Anda di halaman 1dari 42

Wudhu Dan Tayamum

Machfud Ilahi

10.44
Wudhu

Wudhu adalah salah satu cara bersuci dari hadas kecil sebelum mengerjakan ibadah
solat atau membaca Al-Qur'an.



Syarat Wuduk ada lima:
1. Islam
2. Baligh
3. Tidak berhadas besar
4. Memakai air yang mutlak (suci dan menyucikan)
5. Tidak ada yang menghalangi kulit
Rukun Wuduk ada enam:
1. Niat
2. Membasuh muka dari tempat tumbuh rambut di kepala sampai ke tulang dagu,
dan dari batas telinga kanan sampai batas telinga kiri
3. Membasuh dua tangan sampai ke siku.
4. Mengusap sebahagian kepala dengan air.
5. Membasuh dua kaki sampai mata kaki .
6. Tertib (berturutan).
Perkara yang dapat membatalkan Wuduk ada lima:
1. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur.
2. Hilangnya akal sama ada gila, pengsan ataupun mabuk.
3. Bersentuhan kulit laki-laki dengan kulit perempuan kecuali mereka itu masih
muhrim.
4. Menyentuh kemaluan dengan telapak tangan
5. Tidur, kecuali apabila tidurnya dengan duduk dan masih dalam keadaan semula
(tidak berubah kedudukannya



Tayammum

Tayammum artinya menghilangkan hadas dengan menggunakan debu suci, kerana
ketiadaan air atau sakit yang menghalang penggunaan air.
Cara tayammum : sapukan debu yang suci ke muka dan dua tangan sampai ke siku dan
disertai dengan niat.



Syarat-syarat boleh tayammum :
1. Sudah masuk waktu solat
2. Tidak ada air dan sudah diusahakan mencarinya
3. Sakit, sehingga jika memakai air takut penyakitnya bertambah parah.
4. Sedang dalam perjalanan.

Rukun Tayammum :
1. Niat
2. Menyapu muka dengan tanah
3. Menyapu kedua tangan sampai siku dengan tanah
4. Tertib atau berturutan

Sunat Tayammum :
1. Mengawali dengan bacaan Bismillah dalam hati.
2. Mendahulukan anggota badan sebelah kanan.

Hal-hal yang membatalkan tayammum sama dengan yang membatalkan wuduk
http://solafussholeh.blogspot.com/2013/05/wudhu-dan-tayamum.html
THAHARAH : WUDHU, TAYAMUM
DAN MANDI WAJIB
POSTED BY PUJI ONO POSTED ON RABU, MARET 20, 2013 WITH NO COMMENTS

?
(rating: 0 | 0 votes | 1930 views)

PENGERTIAN THAHARAH

Thaharah menurut arti bahasa adalah bersih dan suci dari kotoran atau najis hissi
(yang dapat terlihat) seperti kencing atau lainnya, dan najis manawi (yang tidak
kelihatan zatnya) seperti aib dan maksiat.
Adapun menurut istilah syara, thahrah ialah bersih dari najis baik najis haqiqi,
yaitu khabats (kotoran) atau najis.

Imam an-Nawawi mendefinisikan thaharah sebagai kegiatan mengangkat hadats
atau menghilangkan najis atau yang serupa dengan kedua kegiatan itu, dari segi
bentuk atau maknanya. Tambahan di akhir definisi yang dibuat oleh ulama
Madzhab Hanafi bertujuan supaya hukum-hukum berikut dapat tercakup, yaitu
tayamum, mandi sunnah, memperbarui wudhu, membasuh yang kedua dan ketiga
dalam hadats dan najis, mengusap telinga, berkumur, dan kesunnahan thaharah,
thaharah wanita mustahadhah, dan orang yang mengidap kencing berterusan.

- :

Mereka bertanya kepadamu tentang haidh. Katakanlah: "Haidh itu adalah suatu
kotoran". Oleh sebab itu hendaklah kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu
haidh; dan janganlah kamu mendekati mereka, sebelum mereka suci. Apabila
mereka telah suci, maka campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan Allah
kepadamu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri. QS Al-Baqarah : 222

JENIS THAHARAH

Dari definisi di atas, maka thaharah dapat dibagai menjadi dua jenis, yaitu thaharah
hadats (menyucikan hadats) dan thaharah khabats (menyucikan kotoran).
Menyucikan hadats adalah khusus pada badan. Adapun menyucikan kotoran
adalah merangkumi badan, pakaian, dan tempat. Me nyucikan hadats terbagi
kepada tiga macam, yaitu hadats besar dengan cara mandi, menyucikan hadats
kecil dengan cara wudhu, dan ketiga adalah bersuci sebagai ganti kedua jenis cara
bersuci di atas, apabila memang tidak dapat dilakukan karena ada udzur, yaitu
tayamum. Menyucikan kotoran (khabats) juga dapat dilakukan dengan tiga cara
yaitu mem basuh, mengusap, dan memercikkan.
Oleh sebab itu, thaharah mencakup wudhu, mandi, menghilangkan najis, tayamum,
dan perkara-perkara yang berkaitan dengannya.



WUDHU


menurut bahasa, Wudhu artinya Bersih dan Indah. sedangkan menurut istilah
(syariah islam) artinya menggunakan air pada anggota badan tertentu dengan cara
tertentu yang dimulai dengan niat guna menghilangkan hadast kecil. Wudhu
merupakan salah satu syarat sahnya sholat (orang yang akan sholat, diwajibkan
berwudhu lebih dulu, tanpa wudhu shalatnya tidak sah.


Syarat-syarat Sah Wudhu


a. Niat, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu alahi wasallam :
(( ))
Sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niatnya. [Muttafaq alaih].
Tidak disyariatkan melafadzkan niat karena tidak adanya dalil yang tetap (shahih)
dari Nabi Muhammad shallallahu alahi wasallam yang menunjukkan hal tersebut.
Adapun niat yang sering dipakai adalah





Artinya : Saya niat berwudhu untuk menghilangkan hadats kecil karena Allah
Taala


b. at-Tasmiyah (menyebut nama Allah), berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu
alahi wasallam :

((
((

Tidak ada (tidak sah) shalat bagi orang yang tidak berwudhu, dan tidak ada
(tidak sah) wudhu bagi orang yang tidak menyebut nama Allah. [Hadits hasan
riwayat Abu Dawud dan Ibnu Majah].
c. al-Muwaalaah (berturut-turut/bersambung), berdasarkan hadits Khalid bin
Madan, bahwa Nabi shallallahu alahi wasallam melihat seseorang yang shalat,
sedangkan di punggung kakinya ada bagian sebesar uang dirham yang tidak
terbasuh air, maka Rasulullah shallallahu alahi wasallam memerintahkannya
untuk mengulang wudhu dan shalatnya. [Hadits shahih riwayat Abu Dawud]


Rukun yang merupakan Fardhu-fardhu Wudhu

Hal ini berdasarkan firman Allah subhanahu wataaala :

{

}

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan
(basuh) kakimu sampai dengan kedua mata kaki. [Surat al-Maaidah : 6]

1. Niat
2. Membasuh muka, tercakup di dalamnya berkumur-kumur dan istinsyaaq
(memasukkan air ke hidung).
3. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku.
4. Mengusap kepala seluruhnya (termasuk kedua telinga), karena kedua telinga
termasuk bagian dari kepala.
5. Membasuh kedua kaki sampai kedua mata kaki.
6. Tertib
Hal- hal yang membatalkan wudhu

1. Mengeluarkan suatu zat dari qubul (kemaluan) dan dubur (anus). Misalnya
buang air kecil, air besar, buang angin/kentut dan lain sebagainya.

2. Kehilangan kesadaran baik karena pingsan, ayan, kesurupan, gila, mabuk, dan
lain-lain.

3. Bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan muhrimnya tanpa tutup.

4. Tidur dengan nyenyak, kecuali tidur mikro (micro sleep) sambil duduk tanpa
berubah kedudukan.

Sunah-sunah dalam berwudhu

Adapun berkumur-kumur, membasuh hidung, dan lainnya adalah hal sunnah, akan
tetapi alangkah baiknya kita melakukan sunnah-sunnahnya, sehingga wudhu kita
pun menjadi sempurna.

Diantara sunnah-sunnah wudhu adalah :
1. Bersiwak sebelum wudhu.
2. Berkumur-kumur.
3. Memasukkan air kedalam hidung.
4. Membasahi seluruh kepala.
5. Membasuh telinga.
6. Menyela jari-jari tangan dan kaki.
7. Mengusap tengkuk(bagian belakang leher).

Doa Setelah Berwudhu


Artinya: Aku bersaksi tiada tuhan melainkan Alloh Yang Maha Tunggal, tiada
sekutu bagi-Nya. Dan Aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah hamba-Nya
dan utusan-Nya. Ya Alloh jadikanlah aku orang yang ahli taubat dan jadikanlah
aku oang yang suci dan jaidkanlah aku dari golongan hamba-hambu-Mu yang
sholeh


TAYAMUM

Tayamum adalah bersuci sebagai pengganti wudhu atau mandi wajib yang tadinya
seharusnya menggunakan air bersih digantikan dengan menggunakan tanah atau
debu yang suci.


Sebab / Alasan Melakukan Tayamum :

1. Dalam perjalanan jauh
2. Jumlah air tidak mencukupi karena jumlahnya sedikit
3. Telah berusaha mencari air tapi tidak diketemukan
4. Air yang ada suhu atau kondisinya mengundang kemudharatan
5. Air yang ada hanya untuk minum
6. Air berada di tempat yang jauh yang dapat membuat telat shalat
7. Pada sumber air yang ada memiliki bahaya
8. Sakit dan tidak boleh terkena air


Syarat Sah Tayamum :

1. Telah masuk waktu salat
2. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran
3. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayamum
4. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
5. Tidak haid maupun nifas bagi wanita / perempuan
6. Menghilangkan najis yang yang melekat pada tubuh


Sunah / Sunat Ketika Melaksanakan Tayamum :

1. Membaca basmalah
2. Menghadap ke arah kiblat
3. Membaca doa ketika selesai tayamum
4. Medulukan kanan dari pada kiri
5. Meniup debu yang ada di telapak tangan
6. Menggodok sela jari setelah menyapu tangan hingga siku

Rukun Tayamum :

1. Niat Tayamum.


Artinya : Saya niat tayammum untuk diperbolehkan melakukan shalat karena Allah
Ta'ala
2. Menyapu muka dengan debu atau tanah.
3. Menyapu kedua tangan dengan debu atau tanah hingga ke siku.
4. Tertib


YANG MEMBATALKAN TAYAMUM
Perkara-perkara yang membatalkan wudhu juga membatalkan tayamum, dan jika
menemukan air. Jika ada air, maka wajiblah baginya untuk berwudhu, walaupun
tayamumnya tidak batal disebabkan oleh hal-hal yang membatalkan wudhu,
berdasarkan hadits Abi Hurairah -semoga Allah meridhainya- ia berkata :

Rasulullah -shallallahu 'alaihi wa sallam- bersabda: "As sha'iid adalah wudhuknya
muslim, walaupun ia tidak mendapatkan air selama sepuluh tahun, jika air ada,
maka bertakwalah (takutlah) kepada Allah, dan basahilah air itu ke kulitnya."[H.R
Bazzar dan hadits ini mempunyai syahid dari hadits Abi Dzar semisalnya] Maka
dengan hadits Abi Dzar ini maka hadits Abu Harairah menjadi shaih, hanya saja
shalat-shalat yang sudah dilakukan dengan tayamum tidak diulang lagi.
http://puji-share.blogspot.com/2013/03/thaharah-wudhu-tayamum-dan-mandi-wajib.html
WUDHU DAN TAYAMUM
10/16/2013
0 Comments


NIAT WUDHU
Pertanyaan:
Pada umumnya kalau mau berwudhu orang-orang membaca doa: nawaitul wudhu lirafil
hadatsil asghari lillahi taaala, mengapa Muhammadiyah justru menganjurkan tidak pakai?

Jawaban:
Pada saat mengawali wudhu yang diwajibkan adalah niat karena Allah dengan
membaca bismillah (HR. A-An-Nasai, Ahmad, Huzaimah). Mengenai nawaitul wudhu-a
lirrafil hadatsil... sebenarnya bukan doa wudhu. Tapi niat wudhu yang dibahasa Arab-kan.
Pendapat saya, sekiranya supaya mantap misalnya mau membacanya juga silahkan saja.
Tapi jangan disalahpahami sebagai doa wudhu yang harus dibaca. Boleh juga kalau mau
diganti dengan bahasa Indonesia misalnya diucapkan; niat saya berwudhu karena Allah. Ini
sama nilainya dengan yang bahasa Arab.

Bagi yang biasa membaca nawaitul wudhu-a... sebenarnya juga tidak mewajibkan. Dalam
kitab-kitab kuning hanya dibilang sunah melafazkan niat. Sebenarnya yang tepat bukan
sunah, tapi boleh (jaiz). Kalau dibilanng sunah nanti orang menjadi salah paham dikira
melafazkan niat adalah sesuatu yang dikerjakan Rasul.

Bagaimana menurut Muhammadiyah? Wudhu adalah bagian dari ibadah mahdhah (murni)
yang tatacaranya harus mengikuti seperti apa yang rasul ajarkan. Saat berwudhu,
Rasulullah tidak pernah membaca nawaitul wudhua lirafil hadatsil... sehingga menurut
Muhammadiyah yang terbaik adalah mengikuti seperti yang Rasul ajarkan.

MENGUSAP KEPALA
Pertanyaan:
Pada umumnya masyarakat hanya mengusap sedikit saja bagian depan kepala (jidat), tapi
Muhammadiyah mengajarkan mengusap seluruh kepala. Apa alasannya, ya?

Jawaban:
Perbedaan ini muncul karena perbedaan pemahaman terhadap QS. al-Maidah ayat
6: wamsahuu bi ru-uusikum (usaplah sebagian kepalamu). Karena ada kata sebagian ini
maka orang-orang berbeda pendapat, Imam Syafii menyatakan cukup diusap sebagian
kecil saja, bahkan tiga helai rambut di atas kepala sudah cukup. Imam Abu Hanifah
berpendapat minimal seperempat kepala. Imam Malik dan Ahmad mewajibkan mengusap
seluruh kepala.

Bagaimana menurut Muhammadiyah? Muhammadiyah tentu saja akan melakukan seperti
apa yang dilakukan Rasulullah. Meskipun dalam ayat al-Quran dikatakan sebagaian, tapi
prakteknya tentu yang terbaik meniru apa yang Rasul ajarkan. Yang dilakukan Rasulullah
dalam sebuah hadis shahih adalah mengusap sekali seluruh bagian kepala dari depan
sampai belakang sekaligus mengusap kedua telinga. (HR. Jamaah), kemudian (HR. Abu
Dawud, Nasai, Ibn Umar). Yang dimaksud sebagian adalah tidak harus seluruh permukaan
kepala basah, yang penting sebagian besar sudah diusap. Apa yang dipilih Muhammadiyah
ini sama dengan pendapat Imam Malik dan Ahmad.

DOA SETELAH WUDHU
Pertanyaan:
Pada umumnya setelah wudhu orang-orang membaca doa: asyhadu allaa ilaaha illallah, wa
asyhadu anna muhammadan abduhu wa rasuuluh, alloohummajalni minattawwaabin
wajalni minal mutathahhirin, mengapa Muhammadiyah tidak menganjurkan membaca
bagian akhir doa ini: alloohummajalni minattawwaabin wajalni minal mutathahhirin.

Jawaban:
Orang-orang banyak yang membaca doa ini secara lengkap karena beberapa
alasan: pertama, karena memang ada tuntunan dari Rasulullah. Kedua, menganggap
berdoa semakin lengkap semakin baik. Ketiga, meskipun doa bagian akhir: alloohummajalni
minattawwaabin wajalni minal mutathahhirin hadisnya dipertentangkan, tapi ada hadis
pendukung yang diriwayatkan dari Thabrani dan al-Bazzar.

Bagaimana menurut Muhammadiyah? Muhammadiyah hanya menganjurkan
bacaan: asyhadu allaa ilaaha illallah, wa asyhadu anna muhammadan abduhu wa
rasuuluh. Bagian akhir doa ini:alloohummajalni minattawwaabin wajalni minal
mutathahhirin, tidak dianjurkan untuk dibaca karena hadisnya banyak diperselisihkan. Untuk
urusan ibadah mahdhah, lebih sesuai dengan Rasulullah dengan bersandar pada hadis
yang pasti shahih lebih baik, daripada doa panjang dan lengkap tapi diragukan apakah
Rasulullah melakukannya atau tidak.

NIAT TAYAMUM
Pertanyaan:
Pada umumnya kalau mau tayammum orang-orang membacanawaiututtayammuma
listibahatishalati lillaahi taaala mengapa Muhammadiyah menganjurkan untuk tidak
membacanya?

Jawaban
Jawabannya sama dengan niat berwudhu. Rasulullah kalau mau tayammum tidak pernah
membaca nawaiututtayammumal istibaahatishalaati lillaahi taaala sehingga
Muhammadiyah juga menganjurkan untuk tidak membacanya. Kalau mau tayamum cukup
membaca basmalah dan niat dalam hati karena Allah.

YANG DIUSAP SAAT TAYAMUM
Pertanyaan:
Pada umumnya kalau bertayamum orang-orang melakukan dengan cara: ambil debu
kemudian mengusap muka, selanjutnya ambil debu lagi di tempat yang berbeda kemudian
mengusap tangan kanan sampai siku diteruskan tangan kiri sampai siku. Tapi
Muhammadiyah melakukan dengan cara berbeda. Mengapa bisa demikian?

Jawaban
Apa yang dilakukan orang pada umumnya ini dikarenakan dua sebab: pertama, pemahaman
atas QS. al-Maidah [5]: 6 yang menyatakan: usaplah muka dan kedua tanganmu. Kedua,
cara praktiknya mengikuti hadis yang diriwayatkan Malik, Thabrani, Hakim, dan Daruquthni),
yaitu dengan cara menepuk debu dua kali, dan mengusap tangan sampai siku.

Bagaimana menurut Muhammadiyah? Muhammadiyah tidak mau menggunakan hadis di
atas, karena hadis itu, dhaif, mauquf, dan rawinya banyak yang lemah. Cara tayamumnya
secara berurutan adalah: menepuk debu, meniup atau menggerak-gerakkan telapak tangan
supaya debunya tipis, mengusap muka sekali diteruskan mengusap telapak tangan kanan
lalu telapak tangan kiri. Perhatikan di sini hanya telapak ya? Tidak sampai siku. Praktik
semacam ini didasarkan pada hadis yang jelas shahih (Hadis Mutafaq Alaih, HR. Bukhari
dan Ahmad, dan HR. Muslim).

SATU TAYAMUM UNTUK BEBERAPA SHALAT
Pertanyaan:
Ada yang berpendapat (dalam kitab al-Muhadzab misalnya) bahwa satu tayamum hanya
boleh untuk melaksanakan satu shalat fardhu. Bagaimana pendapat Muhammadiyah?

Jawaban
Pendapat di atas didasarkan pada hadis riwayat Daruquthni. Hadis ini ternnyata hadis dlaif
sehingga tidak tepat untuk dijadikan dasar. Menurut Muhammadiyah, karena tayamum
pengganti wudhu, maka posisinya juga sama dengan wudhu, dapat untuk mengerjakan
beberapa shalat selama belum batal. Pendapat seperti Muhammadiyah ini juga dipakai oleh
Imam Abu Hanifah, Daud, dan Ahmad.

BERSENTUHAN DENGAN LAWAN JENIS
Pertanyaan:
Pada umumnya orang-orang berpendapat kalau bersentuhan dengan lawan jenis
membatalkan wudhu, kecuali mahram. Tapi menurut Muhammadiyah tidak batal. Apa
alasannya ya?

Jawaban
Pendapat yang menyatakan wudhu batal karena bersentuhan lawan jenis didasarkan atas
pemahaman QS. al-Maidah [5]: 6: aw laa mastumunnisaa... Kata laama ini mengandung
dua pengertian: menyentuh dan berjimak. Menurut Imam Syafii menyentuh wanita selain
mahram batal, termasuk menyentuh istri. Imam Malik lain pendapat. Menurutnya batal jika
ada membangkitkan nafsu seksual. Menurut Ibnu Abbas kata laamasa dalam ayat ini
maksudnya bersetubuh, bukan sentuhan kulit. Jadi menurutnya menyentuh lawan jenis
tidak membatalkan wudhu.

Bagaimana menurut Muhammadiyah? Menurut Muhammadiyah tidak batal. Sama seperti
pendapat Ibnu Abbas. Jadi arti laamastum di sini menurut Muhammadiyah adalah
bersetubuh. Namun tidak hanya alasan ini saja. Ada banyak hadis yang mengisyaratkan
bahwa menyentuh lawan jenis tidak batal. Pertama, hadis riwayat Nasai menyatakan; suatu
saat Rasulullah shalat, sedang Aaisyah tiduran di depannya. Saat itu kaki Rasulullah
menyentuh Aisyah,( tapi Rasul tetap melanjutkan shalat). Suatu malam Aisyah tidak
menemukan Rasul di sisinya. Aisyah mencari-cari/meraba-raba dalam gelap dan menyentuh
telapak kaki Rasul dalam posisi sedang shalat. (HR. Muslim). Kemudian hadis lain: suatu
saat Rasul mencium Aisyah, saat itu sedang puasa, lantas Rasul bersabda: mencium tidak
membatalkan puasa dan wudhu (Ishaq, al-Bazzar).

BERHADATS MENYENTUH AL-QURAN
Pertanyaan
Kebanyakan berpendapat bahwa menyentuh al-Quran dalam keadaan berhadas (hadas
kecil maupun besar) dilarang. Tapi Muhammadiyah membolehkan. Apa alasannya, ya?

Jawaban
Memang kebanyakan orang, malah Imam Mazhab yang empat berpendapat bahwa
menyentuh al-Quran tanpa wudhu atau sedang dalam keadaan junub dilarang. Ini
didasarkan pada QS. al-Waqiah: laa yamassuhi illal mutahharun (tidak boleh/dapat
menyentuh al-Quran kecuali orang-orang yang disucikan). Banyakk yang memahami bahwa
yang dimaksud disucikan di sini adalah suci dari hadas (kecil maupun besar). Kemudian
didukung oleh sebuah hadis: Tidak boleh menyentuh al-Quran kecuali orang yang suci (HR.
Hakim).

Namun tahukah Anda bahwa masih banyak imam besar yang berpendapat lain?
Diantaranya adalah Ibnu Abbas, Adhahak, Ibnu Hazm, Dawud, dan lain-lain berpendapat
bahwa dalam kondisi berhadas tetap boleh menyentuh dan membaca al-Quran.
Muhammadiyah sependapat dengan imam-imam ini. Alasannya adalah: yang dimaksud
yang disucikan dalam ayat di atas bukanlah orang yang berwudhu. Kalau ayat itu dibaca
dari awal, ayat itu tidak sedang menceritakan orang yang suci dari hadas. Menurut riwayat
Ibnu Zaid, asbabunnuzul ayat ini adalah suatu saat orang quraisy menuduh bahwa ayat al-
Quran itu buatan berasal dari syaitan. Kemudian Allah menjawab: (tidak mungkin) al-Quran
itu tak tersentuh kecuali oleh mereka yang disucikan Allah. Yang dimaksud yang disucikan
di sini adalah malaikat. Jadi maksudnya al-Quran tidak mungkin dari syaitan. Karena hanya
malaikatlah yang dapat membawanya untuk diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW.
Adapun hadis yang dijadikan dalil di atas adalah hadis dhaif.

Demikian juga orang yang sedang haid juga boleh menyentuh dan membaca al-Quran. Bagi
yang melarang, selain didasarkan pada ayat dan hadis di atas (yang telah kita bantah), juga
didasarka pada hadis: orang yang sedang junub dan perempuan yang sedang haid, tidak
boleh membaca al-Quran (HR. Timizi dan Baihaqi). Hadis ini dhaif. Bahkan perawinya
sendiri menganggap dhaif. Sebagai tambahan penjelasan, pendapat yang melarang ini
sangat kontroversial. Bahkan di kalangan mazhab syafii saja ada dua pendapat. Pendapat
lama (qaul qadim) membolehkan, pendapat baru (qaul jadid melarang). Demikian juga pada
imam-imam yang lain juga terjadi perbedaan pendapat dalam lingkup mazhabnya sendiri.
http://kuliahaika.weebly.com/8/post/2013/10/wudhu-dan-tayamum.html
Kitab Thaharah
Bab Wudhu, Mandi dan Tayamum[1]
Oleh: Ummu Abdirrahman Nurul husna Zulfahmil[2]

Wudhu
Pengertian dan dalil disyariatkannya
Wudhu secara bahasa: dari asal kata al wadaaah, yaitu kebersihan dan kesegaran.
Secara istilah: Memakai air untuk anggota tertentu (wajah, kedua tangan, kepala dan kedua kaki)
menghilangkan apa yang menghalangi untuk sholat dan selainnya.
Dalil dari Quran dan Sunnah:
1. Al-Quran surat Al-Maidah ayat 6


Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu
dan tanganmu sampai dengan siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan kedua
mata kaki
1. Shahih Bukhari : 135 dan Shahih Muslim : 225


Tidak akan diterima shalat seseorang yang berhadas sehingga dia berwudhu.
Keutamaan Wudhu:
1. Bersuci adalah setengah dari iman. (Shahih Muslim : 223)
2. Menghapus dosa-dosa kecil. (Shahih Muslim : 244)
3. Mengangkat derjad seorang hamba. (Shahih Muslim : 251)
4. Jalan ke sorga. (Shahih Bukhari : 1149 dan Sahih Muslim : 2458)
5. Tanda keistimewaan ummat ini ketika mereka mendatangi telaga. (Shahih Muslim : 234)
6. Cahaya bagi seorang hamba di hari kiamat. (Shahih Muslim : 250)
7. Untuk pembuka ikatan syetan. (Shahih Bukhari : 1142 dan Shahih Muslim : 776)
Sifat wudhu yang lengkap atau sempurna :


Humran budak Utsman, telah menceritakan kepadanya, bahwa Utsman bin Affan meminta air untuk
berwudlu, kemudian dia membasuh dua tangan sebanyak tiga kali, kemudian berkumur-kumur serta
memasuk dan mengeluarkan air dari hidung. Kemudian ia membasuh muka sebanyak tiga kali dan
membasuh tangan kanannya hingga ke siku sebanyak tiga kali. Selepas itu, ia membasuh tangan
kirinya sama seperti beliau membasuh tangan kanan, kemudian mengusap kepalanya dan membasuh
kaki kanan hingga ke mata kaki sebanyak tiga kali. Selepas itu, ia membasuh kaki kiri, sama seperti
membasuh kaki kanannya. Kemudian Utsman berkata, Aku pernah melihat Rasulullah shallallahu
alaihi wasallam berwudlu seperti cara aku berwudlu. Kemudian dia berkata lagi, Aku juga telah
mendengar beliau shallallahu alaihi wasallam bersabda: Barangsiapa mengambil wudlu seperti cara
aku berwudlu kemudian dia menunaikan shalat dua rakaat dan tidak berkata-kata antara wudlu dan
shalat, maka Allah akan mengampunkan dosa-dosanya yang telah lalu. Ibnu Syihab berkata,
Ulama-ulama kami berkata, Wudlu ini adalah wudlu yang paling sempurnya yang dilakukan oleh
seseorang untuk melakukan shalat. (Shahih Bukhari 158 dan Shahih Muslim 226)
Sifat-sifat wudhu':
1. Berniat (karena merupakan syarat sah ibadah termasuk wudhu) menghilangkan hadas
(dalam hati).
,
Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. (Riwayat
Bukhari : 1 dan Shahih Muslim : 1907)
2. Membaca Bismillah.
3. Mencuci telapak tangan sampai pergelangan 3 kali.
4. Mengambil air dengan tangan kanan untuk berkumur-kumur sambil menghirup air dengan hidung
lalu mengeluarkannya kembali dengan tangan kiri 3 kali.
5. Mencuci wajah seluruhnya 3 kali.
6. Mencuci kedua tangan sampai siku (kanan-kiri).
7. Menyapu keseluruhan kepala kebelakang lalu ke depan terus ke telinga bagian luar dan dalam.
8. Mencuci kedua kaki sampai mata kaki serta sela-sela jari kaki (kanan-kiri).
Syaikh Ibnu Taimiyah berkata: Niat tempatnya di hati bukan di lidah, telah disepakati oleh para
ulama. (Majmu arrosail al kubro : 1/243)
Faidahnya: Jikalau dia melafazkan berbeda dengan yang dihatinya maka yang dinilai adalah yang di
hatinya.
Rukun-rukun Wudhu
Apabila satu diantara rukun ini tinggal, maka batallah wudhunya. Diantara rukun-rukun tersebut
adalah:
1. Mencuci seluruh wajah dari tempat tumbuhnya rambut sampai dibawah dagu dan dari telinga
kanan sampai telinga kiri. Dan wajib berkumur-kumur dan mencuci hidung. (al-Maidah ayat
6)
2. Membasuh kedua tangan sampai siku. (al-Maidah ayat 6)
3. Menyapu kepala kewajibannya disepakati oleh ulama, namun berbeda pada ukurannya. (al-
Maidah ayat 6)
Wajib menyapu semua kepala baik laki-laki maupun perempuan.
Wajib menyapu semua kepala hanya untuk laki-laki.
Menyapu hanya sebagian kepala.
1. Menyapu telinga. (daaruqutni : 1/97, hasan)
2. Mencuci kedua kaki sampai mata kaki serta sela-sela jari kaki. (Shahih Bukhari : 161 dan
Shahih Muslim : 241)
3. Teratur. (Majmu : 1/433, dll)
4. Beriringan atau tidak terpisah antara satu rukun dengan rukun lainnya. (Shahih Muslim :
232)
Sunnah-sunnah Wudhu :
1. Bersiwak.
2. Memulai dengan Bismillah.
3. Membasuh kedua tangan. (Shahih Bukhari : 159 dan Shahih Muslim : 226)
4. Berkumur-kumur dan mencuci hidung dari satu cidukan air sebanyak 3 kali. (Shahih Muslim
: 235)
5. Melebihkan berkumur-kumur dan mencuci hidung selain orang yang berpuasa. (Abu Daud :
142, shahih)
6. Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri. (Shahih Bukhari : 140)
7. Mencuci sebanyak 3 kali. (Shahih Bukhari : 156)
Perhatian:
Menyapu kepala hanya sekali saja. (an-Nasai : 1/88, shahih)
Makruh lebih dari 3 kali bagi orang yang menyempurnakan wudhunya. (at-Tamhiid, ibnu abdilbaar :
20/117)
1. Menggosok-gosok anggota wudhu. (Ibnu Hiban : 1082, shahih)
2. Membersihkan sela-sela jari tangan dan kaki. (Shahih)
3. Melebihkan membasuh pada tempat yang diwajibkan seperti kedepan kepala, atas siku dan
atas mata kaki. (Shahih Bukhari : 36 dan Shahih Muslim : 246)
4. Hemat dalam penggunaan air. (Shahih Bukhari : 198)
5. Berdoa setelah wudhu. (Shahih Muslim : 234)
6. Sholat 2 rakaat setelah wudhu. (Shahih Bukhari : 6433 dan Shahih Muslim : 226)
Catatan:
- Boleh mengeringkan bekas wudhu. (Shahih Bukhari : 270)
- Tidak sah wudhu bagi wanita yang memakai kutek. (Ibnu Abi Syaibah : 1/120, sanad shahih)
Pembatal wudhu :
1. Buang air kecil atau buang air besar serta keluar angin dari 2 tempat. (al-Maidah ayat 6, al
ijmaa hal. 17)
2. Keluar mani, wadi atau madzi. (Shahih Bukhari : 269 dan Shahih Muslim : 303)
3. Tidur lelap. (al-muhalla : 1/222-231). Ada 8 pendapat ulama, silahkan lihat di hal. 129-132)
4. Hilang akal atau gila, mabuk, pingsan. (al-Ausath ibnu al Mundzir : 1/155)
5. Menyentuh kemaluan tanpa pembatas, baik dengan syahwat atau tidak.
6. Memakan daging onta. (Shahih Muslim : 360)
Hal-hal yang tidak membatalkan wudhu :
1. Saling bersentuhan laki-laki dengan wanita tanpa pembatas. (al-Umm : 1/15)
2. Keluar darah dari selain tempat yang biasa keluar seperti karena luka atau bekam. (Shahih
Bukhari : 1/80)
3. Koi atau pengobatan dengan menggunakan besi panas. (Tirmidzi : 87, shahih)
4. Tertawa terbahak-bahak dalam sholat atau diluar sholat. (dalil yang mengatakan mengulang
wudhu adalah dhaif, daaruqutni : 1/162)
5. Memandikan dan membawa mayat. (Abu Daud : 3162, dll)
6. Ragu dengan telah batalnya wudhu atau belum. (Shahih)
Hal-hal yang dianjurkan untuk berwudhu :
1. Ketika berdzikir: keumuman berdzikir, membaca al-Quran, tawaf di kabah dan lain-lain.
(Abu Daud : 17, shahih)
2. Ketika akan tidur. (Shahih Bukhari : 247 dan Shahih Muslim : 2710)
3. Bagi orang yang junub ketika akan makan, tidur atau ingin mengulanginya kembali. (Shahih
Bukhari : 288 dan Shahih Muslim : 305)
4. Sebelum mandi junub. (Shahih Bukhari : 248 dan Shahih Muslim : 316)
5. Setelah makan makanan yang di bakar atau di panggang. (Shahih Muslim : 351)
6. Memperbaharui wudhu ketika akan sholat. (Shahih Muslim : 277)
7. Ketika terjadi hal yang membatalkan wudhu. (Tirmidzi : 3689, shahih)
8. Setelah berobat dengan besi panas. (Tirmidzi : 87, shahih)
Menyapu pembatas :
1. Menyapu Khuffain (sandal dari kulit yang menutup dua mata kaki) hukumnya boleh tapi
mencucinya lebih utama. Masanya 3 hari 3 malam untuk yang musafir dan sehari semalam
bagi yang bermukim.
Syarat menyapu khuffain yaitu memakainya dalam keadaan suci.
Yang membatalkannya yaitu berakhirnya masa menyapu, membukanya dan berhadats sebelum
memakainya. Sedangkan membukanya bukan berarti membatalkan wudhu.
Menyapu kaus kaki dan sandal ada 3 pendapat.
1. Menyapu penutup kepala seperti imamah atau sorban dan kerudung bagi wanita ketika
berwudhu apabila takut dingin.
2. Pembungkus tulang yang patah seperti gips.
Mandi
Pengertian mandi
Secara bahasa : Mengalirkan air kepada sesuatu.
Secara syari : Menyiramkan air yang bersih keseluruh badan karena hal-hal tertentu.
Hal-hal yang mewajibkan mandi:
1. Keluar mani (dalam keadaan sehat) waktu sadar atau tidur.


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu shalat, sedang kamu dalam keadaan mabuk,
sehingga kamu mengerti apa yang kamu ucapkan, (jangan pula hampiri mesjid) sedang kamu dalam
keadaan junub , terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kamu mandi. (An-Nisa ayat 43)
1. Bertemunya dua alat kelamin walaupun tanpa keluar mani. (Shahih Muslim : 350)
2. Haid.
3. Nifas.
4. Masuk Islamnya orang kafir. (Al-Majmu : 2/175)
5. Sholat Jumat. (Shahih Bukhari : 879, Shahih Muslim : 846)
6. Meninggal.
Mandi-mandi yang di sunnahkan :
1. Mandi dua hari raya. (musnad imam syafei : 114)
2. Mandi setelah sadar dari pingsan. (Shahih Bukhari : 687 dan Shahih Muslim : 418)
3. Mandi ihram pada haji dan umrah. (Tirmidzi : 831, hasan)
4. Mandi ketika memasuki Makkah. (Shahih Bukhari: 1573 dan Shahih Muslim : 1259)
5. Mandi ketika melakukan jima berulang kali. (Abu Daud : 216, hasan)
6. Mandi setelah memandikan mayit. (Tirmidzi : 993, shahih, dll)
7. Mandi bagi wanita yang istihadhoh (hadits dhoif: jaami ahkaamu an-nisaa : 1/230-237)
Catatan: Niat merupakan syarat sah ibadah termasuk mandi.
Rukun mandi
Menyiram air keseluruh tubuh atau badan: kulit dan rambut. (Shahih Bukhari : 248 dan Shahih
Muslim : 316)
Hal-hal yang disunnahkan dalam mandi
Induk hadits dalam hal ini lihat Shahih Bukhari : 248, 266 dan Shahih Muslim : 316, 317)
1. Membasuh kedua tangan 3 kali sebelum memasukkan tangan kedalam air. (Shahih Muslim :
317)
2. Membasuh kemaluan dan sekitarnya yang terkena kotoran. (Shahih Bukhari : 154, Muslim
267)
3. Mencuci tangan setelah mencuci kemaluan. Disarankan dengan sabun agar lebih bersih.
(Shahih Muslim : 317)
4. Berwudhu secara sempurna seperti wudhu hendak sholat. (Fathul baari : 1/429)
Catatan:
Mandi junub untuk wanita sama seperti mandi junub laki-laki
Tidak mesti mengurai rambut yang di ikat, yang penting air sampai kepangkal rambut.
Tidak mesti berwudhu setelah mandi, apabila tidak terjadi hal-hal yang membatalkan wudhu
Tayamum
Secara bahasa: Maksud
Secara syarI : Bermaksud ke tanah (permukaan bumi).
Dalil di syariatkannya:
1. Al-Quran surat al-Maidah ayat 6


maka bertayammumlah dengan tanah yang baik (bersih).
1. Hadits : Musnad Ahmad jilid 2 no 222
2. Ijma : al-Mughni 1/148
Hal-hal yang membolehkan tayamum :
1. Ketika tidak mendapatkan air baik mukim atau safar.
2. Berhalangan menggunakan air.
Catatan:
- Tayamum merupakan pengganti wudhu dan mandi ketika ada hal yang membolehkannya
dan berpahala bagi orang yang melakukannya.
- Mayat boleh di tayamumkan apabila terpenuhi syarat dibolehkannya tayamum. (al-Mahalla
: 2/158)
- Tidak mesti orang yang melakukan tayamum itu dengan syarat perjalanan jauh.
- Tidak disyaratkan tayamum bagi orang yang melakukan perjalanan untuk ketaatan saja. (al-
Mahhalla : 2/116)
- Apabila berkumpul antara mayat, wanita haid dan orang yang terkena najis sedangkan air
tidak cukup kecuali hanya untuk satu orang saja. Maka yang lebih berhak diantara mereka menurut
jumhur ulama (al Majmu : 2/316) adalah yang memiliki air tersebut. Namun apabila tidak ada yang
memiliki air tersebut dan air itu boleh digunakan, maka ada perbedaan pendapat para ulama.
Silahkan lihat sumber asli yaitu kitab Shahih Fiqih Sunnah jilid 1 halaman 193.
Tanah apa yang boleh di gunakan dalam tayamum? Ada 2 pendapat ulama, yaitu:
1. Permukaan bumi secara umum: gunung, kerikil, tanah dan husoba (Abu Hanifah, Abu Yusuf,
Malik dan dipilih oleh Syaikh Ibnu Taimiyah)
2. Tanah bukan yang lain (Imam Syafii, Imam Ahmad bin Hambal, Abu Tsur, dll)
Cara melakukan tayamum sesuai tuntunan Rasulullah:
Memukulkan kedua telapak tangan ke tanah kemudian meniupnya. Lalu menyapu wajah dan kedua
tangan. (Shahih Bukhari : 338 dan Shahih Muslim : 798)
Pembatal tayamum sama seperti hal yang membatalkan wudhu.
Catatan:
- Apabila mendapati air setelah tayamum sebelum melakukan sholat, maka batal
tayamumnya dan wajib berwudhu.
- Apabila sedang sholat ada orang yang mengantarkan air atau mendengar adanya air, ada 2
pendapat ulama: memutuskan sholat dan wajib berwudhu (dhoif Tirmidzi : 124). Sedangkan
pendapat yang lain, melanjutkan sholat hingga selesai. (Surat Muhammad ayat 33)
- Apabila telah selesai sholat baru mendapati air, maka tidak perlu mengulangi sholatnya.
-


[1] Shahih Fiqih Sunnah, Syaikh Abu Malik Kamal bin Said Salim
[2] Makalah waktu acara diskusi bulanan FOSKITA (Forum Silaturrahim Keluarga Tafahna), kamis
tgl 8 April 2010. Tafahna al_asyrof Egypt
http://ummuabdirrahman.wordpress.com/2010/05/08/kitab-thaharah-bab-wudhu-mandi-dan-
tayamum/

Makalah Wudhu, Mandi, dan Tayamum

Disusun Oleh :
1. Fitri Lutfiani (2833123004)
2. Tri Abdul Rohman (2833123017)
3. Yuni Lestari (2833123020)



BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bersuci hukumnya wajib, bersuci itu sendiri terbagi menjadi 2, yaitu bersuci batin
(mensucikan diri dari dosa dan maksiat) dan lahir (bersih daari kotoran dan hadast). Kebersihan
dari kotoran cara menghilangkan dengan menghilangkan kotoran itu pada tempat ibadah,
pakaian yang dipakai, dan pada badan seseorang. Sedang kebersihan dari hadast dilakukan
dengan mengambil air wudhu, bertayamum, dan mandi.
Dari msing-masing cara bersuci lahir tersebut, mamiliki ketentuan-ketentuan yang harus
diketahui dan di taati. Namun kenyataannya, bnyak di antara kita yang mamiliki banyak
kekurangan tentang ketentuan-ketentuan tersebut. Untuk itu, pada makalah ini penulis
membahas tentang Wudhu, Mandi, Tayamum.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi, rukun, sunah, hal yang membatalkan dan menghendaki wudhu ?
2. Apa definisi, sebab, serta hukum dari mandi ?
3. Bagaimana ketentuan- ketentuan bertayamum ?

C. Tujuan
1. Mengetahui definisi, rukun, sunah, hal yang membatalkan dan menghendaki wudhu.
2. Mengetahui definisi, sebab, serta hukum dari mandi.
3. Mengetahui bagaimana ketentuan- ketentuan bertayamum.






BAB II
PEMBAHASAN

A. Wudhu
Wudhu menurut bahasa berarti: baik dan bersih. Menurut istilah syara, wudhu ialah
membasuh muka, dan kedua tangan sampai siku, mengusap sebagan kepala, dan membasuh
kakai didahilui dengan niat dan dilakukan dengan tertib.
Wudhu dilakukan bagi orang yang akan melakukan ibadah sholat, sebab merupakan salah
satu dari syarat sahnya sholat yang terdapat dalam firman Allah QS. Al Maidah: 6
$pkr't %!$# (#qYtB#u #s) OFJ% n<) o4qn=9$#(#q=$$s
N3ydq_r N3tr&ur n<) ,#t yJ9$# (#qs|B$#urN3r /
N6n=_r&ur n<) t6s39$#

Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah
mukamu dan tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai dengan
kedua mata kaki.
Dan dalam suatu hadits Rosulullah Saw bersabda :
Allah tidak akan menerima shalat seseorang jika berhadas, Hingga ia berwudhu(HR. Bukhari
dan Muslim)
1. Syarat Syarat Wudhu
Ada beberapa syarat syarat yang harus dipenuhi dalam berwudhu, diantaranya :
a. Air yang digunakan untuk berwudhu harus air yang mutlaq / suci.
b. Air yang halal, bukan hasil ghasab (hasil curian)
c. Suci anggota wudhu dari najis
d. Untuk sah nya wudhu, disyaratkan adanya waktu yang cukup untuk wudhu dan salat, dalam arti
bahwa setelah berwudhu yang bersangkutan masih memungkinkan untuk melaksanakan shalat
yang dimaksud pada waktunya yang telah ditentukan. Sedangkan jika waktunya sempit, dimana
jika ia berwudhu maka keseluruhan salatnya atau sebahagian salatnya berada diluar waktu salat
yang telah ditentukan, sementara jika ia tayammum maka keseluruhan salatnya masih bias ia
laksanakan, maka dalam hal ini ia wajib tayammum, maka apabila ia berwudhu, maka batallah
wudhunya.
e. Melaksanakan wudhu sendiri, tidak boleh diwakilkan oleh orang lain
f. Diwajibkan adanya urutan di antara anggota anggota wudhu.
g. Wajib bersifat segera. Artinya, tidak ada tenggang waktu yang panjang dalam membasuh
anggota wudhu yang satu dengan yang lain, sebelum kering. Kecuali airnya kering karena
terkena sinar matahari, ataupun panas badan.
Dan adapun syarat sah wudhu antara lain:
a. Islam; orang yang tidak beragama islam tidak sah melaksanakan wudhu
b. Tamyiz, yakni dapat membedakan baik buruknya sesuatu pekerjaan
c. Tidak berhadats besar
d. Dengan air suci, lagi mensucikan (air mutlak)
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi air, sampai ke anggota wudhu, misalnya getah, cat dan
sebagainya
f. Tidak ada najis pada tubuh, sehingga merubah salah satu sifat air yang suci lagi mensucikan.[1]
2. Rukun wudhu
Untuk dapat terpenuhinya definisi wudhu, adapun rukun-rukunya yang harus dipenuhi sebagai
berikut:
a. Niat
Yang dimaksud dengan niat ialah cetusan hati untuk melakukan perbuatan,
bergandengan dengan awal perbuatan itu. Semua amal ibadah tidak sah, tidak dapat di terima,
keculi dengan niat itu.

b. Membasuh muka
Yang dimaksud muka ialah daerah yang berada diantara tepi dahi sebelah atas sampai
tepi bawah janggut, dan dari sentil telinga kanan sampai sentil telinga kiri. Memebasuh muka
yang wajib hanya sekali saja, sedang kalau disempurnakan sampai tiga kali, maka hikumnya
sunah

c. Membasuh kedua tanagan hingga siku-siku
Apabila seseorang pakai cicin atau gelang, maka perlu kulit jari-jarinya atau pergelangan
tangan yang kena bagian dalam cincin atau gelang itu dibasahi, dengan menggerak-gerakkan
cincin atau gelang itu.

d. Mengusap kepala
Ialah mengusap kepala dengan tangan yang dibasahi air. Sedanag dalam mengusap
kepala dapat dipahami tidak seluruh kepala, tetapi cukup mengusap sebagian kepala.

e. Membasuh kaki beserta kedua mata kakinya
Ialah membasuh kedua kaki dengan sempurna beserta kedua mata kaki.

f. Tertib
Yang dimaksud tertib dalam mengerjakan wudhu yaitu tertib dalam mengerjakan
wudhu, sesuai dengan urut-urutan.

3. Sunah wudhu
Sunah wudhu berdasarkan beberapa hadist yaitu: memebasuh kedua tangan, berkumur-
kumur, memasukkan air kedalam hidung, menggosok gigi, menyelai jari, mengusap dua telinga,
mengulang tiga kali, meratakan semua kepala dalam mengusap kepala, bersegera dalam
mengerjakan, menggosok anaggota yang dibasuh, mendahulukan anggota sebelah kanan,
menghadap kiblat, mengusap tengkuk dan meluaskan meembasuh muka sampai kebagian atas
dahi, membasuh tangan dan kaki lebih dari tempat yang ditentukan, hemat dalam pemakaian
air, berdoa sesudah mengerjakan wudhu, dan sembahyang 2 rakaat setelah mengerjakan
wudhu.[2]
4. Hal-Hal yang membatalkan
Adapun hal-hal yang dapat membatalkan wudhu antara lain:
a. Keluar sesuatu dari qubul dan dubur meskipun hanya angin.
b. Hilang akal karena gila, pingsan, mabuk, atau tidur nyenyak.
c. Bersentuhan kulit anatara laki-laki dan perempuan yang bukan muhrimnya dan tidak memakai
tutup.
d. Tersentuh kemaluan (qubul dan dubur) dengan tapak tangan atau jari yang tidak memakai
tutup.
dari Busrah binti Shafyan r.a. bahwasana Rasulullah Saw bersabda : barangsiapa yang
menyentuh kemaluaannya hendaklah ia berwudu (H.R. Lima Ahli Hadits)
B. Mandi
Yang dimaksud dengan mandi ialah meratakan air yang suci pada seluruh badan di sertai niat,
hal ini berasarkan dalam firman Allah surat Al-Maidah ayat 6.
4 b)ur NGZ. $Y6Z_ (#r g$$s 4
Jika kalian dalam keadaan junub, maka mandilah.
Penjabaran lebih lanjut di ungkapkan pada hadits berikut :
sesungguhnya fatwa-fatwa yang menetapkan mandi itu kalau (bersetubuh) mengeluarkan
mani adalah rukhshah dari rosululloh Saw. Pada bermulaan Islam. Kemudian beliau
memerintahkan kami mandi sesudahnya. (HR Ahmad dan Abu Daud)
1. Syarat-Syarat mandi
a. Beragama islam
b. Sudah tammyiz
c. Bersih dari haid dan nifas
d. Bersih dari sesuatu yang menghalangi sampainya air pada seluruh anggota tubuh seperti cat,
lilin dan sebagainya
e. Pada anggota tubuh harus tidak ada sesuatu yang bisa merubah sifat air untuk mandi seperti
minyak wangi dan lainnya
f. Harus mengerti bahwa mandi besar hukumnya fardhu (wajib)
g. Salah satu dari rukun-rukun mandi tidak boleh di Itikadkan sunah
h. Air yang digunakan harus suci dan mensucikan[3]

2. Rukun Mandi
Rukun mandi besar ada 2 antara lain :
a. Niat (bersamaan dengan membasuh permulaan anggota tubuh).
b. Membasuh air dengan tata keseluruhan tubuh, yakni dari ujung rambut sampai ujung kaki.[4]

3. Sunah-Sunah Mandi
Disunahkan bagi yang mandi memperhatikan perbuatan rosulullah SAW ketika mandi itu, hingga
ia mengerjakan sebagai berikut :
a. Mulai dari mencuci kedua tangan hingga dua kali
b. Kemudian membasuh kemaluan
c. Lalu berwudhu secara sempurna seperti halnya wudhu buat sholat. Dan ia boleh menangguhkan
membasuh kedua kaki sampai selesai mandi, bila ia mandi itu pasutembaga dll.
d. Kemudian menuangkan air ke atas kepala sebanyak tiga kali sambil menyela-nyela rambut agar
air sampai membasahi urat-uratnya.
e. Lalu mengalirkan air keseluruh badan memulai sebelah kanan lalu sebelah kiri tanpa
mengabaikan dua ketiak, bagian dalam telinga, pusar dan jari-jari kaki serta mengasah anggota
tubuh yang dapat digosok.[5]

C. Tayamum
Apabila seseorang junub atau seseorang akan mengerjakan sembahyang, orang tadi tidak
mendapattkan air, untuk mandi atau untuk wudhu, maka sebagai ganti untuk manghilangkan
hadas besar atau kecil tadi dengan melakukan tayamum. Tayamum menurut bahasa artinya
menuju seangkan menurut pengertian sara, tayamum ialah menuju kepada tanah untuk
menyapukan dua tangan dan uka dengan niat agar dapat mengerjakan sembahyang. Adapun
dasar disyariatkanya tayamum ialah quran surat an-nisa ayat 43.[6]
4 b)ur LY. #y D rr& 4n?t @ xy rr& u!$y_ tnr& N3YiBz`iB
!$t9$# rr& LyJs9 u!$|iY9$# Nn=s (#rgrB [!$tB (#qJJutFs
#Y| $Y7hs (#qs|B$$s N3dq_q/ N3r&ur 3 b)!$# tb%x. #qt
# qx
Kemudian kalian tidak mendapatkan air, maka bertayammumlah dengan tanah yang baik
(suci). Usaplah wajah dan tangan kalian
1. Syarat-syarat Tayamum
a. Telah masuk waktu sholat
b. Memakai tanah berdebu yang bersih dari najis dan kotoran (harus suci)
c. Memenuhi alasan atau sebab melakukan tayammum
d. Sudah berupaya / berusaha mencari air namun tidak ketemu
e. Tidak haid maupun nifas bagi wanita (perempuan)
f. Menghilangkan najis yang melekat pada tubuh.
2. Rukun-rukun Tayamum
a. Diawali dengan niat
b. Meletakan kedua tangan di atas tanah atau tempat yang mengandung debu
c. Menyapu muka dan kedua tangan
3. Sunah-sunah Tayamum
a. Membaca basmalah
b. Menghadap kiblat
c. Menghembus tanah dari dua tapak tangan supaya tanah yang di atas tanganitu menjadi tipis
d. Mendahulukan yang kanan dari pada yang kiri
e. Membaca kedua kalimat syahadat sesudah selesai tayamum[7]







BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam melaksanakan ibadah hendaknya kita harus dalam keadaan suci, baik dari hadast
maupun najis. Dalam syariat islam telah dianjurkan ketika akan melaksanakan ibadah terlebih
dahulu harus berwudhu atau tayamum (jika tidak ada air). Dan apabila berhadast besar, maka
diwajibkan untuk mandi besar sebelum melaksanakan ibadah.






















DAFTAR PUSTAKA
saadi, Adil dkk. Fiqhun nisa_Thaharoh sholat,(Jakarta Selatan: PT Mizan
Publika,2008)
saadi , Zakiah Drajat. dkk. Ilmu Fiqh. (Jakarta: IAIN Jakarta, 1983)
Dainuri, Muhamad. Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam(Magelang :Sinar Jaya
Offset,1996)
Saleh, Hasan. Kajian Fiqh Nabawi& Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali, 2008)
Ash-shiddieqy, Hasbi. Hukum-hukum Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan bintang, 1970)
Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002)



[1]Adil saadi dkk, Fiqhun nisa_Thaharoh sholat, (Jakarta Selatan: PT Mizan
Publika,2008)h.26
[2]Zakiah Drajat, dkk. Ilmu Fiqh. (Jakarta: IAIN Jakarta, 1983), h.41-49
[3]Muhamad Dainuri,Kajian kitab kuning terhadap ajaran islam(Magelang
:Sinar Jaya Offset,1996)h.18-19
[4]Hasan Saleh, Kajian Fiqh Nabawi& Fiqh Kontemporer, (Jakarta: Rajawali,
2008), h. 47-48
[5]Hasbi Ash-shiddieqy, Hukum-hukum Fiqh Islam, (Jakarta: Bulan bintang,
1970), h.34
[6]Zakiah Drajat, dkk. Ilmu Fiqh. (Jakarta: IAIN Jakarta, 1983), h.71
[7]Jaih Mubarok, Modifikasi Hukum Islam, (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2002),
h.81-82
http://tasawuf-psikoterapi-2012-ush-stainta.blogspot.com/2013/06/makalah-wudhu-mandi-dan-
tayamum.html
Seputar Wudhu, Tayammum, dan Mandi Janabah

BAB I

PENDAHULUAN

Wudhu merupakan sebuah sunnah (petunjuk) yang berhukum wajib, ketika
seseorang mau menegakkan sholat. Sunnah ini banyak dilalaikan oleh kaum
muslimin pada hari ini sehingga terkadang kita tersenyum heran saat melihat ada
sebagian diantara mereka yang berwudhu seperti anak-anak kecil, tak karuan
dan asal-asalan. Mereka mengira bahwa wudhu itu hanya sekedar membasuh dan
mengusap anggota badan dalam wudhu. Semua ini terjadi karena kejahilan
tentang agama, taqlid buta kepada orang, dan kurangnya semangat dalam
mempelajari Al-Quran dan Sunnah Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. Begitu
juga sama halnya mengenai seputar tayammum dan mandi janabah.

Banyak diantara kita lebih bersemangat mempelajari dan mengkaji masalah
dunia, bahkan ahli dan pakar di dalamnya. Tiba giliran mempelajari agama, dan
mengkajinya, banyak diantara kita malas dan menjauh, sebab tak ada
keuntungan duniawinya. Bahkan terkadang menuduh orang yang belajar agama
sebagai orang kolot, dan terbelakang. Ini tentunya adalah cara pandang yang
keliru. Naudzu billahi min dzalik.

Makalah ini membahas masalah-masalah seputar wudhu, tayammum serta
mandi janabah disertai dalil-dalil keterangan bersumberkan Kitab Suci Al-Quran
dan Sunnah Nabi saw.



BAB II

PEMBAHASAN

1. WUDHU


A. Batasannya

Suatu bentuk peribadatan kepada Allah swt, dengan mencuci anggota tubuh
tertentu dengan tata cara yang khusus menurut syariat.

B. Pensyariatannya

Wudhu' adalah suatu ibadah wajib yang ditetapkan oleh Allah taala di dalam Al-
Quran dan ditetapkan oleh Rasul-Nya dalam hadits beliau saw. Allah Taala
berfirman:

Wahai orang-orang yang beriman, apabila kalian hendak mengerjakan shalat,
basuhlah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian sampai siku. Usaplah
kepala-kepala kalian dan cucilah kaki-kaki kalian sampai mata kaki. (al-
Maidah: 6)

Ayat yang mulia di atas menetapkan adanya kewajiban wudhu di dalam agama ini
bagi seseorang yang hendak mengerjakan shalat.

Selain ayat di atas, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam juga bersabda yang
mengandung pensyariatan wudhu bagi umat beliau :

Allah tidak akan menerima shalat salah seorang dari kalian, jika ia berhadats
hingga ia berwudhu.[1]


C. Fardhu Wudhu :

1. Niat, Rasulullah bersabda:

Semua perbuatan itu adalah dengan niat...[2]

2. Membasuh muka dari pucak kening sampai dagu, dari pinggir telinga sampai
kepinggir telinga yang satu lagi. Allah berfirman:

...maka basuhlah wajahmu... (QS. Al-Maidah: 6)

3. Membasuh kedua tangan sampai kedua siku. Allah berfirman:

...dan tanganmu sampai kesiku...(QS. Al-Maidah: 6)

4. Menyapu kepala dari muka ke belakang. Allah berfirman:

...dan sapulah kepala kamu...(QS. Al-Maidah: 6)

5. Membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki. Allah berfirman:

...dan (basuh) kedua kakimu sampai kedua mata kakimu... (QS. Al-Maidah: 6)

6. Tertib


D. Sunnah Wudhu :

1. Memulai dengan basmalah. Rasulullah bersabda:

Tidak sempurna wudhu barangsiapa yang tidak menyebut nama Allah[3]

2. Menggosok gigi atau siwak. Rasulullah bersabda:

kalau tidaklah memberatkan bagi umatku, tentulah kusuruh mereka menggosok
gigi (siwak) setiap berwudhu.[4]

3. Mencuci kedua telapak tangan tiga kali. Rasulullah bersabda:

Saya lihat Rasulullah saw berwudhu, maka dibasuhnya telapak tangannya tiga
kali[5]

4. Berkumur-kumur tiga kali. Rasulullah bersabda:

Bahwa Ali r.a meminta air untuk berwudhu, maka ia berkumur-kumur dan
memasukkan air kedalam hidungnya, serta menghembuskannya dengan tangan
kiri. Hal ini dilakukannya sebanyak tiga kali, lalu katanya: Beginilah caranya
Rasulullah bersuci[6]

5. Memasukkan air ke hidung kemudian mengeluakannya tiga kali.

6. Menyilang-nyilangi jenggot, berdasarkan hadist Utsman r.a :

Bahwasanya Nabi saw biasa menyilang-nyilang jenggotnya[7]

7. Menyilang-nyilang anak jari, berdasarkan hadist Ibnu Abbas r.a:

Jika kamu berwudhu, silang-silanglah jari kedua tangan dan kedua kakimu.[8]

8. Membasuh tiga kali-tiga kali. Diterima dari Amar bin Syuaib r.a dari
bapaknya seterusnya dari kakeknya: Telah datang seorang Badui kepada
Rasulullah saw, menanyakan tentang wudhu. Maka Nabi pun memperlihatkan
kepadanya tiga kali-tiga kali, serta sabdanya: Beginilah berwudhu dan
barangsiapa yang melebihi ini, berarti ia menyeleweng, melampaui batas dan
berbuat aniaya.[9]

9. Tayamun, yaitu memulai membasuh yang kanan dari kedua tangan maupun
kedua kaki. Rasulullah bersabda:

...jika kalian berwudhu mulailah dengan yang sebelah kanan[10]

10. Menyapu kedua telinga bagian luar maupun dalam.

Dan disapunya kepala serta kedua telinganya sekali sapu.[11]

11. Memanjangkan cahaya, Rasulullah bersabda: Sesungguhnya umatku akan
muncul pada hari kiamat dengan wajah gemilang dan kedua anggota yang
bercahaya disebabkan bekas wudhu. Maka barangsiapa di antaramu yang
sanggup memanjangkan cahayanya, hendaklah diusahakannya.[12]

12. Tidak boros, walau air disauk dari laut sekalipun, berdasarkan hadist Anas
r.a:

Nabi saw, biasa mandi dengan memakai satu sha sampa lima mud air, dan
berwudhu dengan satu mud[13].[14]

13. Berdoa setelah berwudhu, berdasarkan hadist Umar r.a:

Rasulullah bersabda : Tidaklah seseorang diantaramu yang berwudhu lalu
menyempurnakannya, kemudian membaca : "ASYHADU ANLA ILAHA ILLA
ALLAH WA ASYHADU ANNA MUHAMMAD RASULULLAH"

Kecuali dibukakanlah baginya pintu surga yang delapan buah itu, hingga ia dapat
masuk dari manapun yang dikehendakinya.[15]

14. Shalat dua rakaat setelahnya. Rasulullah saw bersabda:

Siapa yang wudhu seperti wudhuku ini, kemudian ia shalat dua rakaat dengan
khusyu, diampunilah dosa-dosanya yang terdahulu.[16]


E. Pembatal Wudhu :

1. Keluarnya sesuatu dari dua lubang (qubul dan dubur) berupa apapun, benda
cair atau padat, atau angin. Allah berfirman :

2. Tidur, kecuali duduk dalam keadaan mantap. Tidur merupakan kegiatan yang
tidak kita sadari, maka lebih baik berwudhu lagi karena dikhawatirkan pada saat
tidur ( biasanya ) dari duburnya akan keluar sesuatu tanpa ia sadari.

3. Hilang akal, dengan sebab gila, mabuk, atau lainnya. Batalnya wudhu dengan
hilangnya akal adalah berdasarkan qiyas kepada tidur, degan kehilangan
kesadaran sebagai persamaannya.

4. Menyentuh kemaluan tanpa ada batas. Rasulullah bersabda :

Barangsiapa yang menyentuh kemaluannya maka berwudhulah[17]

5. Menyentuh wanita dengan syahwat.

6. Murtad, Allah swt berfirman:

...sungguh, jika engkau mempersekutukan (Allah), niscaya akan hapuslah
amalmu...(QS. Az-Zumar: 65)

7. Memakan daging unta. Rasulullah bersabda :

Berwudhulah kalian dari memakan daging unta, dan tidaklah kalian berwudhu
dari memakan daging domba[18]


2. TAYAMMUM


A. Batasannya

Secara bahasa, tayammum berarti yaitu bermaksud. Sedangkan menurut syara
ialah menyengaja tanah untuk penghapus muka dan kedua tngan dengan maksud
dapat melakukan shalat dan lain-lain. [Lihat Fikih Sunnah (1/163)].

B. Pensyariatannya

Tayammum disyariatkan berdasarkan Al-Quran dan As-Sunnah. Allah SWT
berfirman :

...Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau sehabis buang air atau
kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayamumlah kamu dengan tanah yang baik (suci); sapulah wajahmu dan
tanganmu dengan itu. Sungguh Allah Maha Pemaaf, Maha Pengampun. (Q.S An-
Nisa : 43)

Rasulullah saw. Bersabda :

"Tanah adalah wudhu seorang muslim jika tidak mendapatkan air kendati
selama sepuluh tahun."[19]

Rasulullah saw. juga bersabda :

"Seluruh tanah di bumi dijadikan sebagai tempat sujud dan bersuci bagiku dan
umatku. Maka, dimana saja waktu shalat menghampiri seseorang dari umatku,
tanah dapat menyucikannya."[20]

Para ahli bahasa sepakat bahwa kata ash-sha'id memiliki arti permukaan tanah,
baik berupa debu atau yang lainnya. (Lihat Al-Wajiiz fi Fiqh Sunnah wa Kitab Al-
Aziiz fi thaharah bi shaid), [Lihat juga Fikih Sunnah (1/170)].

C. Fardhu Tayammum

1. Niat.

2. Menggunakan tanah yang suci. Allah berfirman, "... maka, bertayamumlah
kamu dengan tanah yang suci ...." (An-Nisa: 43).

3. Sekali tepuk (sentuh), maksudnya adalah ketika meletakkan kedua tangannya
di atas tanah.

4. Mengusap wajah dan kedua telapak tangan. Allah berfirman, "... maka sapulah
muka dan kedua tangan kalian..." (An-Nisa: 43).

D. Pembatalan Tayammum

1. Semua hal yang membatalkan wudhu, karena tayamum merupakan pengganti
wudhu.

2. Apabila mendapatkan air sebelum mengerjakan salat, atau sedang
mengerjakan salat. Rasulullah saw bersabda :

"Debu itu cukup bagimu untuk bersuci selama kamu tidak mendapatkan air.
Apabila kamu telah mendapatkan air, maka usapkanlah ia ke kulitmu."[21]

E. Tata-Cara Bertayamum

Dari hadistImar r.a: Aku mengalami junub dan aku tidak menemukan air. Maka
aku bergelimang di tanah lalu shalat, kemudian aku ceritakan hal tersebut kepada
Nabi saw, maka sabdanya: Cukuplah engkau melakukannya seperti ini:
kemudian beliau memukulkan telapak tangannya ke permukaan tanah, lalu
dihembusnya dan kemudian disapukan ke muka dan ke kedua telapak
tangannya.[22]


3. MANDI JANABAH


A. Batasannya

I. Definisi Mandi

Menurut bahasa; mandi disebut yang berarti mengalirnya air pada sesuatu.
Sedangkan di dalam syara ialah mengalirnya air keseluruh tubuh disertai dengan
niat.

Ibnu Hajar berkata : Hakikat mandi adalah mengalirkan air pada anggota-
anggota tubuh. [Lihat Fathul Bariy (1/359)].

II. Definisi Janabah

Secara bahasa adalah al-budu yang jauh. Sebagaimana dalam firman Allah Taala
:

... Dan tetangga yang junub (jauh).... (QS. An-Nisa`: 36)

Dan juga firman-Nya :

... maka kelihatan olehnya (Musa) dari jauh, sedang mereka tidak
menyadarinya. (QS. Al-Qashash : 11)

Secara istilah adalah orang yang wajib atasnya mandi karena jima atau karena
keluar mani.


B. Pensyariatan

Mandi Janabah adalah wajib berdasarkan dalil dari Al-Qur`an dan Sunnah.

Allah SWT berfirman :

...Dan jika kalian junub maka mandilah.... (QS. Al-Ma`idah : 6)

Dan Allah juga berfirman :

...Dan jangan pula (kamu hampiri masjid ketika kamu) dalam keadaan junub,
terkecuali sekedar berlalu saja, hingga kalian mandi (mandi junub)... (QS. An-
Nisa` : 43)

Rasulullah saw bersabda :

Apabila bertemu alat kelamin wanita dengan alat kelamin laki-laki, maka
wajiblah mandi. [23]


C. Hal-hal yang Mewajibkan Mandi Janabah

1. Keluarnya mani dalam keadaan tidur maupun terjaga, Rasulullah bersabda:

Air itu hanyalah dari air[24]

Maksud dari air yang pertama adalah air untuk mandi wajib sedangkan air yang
kedua adalah air mani, maka maknanya adalah air untuk mandi itu wajib karena
keluarnya air mani.

Hadits Ummu Salamah r.a berkata: Ummu Sulaim datang kepada Rasulullah saw
kemudian berkata: Wahai Rasulullah sesungguhnya Allah tidak malu dari
kebenaran, maka apakah wajib atas seorang wanita untuk mandi bila dia
bermimpi ? Maka Nabi saw menjawab : Iya, bila ia melihat air (mani)[25]

2. Jima walaupun tidak keluar mani.

Dari Abu Hurairoh r.a dari Nabi saw bersabda : Apabila seseorang duduk antara
empat bagiannya (tubuh perempuan) kemudian ia bersungguh-sungguh maka
telah wajib atasnya mandi. Dan salah satu riwayat dalam Shahih Muslim
walaupun tidak keluar[26]

3. Orang kafir masuk Islam. Barangsiapa yang masuk dari kafir ke Islam, wajib
atasnya mandi seperti perintah Nabi saw terhadap Tsamamah al-Hanafi dengan
mandi ketika dia Islam.[27]

4. Mati, apabila mati seorang muslim maka wajib memandikannya. Hadits
Ummu Athiyah tatkala anak Nabi saw meninggal, beliau bersabda:

Mandikanlah dia tiga kali atau lima atau tujuh atau lebih jika kalian melihatnya
dengan air dan daun bidara[28]

5. Hari Jumat, dari Abu Said r.a:

Bahwa Nabi saw bersabda: Mandi Jumat itu wajib bagi setiap orang yang telah
bermimpi...[29]


D. Hal-hal yang Dilarang Bagi Orang Junub

1. Membaca Al-Quran. Rasulullah bersabda:

Tidaklah membaca bagi seorang yang haid dan junub sesuatu dari Al-
Quran[30]

2. Masuk masjid (QS. An-Nisa: 43).

3. Shalat (QS. Al-Maidah: 6), (QS. An-Nisa: 43).

4. Menyentuh Mushaf Al-Quran. Allah swt berfirman:

Dan (ini) sesungguhnya al-Quran yang sangat Mulia{77} Dalam kitab yang
terpelihara{78} Tidak ada yang menyentuhnya selain hamba-hamba yang
disucikan{79}.(QS. Al-Waqiah: 77-79).



E. Tata-Cara Mandi Janabah

Mengucapkan Bismillah, niat, kemudian mencuci tangan sebanyak tiga kali, lalu
membersihkan kemaluan dan sekitarnya dari kotoran lalu berwudhu dengan
wudhu kecil, kecuali kedua kakinya, mencuci kepala bagian kanan, lalu kepala
bagian kiri, lalu menyela-nyela rambut, lalu mengguyur air pada seluruh badan
dimulai dari sisi yang kanan setelah itu yang kiri. (Lihat Minhajul Muslim,
maddah tsalitsah fi kaifiyah ghusli).

HIKMAH BERSUCI

1. Dapat menjauhkan diri dari pada jangkitan penyakit.

2. Amalan-amalan tertentu tidak diterima Allah tanpa bersuci.

3. Kebersihan yang lahir juga akan membawa kepada kebersihan jiwa seseorang.

4. Amalan kebersihan yang dilakukan itu menjadi syiar dan identitas umat Islam
di dalam kehidupan manusia agar dengan itu umat Islam menjadi contoh dan
teladan kepada manusia seluruhnya.

5. Kebersihan dapat mencerminkan pribadi seseorang.





REFERENSI

Abu Bakar Jabir Al-Jazairy. Minhajul Muslim. Daar As-Salam

DR. Abdul Adhzim Barawy. 2001. Al-Wajiz fi Fiqh Sunnah wa Kitab Al-Aziiz.
Daar Ibn Ragb

DR. Musthafa Dieb Al-Bugha Muhyidin Mistu. 2003. Al-Wafi Syarah Kitab
Arbain An-Nawawiyah. Jakarta: Al-Itishom

Sayyid Sabiq. 1993. Fikih Sunnah 1. Bandung: PT Al-Maarif


_______________________________
[1]HR. Bukhari(1/46). Lihat Minhajul Muslim fi masyruiyah wudhu.

[2] Diriwayatkan oleh dua ahli hadist: Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin
Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al-Bukhari dan Abul Husain Muslim bin Al-
Hajjaj bin Musim Al-Qusyairy An-Naisaburi, dalam kedua kitab sahihnya, yang
merupakan kitab hadist paling shahih. Lihat Al-Wafi fi syarhil Arbain An-
Nawawiyah.

[3] Diriwayatkan Imam Ahmad(2/418), (3/41), Abu Daud(101) dengan sanad
dhaif,

[4] HR. Imam Malik(66). Lihat Minhajul Muslim fi sununi wudhu. Lihat juga
Fikih Sunnah(1/92/138).

[5] HR. Ahmad dan Nasai.

[6] HR. Ahmad dan Nasai.

[7] HR. Ibnu Majah dan Tirmidzi menganggapnya shahih.

[8] HR. Ahmad, Tirmidzi, dan Ibnu Majah.

[9] HR. Ahmad, Nasai dan Ibnu Majah.

[10] HR. Imam Ahmad(2/354), Ibnu Majah(402).

[11] HR. Ahmad dan Abu Daud.

[12] HR. Imam Ahmad(2/400).

[13] 1 sha = 4 mud, 1 mud = 128 4/7 dirham = 40cm3.

[14] Mutafaqqun Alaih. Lihat Fikih Sunnah(1/101/163).

[15] HR. Muslim. Lihat Fikih Sunnah(1/104/169).

[16] Mutafaqqun Alaih wa ghoiruhuma. Lihat Fikih Sunnah(1/107/173), Al-
Wajiiz fi fiqh sunnah wa kitab al-aziiz fi sununi wudhu.

[17] Shahih, Ibnu Majah(388), Abu Daud(1/307/179), Ibnu Majah(1/161/479),
Nasai(1/100), Tirmidzi(1/55/82), dengan tambahan ((maka janganlah shalat...)).
Lihat Al-Wajiiz fi fiqh sunnah wa kitab al-aziiz fi nawaqidhi wudhu.

[18]Shahih: Ibnu Majah(401), Abu Daud(1/315/183), Tirmidzi(1/54/81), Ibnu
Majah(1/166/494), mukhtashiran. Lihat Al-Wajiiz fi fiqh sunnah wa kitab al-aziiz
fi nawaqidhi wudhu.

[19] Shahih: Abu Daud(322), Tirmidzi(1/81/124), Abu Daud(1/528/329),
Nasai(1/171). Dengan lafadz hampir sama. Lihat Al-Wajiiz fi fiqh sunnah wa
kitab al-aziiz fi masyruiyah tayammum.

[20] HR. Ahmad

[21]HR Abu Dawud.

[22] Mutafaqqun Alaih. Lihat Fikih Sunnah(1/170/267).

[23] HR. Muslim dengan maknanya(1/272). Lihat Minhajul Muslim fie
masyruiyah ghusli.

[24] Shahih: (Mukhtashor Shahih Muslim.151), Shahih Imam
Muslim(1/269/343), Abu Daud(1/366/214).

[25] Mutafaqqun Alaih: Shahih Bukhori(1/228/130), Shahih Imam
Muslim(1/251/313), Tirmidzi(1/80/122).

[26] Shahih: (Mukhtashor Shahih Muslim.152), Shahih Imam
Muslim(1/271/348).

[27] Shahih Bukhari(70) kitab Al-Maghaziy, dan Muslim(59) kitab jihad. Lihat
Minhajul Muslim fie maujibat al-ghuslu.

[28] Mutafaqqun Alaih

[29] Mutafaqqun Alaih: Shahih Bukhari(1/420/320), Shahih Imam
Muslim(2/580/846), Abu Daud(2/5,4/337), Ibnu Majah(1/346/1089). Lihat Al-
Wajiiz fie fiqh sunnah wa kitab al-aziiz fie maujibat ghuslu.

[30] HR. Tirmidzi(131) terdapat illat didalamnya akan tetapi hadist Ali shahih
disaksikan oleh hakam. Lihat Minhajul Muslim maddah rabiah fima yamnau bil
janabah.
http://infomakalahkuliah.blogspot.com/2012/10/bab-ipendahuluan-wudhu-merupakan-
sebuah.html

Anda mungkin juga menyukai