Anda di halaman 1dari 11

~SEJARAH KISAH HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD DARI MEKKAH KE

YASRIB(MADINAH)~

Sejarah Kisah Hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah- Hijrah yang berarti perpindahan
dianggap sebagai salah satu ibadah dengan nilai pahala yang tinggi. Dalam banyak ayat al-
Quran Allah Swt menjelaskan kemuliaan ibadah ini dan menjanjikan ganjaran yang berlipat
ganda kepada mereka yang berhijrah. Sebab, selain kesulitan yang dihadapi seorang muhajir
baik kesulitan karena meninggalkan negeri asal, kesulitan di negara baru dan banyak hal lain,
hijrah juga dimaksudkan untuk menjaga dan memelihara agama dan risalah ilahi yang
terakhir ini.

Hijrah Nabi ke Madinah

ALI MENGGANTIKAN TIDUR RASULULLAH SAW

Quraisy berencana membunuh Muhammad, karena dikuatirkan ia akan hijrah ke Madinah.


Ketika itu kaum Muslimin sudah tak ada lagi yang tinggal kecuali sebagian kecil. Ketika
perintah dari Alloh SWT datang supaya beliau hijrah, beliau meminta Abu Bakar supaya
menemaninya dalam hijrahnya itu. Sebelum itu Abu Bakar memang sudah menyiapkan dua
ekor untanya yang diserahkan pemeliharaannya kepada Abdullah bin Uraiqiz sampai nanti
tiba waktunya diperlukan.

Pada malam akan hijrah itu pula Muhammad membisikkan kepada Ali bin Abi Talib supaya
memakai mantelnya yang hijau dari Hadzramaut dan supaya berbaring di tempat tidurnya.
Dimintanya supaya sepeninggalnya nanti ia tinggal dulu di Mekah menyelesaikan barang-
barang amanat orang yang dititipkan kepadanya. Demikianlah, ketika pemuda-pemuda
Quraisy mengintip ke tempat tidur Nabi Muhammad Saw, mereka melihat sesosok tubuh di
tempat tidur itu dan mengira bahwa Nabi Saw masih tidur.

DI DALAM GUA TSUR

Rasullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) tinggal di dalam goa Tsur pada hari Jum’at, Sabtu, dan
Ahad. Selama itu, berlangsung pertolongan bagi mereka berdua.

1. Abdullah bin Abu Bakar (RA) mendatangi goa pada malam hari dan menyampaikan berita
perihal berbagai rencana dan kegiatan orang-orang kafir kepada mereka berdua. Sebelum
fajar ia sudah kembali ke Makkah sehingga seolah-olah ia selalu berada di Makkah.

2. Amar bin Fuhairah menggiring domba-domba gembalaannya ke dalam goa pada malam
hari sehingga Rasulullah (SAW) dan Abu Bakar (RA) bisa minum susu domba hingga cukup
kenyang. Amar menggiring kembali domba-dombanya ke Makkah sebelum fajar selang
beberapa waktu setelah Abdullah bin Abu Bakar kembali ke Makkah, dengan demikian jejak
kaki Abdullah terhapus oleh jejak domba-domba itu.

3. Abdullah bin Ariqat Laitsi, seorang kafir yang dapat dipercaya dan bekerja sebagai
pemandu yang diupah oleh Abu Bakar (RA) datang ke goa ini, setelah hari ke-tiga, membawa
dua ekor onta.

4. Pada waktu itu Abu Bakar (RA) menawarkan satu dari onta itu kepada Nabi (SAW)
sebagai hadiah. Namun beliau (SAW) memaksa membeli onta itu. Abu Bakar (RA) pun
akhirnya bersedia menerima pembayaran sebesar empat ratus dirham untuk onta itu. Onta
inilah yang kemudian dikenal sebagai onta Rasulullah (SAW) yang dinamai Quswa.

5. Dengan dipandu oleh Abdullah bin Ariqat, mereka berdua memulai perjalanan menuju
Madinah. Amar juga menyertai perjalanan mereka.

SURAQA

Ketika itu Quraisy mengadakan sayembara, barangsiapa bisa menyerahkan Muhammad akan
diberi hadiah seratus ekor unta. Mereka sangat giat mencari Rasululloh Saw. Ketika terdengar
kabar bahwa ada rombongan tiga orang sedang dalam perjalanan, mereka yakin itu adalah
Muhammad dan beberapa orang sahabatnya. Suraqa b. Malik b. Ju’syum, salah seorang dari
Quraisy, juga ingin memperoleh hadiah seratus ekor unta. Tetapi ia ingin memperoleh hadiah
seorang diri saja. Ia mengelabui orang-orang dengan mengatakan bahwa itu bukan
Muhammad. Tetapi setelah itu ia segera pulang ke rumahnya. Dipacunya kudanya ke arah
yang disebutkan tadi seorang diri.

Demikian bersemangatnya Suraqa mengejar Nabi Muhammad Saw hingga kudanya dua kali
tersungkur ketika hendak mencapai Nabi. Tetapi melihat bahwa ia sudah hampir kedua orang
itu, ia tetap memacu kudanya karena rasanya Muhammad sudah di tangan. Akan tetapi kuda
itu tersungkur sekali lagi dengan keras sekali, sehingga penunggangnya terpelanting dari
punggung binatang itu dan jatuh terhuyung-huyung dengan senjatanya. Suraqa merasa itu
suatu alamat buruk jika ia bersikeras mengejar sasarannya itu. Sampai di situ ia berhenti dan
hanya memanggil-manggil:

“Saya Suraqa bin Ju’syum! Tunggulah, saya mau bicara. Saya tidak akan melakukan sesuatu
yang akan merugikan tuan-tuan.” Setelah kedua orang itu berhenti melihat kepadanya,
dimintanya kepada Muhammad supaya menulis sepucuk surat kepadanya sebagai bukti bagi
kedua belah pihak. Dengan permintaan Nabi, Abu Bakr lalu menulis surat itu di atas tulang
atau tembikar yang lalu dilemparkannya kepada Suraqa. Setelah diambilnya oleh Suraqa surat
itu ia kembali pulang. Sekarang bila ada orang mau mengejar Nabi Saw, maka dikaburkan
olehnya, sesudah tadinya ia sendiri yang mengejarnya.

SEJARAH KISAH HIJRAH NABI MUHAMMAD SAW KE MADINAH

Selama tujuh hari terus-menerus rombongan Rasululloh Saw berjalan, mengaso di bawah
panas membara musim kemarau dan berjalan lagi sepanjang malam mengarungi lautan
padang pasir dengan perasaan kuatir. Hanya karena adanya iman kepada Alloh Swt membuat
hati dan perasaan mereka terasa lebih aman. Ketika sudah memasuki daerah kabilah Banu
Sahm dan datang pula Buraida kepala kabilah itu menyambut mereka, barulah perasaan
kuatir dalam hatinya mulai hilang. Jarak mereka dengan Madinah kini sudah dekati.

Selama mereka dalam perjalanan yang sungguh meletihkan itu, berita-berita tentang Hijrah
Nabi Muhammad SAW dan sahabatnya yang akan menyusul kawan-kawan yang lain, sudah
tersiar di Madinah. Penduduk kota ini sudah mengetahui, betapa kedua orang ini mengalami
kekerasan dari Quraisy yang terus-menerus membuntuti. Oleh karena itu semua kaum
Muslimin tetap tinggal di tempat itu menantikan kedatangan Rasululloh dengan hati penuh
rindu ingin melihatnya, ingin mendengarkan tutur katanya. Banyak di antara mereka itu yang
belum pernah melihatnya, meskipun sudah mendengar tentang keadaannya dan mengetahui
pesona bahasanya serta keteguhan pendiriannya. Semua itu membuat mereka rindu sekali
ingin bertemu, ingin melihatnya.

MASYARAKAT MADINAH

Tersebarnya Islam di Madinah dan keberanian kaum Muslimin di kota itu sebelum hijrah
Nabi ke tempat tersebut sama sekali di luar dugaan kaum Muslimin Mekah. Beberapa
pemuda Muslimin bahkan berani mempermainkan berhala-berhala kaum musyrik di sana.
Seseorang yang bernama ‘Amr bin’l-Jamuh mempunyai sebuah patung berhala terbuat
daripada kayu yang dinamainya Manat, diletakkan di daerah lingkungannya seperti biasa
dilakukan oleh kaum bangsawan. ‘Amr ini adalah seorang pemimpin Banu Salima dan dari
kalangan bangsawan mereka pula. Sesudah pemuda-pemuda golongannya itu masuk Islam
malam-malam mereka mendatangi berhala itu lalu di bawanya dan ditangkupkan kepalanya
ke dalam sebuah lubang yang oleh penduduk Madinah biasa dipakai tempat buang air.

Bila pagi-pagi berhala itu tidak ada ‘Amr mencarinya sampai diketemukan lagi, kemudian
dicucinya dan dibersihkan lalu diletakkannya kembali di tempat semula, sambil ia menuduh-
nuduh dan mengancam. Tetapi pemuda-pemuda itu mengulangi lagi perbuatannya
mempermainkan Manat ‘Amr itu, dan diapun setiap hari mencuci dan membersihkannya.
Setelah ia merasa kesal karenanya, diambilnya pedangnya dan digantungkannya pada berhala
itu seraya ia berkata: “Kalau kau memang berguna, bertahanlah, dan ini pedang bersama
kau.” Tetapi keesokan harinya ia sudah kehilangan lagi, dan baru diketemukannya kembali
dalam sebuah sumur tercampur dengan bangkai anjing. Pedangnya sudah tak ada lagi.

Sesudah kemudian ia diajak bicara oleh beberapa orang pemuka-pemuka masyarakatnya dan
sesudah melihat dengan mata kepala sendiri betapa sesatnya hidup dalam syirik dan
paganisma itu, yang hakekatnya akan mencampakkan jiwa manusia ke dalam jurang yang tak
patut lagi bagi seorang manusia, ia pun masuk Islam.

MESJID QUBA'

Ketika rombongan Rasululloh Saw sampai di Quba’, mereka tinggal empat hari ia di sana dan
membangun mesjid Quba’. Di tempat ini Ali b. Abi-Talib ra menyusul, setelah
mengembalikan barang-barang amanat – yang dititipkan oleh rasululloh Saw – kepada
pemilik-pemiliknya di Mekah. Ali ra menempuh perjalanannya ke Madinah dengan berjalan
kaki. Malam hari ia berjalan, siangnya bersembunyi. Perjuangan yang sangat meletihkan itu
ditanggungnya selama dua minggu penuh, yaitu untuk menyusul saudara-saudaranya
seagama.

SAMPAI DI MADINAH

Demikanlah akhirnya rombongan Rosululloh selamat sampai Madinah. Hari itu adalah hari
Jum’at dan Muhammad berjum’at di Madinah. Di tempat itulah, ke dalam mesjid yang
terletak di perut Wadi Ranuna itulah kaum Muslimin datang, masing-masing berusaha ingin
melihat serta mendekatinya. Mereka ingin memuaskan hati terhadap orang yang selama ini
belum pernah mereka lihat, hati yang sudah penuh cinta dan rangkuman iman akan
risalahnya, dan yang selalu namanya disebut pada setiap kali sembahyang. Orang-orang
terkemuka di Medinah menawarkan diri supaya ia tinggal pada mereka.
Setiba Rasulullah (SAW) di Madinah, onta beliau (Quswa) duduk di lahan terbuka di dekat
rumah Abu Ayyub Ansari (RA). Maka beliau (SAW) pun menetap di tempat itu sampai
terselesaikannya pendirian Masjid Nabawi dan sebuah tempat berteduh untuk beliau. Seluruh
sahabat bersama-sama Nabi (SAW) juga secara langsung turun tangan dalam pembangunan
Masjid Nabawi, sebagaimana juga mereka melakukan bersama-sama dalam pembangunan
Masjid Quba’.

Beberapa hari kemudian, istri Nabi (SAW); Saudah (RA); dua putri beliau Fatimah (RA) and
Ummu Kulsum (RA), Usamah bin Zaid (RA), ‘Aisyah (RA) dan Ummu Aiman (RA) juga
menyusul hijrah ke Madinah dibawah kawalan Abdullah bin Abu Bakar (RA). Adapun putri
beliau seorang lagi, Zainab (RA), baru diijinkan hijrah ke Madinah setelah terjadi peperangan
Badar.

Di Madinah, Rasulullah (SAW) memanjatkan doa (yang artinya) sebagai berikut, “Wahai
Allah, jadikanlah kami mencintai Madinah sebagaimana kami mencintai Makkah, atau
bahkan lebih dari itu. Kami mohon, jadikanlah iklimnya menyehatkan bagi kami.
Tambahkanlah keberkahan didalam takaran (shaq dan mud) kami, dan pindahkanlah
panasnya Madinah hingga ke Juhfah.” Allah (SWT) mengabulkan doa beliau dan beliaupun
menetap di Madinah karena begitu cintanya beliau terhadap kota ini. (Bukhari).

ARTI PENTING HIJRAH

Hijrah telah membawa akibat-akibat yang lebih jauh:

1. Dari peristiwa ini, terjadi perubahan sosial. Islam sebagai sebuah kelompok/golongan
didalam masyarakat telah berkembang menjadi sebuah kesatuan Ummat Islam. Maka sirnalah
diskriminasi atas dasar warna kulit, kredo, ataupun kekayaan. Semua Muslim setara/egaliter.

2. Menurut para ahli sejarah Muslim, Rasulullah (SAW) tiba di Quba‘ pada tanggal 16 Juli
632 M. yang mana berada dalam bulan Muharram, dari sinilah dimulainya perhitungan
kalender Hijriyah.

3. Adalah di Madinah, diletakkan dasar-dasar khilafah (pemerintahan) Islam. Peristiwa


bersejarah berupa perjanjian-perjanjian yang dibuat bersama dengan kelompok Yahudi dan
beberapa suku yang lain menjadi panduan bagi generasi-generasi yang kemudian.

4. Diantara sekian banyak sahabat Nabi (SAW), beliau memilih Abu Bakar (RA) sebagai
teman dalam perjalanan hijrah. Hal ini di abadikan didalam Al-Quran, Surah At-Taubah. Ini
merupakan penghargaan paling utama bagi Abu Bakar (RA).

5. Setiap orang yang berpola-pikir adil dan terbuka, dari tulisan ini dapat mengambil
kesimpulan bahwa Abu Bakar (RA) telah memiliki peranan yang amat penting dalam
peristiwa Hijrah. Maka sungguh amat menyedihkan bahwasanya sebagian orang masih
menilai secara tidak adil terhadap diri sahabat yang demikian dihormati ini.

PERISTIWA HIJRAHNYA NABI MUHAMMAD SAW DARI MEKKAH KE YASRIB


(MADINAH) INI, KEMUDIAN MENJADI AWAL DIMULAINYA KALENDER HIJRIAH

Setelah baiat aqabah ke-2 ditunaikan, umat Islam di Madinah pun siap menyambut
kedatangan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam di kota mereka. Jumlah umat
Islam di Madinah yang sudah cukup banyak membumbungkan optimisme untuk menjadi
Anshar, penolong dan pelindung Rasulullah dan para sahabat Muhajirin. Dan Maha
Sempurna Allah dengan segala ketetapan takdir-Nya. Dialah yang menyiapkan kondisi Kota
Madinah setelah sebelumnya membekali ketangguhan iman dan mental umat Islam dengan
kondisi Mekah yang sulit dan mengancam nyawa. Dialah pula yang menentukan waktu yang
tepat bagi Rasul-Nya dan umat Islam untuk memulai fase madani. Allah izinkan Nabi dan
para sahabatnya untuk hijrah ke Yatsrib, Madinah al-Munawwarah.

Semua para sahabat yang mampu untuk hijrah, maka wajib bagi mereka berhijrah. Yang
lemah dan yang kuat, yang miskin dan yang kaya, laki-laki maupun wanita, dari kalangan
merdeka atau hamba sahaya, semua menyambut perintah Allah Ta’ala.

. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekkah

. Masyarakat Arab Jahiliyah Periode Mekah


Objek dakwah Rasulullah SAW pada awal kenabian adalah masyarakat Arab Jahiliyah, atau
masyarakat yang masih berada dalam kebodohan. Dalam bidang agama, umumnya
masyarakat Arab waktu itu sudah menyimpang jauh dari ajaran agama tauhid, yang telah
diajarkan oleh para rasul terdahulu, seperti Nabi Adam A.S. Mereka umumnya beragama
watsani atau agama penyembah berhala. Berhala-berhala yang mereka puja itu mereka
letakkan di Ka’bah (Baitullah = rumah Allah SWT). Di antara berhala-berhala yang
termahsyur bernama: Ma’abi, Hubai, Khuza’ah, Lata, Uzza dan Manar. Selain itu ada pula
sebagian masyarakat Arab Jahiliyah yang menyembah malaikat dan bintang yang dilakukan
kaum Sabi’in.
2. Pengangkatan Nabi Muhammad SAW sebagai Rasul
Pengangkatan Muhammad sebagai nabi atau rasul Allah SWT, terjadi pada tanggal 17
Ramadan, 13 tahun sebelum hijrah (610 M) tatkala beliau sedang bertahannus di Gua Hira,
waktu itu beliau genap berusia 40 tahun. Gua Hira terletak di Jabal Nur, beberapa kilo meter
sebelah utara kota Mekah.
Muhamad diangkat Allah SWT, sebagai nabi atau rasul-Nya ditandai dengan turunnya
Malaikat Jibril untuk menyampaikan wahyu yang pertama kali yakni Al-Qur’an Surah Al-
‘Alaq, 96: 1-5. Turunnya ayat Al-Qur’an pertama tersebut, dalam sejarah Islam dinamakan
Nuzul Al-Qur’an.
Menurut sebagian ulama, setelah turun wahyu pertama (Q.S. Al-‘Alaq: 1-5) turun pula Surah
Al-Mudassir: 1-7, yang berisi perintah Allah SWT agar Nabi Muhammad berdakwah
menyiarkan ajaran Islam kepada umat manusia.
Setelah itu, tatkala Nabi Muhammad SAW berada di Mekah (periode Mekah) selama 13
tahun (610-622 M), secara berangsur-angsur telah diturunkan kepada beliau, wahyu berupa
Al-Qur’an sebanyak 4726 ayat, yang meliputi 89 surah. Surah-surah yang diturunkan pada
periode Mekah dinamakan Surah Makkiyyah.
3. Ajaran Islam Periode Mekah
Ajaran Islam periode Mekah, yang harus didakwahkan Rasulullah SAW di awal kenabiannya
adalah sebagai berikut:
a. Keesaan Allah SWT
b. Hari Kiamat sebagai hari pembalasan
c. Kesucian jiwa
d. Persaudaraan dan Persatuan

STRATEGI DAKWAH RASULULLAH SAW PERIODE MEKAH


Tujuan dakwah Rasulullah SAW pada periode Mekah adalah agar masyarakat Arab
meninggalkan kejahiliyahannya di bidang agama, moral dan hokum, sehingga menjadi umat
yang meyakini kebenaran kerasulan nabi Muhammad SAW dan ajaran Islam yang
disampaikannya, kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Strategi dakwah Rasulullah SAW dalam berusaha mencapai tujuan yang luhur tersebut
sebagai berikut:
1. Dakwah secara Sembunyi-sembunyi Selama 3-4 Tahun
Pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi ini, Rasulullah SAW menyeru untuk masuk
Islam, orang-orang yang berada di lingkungan rumah tangganya sendiri dan kerabat serta
sahabat dekatnya. Mengenai orang-orang yang telah memenuhi seruan dakwah Rasulullah
SAW tersebut adalah: Khadijah binti Khuwailid (istri Rasulullah SAW, wafat tahun ke-10
dari kenabian), Ali bin Abu Thalib (saudara sepupu Rasulullah SAW yang tinggal serumah
dengannya), Zaid bin Haritsah (anak angkat Rasulullah SAW), Abu Bakar Ash-Shiddiq
(sahabat dekat Rasulullah SAW) dan Ummu Aiman (pengasuh Rasulullah SAW pada waktu
kecil).
Abu Bakar Ash-Shiddiq juga berdakwah ajaran Islam sehingga ternyata beberapa orang
kawan dekatnya menyatakan diri masuk Islam, mereka adalah:
۞ Abdul Amar dari Bani Zuhrah
۞ Abu Ubaidah bin Jarrah dari Bani Haris
۞ Utsman bin Affan
۞ Zubair bin Awam
۞ Sa’ad bin Abu Waqqas
۞ Thalhah bin Ubaidillah.
Orang-orang yang masuk Islam, pada masa dakwah secara sembunyi-sembunyi, yang
namanya sudah disebutkan d atas disebut Assabiqunal Awwalun (pemeluk Islam generasi
awal).
2. Dakwah secara terang-terangan
Dakwah secara terang-terangan ini dimulai sejak tahun ke-4 dari kenabian, yakni setelah
turunnya wahyu yang berisi perintah Allah SWT agar dakwah itu dilaksanakan secara terang-
terangan. Wahyu tersebut berupa ayat Al-Qur’an Surah 26: 214-216.
Tahap-tahap dakwah Rasulullah SAW secara terang-terangan ini antara lain sebaga berikut:

1. Mengundang kaum kerabat keturunan dari Bani Hasyim, untuk menghadiri jamuan
makan dan mengajak agar masuk Islam. Walau banyak yang belum menerima agama
Islam, ada 3 orang kerabat dari kalangan Bani Hasyim yang sudah masuk Islam, tetapi
merahasiakannya. Mereka adalah Ali bin Abu Thalib, Ja’far bin Abu Thalib, dan Zaid
bin Haritsah.
2. Rasulullah SAW mengumpulkan para penduduk kota Mekah, terutama yang berada
dan bertempat tinggal di sekitar Ka’bah untuk berkumpul di Bukit Shafa.

Pada periode dakwah secara terang-terangan ini juga telah menyatakan diri masuk Islam dari
kalangan kaum kafir Quraisy, yaitu: Hamzah bin Abdul Muthalib (paman Nabi SAW) dan
Umar bin Khattab. Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam pada tahun ke-6 dari kenabian,
sedangkan Umar bin Khattab (581-644 M).
Rasulullah SAW menyampaikan seruan dakwahnya kepada para penduduk di luar kota
Mekah. Sejarah mencatat bahwa penduduk di luar kota Mekah yang masuk Islam antara lain:
۞ Abu Zar Al-Giffari, seorang tokoh dari kaum Giffar.
۞ Tufail bin Amr Ad-Dausi, seorang penyair terpandang dari kaum Daus.
۞ Dakwah Rasulullah SAW terhadap penduduk Yastrib (Madinah). Gelombang pertama
tahun 620 M, telah masuk Islam dari suku Aus dan Khazraj sebanyak 6 orang. Gelombang
kedua tahun 621 M, sebanyak 13 orang, dan pada gelombang ketiga tahun berikutnya lebih
banyak lagi. Diantaranya Abu Jabir Abdullah bin Amr, pimpinan kaum Salamah.
Pertemuan umat Islam Yatsrib dengan Rasulullah SAW pada gelombang ketiga ini, terjadi
pada tahun ke-13 dari kenabian dan menghasilkan Bai’atul Aqabah. Isi Bai’atul Aqabah
tersebut merupakan pernyataan umat Islam Yatsrib bahwa mereka akan melindungi dan
membela Rasulullah SAW. Selain itu, mereka memohon kepada Rasulullah SAW dan para
pengikutnya agar berhijrah ke Yatsrib.
3. Reaksi Kaum Kafir Quraisy terhadap Dakwah Rasulullah SAW
Prof. Dr. A. Shalaby dalam bukunya Sejarah Kebudayaan Islam, telah menjelaskan sebab-
sebab kaum Quraisy menentang dakwah Rasulullah SAW, yakni:

1. Kaum kafir Quraisy, terutama para bangsawannya sangat keberatan dengan ajaran
persamaan hak dan kedudukan antara semua orang. Mereka mempertahankan tradisi
hidup berkasta-kasta dalam masyarakat. Mereka juga ingin mempertahankan
perbudakan, sedangkan ajaran Rasulullah SAW (Islam) melarangnya.
2. Kaum kafir Quraisy menolak dengan keras ajaran Islam yang adanya kehidupan
sesudah mati yakni hidup di alam kubur dan alam akhirat, karena mereka merasa
ngeri dengan siksa kubur dan azab neraka.
3. Kaum kafir Quraisy menilak ajaran Islam karena mereka merasa berat meninggalkan
agama dan tradisi hidupa bermasyarakat warisan leluhur mereka.
4. Dan, kaum kafir Quraisy menentang keras dan berusaha menghentikan dakwah
Rasulullah SAW karena Islam melarang menyembah berhala.

Usaha-usaha kaum kafir Quraisy untuk menolak dan menghentikan dakwah Rasulullah SAW
bermacam-macam antara lain:
۞ Para budak yang telah masuk Islam, seperti: Bilal, Amr bin Fuhairah, Ummu Ubais an-
Nahdiyah, dan anaknya al-Muammil dan Az-Zanirah, disiksa oleh para pemiliknya (kaum
kafir Quraisy) di luar batas perikemanusiaan.
۞ Kaum kafir Quraisy mengusulkan pada Nabi Muhammad SAW agar permusuhan di
antara mereka dihentikan. Caranya suatu saat kaum kafir Quraisy menganut Islam dan
melaksanakan ajarannya. Di saat lain umat Islam menganut agama kamu kafir Quraisy dan
melakukan penyembahan terhadap berhala.
Dalam menghadapi tantangan dari kaum kafir Quraisy, salah satunya Nabi Muhammad SAW
menyuruh 16 orang sahabatnya, termasuk ke dalamnya Utsman bin Affan dan 4 orang wanita
untuk berhijrah ke Habasyah (Ethiopia), karena Raja Negus di negeri itu memberikan
jaminan keamanan. Peristiwa hijrah yang pertama ke Habasyah terjadi pada tahun 615 M.
Suatu saat keenam belas orang tersebut kembali ke Mekah, karena menduga keadaan di
Mekah sudah normal dengan masuk Islamnya salah satu kaum kafir Quraisy, yaitu Umar bin
Khattab. Namun, dugaan mereka meleset, karena ternyata Abu Jahal labih kejam lagi.
Akhirnya, Rasulullah SAW menyuruh sahabatnya kembali ke Habasyah yang kedua kalinya.
Saat itu, dipimpin oleh Ja’far bin Abu Thalib.
Pada tahun ke-10 dari kenabian (619 M) Abu Thalib, paman Rasulullah SAW dan
pelindungnya wafat. Empat hari setelah itu istri Nabi Muhammad SAW juga telah wafat.
Dalam sejarah Islam tahun wafatnya Abu Thalib dan Khadijah disebut ‘amul huzni (tahun
duka cita).
2. Dakwah Rasulullah SAW pada periode Medinah

Pada abad ke-5 sejarah dakwah Rasulullah SAW. Di Mekah, bangsa Quraisy dengan segala
upaya berusaha melumpuhkan gerakan Muhammad SAW. Hal ini dibuktikan dengan
pemboikotan terhadap Bani Hasyiim dan Bani Muthalib (keluarga besar Muhammad SAW.).
beberapa pemboikotan tersebut antara lain :
a. Memutuskan hubungan perkawinan.
b. Memutuskan hubungan jual beli.
c. Memutuskan hubungan ziarah-menziarahi.
d. Tidak ada tolong menolong.
Pemboikotan itu tertulis di atas selembar sahitah atau plakat yang digantungkan di
Kakbah dan tidak akan dicabut sebelum Muhammad SAW. Menghentikan gerakannya.
Selama tiga tahun lamanya Bani Hasyim dan Bani Muthalib menderita kemiskinan akibat
pemboikotan itu. Banyak pengikut Rasulullah yang menyingkir ke luar kota Mekah untuk
mempertahankan hidup untuk menyelamatkan diriUjian bagi Rasulullah SAW. Juga
bertambah berat dengan wafatnyadua orang yang sangat dicintainya, yaitu pamannya, Abu
Thalib dalam usia 87 tahun dan istrinya, yaitu Khadijah. Peristiwa tersebut yang terjadi pada
tahun ke-10 dari masa kenabian (620 M) dalam sejarah disebut Amul Huzni (tahun kesedihan
atau tahun duka cita).
Dengan meninggalnya dua tokoh tersebut orang Quraisy makin berani dan leluasa
mengganggu dan menghalangi Rasulullah SAW. Mereka berani melempar kotoran ke
punggung Nabi, bahkan Beliau hampir meninggal karena ada orang yang hendak
mencekiknya. Nabi Muhammad SAW. Merasakan bahwa dakwah di Mekah tidak lagi sesuai
sebagai pusat dakwah Islam. Oleh karena itu, Beliau bersama Zaid bin Haritsah pergi hijrah
ke Thaif untuk berdakwah. Ajaran Rasulullah itu ditolak dengan kasar. Bahkan mereka pun
mengusir, menyoraki dan mengejar Rasulullah sambil di lempari dengan batu. Saat itu
Rasulullah SAW. Sempat berlindung di bawah kebun anggur di kebun Utba dan Syaiba (anak
Rabia). Meski demikian terluka, Rasulullah SAW. tetap sabar dan berlapang dada serta
ikhlas. Kesulitan dan hambatan yang terus-menerus menimpa Muhammad SAW. Dan
pengikutnya dihadapi dengan sabar dan tawakal.
Saat mengahadapi ujian yang berat dan tingkat perjuangan sudah berada pada
puncaknya, Rasulullah SAW. di perintahkan oleh Allah SWT untuk menjalani Isra dan Mi’raj
dari Mekah menuju ke Baitul Maqdis di Palestina, dan selanjutnya naik ke langit hingga ke
Sidratul Muntaha (QS Al-Isra/17:1). Kejadian Isra dan Mi’raj terjadi pada malam 17 rajab
tahun ke-11 dari kenabiannya (sekitar 621 M) di tempuh dalam waktu satu malam.
Hikmah Allah Swt. Dari peristiwa isra dan mi’raj antar lain sebagai berikut.
1. Karunia dan keistimewaan tersendiri bagi Nabi Muhammad SAW. Yang tidak pernah
diberikan Allah SWT. Kepada manusia dan nabi-nabi sebelumnya.
2. Memberikan penambahan kekuatan iman keyakinan Beliau sebagai rasul untuk terus
menyerukan agama Allah SWT kepada seluruh umat manusia.
3. Menjadi ujian bagi kaum muslimin sendiri sejauh mana mereka beriman dan percaya kepada
kejadian yang menakjubkan itu yang hanya ditempuh dalam waktu semalam. Peristiwa ini
dijadikan olok-olok oleh kaum Quraisy dan menuduh Nabi Muhammad SAW. Sudah gila.
Meski demikian, ada orang yang beriman atau percaya terhadap kejadian ini, yaitu Abu
Bakar sehingga nama Beliau ditambahkan dengan gelar As Sidik.
B. Hijrah Nabi Muhammad SAW. Ke Yastrib (Madinah)
Faktor yang menorong hijrahnya Nabi SAW
1. Ada tanda-tanda baik pada perkembangan Islam di Yatsrib, karena:
1. pada tahun 621 M telah datang 13 orang penduduk Yatsrib menemui Nabi
Muhammad SAW di bukit Akabah.
2. pada tahun berikutnya, 622 M datang lagi sebanyak 73 orang Yatsrib ke Mekkah yang
terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Saat itu mereka tampaknya datang untuk
melakukan haji, tetapi sesungguhnya kedatangan mereka adalah untuk menjumpai
rasulullah SAW dan mengundang mereka agar pindah ke Yatsrib. Mereka berjanji
akan membela dan mempertahankan serta melindungi Rasulullah besert para pengikut
dan keluarganya seperti melindungi keluarga mereka sendiri. Perjanjian ini disebut
Perjanjian Aqabah II. Akhirnya, Rasululah SAW menyuruhlah sahabat-sahabat Nabi
pindah bersama.

2. Rencana pembunuhan Nabi saw oleh kaum Quraisy yang hasil kesepakatannya diputuskan
oleh pemuka-pemuka Quraisy di Darun Nadwah. Mereka menyatakan bahwa :

1. Mereka sangat khawatir jika Muhammad dan pengikutnya telah berkuasa di Yatsrib.
Pasti Muhammad akan menyerang kafilah-kafilah dagang Quraisy yang pulang pergi
ke Syam. Hal itu akan mengakibatkan kerugian bagi perniagaan mereka.
2. Membunuh Nabi saw sebelum beliau ikut pindah ke Yatsrib. Dengan cara setiap suku
Quraisy mengirimkan seorang pemuda tangguh sehingga apabila Rasulullah SAW
terbunuh, keluarganya tidak akan mampu membela diri di hadapan seluruh suku
Quraisy, kemudian mengepung rumah Nabi SAW dan akan membunuhnya di saat
fajar, yakni ketika Rasulullah SAW akan melaksanakan sholat Subuh.

Rencana-rencana tersebut diketaui oleh Nabi saw dan para pemuda Qurasy terkacoh.
Karena yang tidur adalah Ali bin Abi Thalib bukan Rsulullah SAW. Rasulullah SAW sudah
berangkat lebih awal dan sudah mengetahu kejahatan itu sebelum para pemuda Quraisy
datang. Mereka mengejar dan menjelajahi seluruh kota untuk mencari Nabi saw tetapi
hasilnya nihil. Kemudian Nabi bersama pengikutnya melanjutkan perjalanannya menelusuri
pantai laut mera
C. Akhir Periode Dakwah Rasulullah Di Kota Mekah
Dengan berpindahnya Nabi saw dari Mekkah maka berakhirlah periode pertama perjalanan
dakwah beliau di kota Mekkah. Lebih kurang 13 tahun lamanya, Beliau Beliau berjuang
antara hidup dan mati menyerukan agama Islam di tengah masyarakat Mekkah dengan jihad
kesabaran, harta benda, jiwa dan raga.
Sebelum memasuki Yatsrib, Nabi saw singgah di Quba selama 4 hari beristirahat, Nabi
mendirikan sebuah masjid quba dan masjid pertama dalam sejarah Islam. Tepat pada hari
Jumat 12 Rabiul awal tahun 1 Hijrah bertepatan pada 24 September 6 M. Merekamendapat
sambutan penuh haru, hormat, dan kerinduan diiringi puji-pujian dari seluruh masyarakat
Madinah. Nabi saw mengadakan shalat Jumat yang pertama kali dalam sejarah Islam dan
Beliaupun berkhotbah di hadapan muslimin Muhajirin dan Anshar.
Sejak Saat itu, Kota Yastrib berubah namanya menjadi Madinah Nabi (Madinah Rasul)
selanjutnya kota itu disebut Madinah. Orang-orang yang pindah atau hijrah mendapat sebutan
kaum Muhajirin artinya pendatang. Adapun penduduk asli disebut Anshar artinya pembela.
Adapun penduduk kota Madinah itu sendiri terdiri dari dua golongan yang berbeda, yaitu :

1. Golongan Arab yang berasal dari selatan yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj
2. Golongan yahudi, yaitu orang-orang Israel yang berasal dari utara (Palestina).
Kebiasaan orang-orang Yahudi ini selalu membangga-banggakan diri pada penduduk
asli dan sering mengadu domba antara suku Aus dan Khazraj sekadar mengambil
keuntungan dari hasil penjualan senjatanya.
Peristiwa hijrah ini amat penting artinya bagi Islam dan kaum muslim karena hijrahnya Nabi
SAW dari Mekah ke Madinah dijadikan sebagai awal permulaan tahun Hijriyah. Dengan
hijrahnya kaum muslim, terbukalah kesempatan bagi Nabi SAW untuk mengatur strategi
membentuk masyarakat muslim yang bebas dari ancaman dan tekanan. Beberapa strategi
dalam hal tersebut adalah mengadakan perjanjian saling membantu antara kaum muslim
dengan kaum nonmuslim dan membangun kerja sama, baik dibidang poitik, ekonomi, sosial,
serta dasar-dasar daulah Islamiyah. Dakwah Rasulullah periode Madinah dapat mewujudkan
masyarakat muslim di Madinah yang adil dan makmur sehingga menjadi prototipe
masyarakat ideal atau yang sering disebut masyarakat madani. Beliau juga turut berjuang
dalam memelihara dan mempertahankan masyarakat yang dibinyanya itu dari segala macam
tantangan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar.
D. Substansi dan strategi dakwah Raslullah SAW. Periode Madinah
Adapun substansi dan strategi dakah Rasulullah saw antara lain:
1. Membina masyarakat Islam melalui pertalian persaudaraan antara kaum Muhajjirin dengan
kaum Anshar. Kaum Muhajirin yang jauh dari sanak keluarga dan kampung halaman mereka
dipersaudarakan dengan kaum Anshar secara ikhlas dan hanya mengharap keridaan Allah
SWT. Sebagai contoh, Abu Bakar dipersaudarakan dengan Harisah bin Zaid, Jafar bin Abi
Thalib dipersaudarakan dengan Mu’az bin Jabal, dan Umar bin Khattab dipersaudarakan
dengan Itbah bin Malik. Begitu seterusnya sehingga setiap orang dari Kaum Anshar
dipersaudarakan dengan kaum Muhajirin.
2. Memellihara dan mempertahankan masyarakat Islam Dalam upaya menciptakan suasana
tentram dan aman agar masyarakat muslim yang dibina itu dapat terpelihara dan bertahan,
Rasulullah SAW membuat perjanjian persahabatan perdamaian dengan kaum Yahudi yang
berdiam di kota Madinah dan sekitarnya. Tindakan ini belum pernah dilakukan oleh nabi dan
rasul sebelumnya. Isi perjanjiannya sebagai berikut :
a. Kebebasan beragama bagi semua golongan dan masing-masing golongan mempunyai
wewenang penuh terhadap anggits golongannya.
b. Semua lapisan, baik muslim maupun Yahudi harus tolong menolong dan saling mebantu untuk
melawan siapa saja yang memerangi mereka. Semua wajib mempertahankan kota bila ada
serangan dari luar
c. Kota Madinah adalah ota suci yang wajib dihormati oleh mereka yang terikat dengan
perjanjian itu. Apabila terjadi perselisihan antara muslim dan Yahudi, maka urusan itu
diserahkan kepada Allah SWT dan rasul(Al Qur’an dan sunah).
d. Mengakui dan mentaati kesatuan pimpinan untuk kota Madinah yang disetujui dipegang oleh
Nabi Muhammad SAW.
3. Meletakkan dasar-daar politik ekonomi dan sosial untuk masyarakat Islam. Melalui wahyu
yang turun di kota Madinah dimana sebagian besar berkaitan dengan pembinaan hukum
Islam, Nabi Muhammad SAW dapat menetapkan dasar-dasar yang kuat bagi masyarakat
muslim dalam berbagai aspek kehidupan, baik di lapangan politik,ekonomi, sosial, dan lain-
lain.
Dengan diletakannya dasar-dasar yang berkala ini masyarakat dan pemerintahan Islam dapat
mewujudkan nagari “ Baldatun Thiyibatun Warabbun Ghafur “ dan Madinah disebut “
Madinatul Munawwarah ”.
E. Hikmah Sejarah Dakwah Rasulullah SAW. Periode Madinah
Hikmah sejarah dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. Dengan persaudaraan yang telah dilakukan oleh kaum Muhajirin dan kaum Anshardapat
memberikan rasa aman dan tentram.
2. Persatuan dan saling menghormati antar agama
3. Menumbuh-kembangkan tolong menolong antara yang kuat dan lemah, yang kaya dan miskin
4. Memahami bahwa umat Islam harus berpegang menurut aturan Allah swt
5. memahami dan menyadaribahwa kita wajib agar menjalin hubungan dengan Allah swt dan
antara manusia dengan manusia
6. Kita mendapatkan warisan yang sangat menentukan keselamatan kita baik di dunia maupun di
akhirat.
7. Menjadikan inspirasi dan motivasi dalam menyiarkan agama Islam
8. Terciptanya hubungan yang kondusif
F. Sikap dan Perilaku
Sikap dan perilaku yang mencerminkan dakwah Rasulullah SAW antara lain :
1. mengimani dengan sebenar-benarnya bahwa Muhammad saw adalah rasul dan nabi penutup
para nabi
2. Mencintai Rasullulah saw
3. mensosialisasikan sunnah Nabi saw
4. Gemar dan senang membaca buku sejarah nabi-nabi
5. Memelihara silaturahmi dengan sesama manusia
6. Berkunjung ke tanah suci Mekkah atau Madinah untuk melihat/ menapak tilas perjuangan Nabi
Muhammad saw
7. Mempelajari dan memahami Al Quran dan hadis-hadisnya
8. Senantiasa berjihad dijalan Allah
9. Aktif/ikut serta dalam acara kepanitiaan untuk memperingati hari-hari besar Islam
10. Merawat dan melestarikan tempat ibadah (masjid)
11. Menekuni dan mempelajari warisan Nabi saw

Anda mungkin juga menyukai