Anda di halaman 1dari 10

METODE PEMAHAMAN HADIS

MAKALAH

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Studi Hadis Integratif


Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. M. Erfan Soebahar, M.Ag. dan Dr. H. Mohammad
Fateh, M.Ag.

Disusun oleh:
1. Alvi Umi Syarifah (50222025)
2. Lulu Nur Hidayah (50222037)
Kelas : B

MEGISTER PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


UNIVERSITAS ISLAM NEGERI K.H. ABDURRAHMAN WAHID
PEKALONGAN
2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana metode memahami hadis nabi menurut syekh Yusuf Al-Qardhawi?
2. Bagaimana metode memahami hadis nabi menurut Ali Musthofa Ya’kub?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui metode pemahaman hadis nabi menurut Syekh Yusuf Al-
Qardawi.
2. Untuk mengetahui metode memahami hadis nabi menurut Ali Musthofa Ya’kub.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Metode Memahami Hadist Menurut Syekh Yusuf Al-Qardawi


Biografi Yusuf Al-Qaradhawi
1.Latar Belakang kehidupannya
Yusuf Al-Qaradhawi dilahirkan di sebuah perkampungan kecil
yang bernama Safat Turab pada tanggal 9 september
1926.Daerah tersebut merupakan sebuah perkampungan
kecil asli Mesir yang terletak di provinsi gharbiyyah,dengan
ibukotanya Thantha. Jarak dari Kairo ke daerah tersebut
sekitar 150 km dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam

B. Metode Memahami Hadist Menurut Ali Musthofa Ya’kub.


1. Biografi Ali Musthofa Yakub
Ali Mustafa Yaqub merupakan salah satu tokoh Muhaddisin yang karyanya banyak
dijadikan rujukan. Beliau lahir di desa Kemiri, Kecamatan Subah, Kabupaten Batang,
Provinsi Jawa Tengah. Tanggal 2 Maret 1952. Nama belakang beliau adalah nama ayahnya,
jadi beliau biasa di panggi dengan singkatan Al-Fabia yakni Ali Mustafa Yaqub bin
Yaqub.7 Beliau terlahir dalam lingkungan keluarga yang taat beragama dan termasuk dalam
ekonomi yang serba kecukupan. Ali Mustafa Yaqub tidak pernah merasa kekurangan biaya
sehari-seharinya selalu di penuhi, namun beliau tidak pernah membangkan ataupun berpoya-
poya terhadap orang tuanya karena fasilitas yang diberikan melainkan Ali Mustafa Yaqub
tumbuh sebagai anak yang patuh dan agamawan, karena orang tuanganya memberikan
didikan agama yang baik.8 Ayah beliau adalah muballig yang terkenal pada masanya dan
merupakan imam-imam masjid yang ada di Jawa Tengah, ibunda Ali Mustafa Yaqub juga
sebagai ustazdah dan ibu rumah tangga,m namanya ibunya ialah Hj Zulaikah. 1
Pendidikan Ali Mustafa Yaqub dimulai dengan Sekolah Dasar (SD) di
desanya sendiri, kemudian Sekolah Menengah Pertama (SMP), lalu pada 1966
pindah ke Pondok Pesantren di daerah Seblak, Jombang dan melanjutkan sekolahnya
di tingkat Tsanawiyah dan selesai pada 1969. Berikutnya, terhitung dari 1969-1972,

1
Abdul Mutualli, Dikotomi Hadis Ahad-Matawatir; Menurut Padangan Ali Musthofa Yaqub, ( Makasar:
Tahdis, No. 2, Vol. IX, 2018), Hlm. 202-203.
Ali Mustafa menimba ilmu di Pondok Pesantren Tebuireng. Di tempat ini pula dia
menempuh studi Strata Satu (S-1) pada Program Studi Syariah, tepatnya di
Universitas Hasyim Asy’ari yakni dari pertengahan 1972 hingga 1975. Pada tahun
berikutnya, yakni 1976 Ali Mustafa Yaqub melanjutkan studinya di Fakultas Syariah
Universitas Islam Imam Muhammad ibn Saud dan lulus pada 1980 dengan ijazah
atau gelar Licence (Lc). Berikutnya, masih di kota yang sama, Ali Mustafa Yaqub
melanjutkan studinya di Universitas King Saud pada jurusan Tafsir dan Hadis dan
memperoleh ijazah master (“Biografi Pakar Hadits Indonesia, Prof. Dr. KH. Ali
Mustafa Ya’qub,” n.d.; Cholidah, 2011, hal. 11; Efendi, 2009; Sulaeman, 2015, hal.
37–39; Yaqub, 2011a). Tidak sampai di jenjang itu saja, pada 2005/2006 Ali
Mustafa kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Universitas Nizamia,
Hyderabad India dengan spesialisai hukum Islam dan lulus pada 2007/2008
(“Biografi Pakar Hadits Indonesia, Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub,” n.d.; Efendi,
2009; Hartono, 2009, hal. 83–84; “Prof. KH. Ali Mushtofa Yaqub, MA,” 2
karir Akademik dan Dakwah Sebagai ulama yang cukup berpengaruh serta
berdedikasi tinggi terhadap perkembangan Islam terutama kontribusinya dalam hadis dan
ilmu hadis, maka pemakalah hanya merangkum sedikit dari rekam jejak karir beliau antara
lain: Karir Akademik Ali Mustafa Yaqub dengan menjadi dosen di berbagai kampus yaitu:
Institut Ilmu al-Qur‘an (IIQ) Jakarta (1985-2016); Perguruan Tinggi Ilmu al-Qur‘an (PTIQ)
(1986-2016); IAIN Syarif Hidayatullah Fakultas Ushuluddin Jakarta, yang sekarang berubah
menjadi UIN Syarif Hidayatullah (1987-1988); Institut Agama Islam Shalahuddin Al-
Ayyubi (INISA) Tambun Bekasi (1989-1990); Pendidikan kader ulama (PKU) MUI;
Sekolah Tinggi Ilmu Dakwah (STDIA) Al- Hamidiyah Jakarta.25 Adapun dakwah dan
organisasi yaitu: Pendiri pondok pesantren DarusalamDesaBatang Jawa Tengah (1989);
Ketua umum PenghimpunanPelajar Indonesia (PPI) Riyad (1995-1997); Pengasuh Pondok
Pesantren Al-Hamidiyah Depok (1995-1997); Ketua STIDA Al-Hamidiyah (1991-1997);
Sekretaris Jenderal Pimpinan Pusat Ittihadul Muballighin (1990- 1996); Ketua DewanPakar
merangkap Ketua Departemen Luar Negeri DPP Ittihadul Muballighin (1996-2000); Guru
Besar untuk ilmu hadis Institut Ilmu Al-Qur‘an ( IIQ) Jakarta (1998-2016); Angota komisi
Fatwa MUI pusat; Ketua Lembaga Pengkajian Hadits Indonesia (LePHI); Pengasuh Rubrik
Hadits/Mimbar Majalah Amanah Jakarta; Pendiri dan Pengasuh Pondok Pesantren Luhur
Ilmu Hadis Darussunnah (1997-2016); Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta (2005-2016). 3

2
Miski, Pemahaman Hadist Ali Musthofa Yakub (Studi Atas Fatwa Pengharaman Serban Dalam
Konteks Indonesia, (Yogyakarta: Jurnal Studi Hadis, No. 1, Vol. II, 2016), Hlm. 17-18.
3
Muhammad Qomarullah, Pemahaman Hadis Al Mustofa Yakub Dan Kontribusi Terhadap Pemikiran
Hadis Di Indonesia, (Lubuklinggau: Jurnal Studi Alquran Dan Hadis, No. 2, Vol. IV, 2020), Hlm. 388-389.
Guru-Gurunya Adapun guru-guru Ali Mustaf Yaqub sangaat banyak sekali yang ikut
andil dalam membentuk keilmuan, pemikiran dan karekteritik serta seang beliau dalam masa
hidup beliau, terutama kedua orang tua dan kakeknya. Pemakalah hanya menggambarkan
sedikit dari gurunya yang berpengaruh antara lain: K.H. Idris Kamali, bernama lengkap Idris
bin Kamali bin abdul Jalil asySyarbuni. Beliau menguasai Bahasa Arab, hadis, ilmu Falak,
qira‘ah, Fiqih, Tasawwuf dan pernah dipercayakan menjadi Pengajar di masjid al-Haram
Mekkah tahun 1973-1981. Sebelum Kiai Idris Kamali Pondok Pesantren Jombang beliau
belajar di Pondok Pesantren APIK Kaliwungu Kendal. Akhirnya beliau dijadikan menantu
oleh KH. Hasyim Asy‘ari dengan menikahi anaknya Nyai Azza. Ali Mustafa Yaqub belajar
dengan beliau kitab kuning dengan metode Sorogan yaitu membacakan kitab didepan guru.
Ali Mustafa Yaqub menganggap beliau sangat berpengaruh bagi Ali Mustafa Yaqub,
ilmu dasar dari pemahaman terhadap Alquran dan hadis banyak didapat dari sang kiai.
Hidup sang Kiai hanya untuk mengayomi dan melayani santri karena kecintaannya kepada
santri, kenang Ali Mustafa Yaqub. Kemudian, K.H. Syansuri Badawi, yang lahir di Cirebon
pada tahun 1918, beliau adalah salah satu murid langsung dari KH. Hasyim Asy‘ari yang
juga ahli hadis yang bersanad. Beliau pernah belajar di Pesantren Solo dan akhirnya
menetap di Pesantren Tebuireng untuk belajar. Ali Mustafa Yaqub belajar dengan beliau
semasa mondok terutama pelajaran ilmu hadis dan hadis. KH. Syansuri terkenal sangat tegas
dan lantang menyuarakan kebenaran terutama tentang hadis dan fiqhi. Banyak lagi guru-
guru beliau yang lain seperti KH. Adlan Ali, KH Shobari dan lainnya, semua pembelajaran
yang ia dapatkan merupakan kaiian kitab yang berkaitan dengan Bahasa Arab, Ilmu Qira‘ah,
Alquran, hadis, hukum Islam, Adab dan Tasawwuf yang biasanya disebut pondok pesantren
kitab kuning.
Para Kiai inipun termasuk ulama yang produktif dalam menulis kitab di Pondok
Pesantren Jombang dalam berbagai disiplin ilmu yang kemudian melahirkan banyak tokoh-
tokoh besar di Indonesia yang pengaruhnya sampai ke manca negara. Selain itu, untuk di
luar negeri, guru beliau yang paling berkesan ialah Prof. Dr. Mustafa A'zami di Riyad yang
Ali Mustafa Yaqub sempat menerjemahkan karyanya yang berjudul:„Studies In Early
Hadith Literature ‟yang diterjemahkan oleh Ali Musthafa Yaqub dengan judul„ Hadis
Nabawi danSejarah Kodifikasinya‟. Kitab ini merupakan penjelasan transpormasi
dantraslitrasi hadis serta ‗bantahan‘ terhadap pendapat orientalis Ignaz Goldziher dan
Joseph Schacht yang menganggap jalur sanad hadis merupakan projecting back yang
sebenarnya dibuat-buat dan dinisbatkan ke Nabi Muhammad. Selain itu, Prof. Dr.
Muhammad Hassan Hitou dari India, Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili dari Suriah, Syaikh
Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz dari Riyad yang dikenal Ali Mustafa Yaqub saat di masa
kuliah di Madinah ataupun di India.4
Berikut ini sejumlah karya Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yaqub yang telah
dipublikasikan dan hampir semuanya dicetak
1) Memahami Hakikat Hukum Islam (Alih Bahasa dari karya Prof Dr Muhammad Abdul
Fattah al-Bayanuni, Jakarta: 1986)
2) Nasihat Nabi kepada Para Pembaca dan Penghafal alQuran (1990)
3) Imam Bukhari dan Metodologi Kritik dalam Ilmu Hadis (Jakarta: 1991)
4) Hadis Nabawi dan Sejarah Kodifikasinya (alih bahasa dari Prof. Dr. Muhammad
Mustafa Azami, Jakarta: 1994)
5) Kritik Hadis (Jakarta: 1995)
6) Bimbingan Islam untuk Pribadi dan Masyarakat (terjemahan dari buku Syaikh
Mohammad Jameel Zino, Saudi Arabia, 1418 H)
7) Sejarah dan Metode Dakwah Nabi (Jakarta: 1997)
8) Peran Ilmu Hadis dalam Pembinaan Hukum Islam (Orasi Ilmiah Guru Besar di IIQ
tahun 1998, dan terbit di Pustaka Firdaus 1999).
9) Kerukunan Ummat Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: 2000)
10) Islam Masa Kini (Jakarta: 2001)
11) Kemusyrikan Menurut Mazhab Syafi’i (Alih bahasa dari buku Syaikh Abdurrahman
al-Khumais, Jakarta: 2001)
12) Aqidah Imam Empat: Abu Hanifah, Malik, Syafi’i, dan Ahmad (Alih Bahasa dari
Syaikh Prof. Dr. Abdurrahman al-Khumais, Jakarta: 2001)
13) Fatwa-Fatwa Kontemporer (2002)
14) MM. Azami Pembela Eksistensi Hadis (Jakarta: 2002)
15) Pengajian Ramadhan Kiai Duladi (Jakarta: 2003)
16) Hadis-Hadis Bermasalah (Jakarta: 2003)
17) Hadis-Hadis Palsu Seputar Ramadhan (Jakarta: 2003)
18) Nikah Beda Agama Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Jakarta: 2005)
19) Imam Perempuan (Jakarta: 2006)
20) Haji Pengabdi Setan (Jakarta: 2006)
21) Fatwa Imam Besar Masjid Istiqlal (dua edisi, biasa dan lux lebih besar, Jakarta: 2007)
22) Ada Bawal Kok Pilih Tiram (sebuah pantun Ekonomi Syariah, Jakarta: 2008)
23) Toleransi Antar Umat Beragama (dua bahasa Arab dan Indonesia, Jakarta: 2008)
24) Islam di Amerika (Kumpulan Safari/Ceramah Ramadan, dua bahasa; Inggris-
Indonesia, Pustaka Darus Sunnah: 2009).

4
Muhammad Qomarullah, pemahaman hadis Al Mustofa Yakub dan kontribusi terhadap pemikiran
hadis di Indonesia,………., hlm. 389-390.
25) Kriteria Halal dan Haram untuk Pangan, Obat-obatan, dan Alat Kosmetika Dalam
Perspektif Al-Qur’an dan Hadis (Disertasi Doktor konsentrasi Hukum Islam dari
Universitas Nizamia Hyderabad India, spesialisasi Hukum Islam dari 2005-2008,
boleh disebut karya ini adalah masterpiece beliau yang dicetak dalam dua bahasa
Arab dan Indonesia diberi kata pengantar oleh Syaikh Prof. Dr. Wahbah Mustafa al-
Zuhayli, terbit 2009).
26) Mewaspadai Provokator Haji (Jakarta: 2009).
27) Islam between War and Peace (Pustaka Darus Sunnah: 2009)
28) Kidung Bilik Pesantren (Jakarta: Pustaka Darus Sunnah)
29) Ma’ayir al-Halal wa al-Haram fi al-Ath’imah wa al-Asyribah wa al-Adwiyah wa al-
Mustahdharat al-Tajmiliyyah ‘ala Dhau’i al-Kitab wa al-Sunnah (2010).
30) Kiblat: Antara Bangunan dan Arah Ka’bah (Arab dan Indonesia, terbit tahun 2010)
31) Al-Qiblah ‘ala Dhau’i al-Kitab wa al-Sunnah (2010)
32) 25 Menit Bersama Obama (Masjid Istiqlal, 2010)
33) Kiblat Menurut Al-Qur’an Hadis: Kritik atas Fatwa MUI No. 5/ 2010 (terbit 2011)
34) Ramadhan bersama Ali Mustafa Yaqub (terbit 2011)
35) Cerita dari Maroko (2012)
36) Makan Tak Pernah Kenyang (2012)
37) Ijtihad, Terorisme, dan Liberalisme (dicetak dalam Arab dan Indonesia, tahun 2012)
38) Dalil al-Hisbah (2012)
39) Panduan Amar Makruf Nahi Munkar (dicetak dalam dua versi; Arab dan Indonesia,
2012)
40) Isbat Ramadhan wa Syawwal wal Zulhijjah ‘ala Dhau’i alKitab wa al-Sunnah (2013)
41) Isbat Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah Menurut Al-Kitab dan Sunnah (terbit 2013)
42) Menghafal Al-Qur’an di Amerika Serikat (2014)
43) Al-Thuruq al-Sahihah li Fahmi al-Sunnah al-Nabawiyyah (2014)
44) Cara Memahami Hadis (edisi Indonesia, terbit 2014)
45) Setan Berkalung Sorban (terbit 2014)
46) Al-Wahabiyyah wa Nahdhah al-Ulama; Ittifaq fi Ushul la Ihktilaf (2015)
47) Titik Temu Wahabi-NU
48) Islam is Not Only for Muslims (2016, buku yang belum dilaunching sebab beliau
wafat)
49) Ada Teror di Mekkah (2016, buku ini belum di-launching karena beliau sudah
dipanggil Allah SWT terlebih dahulu).
50) Perluasan Mas’a, Jamarat, dan Mabit di Luar Mina: Kajian Dasar Syar’i (bersama
Tim)5
2. Metode Kritik Hadis Ali Mustafa Yaqub
Menarik untuk menyatakan bahwa pemikiran Ali Mustafa Yaqub tentang hadis
ternyata cukup komprehensif. Metode kritik hadis dalam pemikirannya termasuk di antara
salah satunya. Dalam melakukan kritik hadis, Ali Mustafa Yaqub cenderung melakukan
kombinasi antara kritik sanad dan kritik matan. Kedua kritik itu ia lakukan dengan mengacu
pada kaidah umum takhrij hadis sebagaimana tertulis pada karya-karya ulama hadis seperti
karya Mahmud Thahhan.19 Ciri khas Ali Mustafa Yaqub dalam melakukan kritik hadis
adalah dengan mengutip atau merujuk pendapat ulama-ulama terdahulu maupun ulama
kontemporer. Tindakan merujuk ini dapat dikatakan sebagai bentuk kehati-hatian yang ia
lakukan sebagai imbas dari sejarah pengembaraan keilmuannya di pesantren ketika masih
muda.20 Namun, hal ini bukan berarti Ali Mustafa Yaqub hanya melakukan taqlid tanpa
memiliki pendapat sendiri. Tidak jarang ia melakukan ijtihad mandiri dalam melakukan
penyimpulan kualitas hadis, hanya saja hal itu tetap dilakukan dengan mempertimbangkan
pendapat-pendapat para ulama terkait jarh dan ta’dil para perawi hadis yang diteliti. Lantas,
apabila terdapat perbedaan pendapat di antara ulama mengenai kualitas rawi, maka Ali
Mustafa Yaqub akan berusaha melakukan komparasi antara ulama mutasyaddid, mutawassiṭ,
dan mutasahhil.6
3. pemahaman hadis Ali Mustofa Yakub
.Dalam konstruksi pemahaman hadis, Ali Mustafa Yaqub menyebutkan bahwa pada
dasarnya hadis Nabi harus dipahami secara tekstual atau apa adanya (lafz}iyyah). Jika tidak
memungkinkan, maka sebuah hadis diperbolehkan untuk dipahami secara kontekstual, hadis-
hadis yang mestinya dipahami secara tekstual adalah hadis yang berkenaan dengan perkara
gaib (al-umu>r al-ga>’ibiyyah) dan ibadah murni (al- ‘iba>dah al-mahd}ah). Dengan lebih
terperinci mengenai perkara gaib, Ali Mustafa menyebutkan bahwa perkara gaib dapat
dibedakan menjadi dua kategori: pertama, gaib yang relatif (ga>’ib nisbi>); seperti
keberadaan Kota New York. Bagi orang yang belum berkunjung, kota tersebut masih disebut
gaib tetapi tidak demikian halnya bagi orang yang pernah berkunjung ke sana. Kedua, gaib
mutlak (ga>’ib haqi>qi>), seperti perihal datangnya hari Kiamat, hakikat Allah, surga, neraka
dan sebagainya. Untuk hal-hal seperti ini seyogianya cukup dengan mengikuti petunjuk al-
Qur’an dan hadis Nabi. Tidak ada ruang untuk ditafsirkan secara kontekstual. Kaitannya
dengan ibadah murni (al-‘iba>dah al-mah}d}ah), seperti tata cara salat, puasa, haji dan
sebagainya yang merupakan persoalan antar Tuhan dengan hamba-Nya, menurut Ali Mustafa
5
Nasrullah Nurdin, Prof. Dr. KH. Ali Musthofa Yaqub, MA Muhaddis Nusantara Bertaraf Internasional,
(Jakarta: Jurnal Lektur Keagamaan, No. 1, Vol. XIV, 2016), Hlm. 217-219.
6
M. Rizki Syahrul Ramadhan, Metode Kritik Hadis Ali Mushofa Yaqub; Antara Teori dan Aplikasi,
(Jombang: Nabawi, No. 1, Vol.1, 2020), Hlm. 32-33.
juga tidak layak dipahami secara kontekstual. Teks-teks yang berkaitan dengan hal ini harus
dipahami apa adanya sesuai petunjuk al-Qur’an dan hadis Nabi.
Lebih jauh Ali Mustafa menyebutkan bahwa upaya kontekstualisasi (memahami
secara kontekstual) ibadah murni bisa mengakibatkan substansi teks tersebut kehilangan nilai
universalitasnya, misalnya masing-masing lingkungan atau negara akan membuat aturan salat
sesuai kondisinya. Selanjutnya mengenai pemahaman hadis secara kontekstual, Ali Mustafa
Yaqub menjelaskan bahwa hadis yang dimaksud harus dipahami dengan melihat aspek-aspek
di luar teks itu sendiri; meliputi:
a. sebab-sebab yang melatarbelakangi (asba>b wuru>d al-h}adi>s\).
Bagi Ali Mustafa, mengetahui sebab-sebab yang melatarbelakangi munculnya sebuah
hadis tergolong sesuatu yang sangat urgen untuk mendapatkan pemhaman yang
proporsional dan tepat. Sebagai contoh terkait hadis yang menyebutkan bahwa Nabi
bersabda, “Apabila kalian akan menunaikan salat Jumat, hendaklah mandi terlebih
dahulu.” Berkenaan dengan hadis ini, Ali Mustafa menjelaskan bahwa sebenarnya hadis
ini memiliki sebab khusus. Kala itu, perekonomian para sahabat pada umumnya masih
terbilang sulit sehingga mereka hanya memakai baju wol yang kasar dan jarang dicuci.
Di sisi lain, sebagian besar profesi mereka adalah sebagai petani. Setelah berladang,
banyak di antara mereka yang langsung pergi ke masjid untuk menunaikan salat Jumat.
Singkat cerita, aroma tidak sedap pun menyeruak dan sangat mengganggu para jamaah
lain termasuk Nabi. Tidak heran apabila kemudian beliau bersabda seperti di atas.
Dengan memperhatikan kondisi sosial yang melatarbelakangi sabda di atas, Ali Mustafa
menyimpulkan bahwa Nabi hanya mewajibkan mandi Jumat bagi orang yang badannya
kotor saja.
b. Kedua, lokal dan temporal (maka>ni> wa zama>ni>).
Dalam hal ini Ali Mustafa memberikan contoh hadis yang berbunyi, “Antara timur
dan barat adalah kiblat.” Untuk masyarakat Madinah yang secara goegrafis berada di sisi
utara kabah (Mekkah) pamahaman tekstual terhadap hadis di atas pastinya sangat tepat.
Namun untuk konteks Indonesia yang secara geografis memang berbeda dengan
Madinah, maka tidak ayal lagi, hadis ini harus dipahami secara kontekstual disesuaikan
dengan letak geografis Indonesia. Dengan kata lain, dalam hal ini pertimbangan aspek
lokalitas dan temporalitas sebuah hadis mutlak diperlukan.
c. Ketiga, hubungan kausalitas (‘llah al-kala>m).
Dalam poin ini Ali Mustafa mencontohkan sebuah hadis yang berbunyi, “Seandainya
tidak ada Bani Israil maka makanan tidak akan menjadi basi dan daging tidak akan
membusuk. Seandainya tidak ada H{awa>’ maka tidak akan ada istri yang berkhianat
kepada suaminya.” Hadis ini menurut Ali Mustafa tidak bisa dipahami secara konkrit
kecuali dengan mempertimbangkan pendekatan kontekstual yaitu bahwa sebenarnya
hadis ini merupakan kritik Nabi atas kekikiran orang-orang Yahudi yang tidak mau
memberikan makanannya pada orang lain padahal mereka sendiri tidak siap
menghabiskannya hingga makanan itu pun membusuk.
d. Keempat, sosio-kultural (taqa>li>d).
Sosio-kultural yang dimaksudkan Ali Mustafa dalam konteks hadis adalah dengan
mengaitkan hadis yang dimaksud dengan kondisi sosial masyarakat pada waktu itu.
Misalnya berkenaan dengan sabda Nabi memperbolehkan orang salat meludah di masjid.
Ali menjelaskan bahwa meludah di masjid kala itu tidak menjadi persoalan yang serius
karena masjid pada waktu itu masih beralas pasir atau debu sehingga ludah yang jatuh
akan cepat terserap. Selain itu, pasir Arab dengan udara kering dan panas bisa
menyebabkan bakteri tidak bisa bertahan lama. Kondisi ini tentunya berbeda sekali
dengan realitas hari ini, lantai masjid sudah beralas keramik atau marmer. Meludah di
masjid justru akan megnotori dan membahayakan kesehatan bahkan masjid bisa menjadi
tempat yang sangat menjijikkan sehingga pada gilirannya akan sulit diminati. 7

7
Miski, Pemahaman Hadist Ali Musthofa Yakub (Studi Atas Fatwa Pengharaman Serban Dalam
Konteks Indonesia,……………..Hlm. 19-21

Anda mungkin juga menyukai