Anda di halaman 1dari 14

METODE PEMAHAMAN HADIS ALI MUSTHAFA YAQUB

Oleh : Suryani, Afifah Nurul Ahyani, M. Arif Rahman Setiadin, Irfan Fernanda

Abstrak

Memahami sebuah hadis di perlukan pemahaman atau metode agar


mendapatkan maksud yang tepat, sehingga tidak ada kesalahan dalam pemahaman
dan pengamalan sebuah hadis. Dalam tulisan ini akan mengungkapkan bagaimana
biografi Ali Musthafa Yaqub, pemikirannya dalam memahami sebuah hadis,
sehingga mendapatkan kesesuainya dengan maksud yang tertera dalam hadis
tersebut. Ali Musthafa Yaqub memiliki tujuh cara memahami hadis dengan
memperhatikan kaidah-kaidah berikut, yaitu; 1) Majaz dalam hadis. 2) Takwil
dalam hadis. 3) Illat dalam hadis. 4) Geografi dalam hadis. 5) Budaya Arab dalam
hadis. 6) Kondisi sosial dalam hadis 7) Asbabul wurud dalam hadis.

Kata kunci: Hadis, Pemahaman , Ali Musthafa Yaqub

PENDAHULUAN

Al-Qur’an dan sunnah merupakan petunjuk bagi umat Islam yang ditinggalkan oleh nabi
Muhammad SAW. Yang mana dengannya kita tidak akan pernah tersesat di dunia yang sudah
mulai kebelinger ini sebagaimana sabda nabi SAW :“Aku telah tinggalkan dua perkara kepada
kalian, kalian tidak akan tersesat selama masih berpegang teguh kepada keduanya, yaitu
Kitabullah (Al-Qur’an) dan sunnah rasulnya”. Hadis memiliki permasalahan tersendiri, lain
halnya dengan al-Qur’an yang bersumber dari Allah, hadis berasal dari kalam Nabi SAW yang
disampaikan kepada para sahabatnya, yang mana para sahabat mempunyai tingkat intelektual
yang berbeda saat menerima hadis dari beliau begitupun dalam memahaminya.

Tidak hanya dari substansinya, tapi dari segi transisinya (sanad) pun mesti dicrosscek
kembali demi bisa memastikan keotentikan hadis tersebut. Karena para penerima hadis itu tidak
semua dapat diterima riwayatnya, karena ada beberapa perawi hadis yang dipertanyakan
kredibelitasnya. Setelah menemukan hasilnya, kita tidak bisa langsung menyatakan hadis
tersebut dapat diamalkan, tetapi kita mesti melakukan kroscek kembali kepada matannya. Karena
tidak semua substansi hadis dapat diterima, seperti yang bertentangan dengan akal ataupun nash
Al-Qur’an, oleh karena itu study hadis sangatlah penting.1

Kemampuan setiap orang biasanya dapat dilihat dari cara dia menjelaskan atau
menyampaikan sesuatu, penjelasan yang baik akan memberikan kemudahan untuk orang awam
sekalipun untuk lebih mudah memahami apa yang dijalankan . Dan dalam ilmu hadis hal ini
dapat dilihat dari diri Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Yaqub. Seluruh karangannya sangatlah
berkualitas dan dapat dipahami oleh siapapun, dan sebelum beliau meninggalkan kita untuk
selamanya, beliau sempat mengarang kitab Thuruq Fahmi fi Sunnah anNabawiyyah (Cara benar
memahami hadis).

Kitab ini sangatlah cocok dibaca oleh mahasiswa, karena bahasanya yang bagus dan
mudah dipahami. Didalamnya terdapat bagaimana cara kita memahami hadis nabi SAW dengan
benar disamping melihat kualitas hadis tersebut, apakah dia maqbul atau mardud. Beliaupun
menjelaskan hal-hal yang mesti diperhatikan dalam memahami substansi hadis atau dalam hal
kritik matan, karena masih jarang ada karangan yang menjelaskan seputar kritik matan, seperti
dari sisi nalar, geografis, budaya atau adat, dll.

Kiai Ali Mustafa Yaqub merupakan salah satu tokoh ulama Indonesia yang memberikan
kontribusi terhadap perkembangan kajian hadis kontemporer di Indonesia. Beliau memiliki
kemampuan berbahasa Inggris yang kemudian beliau manfaatkan untuk mengkaji karya tulis
para orientalis barat. Namun dengan mengkaji karya tulis barat tersebut tidak menjadikan kyai
Ali Mustafa Yaqub terpengaruh dengan pemikiran barat tersebut, melainkan beliau justru
mencari karya tandingan sebagai komparasi terhadap teori-teori yang mereka bangun sehingga
hal tersebut melahirkan sifat kritis Ali Mustafa Yaqub tidak pandang bulu.

Kontribusi pemikiran beliau cukup memberikan corak keberagaman sebagai kaum


muslimin di Indonesia. Hadis-hadis yang bermasalah dalam masyarakat seperti kritik haji
berulang ulang , isu transgender, radikalisme dan terorisme, serta segala hadis yang tidak jelas
sumbernya menjadi objek kritisnya. Indikator beliau yang paling menonjol dalam kritik hadis
yaitu aktifitas "takhrij Al-Hadits". Langkah-langkah yang di tempuh nya merujuk pada kitab
Ushul al-takhrij wa dirasah al-sanid karya prof. Dr. Mahmud al-tahhan. Dalam kajiannya beliau

1
M. Ichsan Rifqi "Thuruq Shahihah fi Fahmi Sunnah al-Nabawiyyah Karya Fenomenal Ahli Hadis
Indonesia" 30 November 2019. Hlm.5
mengkombinasikan antara kritik sanad dan kritik matan dengan menggunakan kaidah umum
takhrij hadis.2

Dari sejumlah karya Kiai Ali Mustafa Yaqub bisa dilihat bahwa beliau memang seorang
muhaddis dalam arti terminologi. Disamping banyaknya undangan menjadi narasumber tingkat
internasional yang di hadirinya untuk membahas tentang hadis dan topik kontemporer lainnya.
Bahkan beliau disebut sebagai hadis berjalan oleh prof Nasaruddin umar. Ali Mustafa Yaqub
merupakan ulama yang hidup pada masa abad ke 21 di Indonesia dan beliau juga merupakan
pakar dalam bidang hadis karena produktivitas nya dalam kajian hadis. Beliau memiliki sikap
toleransi beragama yang cukup besar, pemikiran beliau terbuka dengan konsep pemikiran barat
dengan catatan walaupun keilmuan nya berasal dari timur tengah akan tetapi beliau tidak
meninggalkan historitas hadis dan ountetitasi nya dalam merefleksikan pesan kenabian.3

BIOGRAFI ALI MUSTAFA YA’QUB

A. Ali Mustafa Ya’qub dan Keluarga

Ali mustafa yaqub lahir pada tanggal 2 Maret tahun 1952 di desa Kemiri4,
kecamatan Subah, Kabupaten Batang jawa tengah. Beliau hidup dalam lingkungan
keluarga yang ta’at beragama, beliau juga termasuk dalam keluarga yang berada dan
serba berkecukupan, Ali Mustafa Yaqub kecil tidak pernah merasa kekurangan dalam
hal kebutuhan sehari-hari, setiap yang ia butuhkan selalu terpenuhi, namun beliau
tidak pernah membanggakan kekayaan keluarganya, Ali dan kakak-kakaknya
dididik oleh kedua orang tua mereka untuk belajar hidup sederhana dan tidak
berpoya-poya dan hidup mandiri serta taat kepada ajaran agama5.

2
Nasrullah Nurdin "Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA.: Muhaddis Nusantara Bertaraf Internasional"
Jurnal Lektur Keagamaan 14 (1), 197-228, 2016. Hlm. 200-207
3
Muhammad Qomarullah. "Pemahaman Hadis Ali Mustafa Yaqub dan Kontribusinya Terhadap Pemikiran
Hadis di Indonesia" Jurnal Studi Alquran dan Hadis. Volume 4,Nomor 2 2020 hlm. 385.
http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/alquds
4
Qomarullah, Muhammad. "Pemahaman Hadis Ali Mustafa Yaqub Dan Kontribusinya Terhadap
Pemikiran Hadis Di Indonesia." AL QUDS: Jurnal Studi Alquran dan Hadis 4.2 (2020): 383-404.
5
Riki Efendi, Tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH Ali Mustafa Yaqub, (Skripsi: UIN
Syarif Hidayatullah, 2009)
Ayah beliau bernama Mustafa Yaqub seorang muballigh terkemuka pada
zamannya dan imam di masjid-masjid yang ada di Jawa Tengah. Sehingga ayah dan
kakeknya mendirikan sebuah pondok pesantren yang para santrinya adalah penduduk
disekitar. Ayahnya mengajar tanpa pamrih dan hanya mengharap ridho Allah SWT,
ayah beliau berjiwa besar dan bersahaja namun tegas dalam membela agama Allah SWT.
Ibu beliau bernama Hj.Zulaikha, beliau seorang ustadzah dan ibu rumah tangga. Ibu
beliau ikut serta membantu perjuangan ayahnya. Ibunya wafat pada tahun 1996. Beliau
memiliki tujuh saudara, beliau anak ke empat dari tujuh bersaudara tersebut dua
diantaranya meninggal dunia6

Ali Musthafa Ya’qub meninggal dunia pada hari Kamis 28 April 2016, Pukul 06.30
WIB dalam umur 64 tahun di Rumah sakit Hermina Ciputat Tanggerang akibat penyakit
Gula atau Diabetes. Jenazah di semayamkan di Komplek Pesantren Darussunnah dan
dikuburkan di belakang masjid Muniroh Salamah dalam lokasi Pondok Pesantren juga7

B. Perjalanan menuntut ilmu

Saat kecil kehidupannya sama seperti anak pada umumnya yang tumbuh besar
bersama keluarganya. Akan tetapi kebanyakkan masa kecil beliau dihabiskan untuk belajar
agama dengan kakek dan ayahnya. Tepat ketika umurnya 7 (tujuh ) tahun beliau masuk
Sekolah Rakyat (SR) pada tahun 1961 - 1966. Di kelas beliau tergolong siswa yang
berprestasi dari kelas satu sampai dengan kelas enam.

Setelah tamat sekolah rakyat (SR) beliau melanjutkan pendidikan ke Madrasah


Tsanawiyah (MTS) di daerahnya. Setelah tamat Tsanawiyah beliau langsung melanjutkan
pendidikan Aliyah di Pondok Pesantren Tebuireng Sebelak Jombang pada tahun 1966 -
1969. Setelah itu beliau kelas tiga (Aliyah) di Tebuireng 1969-1971 setelah beliau
meyelesaikan pendidikanya ditingkat menegah beliau berkeinginan melanjutkan
ketingkat lebih tinggi lagi.

6
Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH. Ali Mustafa
Yaqub." Jurnal Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.
7
7 Khairul Imam Ghozali, ―Tangis Haru Ratusan Santri Antar Jenazah KH Ali Mustafa Yaqub Ke
Pemakaman,‖ accessed November 3, 2020, https://news.detik.com/berita/d3198865/tangis-haru-
ratusan-santri-antar-jenazah-kh-ali-mustafa-yaqub-ke-pemakaman.
Pada tahun 1972 beliau diperintahkan ayahnya agar melanjutkan pendidikannya di
Universitas Hasyim Asy’ari yang lokasinya hanya beberapa ratus meter saja dari pondok
pesantren Tebuireng. Pada saat kuliah dikampus tersebut beliau masuk di Fakultas
Syari’ah. Setelah pulang kuliah beliau langsung pulang ke asrama untuk mendalami
kitab-kitab kuning dibawah asuhan para kyai sepuh (senior), antara lain al-marhum KH.
Idris Kamali, al-marhum KH. Adlan Ali, al-marhum KH. Sobari, al-marhum KH. Al-
Musnid dan al-marhum KH. Samsuri Badawi di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang
Jawa Tegah sampai tahun 1975

Pada tahun 1976 beliau melanjutkan pendidikan di Timur Tengah Saudi Arabiah di
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Imam Muhamad Bin Saud sampai selesai
dengan ijazah Licance (Lc) pada Tahun 1980. kemudian masih di kota yang sama ia
melanjutkan pendidikan pada Fakultas Dirosah Islamiyah di Universaitas King Saud,
Departemen Study Islam Jurusan Tafsir dan Hadis, sampai selesai dan memperoleh ijazah
Master pada Tahun 1985.

C. Karir akademik dan dakwah

Pada tahun 1985 beliau pulang ke tanah air dan diminta oleh pemerintah untuk
mengbdikan dirinya di Jakarta. Beliau mengajar di Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta.
Disamping sebagai dosen tetap IIQ Jakarta, beliau juga mengajar di perguruan Tinggi Ilmu
al-Qur’an (PTIQ), dan selain profesinya sebagai pengajar/dosen beliau mengisi pengajian
dan sebagai Imam Besar di Masjid Istiqlal Jakarta.

Beliau juga pernah mengajar di Institut Agama Islam Shalahuddin Al-Ayyubi


(INISA) Tambun Bekasi, Pendidikan Kader Ulama (PKU) MUI, dan Sekolah Tinggi Ilmu
Dakwah (STDIA) Al-Hamidiyah Jakarta. Pada tahun 1989 beliau bersama keluarga
mendirikan Pondok Pesantren Darussalam di Batang Jawa Tengah Desa kelahirannya
dan sekarang Pondok Pesantren tersebut diasuh oleh kakaknya yang bernama K.H.Ahmad
Dahlan Nuri Yaqub8.

Adapun dakwah dan organisasi beliau yaitu:

8
.Riki Efendi, Tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH Ali Mustafa Yaqub, (Skripsi: UIN
Syarif Hidayatullah, 2009)
- Pendiri pondok pesantren Darusalam Desa Batang Jawa Tengah (1989);
- Ketua umum PenghimpunanPelajar Indonesia (PPI) Riyad (1995-1997);
- Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hamidiyah Depok (1995-1997);
- Ketua STIDA Al-Hamidiyah (1991-1997);
- Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ittihadul Muballighin (1990- 1996);
- Ketua DewanPakar merangkap Ketua Departemen Luar Negeri DPP Ittihadul
Muballighin (1996-2000);
- Guru Besar untuk ilmu hadis Institut Ilmu Al-Qur‘an ( IIQ) Jakarta (1998-2016);
- Angota komisi Fatwa MUI pusat; Ketua Lembaga Pengkajian Hadits Indonesia
(LePHI);
- Pengasuh Rubrik Hadits/Mimbar Majalah Amanah Jakarta; Pendiri dan Pengasuh
Pondok Pesantren Luhur Ilmu Hadis Darussunnah (1997-2016);
- Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta (2005-2016)9.

D. karya-karya

Ada sejumlah buku Ali Mustafa Yaqub baik buku yang ditulis sendiri, karya
terjemahan atau karya suntingan di antaranya adalah :

- Nasehat Nabi Kepada Pembaca dan Penghafal alquran (1990);


- Imam al-Bukharidan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis (1991);
- Kritik Hadis (1995);
- Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (1997);
- Peran Ilmu Hadis dalam Pembinaan Hukum Islam (1999);
- Kerukunan Umat Islam dalam Perspektif alquran dan al-Hadis (2000);
- Islam Masa Kini (2001); Fatwa-fatwa Kontemporer (2002);
- Imam Perempuan (2006);
- Toleransi Antar Umat Beragama (2008);
- Islam di Amerika (2009);
- Panduan Amar Maruf Nahi Munkar (2012);

9
Miski, ―Pemahaman, h.18-19.Lihat Rohmansyah, ―Hadith, 192-193. Lihat juga Yogi Sulaeman,
―Analisis Wacana Kritis ‗Dai Komersial‘ Dalam Buku Setan Berkalung Surban Karya Prof. Dr. KH. Ali
Mustafa Yaqub, MA‖ (Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2015), 43–44.
- Isbat Ramadhan, Syawal, dan Zulhijjah Menurut AlQur‟an dan Sunnah (2013);
- Menghafal Al-Qur‟an di Amerika Serikat (2014);
- Cara Benar memahami Hadits (2014);
- Setan Berkalung Sorban (2014);
- Titik Temu Wahabi NU (2015);
- Teror di Tanah Suci (2016).10

PEMIKIRAN ALI MUSTHAFA YAQUB DALAM MEMAHAMI HADIS

Jika kita berbicara mengenai hadis, pada dasarnya relatif akan sangat luas karena memang
terdiri dari berbagai komponen dan tema bahasan, mulai dari kajian atau kritik sanad (naqd
alsanad), matan (naqd al-matn), hingga pemahaman hadis (fahm al-hadi, fqh al-hadis\ atau
ma‘ani al-hadis). Dari ketiga komponen tersebut, pada tulisan ini hanya akan difokuskan pada
tema yang terakhir yakni pemahaman hadis dan tema yang berbeda tidak ikut menjadi bahasan
kecuali hanya sebagai pelengkap atau saat diperlukan. Dalam konteks ini tentu yang menjadi
fokus tokohnya adalah Ali Mustafa Yaqub sebagaimana tercermin dalam judul dan sub judul di
atas.

Dalam konstruksi pemahaman hadis, Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa pada
dasarnya hadis Nabi harus dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafziyyah). Jika tidak
memungkinkan, maka sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual11. Maka
dari itu kami membagi dalam dua bagian pembahasan, secara tekstual dan kontekstual Berikut
cara memahami hadis yang benar menurut Ali Musthafa Yaqub :

A. Tekstual
Menurut Ali Mustafa, hadis-hadis yang mestinya dipahami secara tekstual adalah
hadis yang berkenan dengan perkara gaib dan ibadah murni. Dengan lebih terperinci
mengenai perkara gaib, Ali Mustafa menyebutkan bahwa perkara gaib dapat dibedakan
menjadi dua kategori. Ghaib yang relatif (gha’ib nisbi) dan ghaib mutlak (ga’ib haqiqi).

10
Lihat AM. Waskito, KH., h. 42-45. Lihat juga Ramli Abdul Wahid, Sejarah, h. 37
11
Nasrullah Nurdin, “Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. : Muhaddis Nusantara Bertaraf Internasional,”
Jurnal Lektur Keagamaan 14, no. 1 (2016): 197, https://doi.org/10.31291/jlk.v14i1.481.
Untuk hal-hal seperti ini cukup dengan mengikuti petunjuk al-Qur’an dan hadis Nabi.
Tidak ada ruang untuk ditafsirkan secara kontekstual.

Kaitannya dengan ibadah murni (al-‘ibadah almahdah), seperti tata cara salat,
puasa, haji dan sebagainya yang merupakan persoalan antar Tuhan dengan hamba-Nya,
menurut Ali Mustafa juga tidak layak dipahami secara kontekstual. Teks-teks yang
berkaitan dengan hal ini harus dipahami apa adanya sesuai petunjuk Al-Qur’an dan hadis
Nabi. Lebih jauh Ali Mustafa menyebutkan bahwa upaya kontekstualisasi (memahami
secara kontekstual) ibadah murni bisa mengakibatkan substansi teks tersebut kehilangan
nilai universalitasnya, misalnya masing-masing lingkungan atau negara akan membuat
aturan salat sesuai kondisinya.

1) Majaz Dalam Hadis


Sama seperti hal nya bahasa Indonesia, dalam bahasa Arab pun juga
memiliki kata bermakna yang haqiqi dan terkadang bermakna majazi. Karena teks
hadis berbahasa Arab, maka maknannya pun terkadang haqiqi atau majazi. Jika yang
dimaksud makna hadis adalah majazi, maka tidak ragu lagi bahwa makna yang
dimaksud dalam hadis tersebut bukan yang haqiqi, sehingga tidak perlu diamalkan
dengan makna itu, dan apabila mengamalkannya dengan makna haqiqi, maka salah
dalam memahaminya, meskipun tidak termasuk dalam kesesatan. Contoh majaz
dalam hadis Allah turun ke bumi.

‫اركَ َوت َ َعالَى‬َ ‫سله َم قَا َل يَتَن هَز ُل َربُّنَا ت َ َب‬


َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ‫سو َل ه‬ ُ ‫ع ْنهُ أ َ هن َر‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َر‬ َ
‫يب لَهُ َم ْن َيسْأَلُنِي‬ َ ‫عونِي فَأ َ ْست َِج‬ ُ ‫ث الله ْي ِل ْاْل ِخ ُر َيقُو ُل َم ْن َي ْد‬
ُ ُ‫اء الدُّ ْن َيا ِحينَ َي ْبقَى ثُل‬ ‫ُك هل لَ ْيلَ ٍة ِإلَى ال ه‬
ِ ‫س َم‬
ِ ‫فَأُع‬
ُ‫ْطيَهُ َم ْن َي ْست َ ْغ ِف ُرنِي فَأ َ ْغ ِف َر لَه‬
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Rabb kita Tabaraka wata'ala setiap malam turun ke langit dunia
ketika sepertiga malam terakhir, lantas Dia berfirman: 'Siapa yang berdoa kepada-
Ku, niscaya Aku akan mengijabahinya, siapa yang meminta sesuatu kepada-Ku,
niscaya Aku akan memberinya dan siapa yang meminta ampun kepada-Ku, niscaya
Aku akan mengampuninya."
2) Takwil Dalam Hadis
Sebagaimana dikatakan oleh Ibn Taimiyah (w. 728 H) takwil menurut
pengertian ulama mutaakhirin dari kalangan ahli Fikih, ahli Kalam, ahli Hadis, dan
ahli Tasawuf serta ulama-ulama yang sepakat dengan mereka, adalah mengalihkan
suatu dari maknanya yang rajih (kuat kepada maknanya yang marjuh (lemah)
karena ada indikasi yang menyertainya12. Contoh takwil dalam hadis Allah turun ke
bumi. Berhubungan dengan hadis tersebut kita harus mengimaninya sesuai dengan
apa yang disabdakan nabi saw. tanpa membahas bagaimana caranya, tanpa
menakwilkannya dan lain sebagainya. Sebab sifat Allah tersebut merupakan bagian
dari hal-hal ghaib yang tidak dapat diketahui kecuali dari petunjuk Allah dan
Rasullah saw.

3) Illat dalam Hadis


Hadis nabi kadang berbentuk perintah, larangan, atau yang serupa lafal yang
serupa dengan keduanya. Jika illatnya disebutkan di dalam hadis, maka illat
tersebut manshuhah/tesurat/jelas. Namun jika tidak disebutkan illatnya maka illat
tersebut mustanbathah/tersirat. Maksud illat disini artinya suatu sifat yang
keberadaannya menyebabkan adanya hukum dan ketiadaanya menyebabkan tidak
adanya hukum. Contoh illat dalam Hadis, memabukan dalam minuman.

‫ب أ َ ْس َك َر فَ ُه َو َح َرام‬
ٍ ‫سله َم قَا َل ُك ُّل ش ََرا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ َ ‫شة‬
َ ِ ‫ع ْن النهبِي‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
Dari 'Aisyah dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda:
"Setiap minuman yang memabukkan adalah haram."

Illat dalam hadis tersebut tertera dengan jelas sekali dan menjadi salah satu
penyebab suatu minuman atau makanan diharamkan

12
H. M. Afifah, I., & Sopiany, “Penerapan Metode Ali Mustafa Ya’qub Dalam Memahami Hadis Larangan
Pemakaian Parfum Bagi Wanita” 87, no. 1,2 (2017): 149–200.
B. Kontekstual
Mengenai pemahaman hadis secara kontekstual, Ali Mustafa Yaqub menjelaskan
bahwa hadis yang dimaksud harus dipahami dengan melihat aspek-aspek di luar teks itu
sendiri, meliputi:

1) Geografi dalam Hadis

Geografi adalah ilmu peta bumi, yang dapat membantu seorang muslim
memahami Hadis. Seorang Muslim terkadang melakukan kesalahan dalam
menafsirkan sebuah Hadits jika tidak mengetahui peta. Contoh geografi ada pada
hadis, menghadap timur dan barat saat buang hajat.

َ ‫سله َم ِإذَا أَت َى أ َ َحدُ ُك ْم ْالغَا ِئ‬


ََ َ‫َ ف‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫اري ِ قَا َل قَا َل َر‬ َ ‫ُّوب ْاْل َ ْن‬
ِ ‫ص‬ َ ‫ع ْن أَبِي أَي‬ َ
َ ‫َي ْست َ ْق ِبل ْال ِق ْبلَةَ َو ََل ي َُو ِل َها‬
‫ظ ْه َرهُ ش َِرقُوا أ َ ْو غ َِربُوا‬
Dari Abu Ayyub Al Anshari berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa
sallam bersabda: "Jika salah seorang dari kalian masuk ke dalam WC untuk buang
hajat, maka janganlah menghadap ke arah kiblat dan jangan membelakanginya.
Hendaklah ia menghadap ke arah timurnya atau baratnya."

Dalam hadis ini tidak disebutkan langsng dimana tempat rasul bersabda.
Namun kita bisa temui pada hadis lain, yang diriwayatkan Ibnu Umar mengenai hal
ini, yaitu pada saat beliau naik ke rumah Hafshah dan tidak sengaja melihat
rasulullah saw membuang hajat menghadap ke syams. Sementara letak geografisnya
Madinah dari Mekkah adalah arah utara, yang berarti rasul membelakangi kiblat.

2) Budaya Arab dalam Hadis

Budaya atau yang dimaksudkan Ali Mustafa dalam konteks hadis adalah
dengan mengaitkan hadis yang dimaksud dengan tradisi atau kebiasaan masyarakat
pada waktu dan tempat saat itu. Pada poin juga bisa dikaitkan dengan hal yang
bersifat lokal dan temporal. Contoh hadis menabuh rebana saat pernikahan.

‫اج ِد‬
ِ ‫س‬َ ‫سله َم أ َ ْع ِلنُوا َهذَا النِ َكا َح َواجْ عَلُوهُ فِي ْال َم‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ُ ‫ت قَا َل َر‬
‫سو ُل ه‬
َ ِ‫َّللا‬ ْ َ‫شةَ قَال‬ َ ‫ع ْن‬
َ ِ‫عائ‬ َ
ِ ُ‫علَ ْي ِه بِالدُّف‬
‫وف‬ َ ‫َواض ِْربُوا‬

Dari Aisyah radliallahu 'anha berkata: Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam


bersabda: "Umumkanlah nikah, adakanlah di masjid, dan pukullah rebana untuk
mengumumkannya."

Salah satu perintah dalam hadis tersebut adalah menabuh rebana yang artinya
menunjukkan adanya syariat menabuh rebana dalam pernikahan. Dalam hal ini
karena budaya Arab pada saat itu untuk membuat suatu pengumunan dengan tanda
bunyi-bunyian dari alat musik yaitu rebana. Sehingga tidak ada kewajiban dalam
pengumaman pernikahan menggunakan rebana.

3) Kondisi Sosial dalam Hadis.

Salah satu hal yang dapat membantu kita dalam memahami hadis Nabi
adalah mengetahui kondisi sosial yang terjadi pada saat suatu hadis muncul. Kondisi
sosial pada zaman Nabi banyak berbeda dengan sekarang ini. Hal inilah yang perlu
dipahami, mengetahui kondisi sosial Arab pada saat itu sangat penting untuk
mengetahui sebab atau tujuan dari suatu hadis yang muncul.

‫اء فَإ ِ هن‬


ِ ‫س‬َ ِ‫صوا بِالن‬ ُ ‫ ا ْست َْو‬: ‫سله َم‬ َ ‫علَ ْي ِه َو‬ ‫صلهى ه‬
َ ُ‫َّللا‬ َ ِ‫َّللا‬ ُ ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل َر‬
‫سو ُل ه‬ ‫ي ه‬
َ ُ‫َّللا‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ُه َري َْرة َ َر‬
َ ‫ض‬ َ
َ ‫الضلَعِ أَع ََْهُ فَإ ِ ْن ذَ َهبْتَ ت ُ ِقي ُمهُ َك‬
‫س ْرتَهُ َوإِ ْن ت ََر ْكتَهُ لَ ْم‬ ِ ‫َيءٍ فِي‬ ْ ‫ضلَعٍ َوإِ هن أَع َْو َج ش‬ِ ‫ت ِم ْن‬ ْ َ‫ْال َم ْرأَة َ ُخ ِلق‬
‫اء‬
ِ ‫س‬ ُ ‫يَزَ ْل أَع َْو َج فَا ْست َْو‬
َ ِ‫صوا بِالن‬

Dari Abu Hurairah radhiallahu'anhu, ia berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda,


"Saling berwasiatlah kalian (dalam menjaga hubungan baik) terhadap para wanita.
Sesungguhnya wanita itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, sementara
yang paling bengkok dari tulang rusuk adalah pangkalnya. Jika engkau hendak
mencoba untuk meluruskannya, maka ia akan patah, namun bila engkau biarkan,
maka ia akan tetap bengkok. Oleh karena itu, saling berwasiatlah kalian terhadap
para wanita".
Kondisi sosial Arab pada saat itu memandang wanita sangatlah rendah
sekali, berbeda dengan laki-laki. Sehingga nabi member nasehat kepada para
sahabat agar memperlakukan wanita secara adil, terhormat dan tidak
merendahkannya. Jika kita melihat pada konteks saat ini maka bukan hanya
wanita saja yang perlu di perlakukan secara adil, akan tetapi semua umat manusia
tanpa memandang jenis kelamin.

4) Asbabul wurud dalam hadis

Jika dalam ayat al-Qur’an terdapat sabab al-nuzul (latar belakang turunnya
ayat), Maka dalam hadis terdapat sabab wurud (latar belakang munculnya hadis).
Mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi munculnya sebuah hadis tergolong
sesuatu yang sangat penting untuk mendapatkan pemahaman yang proporsional dan
tepat. Dalam suatu hadis pasti memiliki asbabul wurud, baik tertera langsung
didalam teks (mikro) atau tidak tertera secara langsung (makro). Contoh pada
pembahasan ini ada pada hadis tentang buang hajat yang telah dijelaskan diatas.

KESIMPULAN

Ali Musthafa Yaqub lahira pada tahun 1952 di Jawa Tengah. Kiai Ali Mustafa Yaqub
merupakan salah satu tokoh ulama Indonesia yang memberikan kontribusi terhadap
perkembangan kajian hadis kontemporer di Indonesia. Salah satu pemikirannya di bidang hadis
yang dituangkan dalam bukunya yaitu “cara memahami hadis yang benar” . Dalam konstruksi
pemahaman hadis, Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa pada dasarnya hadis Nabi harus
dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafziyyah). Jika tidak memungkinkan, maka sebuah
hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual

Ada tujuh cara memahami hadis dengan memperhatikan kaidah-kaidah berikut, yaitu; 1)
Majaz dalam hadis. 2) Takwil dalam hadis. 3) Illat dalam hadis. 4) Geografi dalam hadis. 5)
Budaya Arab dalam hadis. 6) Kondisi sosial dalam hadis 7) Asbabul wurud dalam hadis. Dalam
ke tujuh cara ini tidak harus semuanya dipakai dalam memahami sebuah hadis.
memungkinkan, maka sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual.

DAFTAR PUSTAKA

Afifah, I., & Sopiany, H. M. “Penerapan Metode Ali Mustafa Ya’qub Dalam Memahami
Hadis Larangan Pemakaian Parfum Bagi Wanita” 87, no. 1,2 (2017): 149–200.

Anggraeni, Dewi, and Siti Suhartinah. "Toleransi Antar Umat Beragama Perspektif KH.
Ali Mustafa Yaqub." Jurnal Studi Al-Qur'an 14.1 (2018): 59-77.

Khairul Imam Ghozali, ―Tangis Haru Ratusan Santri Antar Jenazah KH Ali Mustafa
Yaqub Ke Pemakaman,‖ accessed November 3, 2020,

Nurdin, Nasrullah. “Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA. : Muhaddis Nusantara Bertaraf
Internasional.” Jurnal Lektur Keagamaan 14, no. 1 (2016): 197.
https://doi.org/10.31291/jlk.v14i1.481.

M. Ichsan Rifqi "Thuruq Shahihah fi Fahmi Sunnah al-Nabawiyyah Karya Fenomenal


Ahli Hadis Indonesia" 30 November 2019. Hlm.5

Miski, ―Pemahaman, h.18-19.Lihat Rohmansyah, ―Hadith, 192-193. Lihat juga Yogi


Sulaeman, ―Analisis Wacana Kritis ‗Dai Komersial‘ Dalam Buku Setan Berkalung
Surban Karya Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA‖ (Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2015), 43–44.

Muhammad Qomarullah. "Pemahaman Hadis Ali Mustafa Yaqub dan Kontribusinya


Terhadap Pemikiran Hadis di Indonesia" Jurnal Studi Alquran dan Hadis. Volume
4,Nomor 2 2020 hlm. 385. http://journal.iaincurup.ac.id/index.php/alquds

Qomarullah, Muhammad. "Pemahaman Hadis Ali Mustafa Yaqub Dan Kontribusinya


Terhadap Pemikiran Hadis Di Indonesia." AL QUDS: Jurnal Studi Alquran dan
Hadis 4.2 (2020): 383-404.

Riki Efendi, Tentang Pemikiran dan Aktivitas Dakwah KH Ali Mustafa Yaqub,
(Skripsi: UIN Syarif Hidayatullah, 2009)

Sulaeman, ―Analisis Wacana Kritis ‗Dai Komersial‘ Dalam Buku Setan Berkalung
Surban Karya Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub, MA‖ (Skripsi, UIN Syarif
Hidayatullah Fak. Dakwah dan Komunikasi, 2015), 43–44.

Anda mungkin juga menyukai