QAWAID AT-TAFSIR

‫مطلق & مقيّد‬

KELOMPOK 2
HAFIZH NURFAJRI RAMADHAN
LINGGA SALIMBAR
MUHAMMAD IHSAN MAULUDIN
ZAINUDIN
 PENGERTIAN/‫ت ع ريف‬
SECARA BAHASA: KATA MUTHLAQ ((‫ مطلق‬DARI SEGI BAHASA BERARTI
SESUATU YANG DILEPAS/TIDAK TERIKAT. MUQAYYAD ((‫ مقيد‬DARI SEGI
BAHASA BERARTI IKATAN YANG MENGHALANGI SESUATU MEMILIKI
BATAS GERAK.
SECARA ISTILAH (DALAM KITAB MABAHITS FII ULUMIL QUR’AN):
MUTLAQ ADALAH LAFADZ YANG MENUNJUKKAN SUATU HAKIKAT (DALAM
SUATU KELOMPOK) TANPA SUATU QAYID (PEMBATAS), HANYA
MENUNJUKKAN SUATU DZAT TANPA DITENTUKAN (YANG MANA) DARI
(KELOMPOK) TERSEBUT.
MUQAYYAD ADALAH LAFADZ YANG MENUNJUKKAN SUATU HAKIKAT
DENGAN QAYID (PEMBATAS)
 Pembagian Lafadz Muthlaq dan Muqayyad
dan Ketentuannya
1. Sebab dan hukumnya sama
Dalam hal ini, Mutlaq harus ditarik pada yang muqayyad, artinya muqayyad menjadi penjelasan Mutlaq.
Seperti “puasa” untuk kafarat sumpah.

‫صيَا ُم ثَلثَ ِة اَيَّ ٍام ذلك َكفَّ َرةٌ أَ ْي َما ِن ُك ْم إ َذا َحلَ ْفتُ ْم‬
ِ َ‫فَ َمنْ لَ ْم يَ ِج ْد ف‬
“Barangsiapa tidak sanggup melakukan demikian, maka kaffarahnya puasa selama tiga hari. Yang demikian
itu adalah kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan kamu langar)” (QS. Al-Maidah: 89)
Kata yang bergaris bawah di-Muqayyad-kan atau dibatasi dengan dengan kata “At-tatabu”, yaitu berturut-
turut seperti dalam qira’ah Ibnu Mas’ud:

ِ ‫صيَا ُم ثَلثَ ِة اَيَّ ِام ُمتَتَابِ َعا‬

‫ت‬ ِ َ‫ف‬
“Maka kaffarahnya adalah berpuasa selama tiga hari berturut-turut”. Pengertian lafadz yang muthlaq ditarik
kepada yang muqayyad, karena “sebab” yang satu tidak akan menghendaki dua hal yang bertentangan.
2. Sebab sama namun hukum berbeda
Dalam hal ini masing-masing muthlaq dan muqayyad tetap ada tempatnya sendiri.
Contoh muthlaq yang menerangkan tentang wudhu:

ِ ‫فَا ْغ‬
ِ ِ‫سلُ ْوا ُو ُج َه ُك ْم َو اَ ْي ِديَ ُك ْم اِلى ا ْل َم َراف‬
‫ق‬
“Basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku” (QS. Al-Maidah: 6)
Contoh muqayyad yang menjelaskan tentang tayamum:

ُ‫س ُحوا ِب ُو ُجو ِه ُك ْم َوأَ ْي ِدي ُك ْم ِم ْنه‬

َ ‫ص ِعي ًدا طَيِّبًا فَا ْم‬
َ ‫فَتَيَ َّم ُموا‬
“maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (bersih); sapulah mukamu dan
tanganmu dengan tanah itu.” (QS. Al-Maidah: 6)
Ayat yang muqayyad tidak bisa menjadi penjelas hadits yang muthlaq, karena
berbeda hukum yang dibicarakan, yaitu wudhu dan tayamum meskipun sebabnya sama
yaitu hendak shalat atau karena hadats.
3. SEBAB BERBEDA NAMUN HUKUM SAMA
DALAM HAL INI ADA DUA PENDAPAT: MENURUT GOLONGAN SYAFI’I,
MUTHLAQ DIBAWA KEPADA MUQAYYAD. MENURUT GOLONGAN HANAFI DAN
MAKIYAH, MUTLAQ TETAP PADA TEMPATNYA SENDIRI, TIDAK DIBAWA KEPADA
MUQAYYAD.
CONTOH MUTHLAQ:
َّ ‫سائ ِه ْم ثُ َّم يَ ُع ْود ُْو َن لِ َما قَالُ ْوا فَتَ ْح ِر ْي ُر َرقَبَ ٍة ِمنْ قَ ْب ِل أَنْ يَتَ َما‬
‫سا‬ َ ِّ‫َو الَّ ِذ ْي َن يُظَا ِه ُر ْو َن ِمنْ ن‬
“ORANG-ORANG YANG MENZIHAR ISTRINYA KEMUDIAN MEREKA HENDAK MENARIK
APA YANG MEREKA UCAPKAN MAKA (WAJIB ATASNYA) MEMERDEKAKAN HAMBA
SAHAYA SEBELUM KEDUANYA BERCAMPUR” (QS. AL-MUJADALAH: 3)
CONTOH MUQAYYAD:
‫َو َمنْ قَتَ َل ُم ْؤ ِمنًا َخطَأ ً فَتَ ْح ِري ُر َرقَبَ ٍة‬
“DAN BARANG SIAPA MEMBUNUH SEORANG MUKMIN KARENA TERSALAH
(HENDAKLAH) IA MEMERDEKAKAN SEORANG HAMBA SAHAYA YANG BERIMAN” (QS.
AN-NISA: 92)
KEDUA AYAT DIATAS BERISI HUKUM YANG SAMA, YAITU PEMBEBASAN
BUDAK. SEDANGKAN SEBABNYA BERBEDA, YANG AYAT PERTAMA KARENA ZIHAR
DAN YANG AYAT KEDUA KARENA PEMBUNUHAN YANG SENGAJA.
4. SEBAB DAN HUKUM BERBEDA
DALAM HAL INI MASING-MASING MUTHLAQ DAN MUQAYYAD TETAP
PADA TEMPATNYA SENDIRI. MUQAYYAD TIDAK MENJELASKAN MUTHLAQ.
CONTOH MUTHLAQ:
…‫سا ِرقَةُ فَا ْقطَعُوا أَ ْي ِديَ ُه َما‬
َّ ‫ق َوال‬
ُ ‫سا ِر‬
َّ ‫َوال‬
“LAKI-LAKI YANG MENCURI DAN PEREMPUAN YANG MENCURI” (QS. AL-
MAIDAH: 38)
CONTOH MUQAYYAD:
ِ ‫سلُوا ُو ُجو َه ُك ْم َوأَ ْي ِديَ ُك ْم إِلَى ا ْل َم َرا ِف‬
…‫ق‬ َ ‫يَا أَ ُّي َها الَّ ِذ‬
َّ ‫ين آ َمنُوا إِ َذا قُ ْمتُ ْم إِلَى ال‬
ِ ‫صال ِة فَا ْغ‬
“HAI ORANG-ORANG YANG BERIMAN, APABILA KAMU HENDAK MENGERJAKAN
SALAT, MAKA BASUHLAH MUKAMU DAN TANGANMU SAMPAI DENGAN SIKU” (QS.
AL-MAIDAH: 6)
AYAT YANG MUQAYYAD TIDAK BISA MENJADI PENJELAS YANG
MUTHLAQ, KARENA BERLAINAN SEBAB YAITU HENDAK SHALAT DAN
PENCURIAN DAN BERLAINAN PULA DALAM HUKUM YAITU WUDHU DAN
POTONG TANGAN.
Terima kasih