Contoh :
Ada Seorang sahabat yang bersetubuh dengan istrinya di siang hari pada bulan
Ramadhan, kemudian menyampaikan masalah ini kepada nabi
Hadits pertama tidak ada lafal berturu-turut berarti Muthlaq, sedangkan hadits kedua
berbentuk Muqayyad. Maka yang dijadikan pegangan adalah hadits ke dua.
Jika persoalan dan hukum dalam nash itu sama & terdapat muthlaq
dan muqayyad pada sebab hukum
Contoh:
a. Ayat mutlaq :
Dalam suatu hadits dinyatakan :
“Pada lima ekor unta wajib zakat”
b. Ayat Muqayyad:
Pada Riwayat lain dikatakan :
Pada lima ekor unta yang diternakkan wajib zakat.”
َّ ل أَ ْن يَ َتم
)3:َاسا …(المجادلة ِ ن َق ْب
ْ ة ِم ْ ون لِمَا َقالُوا َفت
ٍ ََح ِري ُر ر ََقب َّ ُم ث
َ م يَ ُعو ُد ْ سائِ ِه ِ وَال َّ ِذينَ ُيظَا
َ ه ُر
ْ ون ِم
َ ِن ن
“Orang-orang yang menzhihar isteri mereka, kemudian mereka hendak menarik kembali apa
yang mereka ucapkan, Maka (wajib atasnya) memerdekakan seorang budak sebelum kedua
suami isteri itu bercampur.”
Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam masalah dzihar ini merujuk ke budak yang mana saja
baik beriman ataupun tidak.
b. Muqayyad
Surat an-Nisa’ ayat 92 tentang kafarah qatl (pembunuhan) yang tidak sengaja, yaitu :
ٍ ة ُم ْؤ ِم َن
)92:ة (النساء ْ خطَأً َفت
ٍ ََح ِري ُر ر ََقب َ ل ُم ْؤ ِم ًنا
َ َن َق َت
ْ َوم
“dan barangsiapa membunuh seorang mukmin karena tersalah (hendaklah) ia memerdekakan
seorang hamba sahaya yang beriman.”
Lafadz “raqabah” (hamba sahaya) dalam ayat ini merujuk ke budak yang beriman.
Maka, menurut Syafi’i kafarat dzihar harus dengan budak yang mukmin.
Jika persoalan sama dan hukum berbeda
- Syafi’iyah & Hanafiyah : Ikut yang Muqayyad
- Malikiyah & Hanabilah : Berpegang pada masing-masing
a. Mutlaq
Dalam ayat tayamum dinyatakan :
“Usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu.” (QS. Al-Maidah/5:6)
b. Muqayyad
Dalam ayat wudu dikatakan :
“Maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai siku”
Maka
- Menurut Syafi’i dan Hanafiyah bertayamum harus sampai siku
- Menurut Malikiyah dan Hanabilah bertayamum hanya sampai pergelangan
tangan.
Jika persoalan berbeda dan hukum berbeda
Contoh :
Persoalan dan hukum diatas berbeda. Karena itu, hendaknya dijalankan sesuai
dengan persoalan masing-masing.
Perbedaan Penggunaan Lafazh Antara ‘Aamm
(‘Umum) dan Muthlaq
Mafhum hashr
Hukum sesuatu yang disertai pembatasan
tidak melampaui sesuatu di luar batas tersebut.
Mafhum laqab
mafhum dari nama yang menyatakan zat,
baik nama diri, kata sifat, dan nama jenis. Selain
yang disebutkan berlaku hukum kebalikannya.
Berhujjah dengan Mafhum
Paraulama sepakat membolehkan berhujjah dengan
mafhum muwafaqah.
Sedangkan mafhum mukhalafah:
a. Menurut jumhur ulama memperbolehkan kecuali mafhum
laqab.
b. Menurut ulama hanafiyah, ibn hazm, zaidiyah
berpedapat bahwa mafhum mukhalafah tidak dapat
dijadikan hujjah.
Mafhum mukhalafah diperbolehkan
dengan syarat:
Tidak bertentangan dengan dalil yang lebih kuat
Bukan dalam hubungan menguatkan suatu keadaan
Tidak disebutkan dalam rangkaian dengan sesuatu yang
lain
Bukan sesuatu yang biasa terjadi
Tidak menunjukkan kekejian suatu keadaan atau
kejadian
MAJMUL dan
MUBAYYAN
Pengertian
Majmul
“lafal yang shighatnya tidak (jelas) menunjukkan apa yang
dimaksud”
Mubayyan
“lafal yang shighatnya (jelas) menunjukkan apa yang
dimaksud”
Lafal Mufrad (baik isim, fi’il, atau huruf)
Contoh:
“Yang terakhir dari dua perkara dari Nabi saw. adalah tidak
mengambil wudu karena memakan sesuatu yang dimasak”
Bayan dengan diam setelah pertanyaan
(bayan bis sukuti ba’da as sual)
Contoh :
Kisah Uwaimir Al-’Ajalany
Bertanya mengenai istrinya yang berbuat serong rasul
diam (menunjukan tidak ada hukum li’an
Lalu Rasul bersabda kepadanya setelah turun ayat
li’an
“Sesungguhnya telah diturunkan (ayat) Al-Quran
mengenai kamu dan istrimu dan Nabi menjalankan
li’an antara keduanya”
Penangguhan Bayan
Penangguhan bayan tidak selalu segera datang
Penangguhan penjelasan dari waktu
yang dibutuhkan
Ulama sepakat Contoh:
penjelasan tidak Hadits Riwayat Siti Aisyah mengenai
boleh lambat dari kedatangan Fatimah binti Abu Hubais
waktu diperlukan kepada Nabi dan bertanya tentang
Isthihadoh.
Mujmal
Nabi menjawab:
penangguhan “Tidak, itu hanya semacam cairan dan
membolehkan bukan haid, maka apabila datang haid
tinggalkanlah salat dan apabila (haid) telah
mengamalkannya
berlalu, maka basuhlah darah itu dari dirimu
dan lakasankanlah shalat.”
Penangguhan penjelasan dari waktu
khithab
Waktuturunnya perintah namun tidak jelas (belum
ada penjelasan)
Contoh:
Khithab “Dirikanlah Shalat” penjelasannya
datang dari Jibril kepada Rasul dikemudian hari.
Menurut
jumhur ulama fiqih dan muttaqalimin
hukumnya boleh