SAHAL MAHFUDH:
Tasawuf Kajen Menghadirkan Solusi
Dr. Jamal Ma’mur Asmani, MA.
© 2019, PT Elex Media Kompuindo, Jakarta
Hak cipta dilindungi undang-undang
Diterbitkan pertama kali oleh
Penerbit PT Elex Media Kompuindo
Kompas - Gramedia, Anggota IKAPI, Jakarta
719100243
ISBN 978-602-04-9067-0
978-602-04-9068-7 (Digital)
PENGANTAR v
DAFTAR ISI xi
TABEL xv
xi
I
slam adalah agama paripurna yang berkaitan dengan segala
urusan manusia di dunia dan akhirat. Hal ini idak lepas dari tujuan
Islam sebagai agama yang mengantarkan kebahagiaan manusia
di dunia dan akhirat. Ajaran-ajaran Islam membukikan bahwa Islam
idak hanya berkaitan dengan akhirat atau ibadah mahdhah (ri-
tual-verikal), tapi juga berkaitan dengan kehidupan dunia yang
kompleks, seperi ekonomi, pendidikan, dan poliik kebangsaan
(mu’amalah-horizontal). Allah mendorong umat Islam untuk meraih
prestasi di dunia dan akhirat untuk membukikan bahwa Islam
adalah agama yang membangun keduanya secara seimbang. Allah
melarang perbuatan merusak yang membahayakan kebahagiaan
dunia dan akhirat.
Allah Subhanahu Wa Ta’ala berirman dalam QS. Al-Qashash: 77
Maka di antara manusia ada orang yang berdoa: "Ya Rabb kami,
berilah kami kebaikan di dunia", dan iadalah baginya bagian (yang
menyenangkan) di akhirat. (QS. 2:200). Dan di antara mereka ada
orang yang berdoa: "Ya Rabb kami, berilah kami kebaikan di dunia
dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.”
(QS. 2:201). Mereka itulah orang-orang yang mendapat bahagian
dari apa yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhi-
tungan-Nya.
(QS. 2:202)
_______________________
1
Yahya bin Syarafuddin An-Nawawi, Syarah Al-Arba’in An-Nawawiyyah Fi Al-Ahadisi as-Shahi-
hah An-Nabawiyyah, Surabaya: Al-Hidayah, t.t., h. 16-21
_______________________
KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fikih Sosial, Yogyakarta: LKiS, 1994, h. 4
2
A. Memahami Fikih
1. Pengerian Fikih
Fikih secara bahasa bahasa adalah pemahaman (al-fahmu). Hal
ini dicontohkan dalam QS. Hud: 91: (Mereka berkata:"Hai Syu'aib,
kami idak banyak mengeri tentang apa yang kamu katakan itu)
dan QS. An-Nisa: 78: (Maka mengapa orang-orang itu (orang mu-
naik) hampir-hampir idak memahami pembicaraan sedikit pun.)
Secara isilah, deinisi ikih dikemukan oleh banyak pakar. Imam
Abu Hanifah menyatakan, ikih adalah mengetahui jiwa manusia,
apa yang bermanfaat untuk jiwa dan apa yang membahayakan
jiwa . Mengetahui adalah menemukan
semua bagian dengan dalil . Maksudnya
adalah sebab mengetahui tersebut, yaitu kemampuan inheren
(mamlakah) yang dihasilkan dari menelii kaidah-kaidah secara
berulang-ulang. Deinisi Imam Abu Hanifah ini mencakup hukum
akidah, seperi iman, akhlak dan tasawuf, dan amaliah, seperi
salat, puasa, dan jual beli. Ini adalah iqhul akbar. Hal ini sesuai
dengan era Abu Hanifah di mana ilmu ikih belum menjadi dis-
iplin ilmu tersendiri, tapi masih menjadi bagian dari ilmu syariat.
Dalam perkembangannya, ilmu-ilmu tersebut menjadi disiplin ilmu
tersendiri. Ilmu kalam menjadi disiplin ilmu yang mengkaji akidah.
Ilmu akhlak dan tasawuf seperi zuhud, sabar, rida, hadirnya hai
dalam salat, dan lainnya, mengkaji esteika (wujdaniyat). Sedang-
kan ilmu ikih mengkaji hukum-hukum amali.
Imam Syaii mendeinisikan ikih dengan:
_______________________
3
Wahbah Az-Zuhaili, al-Fikih al-Islami wa Adillatuhu, Juz 1, Damaskus: Dar al-Fikri, 2007, cet.
10, h. 29-31
Topik ilmu ikih adalah perbuatan orang mukallaf dari aspek hu-
kum. Sumber pengambilannya dari Al-Quran, sunnah, ijma’, qiyas,
dan dalil-dalil lain yang sudah dikenal. Sedangkan fungsinya adalah
mematuhi perintah Allah dan menjauhi larangannya yang meng-
hasilkan faedah dunia dan akhirat. 4
2. Komponen Fikih
Komponen ikih terdiri dari ibadah, mu’amalah, munakahah, dan
jinayah. Ibadah bersifat luas, baik sosial maupun individual, terikat
syarat dan rukun (muqayyadah) atau idak terikat syarat dan rukun
dalam operasionalnya (muthlaqah). Mu’amalah berkaitan dengan
relasi transaksional untuk memenuhi kebutuhan hidup. Munaka-
hah mengatur relasi dan tata cara berkeluarga. Sedangkan jinayat
menata relasi yang menjamin adanya ketenteraman dan keadilan.
Empat komponen ikih ini menjadi teknis operasional dari re-
alisasi lima tujuan prinsip syariat Islam (maqashidusy syariah),
yaitu memelihara agama, akal, jiwa, nasab (keturunan), dan harta
benda secara luas. Kelima tujuan syariat Islam ini menata secara
bulat dan padu bidang-bidang pokok dalam kehidupan manusia se-
bagai ikhiar melaksanakan taklifat (beban hukum) dalam rangka
mencapai kesejahteraan duniawi dan ukhrawi (sa’adatud darain).
Manusia dalam hal ini menempai posisi kunci dalam mencapai
kesejahteraan hakiki lahir dan bain.5
Jika kita membaca kitab ikih, maka sebelum menjelaskan iba-
dah diterangkan terlebih dahulu tentang tata cara bersuci (tha-
harah) sebagai kunci keabsahan ibadah. Dalam thaharah dikaji
_______________________
4
Abi Yahya Zakariyya al-Anshari, Fath al-Wahhab, Kediri: Petuk, t.t., h. 3
5
KH. MA. Sahal Mahfudh, Nuansa Fikih Sosial, h. 4-6
J
amal Ma’mur Asmani, lahir pada 11 Oktober 1979, adalah anak
ke-3 dari lima bersaudara dari Irham Asmani (bapak) dan Siti
Ruqoyyah (Ibu). Sesuai dengan nomor urut saudara, mulai Amin
Musthofa, Siti Maryam, Jamal Ma’mur Asmani, Muhammadun AS.,
Munfa’atun Khotimah.
Lulus Ibtidaiyah dan tsanawiyah dari Madrasah Misbahul Ulum
Paucen Trangkil Pati, desa kelahirannya, Aliyah di Matholi’ul Falah
Kajen Margoyoso Pati, asuhan KH. Sahal Mahfudh (Rais Am Syuri-
yah PBNU) pada tahun 1997.
Pendidikan nonformalnya di Pondok Pesantren Raudlatul Ulum
Kajen Pati (1995-1998), lalu meneruskan di Pondok Pesantren Su-
nan Ampel Jombang, asuhan KH. Taufiqurrahman Muhid, putra
menantu KH. Mahfudh (1998-2002), Pondok Pesantren Salafiyah
Seblak Jombang (2002), dan Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Aqo-
bah Kwaron Diwek Jombang (2002-2004).
Semasa di Jombang inilah, penulis berkesempatan membaca
banyak literatur keislaman dan kemodernan di tiga Perpustakaan,
Mastrib milik Pemerintah Daerah, Masjid Agung milik Masjid Agung
Jombang, dan Tebuireng milik Pondok Pesantren Tebuireng yang
didirikan oleh KH. A. Wahid Hasyim. Penulis juga berkesempatan
membaca di Perpustakaan Undar, Universitas Darul Ulum. Namun
yang mengagumkan penulis adalah Perpustakaan Pondok Pesantren
Tebuireng, seperti ada nuansa keilmuan dan barakah yang terpan-
car dalam perpustakaan ini, di samping nilai historis yang luar biasa.
237
238
239