BAB II
TAREKAT SAMMANIYAH
A. PENDIRI
Muhammad bin ‘Abd al-Kasim al-Madani al-Syafi’I al-Samman ia lahir di
Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih dikenal
sebagai al-Sammani atau Muhammad Samman. Sambil mengajar di Sanjariyah,
tampaknya Syaikh Samman banyak menghabiskan hidupnya di Madinah dan tinggal
di rumah salah satu Khalifah yaitu Abu Bakar al-Siddiq.1
Syaikh Samman terkenal sebagai tokoh tarekat yang zuhud, saleh, keramat dan
dengan segala keanehan yang ia miliki. Kepribadiannya yang aneh itu sudah terlihat
sejak ia belum balig. Orang tuanya sangat memperhatikannya dalam masalah makan,
minum, pakaian, tidur dan belajar agama. Suatu ketika orang tuanya menghidangkan
makan Syaikh Samman di atas meja makan. Beberapa waktu kemudian, orang tuanya
membuka tutup saji dan mendapati makanan yang di hidangkan tadi masih utuh tidak
di makan oleh beliau dan kejadian itu berlangsung berulang kali. Karena orang tuanya
merasa khawatir dengan prilaku anaknya tersebut, orang tuanyapun melaporkan
kejadian tersebut kepada guru Syaikh Samman. Guru itu menjawab: “jangan khawatir,
anakmu itu akan menjadi seorang wali”.2
Sejak masa kanak-kanak ia belajar agama dengan para ulama yang beradar di
sekitar Madinah, dalam usia delapan tahun ia sudah al-Qur’an. Pada masa itu orang
tuanya membelikan kopiah yang bersulam emas, tetapi ia lepas karena Nabi melarang
muslim memakai emas. Seperti itulah sikap Syaikh Samman sejak kecil yang
memperlihatkan tada-tanda kewalian. Ia suka melakukan uzlah dan khalwat serta
berziarah ke kuburan kaum muslimin dan muslimat. Perilaku ini terus berlanjut
hingga ia akil balig.
Saat remaja ia sudah menjadi guru agama di Madrasah Sanjariyah di Madinah
yang didatangi banyak murid dari negeri-negeri jauh. Sambil mengajar, ia juga masih
menimba ilmu kepada gurunya, Sulaiman al-Kurdi Al-Syafi’I, yang juga merupakan
guru bagi sekelompok murid Melayu-Indonesia pada abad 18. Hal ini yang kemudian
membentuk dirinya menjadi menganut mazhab Syafi’i.3
1
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat-Tarekat Mutabarah Di Indonesia, (Jakarta :
Kencana, 2011), Cet. 4, h. 182.
2
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 185.
3
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 186.
Studi Tarekat |2
4
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 186.
5
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 187.
6
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 188.
Studi Tarekat |3
7
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 183.
8
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 184.
Studi Tarekat |4
9
Ridwanullah, “Tinjauan Umum Tentang Tawassul”, (Jurnal UIN SUSKA Riau,2017), h. 2-3.
10
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 207
Studi Tarekat |5
2. Wahdat al-Wujud
Wahdatul Wujud terdiri dari dua kata yaitu wahdat dan al-wujud. Wahdat
artinya sendiri, tunggal sedangkan al-Wujud artinya ada. Jadi wahdatul Wujud
ialah bahwa antara manusia dan Tuhan pada hakikatnya adalah satu kesatuan
wujud. Menurut paham ini tiap-tiap yang ada mempunyai dua aspek yaitu aspek
luar disebut aspek al-Khalaq (Makhluk) dan aspek dalam disebut al-Hallaq
(Tuhan).
Paham wahdatul wujud dalam tasawuf berarti faham yang menyatakan bahwa
hakikatnya hanya satu yaitu Allah. Allah dan alam adalah satu hakikat. Makhluk
hanyalah bayangan dari wujud yang hakiki sehingga tidak ada wujud selain Allah.
Paham wahdatul wujud tersebut mengisyaratkan bahwa pada manusia ada unsur
lahir dan batin dan Tuhan ada unsur lahir dan batin. Unsur lahir manusia adalah
wujud fisiknya sedangkan unsur batinnya adalah roh atau jiwa yang tidak tampak
hal ini merupakan bayangan Tuhan. Unsur lahir Tuhan adalah sifat-sifat
ketuhanan tampak di Alam, sedangkan unsur batin Tuhan adalah Zat Tuhan. 11
Syaikh Samman adalah seorang sufi yang menganut aliran Wahdatul Wujud
yang mengalami ekstase dan terucapkan oleh syahthat. Syaikh Samman tergolong
seorang sufi yang banyak terucapkan oleh kalimat-kalimat syahtahat tetapi dirinya
tidak menyatakan al-Haqq, ia hanya mengaku dirinya Muhammad. Sehingga
corak wahdatul wujud ia anut dan syahtahat yang terucapkan tidak bertentangan
dengan syariat. Dalam ajaran sufi , wahdatul wujud akhir capai para sufi dalam
mujhadat. Sudah menjadi praktik tasawuf menjadi empat tataran: (1) Syari’at, (2)
tarekat, (3) makrifat, dan (4) hakikat Syari’at. Dalam hakikat Syaikh Muhammad
Samman disebutkan Syaikh Samman naik ke langit bertemu dengan nabi
Ibrahim.12
3. Nur Muhammad
Terminologi “Nur Muhammad” adalah istilah digunakan oleh para sufi yang
beraliran tasawuf falsafi. Nur Muhammad juga disebut sebagi haqiqah
Muhammadiyah. Posisi Muhammad sebagai nabi dan rasul dapat dikatakan
sebagai miniatur makhluk di alam semesta karena pada dirinya beliau
mendapatkan tajali Tuhan paling sempurna. Melalui Nur Muhammad, Tuhan
11
Yuliya Sari, “Konsep Wahdatul Wujud Hamzah Fansuri”, (Skripsi UIN Raden Intan Lampung,
2017),h.18.
12
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 207.
Studi Tarekat |6
13
Sofyan Abdurrahman, “Nur Muhammad Dalam Naskah Klasik”, Jurnal Agama,(Ponorogo: STAIN
Ponorogo), Vol, 6, No. 2, 2010, h. 14.
14
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 209.
15
A. Mahmud, “Konsep Insan Kamil Jamil”, Jurnal Humaniora, Vol. 1, No. 2, (UIN Alauddin
Makasar, 2016), h. 23.
Studi Tarekat |7
16
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 210.
17
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 211.
18
Sri Mulyani, Mengenal Dan Memahami Tarekat…, h. 215.
Studi Tarekat |8
19
Fauzan Sholeh, “Perkembangan Tarekat Sammaniyah Di Kabupaten Banjar”, Jurnal Islam, Vol. 1,
No.1, (UIN Alauddin Makasar, 2017), h. 139.
Studi Tarekat |9
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Muhammad bin ‘Abd al-Kasim al-Madani al-Syafi’I al-Samman ia lahir di
Madinah dari keluarga Quraisy. Di kalangan murid dan pengikutnya, ia lebih dikenal
sebagai al-Sammani atau Muhammad Samman. Sejak masa kanak-kanak ia belajar
agama dengan para ulama yang beradar di sekitar Madinah, dalam usia delapan tahun
ia sudah al-Qur’an. Saat remaja ia sudah menjadi guru agama di Madrasah Sanjariyah
di Madinah yang didatangi banyak murid dari negeri-negeri jauh. Sambil mengajar, ia
juga masih menimba ilmu kepada gurunya, Sulaiman al-Kurdi Al-Syafi’I, yang juga
merupakan guru bagi sekelompok murid Melayu-Indonesia pada abad 18. Hal ini
yang kemudian membentuk dirinya menjadi menganut mazhab Syafi’i.
Ajaran tarekat Sammaniyah adalah (1) tawassul, yang artinya sebuah bentuk
amalan yang diamalkan, yang dengannya seseorang yang telah melakukan amalan
tersebut untuk mendekatkan diri kepada-Nya. (2) wahdatul wujud, artinya Paham
wahdatul wujud dalam tasawuf berarti faham yang menyatakan bahwa hakikatnya
hanya satu yaitu Allah. (3) Nur Muhammad, artinya Posisi Muhammad sebagai nabi
dan rasul dapat dikatakan sebagai miniatur makhluk di alam semesta karena pada
dirinya beliau mendapatkan tajali Tuhan paling sempurna. (4) insan kamil, artinya .
wujud insan kamil adalah Muhammad. (5) Syathahat, artinya Bersatu dengan Allah
berarti bersatu dengan Nur Muhammad, karena Nur Muhammad itu Mazhar Allah
(penampakkan diri Allah). Bagi seorang sufi menyatu dengan Allah dapat terjadi
sembarang waktu dan tempat.
S t u d i T a r e k a t | 10
DAFTAR PUSTAKA
A Mahmud. 2016 .“Konsep Insan Kamil Jamil”, Jurnal Humaniora. UIN Alauddin
Makasar.
Abdurrahman. Sofyan. 2010. “Nur Muhammad Dalam Naskah Klasik”. Jurnal
Agama. Ponorogo: STAIN Ponorogo.
Ridwanullah. 2017 .“Tinjauan Umum Tentang Tawassul”. Jurnal UIN SUSKA Riau.
Sari. Yuliya. 2016.“Konsep Wahdatul Wujud Hamzah Fansuri”. Skripsi UIN Raden
Intan Lampung.