Anda di halaman 1dari 9

STUDI KITAB NAIL Al-AUTHAR KARYA ASY-SYAUKANI

Oleh:

Normakiah & Suryani

Abstrak

Tulisan ini akan membahas terkait dengan kitab Syarah Hadis “Nail al-Authar” karangan
Imam asy-Syaukani. Di dalam tulisan ini akan dijelaskan secara ringkas terkait dengan kitab
Nail al-Authar, baik itu dari aspek biografi pengarang, guru dan murid, sejarah penulisan,
metode penulisan, metode penyusunan dan penyebutan beberapa contoh hadis beserta
syarhnya yang di kutip langsung di dalam kitab “Nail al-Authar”. Kitab ini sendiri
merupakan kitab yang ditulis oleh Imam asy-Syaukani sebagai bentuk untuk mensyarah
hadits-hadits Nabi yang terdapat di dalam kitab “Nail al-Authar” yang sebelumnya telah
dihimpun oleh Ibnu Taimiyah dalam kitab "Syarh Muntaqal-Akbar" yang berjumlah 5029
hadis, lalu kemudian di Syarah oleh Asy-Syaukani menjadi 8 juz dengan jumlah halaman 380
sampai dengan 3040 halaman.

Kata Kunci: Nail al-Authar

A. PENDAHULUAN
Kemunculan hadis sebagai sumber hukum kedua setelah al-Qur'an memanglah
sudah sangat layak untuk diakui dalam membantu memberikan pesan-pesan umum dari isi
kandungan al-Qur'an itu sendiri, supaya lebih mudah untuk dipahami dan di aplikasikan
oleh manusia terkhususnya untuk umat Islam. Tetapi layaknya hadis yang dijadikan
sebagai hujjah atau sebagai dasar hukum tidak terlepas pula dari keorisinilainnya dan
otoritas nya dijadikan sebagai hujjah atau sebagai dasar hukum.
Para ulama hadis telah banyak memberikan kontribusi besar dalam rangka menjaga
kemurnian hadis dengan menetapkan kaedah-kaedah umum untuk mengetahui hadis yang
maqbul (diterima) dan hadis yang mardud (ditolak). Kaidah-kaidah dasar tersebut telah
dibukukan dan menjadi suatu cabang ilmu hadis yaitu ilmu musthalah hadis.
Syarah merupakan penjelasan terhadap hadis Rasulullah saw berdasarkan ijtihad
ulama sesuai dengan ilmu yang dimilikinya. Oleh sebab itu seorang ulama memiliki
metode berbeda dengan ulama lainnya dalam mensyarah hadis. Hal ini disebabkan karena
latar belakang keilmuan yang berbeda atau karena mazhab yang berbeda sehingga
mempengaruhi terhadap syarah yang dilakukan.
Kitab Nail al-Authar adalah kitab syarh dari dari kitab hadis hukum yang dihimpun
oleh Ibnu Taimiyah “al-Muntaqa” yang terdiri dari 5029 hadis, kemudian disyarh oleh Asy-
Syaukani menjadi 8 juz, masing-masing setelal 380 halaman, hingga menjadi 3040
halaman. Oleh karena itu,tulisan ini bertujuan untuk memberikan gambaran kitab yang
dimaksud.
B. BIOGRAFI IMAM ASY-SYAUKANI
1. Silsilah Keluarga
Muhammad ibn ‘Ali ibn Muhammad ibn ‘Abdullah asy-Syaukani al-San’ani al-
Yamani, atau yang lebih dikenal dengan panggilan imam asy-Syaukani merupakan ulama
besar yang berasal dari negeri Yaman. Beliau dikenal dengan panggilan asy-Syaukani
karena dinisbatkan kepada Syaukan, yaitu nama suatu desa yang berada di daerah as-
Suhamiyah. Beliau lahir di Syaukan, di daerah San’a ibukota Yaman, pada hari Senin
tanggal 28 Dzul Qo’dah tahun 1172 H / 1759 M. Kemudian beliau wafat pada usia 78 tahun
pada malam Rabu tanggal 27 Jumadil Akhir tahun 1250 H / 1834 M dan dimakamkan di
Khuzaimah San’a.
Imam asy-Syaukani dibesarkan di San’a dalam asuhan kedua orang tuanya. Ayahnya
merupakan seorang Qhadi yang terkenal alim dan mulia. Imam asy-Syaukani banyak
belajar bersama ayahnya dalam hal kesucian dan menjaga diri. Sejak kecil imam asy-
Syaukani telah belajar diberbagai bidang keilmuan, diantaranya ia telah menghafal Al-
Qur’an yang ia pelajari dari para syeikh ahli qira’at di San’a, beliau juga telah menghafal
banyak kitab seperti: kitab al-Azhar, karangan imam al-Mahdi, al-I’rab karangan al-
Qazwani dan Mukhtasahar ubnu al-Hajib.1
Imam asy-Syaukani juga merupakan seorang Mufti sekaligus ulama terkenal pada saat
itu. Beliau menjadi seorang Mufti (pemberi fatwa) pada usia 20 tahun, karena
kecerdasannya dalam mempelajari ilmu matematika, psikologi, etika dan fisika. Beliau
juga ahli dibidang tafsir al-Qur’an dan hadis, sehingga banyak orang yang berada di luar
daerah San’a datang kepadanya untuk meminta fatwa.
2. Guru dan Murid
Diketahui bahwa Imam asy-Syaukani banyak menimba ilmu dari para Syeikh dan juga
ulama besar pada masa itu. Selain mempunyai banyak guru beliau juga mempunyai banyak
murid yang berguru kepadanya. Berikut di bawah ini disebutkan beberapa guru dan murid
dari Imam asy-Syaukani, diantaranya:
a) Guru-Guru Imam asy-Syaukani
1. Ali bin Muhammad al-Syaukani (w. 1211 H) Ayah kandung al-Syaukani
sendiri
2. Al-'Allamah Ahmad bin 'Amir al-Hida'i al-San'ani (1127 - 1197 H).
3. Al-Sayyid al-'Allamah Isma'il bin al-Hasan al-Mahdi bin Ahmad bin al-
Qasim bin Muhammad (1120-1206 H).
4. Al-Sayyid al-Imam Abdu al-Qadir bin Ahmad al- Kaukabānī (1135-1207 H/
1723-1772 M).

1
Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Fath al-Qadir: al-Jami’ baina Ar-Riwayah
wa Ad-Dirayah min ilm Al-Tafisr, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Hlm. 31-33.

2
5. Al-Qadi Abdu al-Rahman bin Hasan al-Akwa' (1135- 1207 H/1724-1772
M).
6. Al-'Allamah al-Hasan bin Isma'il bin Husain bin Muhammad al-magribi
b) Murid-Murid Imam asy-Syaukani
1. Putra beliau yaitu: Syekh Ali bin Muhammad (1229-1281 H/1813-1864 M)
yang pada masa itu termasuk anak yang salih dan alim berbagai cabang ilmu
beliau kuasai dan tekuni dan juga jarang sekali anak seusia beliau
mempunyai ilmu setingkat itu.
2. Sayid Ahmad bin Ali bin Muhsin bin Ali bin Imam al-Mutawakkil ‘Ala
Allah Ismail bin Qasim as-San’an³ (1151- 1222 H/1739-1807 M)
3. Ahmad bin Nasr al-Kibsi (1209-1271 H/1794-1854 M)
4. Ahmad bin Husain al-Wazan al-San’an³ (1176-1238 H/1762-1822 M)
5. Ahmad bin Lutf al-Bari bin Ahmad bin ‘Abd al-Qadr al-Ward (1191-1282
H/1777-1865 M)
6. Ahmad bin Muhammad bin Ahmad bin Muthahr al-Qabili al-Jauzi al-
Zamari (1158 H/1745 M) masih banyak lagi yang lainnya.2
3. Karya-Karya
Sebagai sosok yang memiliki peranan besar dalam dunia keilmuan islam. Maka
imam asy-Syaukani tidak hanya memiliki satu karya dalam satu bidang keilmuan saja,
namun beliau memiliki karya lain seperti bidang tafsir, sejarah, adab, hadis dan fiqih.
Karya-karya tersebut ada yang sudah dicetak dengan baik adapula yang masih berupa
manuskrip. Adapun dimasa hidupnya selain menulis kitab "Nailul al-Auhtar" beliau
juga menulis kitab-kitab lain diantaranya yaitu:
a) Al-Adillah al-Rasinah li Matni al-Durar al-Bahiyyah fi al- Masa 'il al-
Fiqhiyyah, di-tahqiq oleh Muhammad Subhi Hasan Hallaq dan diberi kata
pengantar oleh Abdu al-Wahhab bin Lafif al-Dailami (San'a': Dar al-Hijrah,
Cet-1, 1411 H, 1991 M).
b) Al-Badru al-Tali' bi Mahasin man ba'da al-Qarni al-Sabi', terdiri dari dua jilid,
berisi tentang biografi serta karya-karya ulama abad ke-8 H sampai pada masa
al-Syaukani (Kairo: Dar al-Kitab al-Islami, t.th).
c) Al-Darari al-Madiyyah Syarh al-Durar al-Bahiyyah," tentang fiqih serta dalil
dalilnya dari hadits-hadits hukum. Kitab ini memiliki beberapa edisi terbitan
yaitu: (a). Kairo: Maktabah al-Turats al-Islami, t.th. (b). Beirut: Mu'assasah al-
Kutub al- Tsaqafiyyah, cet-1, 1409 H/ 1988 M. (c). Beirut: Dar al-Kutub al-
Ilmiyyah, cet-I, 1424 H/ 2003 M. ditahqiq oleh Salim Mustafa al-Badri.
d) Al-Fawa'id al-Majmu'ah fi al-Ahadits al-Maudu'ah, berisi tentang kumpulan
hadits-hadits palsu (maudu), di-tahqiq oleh 'Abdu al-Rahman Yahya al-
Mu'allimi al-Yamani (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah), 1416 H/1995 M).

2
Fauzi Rizal. Metode Imam asy-Syaukani Dalam Menyusun Kitab Nail al-Authar Syarh Muntaqa-
Akhbar. Studi Multidisipliner. Vol. 5, Edisi. 2, 2018 M/1140 H. Hlm 42

3
e) Al-Fawa'id al-Majmu'ah fi al-Ahadits al-Maudu'ah, berisi tentang kumpulan
hadits-hadits palsu (maudu), di-tahqiq oleh 'Abdu al-Rahman Yahya al-
Mu'allimi al-Yamani (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah), 1416 H/1995 M).3
Jika dilihat dari beberapa contoh karya beliau yang telah di cantumkan di atas
bisa di katakan beliau termaksud ulama yang sangat produktif dalam hal tulis menulis.
Kebanyakan dari karya beliau ditulis sebagai jawaban atas beberapa persoalan Maupun
permasalahan yang ada.
C. KITAB NAIL AL-AUTHAR
1. Sejarah Penulisan Kitab
Nail al-Authar merupakan syarh kitab hadis sekunder yaitu al-Muntaqa min al-Akhbar
al-Musthofa Sallallahu alaihi wasallam, karangan Abu al-Bakarat Abdullah al-Salam Ibnu
taimiyyah al-Harrani (657 H). Nama lengkap dari kirab ini adalah Nail al-Authar min Asrar
muntaqa al-Akhbar. Nama tersebut diberikan langsung oleh penulisnya yaitu asy-Syaukani
di dalam muqaddimah kitab itu sendiri.4
Kitab Nail al-Authar ditulis oleh imam asy-Syaukani berdasarkan syarh dan bimbingan
dari sebagian guru-gurunya. Salah satunya yaitu Syaikh Hasan al-Maghribi (1140-1208H).
hampir keseluruhan dari kitab ini ditulis pada masa Syaikh al-Maghribi masih hidup,
kemudian selebihnya ditulis setelah beliau meninggal. Kitab ini memiliki peranan besar
dalam literatur hasanah ilmu hukum keislaman, terutama di bidang hadis-hadis yang
berkaitan dengan hukum. Hal ini tentu tidak terlepas dari kemampuan yang dimiliki oleh
penulisnya sendiri yaitu imam asy-Syaukani. Karena hal tersebut tidak heran jika imam
asy-Syaukani dan kitab Nail al-Authar banyak mendapat pujian dari para ulama tersohor
seperti: Sayyid Muhammad Rasyid Ridha (1935 M), Muhammad yusuf Musa dan Manna’
Khalil al-Khattan.
Disebutkan oleh al-Sayyid hasan al-Tsaqah dalam bukunya yang berjudul Tanaqudad
al-Albani al-Wadihat bahwa, kitab Nail al-Authar ditulis pada saat negeri Yaman masih
dalam keadaan jumud dalam berfikir. Pada saat itu kitab-kitab syarh hadis sangat jarang
ditemui sehingga kajian-kajian ilmu keislaman sangat terbatas. Seandainya pun ada, maka
itu hanya dimiliki oleh orang-orang atau ulama-ulama tertentu yang memang benar-benar
memahami agama. Sejak saat itu munculah keprihatinan dari imam asy-Syaukani untuk
menulis kitab syarh hadis. Di lain sisi beliau juga diberi dukungan dan motifasi oleh para
gurunya untuk melaksanakan perkerjaan mulia tersebut. Walaupun demikian, imam asy-
Syaukani juga tetap menghabiskan waktu-waktuya untuk belajar dan mengajar.5

3
Mansyuri Rifai, Muhammad Abd Aziz, Fariz Risky Fatah. Studi Komparasi Manhaj asy-Syaukani
(Fawaid al-Majmu’ah fii al-Hadis al-Maudu’ah) dan al-Idlbi (Naqd al-Matn Ida’Ulama al-Hadis
Nabawi. Jurnal pemikiran Islam. Vol.7, No.2, Juli 2021. Hlm.107
4
Mahfud, H., Kalijaga, P. I. U. N. S., & Agama, G. M. Nuasa Sunni-Syi’ah (Zidiyah) Dalam Kitab Nail al-
Authar. Hlm.64
5
Mahfud, Hakim, Pemikiran Islam UIN Negeri Sunan Kalijaga, and Gelar Magister Agama. Nuasa
Sunni-Syi’ah (Zaidiyah) Dalam Kitab Nail al-Authar. Hlm.65-70

4
Selain pendapat yang telah dijelaskan di atas, ada pula yang mengatakan bahwa kitab
Nail al-Authar di tulis karena kekaguman asy-Syaukani terhadap kitab al-Muntaqa, dimana
beliau telah sebutkan di dalam muqaddimahnya,6 yaitu:
“Kitab Muntaqa al Akhbar telah menghimpun hadits-hadits yang belum dihimpun
seperti itu pada kitab-kitab hukum lainnya, sehingga kitab tersebut menjadi rujukan para
ulama ketika mencari dalil, lebih-lebih lagi bahwa kitab tersebut merupakan buah karya
pakar kenamaan di masanya, yakni al Imam Taimiyah. Setelah mempertimbangkan
sejenak, maka saya pun bertekad melakukannya (mensyarah), lalu saya meringkasnya
dengan mencukupkan pada syarah yang menunjukkan pada penjelasan judul bahasan
kecuali pada beberapa bagian. Saya tidak menyertakan perbedaan pendapat yang
disebutkan oleh pensyarah kecuali dipandang perlu. Adakalanya saya mengutip perkataan
lainnya untuk menambah manfaat. Dengan begitu, ringkasan ini diharapkan bisa menjadi
kitab hukum yang sangat berguna dan fleksibel mudah digunakan, serta indah bagi yang
memandang dan mendengarnya, saya memberinya judul “Bustanul Akbar Mukhtasar
Nailul Authar”.7
Di awal abad ke-20, kitab Nail al-Authar dijadikan sebagai kitab pegangan utama dan
diajarkan oleh beberapa pesantren dan madrasah-madrasah yang berbasis keislaman di
Indonesia. Oleh karena itu kitab ini telah memberikan kontribusi besar dalam kajian-kajian
hadis hukum di dunia keislaman.
2. Metode Penulisan Kitab
Apabila disandingkan dengan kitab-kitab syarh yang ada sebelum asy-Syaukani,
metode yang dilakukan jelas sangat berbeda dengan ulama-ulama sebelumya, baik itu
dengan syarh hadis kitab-kitab primer, seperti: Fath al-Bari Syarh Sahih al-Bukhari karya
imam Ibnu Hajar al-Asqalani (852 H) dan al-Manhaj Syarh Sahih Muslim karya imam an-
Nawawi (676 H), maupun kitab hadis sekunder, seperti Subul al-Salam Syarh Bulug al-
Maram karya al-San’ani (1182 H). 8
Kitab Nail al-Authar merupakan kitab yang ditulis secara ringkas,dan tidak bertele-tela
dalam menjelaskan hadis-hadis Rasulullah Saw. Dalam men-syarh-kan hadis imam asy-
Syaukani memang sengaja menggunkan metode yang ringkas, tidak membahas terkait
dengan definisi-definisi dan pembahasan yang berimplikasi pada luasnya pembahasan
tanpa menghilangkan makna utama yang terkandung dari sebuah hadis. Adapun metode
penulisan kitab ini ditulis dengan bebrapa metode, diantaranya:
a) Menjelaskan keadaan hadis, menjelaskan keganjalan-keganjalan hadis dan
tidak menjelaskannya secara mendalam
b) Menjelaskan bab-bab tertentu yang belum dijelaskan dalam al-Muntaqa

6
Astriani, Dini. Klasifikasi Metode dan Pendekatan Syarah Hadis Dalam Kitab-Kitab Hadis Ahkam
(Studi Kitab Bulughul Maram, Subulussalam, Misbahuz Dzolam, dan Nailul Authar). Contemlate : Jurnal
Ilmiah Studi Keislaman 2.02 (2021): 135-153
7
Terjemah kitab, Bustanul Akhbar Mukhtasar Nail al-Authar, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm.2
8
Mahfud, Hakim, Pemikiran Islam UIN Negeri Sunan Kalijaga, and Gelar Magister Agama. Nuasa
Sunni-Syi’ah (Zaidiyah) Dalam Kitab Nail al-Authar. Hlm. 70-71

5
c) Tidak menjelaskan keadaan rawi secara rinci9
Dalam kajian terkait dengan metodologi penulisan kitab Syarh Nail al-Authar secara
ekplisit telah dikaji sebelumnya oleh Disertasi Khalid Ahmad al-Khatib, imam al-Syaukani
wa Manhajuhu fi Kitab Nail al-Authar (al-jami’ah Ummul Qura’: Mekkah, 1990 M).
Beliau menyebutkan metedologi penulisan asy-Syaukani dalam beberapa langkah, yaitu
sebagi berikut:
a) Memaparkan hadis-hadis yang akan di-syarh-kan
b) Melakukan takhrij
c) Mengalanisis makna-makna
d) Melakukan penilaian terhadap hadis dan periwayatannya
e) Menjelaskan perbedaan sanad dan matan hadis
f) Memaparkan perbedaan pendapat di kalangan ulama
g) Mencantumkan ayat-ayat al-Qur’an
h) Menerapkan kaidah-kaidah ushul al-fiqh
i) Menggunakan syair-syair arab
j) Menyimpulkan isi atau makna-makna hadis.10

3. Metode Penyusunan
Sistematika penulisan kitab “Nail al-Authar” disesuaikan dengan isi kitab yang di
syarahkan, yaitu “al-Muntaqa”. Sebab kitab tersebut merupakan hadis hukum, maka
susunannya pun sesuai dengan kitab dan bab-bab fiqih. Perlu diketahui bahwa jumlah
hadis yang terdapat di dalam kitab al-Muntaqa Min al-Akhbar diperselisihkan oleh
ulama. Perbedaan ini terjadi karena adanya perbedaan cara menghitung jalur
periwayatan yang juga berbeda. Dalam metode penulisan kitab Nail al-Authar imam
asy-Syaukani memulainya dari memberi penomoran pada kitab, bab dan hadis. Terdiri
dari 54 kitab, 1040 bab dan 3934 hadid (pendapat Soleh Muhammad Subhi bin Hasan
Hallaq).11

4. Contoh Syarah Hadis


a). Bab: Bersiwak Bagi yang sedang Berpuasa
.‫صائِ ٌم‬
َ ‫س َّو َك َو ُه َو‬
َ َ‫َحصي يَت‬ َ
ِ ‫ت رسو َل‬
ِ ْ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم ما ََل أ‬ َ َ‫َع ْن َع ِام ِر بْ ِن َربَ ْي َعةَ ق‬
ْ ُ َ ُ ْ‫ َرأَي‬:‫ال‬
)‫س ٌن‬
َ ‫ديث َح‬
ُ ‫ َح‬:‫ال‬
َ َ‫ َوق‬،‫ي‬ ِِْ ‫َْحَ ُد َوأَبُو َد ُاو َد َو‬
ُّ ‫الّتم َد‬ ْ ‫) َرَواهُ أ‬

9
Astriani, Dini Klasifikasi Metode dan Pendekatan Syarah Hadis Dalam Kitab-Kitab Hadis Ahkam
(Studi Kitab Bulughul Maram, Subulussalam, Misbahuz Dzolam, dan Nailul Authar). Contemlate : Jurnal
Ilmiah Studi Keislaman 2.02 (2021): 135-153
10
Mahfud, Hakim, Pemikiran Islam UIN Negeri Sunan Kalijaga, and Gelar Magister Agama. Nuasa
Sunni-Syi’ah (Zaidiyah) Dalam Kitab Nail al-Authar. Hlm. 78-98
11
Fauzi Rizal. Metode Imam asy-Syaukani Dalam Menyusun Kitab Nail al-Authar Syarh Muntaqa-
Akhbar. Studi Multidisipliner. Vol. 5, Edisi. 2, 2018 M/1140

6
180. Dari Amir bin Rabi’ah, ia berkata: “Aku melihat Rasulullah SAW bersiwak berkali-
kali. tak bisa kuhitung, padahal beliau sedang puasa." (HR. Ahmad, Abu Daud dan At-
Tirmidzi, ia mengatakan, "Hadits hasan.")
)‫اجه‬
َ ‫) َرَواهُ ابْ ُن َم‬.‫ من خري خصال الصائم السواك‬: ‫ول هللا صلى هللا عليه وسلم‬
ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ ق‬:‫َت‬ َ ِ‫َع ْن َعائ‬
ْ ‫شةَ قَال‬
181.Dari Aisyah RA, ia berkata, "Rasulullah SAW bersabda, 'Di antara sifat-sifat baik
orang yang berpuasa adalah bersiwak." (HR.Ibnu Majah).
ِ ‫اك أ ََّو َل النَّها ِر و‬
.ُ‫آخ َره‬ ُ َ‫ يَ ْست‬: ‫ال ابْ ُن ُع َم َر‬ ُّ ‫ال الْبُ َخا ِر‬
َ َ‫ َوق‬:‫ي‬ َ َ‫ق‬
َ َ
182. Al Bukhari mengemukakan: Ibnu Umar berkata, "Beliau bersiwak di awal dan di
akhir hari."
ِ ‫اَّلل ِمن ِريْ ِح ال ِْمس‬
ِ ِ ‫الصائِِم أَطْي‬
َّ ‫ف فَ ِم‬
.‫ك‬ ْ ْ َّ ‫ب ع ْن َد‬
َُ ٌ ‫ ََلُلُ ْو‬:‫ال‬ ِِ ِ‫ِِب ُه َريْ َرةَ َع ِن الن‬
َ َ‫َّب صلى هللا عليه وسلم ق‬
)‫(متَّ َف ٌق َعلَْي ِه‬
ُ
183. Dari Abu Hurairah, dari Nabi SAW beliau bersabda, “Sungguh bau mulut orang yang
sedang berpuasa itu di sisi Allah lebih harum daripada aroma kesturi." (Muttafaq 'Alaih)12
b). Syarah Hadis
Pensyarah Rahimatullah Ta’ala mengatakan: Hadis Amir bin Rabi’ah menunjukkan
dianjurkannya bersiwak bagi orang yang sedang berpuasa, tanpa adanya Batasan waktu
tertentu. Hadis ini membantah pendapat yang mengatakan bahwa bersiwak hukumnya
makruh apabila dilakukan setelah tergelincirnya matahari bagi yang sedang berpuasa
karena berpatokan dengan hadis Abu Hurairah (nomor 183). Perkataan (‫( )السواك‬dalam hal
bersiwak) maksudnya adalah dalam memerintahkannya, dan faidah pemberitahuan ini agar
mereka mengetahui akan konkritnya perhatian Nabi dengan siwak, dan Nabi sengaja
menjadikan bersiwak kebiasannya agar mengetahui bahwa siwak ini dapat membersihkan
mulut dan mendapatkan ridho dari Allah.
Asy-Syafi 'i berkata; "Seandainya bersiwak hukumnya wajib, pasti Rasulullah akan
memberitahukan hal itu kepada umatnya, baik berat maupun tidak." Sekelompok ulama
dari beberapa kabilah telah berkata; "Di dalam redaksi hadits tersebut terdapat dalil bahwa
susunan kalimat perintah yang ada memberikan konsekuensi hukum wajib." Pendapat ini
merupakan madzhab yang dianut oleh kebanyakan ulama ahli fikih, sekelompok ulama ahli
kalam, dan para ulama ahli ushul.
Selain itu, sebagian ulama lainnya berkata; "Sumber dalil, jelas-jelas menunjukkan bahwa
hukum yang dihasilkan adalah sunah. Menurut pendapat para imam mengatakan bahwa
bersiwak itu dianjurkan bagi yang berpuasa di awal dan di akhir hari. Hal ini juga telah
menjadi kesepakatan para ulama. “Penggalian dalil seperti ini membutuhkan keterangan
penyempuma yang lain, yakni sebuah keterangan yang menjelaskan bahwa bersiwak
hukumnya sunah. Hal itu bisa diketahui melalu sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam : Seandainya aku tidak khawatir memberatkan umatku, pasti aku telah

12
Terjemah kitab, Bustanul Akhbar Mukhtasar Nail al-Authar, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam.Hlm.85-87

7
memerintahkan mereka 132 Sekelompok ulama berkata, “Dalam kalimat hadits ini tersirat
hukum sunah, bukan wajib.”13

D. PENUTUP
Setelah adanya penjelasan yang telah di paparkan di atas maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa, kitab “Nail al-Authar” merupakan kitab yang ditulis oleh Imam asy-
Syaukani atas dasar keprihatinan beliau terkait dengan langkanya kitab-kitab syarh pada
saat itu. Namun, ada pula pendapat lain yang mengatakan bahwa kitab Nail al-Authar di
tulis karena kekaguman asy-Syaukani terhadap kitab “al-Muntaqa”. Dalam penulisan
“Nail al-Authar” imam asy-Syaukani mendapat dorongan dan motivasi penuh dari guru-
gurunya.
Kitab “Nail al-Authar” sendiri merupakan syarh dari kitab hadis “Muntaqa al-
Akhbar”, yang merupakan kitab himpunan hadis hukum yang disusun oleh Imam
Abdussalam bin Abdillah bin Abi al-Qashim bin Muhammad bin al-Hidhr bin Muhammad
bin Ali bin Abdillah bin al-Harrani, atau lebih dikenal dengan panggilan Ibnu Taimiyah.
Kitab ini memuat lebih dari 5029 hadis yang merupakan kumpulan hadis-hadis dalam
bidang fiqih.
Dalam penulisan kitab ini Imam asy-Syaukani menggunakan beberapa metode
diataranya:
a) Menjelaskan keadaan hadis, menjelaskan keganjalan-keganjalan hadis dan tidak
menjelaskannya secara mendalam
b) Menjelaskan bab-bab tertentu yang belum dijelaskan dalam al-Muntaqa
c) Tidak menjelaskan keadaan rawi secara rinci
dan dalam metode penulisan kitab Nail al-Authar imam asy-Syaukani memulainya dari
memberi penomoran pada kitab, bab dan hadis.

13
Buonougo, Angkoso. Dinamika Penafsiran Bersiwak Dalam Tafsir Klasik Dan Kontemporer. Diss.
Institut PTIQ Jakarta, 2021.

8
Daftar Pustaka

Al-Imam Muhammad bin Ali bin Muhammad asy-Syaukani, Fath al-Qadir: al-Jami’ baina Ar-Riwayah wa
Ad-Dirayah min ilm Al-Tafisr, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2008), Hlm. 31-33.

Mansyuri Rifai, Muhammad Abd Aziz, Fariz Risky Fatah. Studi Komparasi Manhaj asy-Syaukani (Fawaid
al-Majmu’ah fii al-Hadis al-Maudu’ah) dan al-Idlbi (Naqd al-Matn Ida’Ulama al-Hadis
Nabawi. Jurnal pemikiran Islam. Vol.7, No.2, Juli 2021.

Fauzi Rizal. Metode Imam asy-Syaukani Dalam Menyusun Kitab Nail al-Authar Syarh Muntaqa-Akhbar.
Studi Multidisipliner. Vol. 5, Edisi. 2, 2018 M/1140 H.

Mahfud, Hakim, Pemikiran Islam UIN Negeri Sunan Kalijaga, and Gelar Magister Agama. Nuasa Sunni-
Syi’ah (Zaidiyah) Dalam Kitab Nail al-Authar.

Astriani, Dini. Klasifikasi Metode dan Pendekatan Syarah Hadis Dalam Kitab-Kitab Hadis Ahkam (Studi
Kitab Bulughul Maram, Subulussalam, Misbahuz Dzolam, dan Nailul Authar). Contemlate : Jurnal
Ilmiah Studi Keislaman 2.02 (2021): 135-153

Terjemah kitab, Bustanul Akhbar Mukhtasar Nail al-Authar, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm.2

Terjemah kitab, Bustanul Akhbar Mukhtasar Nail al-Authar, Jilid 1, Jakarta: Pustaka Azzam. Hlm.85-87

Buonougo, Angkoso. Dinamika Penafsiran Bersiwak Dalam Tafsir Klasik Dan Kontemporer. Diss. Institut
PTIQ Jakarta, 2021.

Anda mungkin juga menyukai