyingkat)
“Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus)
atau menyentuh perempuan, lalu kamu tidak memperoleh air, Maka bertayammumlah
dengan tanah yang baik (bersih);” (QS. Al-Maidah: 6)
“Dan jika kamu junub maka mandilah, dan jika kamu sakit atau dalam
perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan,
lalu kamu tidak memperoleh air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(bersih); sapulah mukamu dan tanganmu dengan tanah itu. Allah tidak hendak
menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan
nikmat-Nya bagimu, supaya kamu bersyukur.” (Q.S. Al-Maidah: 6).
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Thaharah atau bersuci bukan hanya meliputi tubuh atau badan saja, tetapi hati
juga. Thaharah hati atau qalbu adalah mensucikan diri dari kesyirikan dan maksiat
yang ada pada hati, sedangkan thaharah badan atau hissiyah adalah mensucikan
sekaligus membersihkan diri dari segala hadast dan najis, dengan cara berwudhu,
tayamum, dan atau mandi wajib. Dengan begitu kita dapat kembali dalam keadaan
suci semula. Jika tidak ada air untuk melakan wudhu dan mandi, maka kita dapat
melakukan tayamum menggunakan debu atau pasir yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
• Abi al-Husain Muslim bin al-Hajjāj, Sahīh Muslim, (Beirut: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah,
1991), h. 203
Abi Dāwud Sulaimān bin al-Asy‟ats, Sunan Abī Dāwud, (Riyadh: Bait al-Afkar),h. 28
• Abi „Isa Muhammad bin 'Isa bin Saurah al-Tirmidzī, Jami‟ Tirmidzī, (Riyadh: Bait al-
Afkar), h. 449
• https://journal.uinsgd.ac.id
• Hasanuddin, Oan. Mukjizat Berwudhu, Jakarta: Qultum Media,2007
• Jie, Sim Kie. Dasar Teori Ilmu Akupuntur, Identifikasi Dan Klarifikasi Penyakit,
Jakarta:Grasindo, t.t
• Kusuma, Hadi dan Kiswoyo. Teori dan Praktek Ilmu Akupuntur, Jakarta:
Gramedia,1983