Anda di halaman 1dari 17

Nasikh Mansukh

Qawaid Tafsir
• Ahmad Mujadid Fikri
• Arwinsah Putra
• Haikal Fikri Muztaba
• Zul Fitri
PENGERTIAN
Naskh menurut bahasa bermakna
- Menukil atau Menyalin
- Menghapus
Naskh menurut istilah
“Mengangkat (menghapuskan) hukum syara’ dengan dalil hukum syara’
yang lain”
Jadi, Apa Itu Nasikh Mansukh??
Nasikh berarti yang “MENGHAPUS”
Mansukh berarti yang “DIHAPUS”
Kata “Nasikh” maksudnya adalah Allah yang menghapus hukum itu,
seperti firman-Nya dalam QS. Al-Baqarah : 106
‫ما َن ْن َس ْخ ِم ْنآيٍَة‬...
َ
“Dan tidaklah Kami menghapus suatu ayat...”
Syarat-Syarat Naskh
1. Hukum yang mansukh adalah hukum syara’
2. Dalil penghapusan hukum tersebut adalah dalil syar’i yang datang
lebih kemudian dari dalil yang hukumnya di mansukh
3. Dalil yang dihapuskan atau diangkat hukumnya tidak terikat dengan
waktu tertentu. Sebab jika tidak demikian maka hukum akan berakhir
dengan berakhirnya waktu tersebut. Dan yang demikian tidak
dinamakan naskh.
Cara untuk Mengetahui Nasikh dan Mansukh

1. Keterangan tegas dari Nabi atau Sahabat. Seperti Hadits :


“Aku (dulu) pernah melarangmu berziarah kubur, maka (kini) berziarah
kuburlah.” (HR. Al-Hakim)”
2. Ijma’ ulama bahwa ayat ini nasikh dan yang itu mansukh
3. Mengetahui mana yang terlebih dahulu dan mana yang belakangan
berdasarkan sejarah
Hal-Hal yang Mengalami Naskh

Naskh hanya terjadi pada perintah dan larangan, baik yang


diungkapkan dengan tegas dan jelas maupun yang
diungkapkan dengan kalimat berita yang bermakna
perintah atau larangan.
Pendapat Tentang Naskh
Dalam masalah Naskh, manusia terbagi atas empat golongan
1. Orang Yahudi. Mereka tidak mengakui adanya naskh, karena menurut mereka naskh
mengandung konsep al-Bada’ yakni muncul setelah tersembunyi. Maksudnya mereka
adalah, naskh itu adakalanya tanpa hikmah, dan ini mustahil bagi Allah.
2. Kalangan Syi’ah Rafidhah. Mereka sangat berlebihan dalam menetapkan naskh, bahkan
memperluas lingkupnya. Dengan demikian, maka posisi mereka kontradiktif dengan
orang yahudi.
3. Abu Muslim Al-Asfahani (Ulama Mu’tazilah). Menurutnya, secara logika naskh dapat
saja terjadi, tetapi menurut syara’ tidak. Dikatakan pula bahwa ia menolak sepenuhnya
terjadi naskh dalam Al-Qur’an.
4. Jumhur Ulama. Mereka berpendapat naskh adalah sesuatu yang dapat diterima akal dan
telah pula terjadi didalam hukum-hukum syara’
Jenis Naskh dalam Al-Qur’an
1. Naskh dari Bacaan dan Hukumnya
Naskh yang pertama ini tidak boleh dibaca dan tidak boleh diamalkan, sebab
telah dinaskh secara keseluruhan. Contohnya ayat tentang penyusuan yang
menjadikan kemahraman dengan sepuluh kali menyusu. Dalam hadits yang
diriwayatkan Muslim, Sayyidah Aisyah berkata “adalah termasuk Al-Qur’an yang
pernah diturunkan, sepuluh kali menyusu yang diketahui dapat menjadikan
kemahraman, kemudian di naskh dengan ketentuan lima kali menyusu yang diketahui.
Tidak lama setelah itu, Rasulullah wafat sedang ketentuan ini masih termasuk ayat
dalam Al-Qur’an yang dibaca”
Menurut Fakhrurrazi, bagian pertama sudah dinaskh hukum dan bacaannya, sedang
bagian kedua itu dinaskh dari sisi bacaannya, tapi hukumnya masih tetap ada.
Demikian pendapat dari kalangan pengikut madzhab Syafi’i.
2. Naskh dari segi bacaan namun hukumnya tetap ada
naskh bentuk ini wajib diamalkan apabila sudah diterima oleh ummat. Hal
tersebut terdapat dalam Surah An-Nur
“kakek-kakek dan nenek-nenek apabila berzina, maka rajamlah mereka itu kedua-
duanya selama-lamanya (sampai mati) sebagai hukuman dari Allah, sedang Alah Maha
Gagah lagi Maha Bijaksana”
Umar bin Khatthab pernah berkata “seandainya tidak ada kekhawatiran, orang-
orang kan berkata Umar telah menambah sesuatu dalam kitab Allah tentu ayat ini
kutulis dengan tanganku (dalam Al-Qur’an)”
Naskh dari segi bacaan dan hukumnya serta naskh dari segi bacaan namun hukumnya
tetap ada terbilang sangat sedikit ditemui dalam Al-Qur’an karena Allah Ta’ala
menurunkan Kitab-Nya yang agung ini untuk dibaca sebagai bentuk ibadah dan
untuk mejelaskan hukum-hukum-Nya
3. Naskh dari segi hukum namun bacaannya masih tetap ada
jenis naskh ini banyak sekali didapat dalam Al-Qur’an. Seperti
dikatakan oleh Imam Az-Zarkasyi bahwa terdapat dalam 63 Surah
yang diantaranya yaitu ayat tentang wasiat, iddah, tentang
larangan berperang melawan kaum musyrikin dll. Yang mana
contoh ayatnya akan dipaparkan di akhir pembahasan, InsyaaAllah
Jenis-Jenis Naskh
1. Naskh Al-Qur’an dengan Al-Qur’an
bagian ini disepakati kebolehannya dan telah terjadi dalam pandangan mereka yang
mengatakan adanya naskh.
2. Naskh Al-Qur’an dengan As-Sunnah.
- Naskh Al-Qur’an dengan Hadits Ahad. Jumhur berpendapat, Al-Qur’an tidak boleh
dinaskh dengan hadits Ahad, sebab Al-Qur’an adalah mutawatir dan menunjukan keyakinan.
- Naskh Al-Qur’an dengan Hadits Mutawattir. Naskh ini dibolehkan oleh Imam Malik,
Abu Hanifah, dan Imam Ahmad dalam satu riwayat, sebab masing-masing keduanya wahyu.
Dengan dalil QS. An-Najm : 4-5.
Menurut Asy-Syafi’i, Zhahiriyah, dan Imam Ahmad dalam riwayatnya yang lain menolak
naskh seperti ini sesuai dalil QS. Al-Baqarah : 106
3. Naskh As-Sunnah dengan Al-Qur’an. Ini dibolehkan oleh Jumhur Ulama. Sebagai contoh
ialah masalah menghadap ke Baitul Maqdis yang ditetapkan dengan As-Sunnah.
Ketetapan ini dinaskhkan oleh Al-Qur’an dalam firman-Nya QS. Al-Baqarah : 144 “Maka
palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram.”
dan kewajiban puasa pada hari Asyura’ yang ditetapkan berdasarkan Sunnah juga
dinaskh oleh firman Allah QS. Al-Baqarah : 185 “maka barangsiapa menyaksikan bulan
Ramadhan, hendaklah ia berpuasa”
4. Naskh As-Sunnah dengan As-Sunnah. Dalam kategori ini terdapat 4 bentuk
- Naskh Mutawattir dengan Mutawattir
- Naskh Ahad dengan Ahad
- Naskh Ahad dengan Mutawattir
- Naskh Mutawattir dengan Ahad
tiga bentuk pertama diperbolehkan sedangakan pada bentuk keempat terjadi silang
pendapat seperti halnya naskh Al-Qur’an dengan Hadits Ahad yang tidak dibolehkan oleh
Jumhur Ulama.
Hikmah-Hikmah Naskh
1. Memelihara kemaslahatan Hamba
2. Perkembangan tasyri’ menuju tingkat sempurna sesuai dengan
perkembangan dakwah dan perkembangan kondisi umat manusia
3. Cobaan dan ujian bagi seorang mukallaf apakah mengikutinya atau tidak
4. Menghendaki kebaikan dan kemudahan bagi umat. Sebab jika naskh itu
beralih ke hal yang lebih berat maka didalamnya terdapat tambahan
pahala, dan jika beralih ke hal yang lebih ringan maka ia mengandung
kemudahan dan keringanan.
Contoh-Contoh Naskh
1. Firman Allah Ta’ala QS. Al-Baqarah : 284
‫اسْب ُك ْم بِِه اللَّ ُه‬
ِ ‫وإِ ْن تُب ُدوا ما يِف أَْن ُف ِس ُكم أَو خُتْ ُفوه حُي‬
َ ُ ْ ْ َ ْ َ
“jika kamu melahirkan apa yang ada dalam hatimu atau kamu
menyembunyikannya, niscaya Allah akan membuat perhitungan dengan kamu
tentang perbuatanmu itu.”
ayat ini dinaskh oleh firmannya dalam QS. Al-Baqarah : 286
‫ف اللَّهُ َن ْف ًسا إِال ُو ْس َع َها‬
ُ ِّ‫ال يُ َكل‬
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan
kesanggupannya.”
2. Firman Allah ta’ala dalam QS. Al-Baqarah : 240
‫اعا إِىَل احْلَ ْوِل َغْيَر إِ ْخَر ٍاج‬ ِ ْ ً‫والَّ ِذين يتوَّفو َن ِمْن ُكم وي َذرو َن أ َْزواجا و ِصيَّة‬
ً َ‫ألزَواج ِه ْم َمت‬ َ ً َ ُ ََ ْ ْ َ َُ َ َ
“Dan orang-orang yang akan meninggal dunia di antaramu dan
meninggalkan istri, hendaklah berwasiat untuk istri-istrinya, (yaitu) diberi
nafkah hingga setahun lamanya dengan tidak disuruh pindah (dari rumahnya).”
ayat ini dinaskh oleh QS. Al-Baqarah : 234
‫ص َن بِأَْن ُف ِس ِه َّن أ َْرَب َعةَ أَ ْش ُه ٍر َو َع ْشر‬ ‫ب‬
‫ر‬ ‫ت‬ ‫ي‬ ‫ا‬ ‫اج‬
‫و‬ ‫َز‬
‫أ‬ ‫ن‬ ‫و‬‫ر‬‫ذ‬ ‫ي‬‫و‬ ‫م‬‫ك‬ ‫ن‬ ِ
‫م‬ ‫ن‬ ‫و‬ َّ ِ َّ
َّ َ
ْ َ ََ ً َ ْ ُ َ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ َ ‫َوال‬
‫ف‬ ‫و‬‫ت‬َُ‫ي‬ ‫ين‬ ‫ذ‬
“Orang-orang yang meninggal dunia di antaramu dengan meninggalkan
istri-istri (hendaklah para istri itu) menangguhkan dirinya (beridah) empat bulan
sepuluh hari”
3. Firman Allah Ta’ala dalam QS. Al-Baqarah : 217
‫ال فِ ِيه َكبِ ٌري‬
ٌ َ‫َّه ِر احْلََرِام قِتَ ٍال فِ ِيه قُ ْل قِت‬
ْ ‫ك َع ِن الش‬
َ َ‫يَ ْسأَلُون‬
“Mereka bertanya kepadamu tentang berperang pada bulan Haram.
Katakanlah: "Berperang dalam bulan itu adalah dosa besar;”
ayat ini dinasakh oleh QS. At-Taubah : 36

ً‫ني َكافَّةً َك َما يُ َقاتِلُونَ ُك ْم َكافَّة‬ِ‫وقَاتِلُوا الْم ْش ِرك‬


َ ُ َ
“dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana mereka pun
memerangi kamu semuanya;”

Anda mungkin juga menyukai