Anda di halaman 1dari 33

Kelompok 3

• Muhammad Daffa Auliarahman


• Naufal Prima Yoriko
• Shafa Aulia Zahra Fathonah
• Zahra Shufiyyah Hasan
MUTHLAQ dan
MUQAYYAD
PENGERTIAN
 Muthlaq
- Bahasa : Tidak terikat
- Istilah : Suatu lafal tertentu yang tidak terikat oleh
batasan lafal yang mengurangi keumumannya
- contoh : ‫ﻓﺘﺤﺮﻳﺮﺭﻗﺒﺔ‬
 Muqayyad
- Bahasa : Terikat
- Istilah : Suatu lafal tertentu yang dibatasi oleh
batasan lafal lain yang mengurangi keumumannya
- contoh : ‫ﻓﺘﺤﺮﻳﺮﺭﻗﺒﺔﻣﺆﻣﻨﺔ‬
Jika persoalan dan hukum dalam nash itu sama & terdapat muthlaq dan
muqayyad pada hukum

Contoh :
Ada Seorang sahabat yang bersetubuh dengan istrinya di siang hari pada bulan
Ramadhan, kemudian menyampaikan masalah ini kepada nabi

Mendengan masalah itu Nabi SAW bersabda :


“Memerdekakanlah seorang hamba sahaya, atau berpuasa dua bulan atau berilah
makan enam puluh orang fakir miskin.:

Diriwayat lain nabi bersabda :


“Apakah engkau sanggup berpuasa selama dua bulan berturut-turut?”

Hadits pertama tidak ada lafal berturu-turut berarti Muthlaq, sedangkan hadits kedua
berbentuk Muqayyad. Maka yang dijadikan pegangan adalah hadits ke dua.
Jika persoalan dan hukum dalam nash itu sama & terdapat muthlaq
dan muqayyad pada sebab hukum

Contoh:

a. Ayat mutlaq :
Dalam suatu hadits dinyatakan :
“Pada lima ekor unta wajib zakat”

b. Ayat Muqayyad:
Pada Riwayat lain dikatakan :
Pada lima ekor unta yang diternakkan wajib zakat.”

Maka, yang dijadikan pegangan adalah hadits yang Muqayyad yaitu


lima ekor unta yang diternakkan wajib zakat.
Jika persoalan berbeda dan hukum sama
- Syafi’i : Ikut yang Muqayyad
a. Mutlaq
Surat al-Mujadalah ayat 3 tentang kafarah dzihar yang dilakukan seorang suami kepada istrinya.

َّ ‫ل أَ ْن يَ َتم‬
)3:‫َاسا …(المجادلة‬ ِ ‫ن َق ْب‬
ْ ‫ة ِم‬ ْ ‫ون لِمَا َقالُوا َفت‬
ٍ َ‫َح ِري ُر ر ََقب‬ َّ ُ‫م ث‬
َ ‫م يَ ُعو ُد‬ ْ ‫سائِ ِه‬ ِ ‫وَال َّ ِذينَ ُيظَا‬
َ ‫ه ُر‬
ْ ‫ون ِم‬
َ ِ‫ن ن‬
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa
yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur.”
Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam masalah dzihar ini merujuk ke budak yang mana saja
baik beriman ataupun tidak.

b. Muqayyad
Surat an-Nisa’ ayat 92 tentang kafarah qatl (pembunuhan) yang tidak sengaja, yaitu :
ٍ ‫ة ُم ْؤ ِم َن‬
)92:‫ة (النساء‬ ْ ‫خطَأً َفت‬
ٍ َ‫َح ِري ُر ر ََقب‬ َ ‫ل ُم ْؤ ِم ًنا‬
َ ‫َن َق َت‬
ْ ‫َوم‬
“dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman.”

Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini merujuk ke budak yang beriman.
Maka, menurut Syafi’i kafarat dzihar harus dengan budak yang mukmin.
Jika persoalan sama dan hukum berbeda
- Syafi’iyah & Hanafiyah : Ikut yang Muqayyad
- Malikiyah & Hanabilah : Berpegang pada masing-masing

a. Mutlaq
Dalam ayat tayamum dinyatakan :
“Usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu.” (QS. Al-Maidah/5:6)

b. Muqayyad
Dalam ayat wudu dikatakan :
“Maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku”

Maka
- Menurut Syafi’i dan Hanafiyah bertayamum harus sampai siku
- Menurut Malikiyah dan Hanabilah bertayamum hanya sampai pergelangan
tangan.
Jika persoalan berbeda dan hukum berbeda

Contoh :

Dalam kafarat pembunuhan tersalah dinyatakan :


“Barang siapa tidak mendapatkan (hamba sahaya), Maka hendaklah dia(si
pembunuh) Berpuasa
Dua bulan berturut-turut.” (QS. An-Nisa/4: 92)

Sedang mengenai kafarat sumpah :


“Barang siapa tidak mampu melakukannya, maka (kafaratnya) berpuasa
tiga hari.”
(QS. Al-Maidah/5:89)

Persoalan dan hukum diatas berbeda. Karena itu, hendaknya dijalankan sesuai
dengan persoalan masing-masing.
Perbedaan Penggunaan Lafazh Antara ‘Aamm
(‘Umum) dan Muthlaq

 Lafazhyang nakirah (indefinite noun), jika ia berada dalam


kalimat yang berisi ungkapan penafian (peniadaan), maka
ia menunjukkan ‘aamm.

 Sedangkan jika berada dalam kalimat yang berisi itsbat


(penetapan/positif), biasanya menunjukkan muthlaq-nya
lafazh tersebut.
MANTHUQ dan
MAFHUM
Manthuq
Pengertian
 Bahasa  Diucapkan Contoh  QS. Al-Baqarah: 275 yang
artinya:
 Istilah
 Apa yang “Padahal Allah telah menghalalkan
ditunjukkan oleh lafal jual beli dan mengharamkan riba.”
sesuai dengan yang
diucapkan
Lafal ayat ini jelas menunjukkan
bahwa jual beli itu halal dan riba itu
haram
Macam-macam
A. Manthuq Nash B. Manthuq Zhahir
Lafal yang tidak Lafal yang memungkinkan
mungkin ditakwilkan kepada untuk ditakwilkan kepada arti lain
arti lain selain arti selain arti harfiyahnya. Contoh:
harfiyahnya. Contoh: Hadis nabi yang artinya: “Tangan
Allah di atas tangan-tangan
Hadis nabi yang artinya: mereka.”
“Maka hendaklah berpuasa Menurut zhahir: yadun berarti
3 hari.” tangan, tetapi mustahil Allah memiliki
tangan, maka ditakwilkan
kekuasaan.
Mafhum
Pengertian
Contoh  QS. Al-Isra: 23 yang artinya:
 Bahasa  Pengertian
“Maka sekali-kali janganlah engkau
 Istilah
 Pengertian mengatakan kepada keduanya
suatu lafal, bukan arti perkataan ‘ah’”
harfiah dari yang
diucapkan Secara manthuq: Dilarang mengucapkan
‘ah’ pada orang tua.
Secara mafhum: Memukul orang tua
dilarang.
Manthuq berarti tersurat sedangkan
mafhum berarti tersirat.
Macam-macam
A. Mafhum Muwafaqat
Sesuatu yang tidak diucapkan
(tersirat) hukumnya sama dengan
apa yang diucapkan. Contoh:
Minuman keras. Ada 2 macam:
 Fahwal Khithab
Apabila yang tidak diucapkan (mafhum) itu
lebih utama hukumnya daripada yang
diucapkan. Contoh: memukul orang tua haram.
 Lahnul Khitab
Apabila yang tidak diucapkan (mafhum) itu
sama hukumnya daripada yang diucapkan.
Contoh: membakar harta anak yatim haram.
B. Mafhum Mukhalafah
Yang tidak diucapkan itu berlainan
hukumnya dengan yang diucapkan, baik dalam
menetapkan hukum maupun meniadakannya.
Terdiri dari:
 Mafhum sifat
Berlakunya berkebalikan, hukum sesuatu
yang disertai dengan sifatnya itu tidak
menyertainya.
 Mafhum syarat
Berlakunya hukum sesuatu yang dikaitkan
dengan syarat, apabila syarat itu tidak terdapat
padanya.
 Mafhum ghayah
Berlakunya hukum yang disebut sampai batas
tertentu, dan berlaku kebalikan bila hukum tersebut
terlampaui.

 Mafhum hashr
Hukum sesuatu yang disertai pembatasan
tidak melampaui sesuatu di luar batas tersebut.

 Mafhum laqab
mafhum dari nama yang menyatakan zat,
baik nama diri, kata sifat, dan nama jenis. Selain
yang disebutkan berlaku hukum kebalikannya.
Berhujjah dengan Mafhum
 Paraulama sepakat membolehkan berhujjah dengan
mafhum muwafaqah.
 Sedangkan mafhum mukhalafah:
a. Menurut jumhur ulama memperbolehkan kecuali mafhum
laqab.
b. Menurut ulama hanafiyah, ibn hazm, zaidiyah
berpedapat bahwa mafhum mukhalafah tidak dapat
dijadikan hujjah.
Mafhum mukhalafah diperbolehkan
dengan syarat:
 Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat
 Bukan dalam hubungan menguatkan suatu keadaan
 Tidak disebutkan dalam rangkaian dengan sesuatu yang
lain
 Bukan sesuatu yang biasa terjadi
 Tidak menunjukkan kekejian suatu keadaan atau
kejadian
MAJMUL dan
MUBAYYAN
Pengertian
 Majmul
“lafal yang shighatnya tidak (jelas) menunjukkan apa yang
dimaksud”

 Mubayyan
“lafal yang shighatnya (jelas) menunjukkan apa yang
dimaksud”
Lafal Mufrad (baik isim, fi’il, atau huruf)

Contoh:

 Bentuk isim seperti lafal (suci dan haid)


 Bentuk fi’il seperti lafal (datang dan pergi)
 Bentuk huruf seperti (bisa untuk ‘athaf dan awal kalimat)
Susunan kalimat
 Yang dimaksud dengan lafal
Contoh: qs. Al-Baqarah/
2:237 ‫الذي بيده عقدة النكاح‬
belum jelas  wali/suami
“Atau dibebaskan oleh  Sehingga masih membutuhkan
orang yang akad nikah penjelasan (bayan) agar diketahui
ada ditangannya” maksudnya dengan jelas

 Bilamasih mujmal  hukumnya


ditangguhkan sampai ada bayan
Tingkatan Bayan
Bayan: menjelaskan sesuatu yang samar sehingga menjadi jelas
Bayan dengan Kata (bayan bil qaul)
 Disebut juga bayan penguat

 Contoh : qs. Al-Baqarah/2:196


“Maka dia (wajib) berpuasa tiga hari dalam (musim) haji
dan tujuh (hari) setelah kamu kembali. Itu seluruhnya
sepuluh (hari).”

 Kata ‫ عشرة كاملة‬menguatkan kata ‫ ثالثة أيام‬dan ‫و سبعة‬


yang telah ditegaskan sebelumnya
Bayan dengan Perbuatan (bayan bil fi’li)
Contoh :

Sabda Rasulullah saw.

Menguatkan pelaksanaan shalat yang dilakukan oleh


Nabi.
Bayan dengan Isyarah (bayan bil
isyarah)
Contoh :

Penjelasan Nabi saw. mengenai keharaman emas dan


perak bagi laki-laki

“Sesungguhnya dua (barang) ini haram atas umatku


yang laki-laki.”
Bayan dengan Meninggalkan (bayan bit
tarki)
Contoh :

Hadits riwayat Ibn Hibban

“Yang terakhir dari dua perkara dari Nabi saw. adalah tidak
mengambil wudu karena memakan sesuatu yang dimasak”
Bayan dengan diam setelah pertanyaan
(bayan bis sukuti ba’da as sual)
Contoh :
Kisah Uwaimir Al-’Ajalany
Bertanya mengenai istrinya yang berbuat serong  rasul
diam (menunjukan tidak ada hukum li’an
 Lalu Rasul bersabda kepadanya setelah turun ayat
li’an
“Sesungguhnya telah diturunkan (ayat) Al-Quran
mengenai kamu dan istrimu dan Nabi menjalankan
li’an antara keduanya”
Penangguhan Bayan
Penangguhan bayan tidak selalu segera datang
Penangguhan penjelasan dari waktu
yang dibutuhkan
 Ulama sepakat  Contoh:
penjelasan tidak Hadits Riwayat Siti Aisyah mengenai
boleh lambat dari kedatangan Fatimah binti Abu Hubais
waktu diperlukan kepada Nabi dan bertanya tentang
Isthihadoh.

 Mujmal
 Nabi menjawab:
penangguhan  “Tidak, itu hanya semacam cairan dan
membolehkan bukan haid, maka apabila datang haid
tinggalkanlah salat dan apabila (haid) telah
mengamalkannya
berlalu, maka basuhlah darah itu dari dirimu
dan lakasankanlah shalat.”
Penangguhan penjelasan dari waktu
khithab
 Waktuturunnya perintah namun tidak jelas (belum
ada penjelasan)

Contoh:
Khithab “Dirikanlah Shalat”  penjelasannya
datang dari Jibril kepada Rasul dikemudian hari.

 Menurut
jumhur ulama fiqih dan muttaqalimin 
hukumnya boleh

Anda mungkin juga menyukai