Anda di halaman 1dari 3

IMDI UMI bicara Internasionalisasi DDI dan NU

Konsepsi internasionalisasi DDI telah sejak dahulu di gagas oleh Anregurutta KH Abrahman
Ambodalle. demikian ditegaskan oleh Prof. KH Abd Muiz kabry ketika membawakan materi
pada kegiatan KOSMOLOGI (Kursus Arkeologi Pemikiran Kiyai) IMDI (Ikatan Mahasisiwa
DDI) komisriat UMI (Sabtu. 25 Mei 2013) yang dilaksanakan di sekretariat PB DDI jalan Nuri
No 90, yang bertemakan "Dua Abdurrahman, Harmonisasi Pemikiran anregurutta KH
Abdurrahman Ambodalle dan KH Abdurahman Wahid"
Materi Iternasionalisasi DDI dimuat dalam KOSMOLOGI sebagai materi inti. Gagasan yg telah
lama tidak pernah di angkat lagi ini, mencoba dikaji oleh kader-kader IMDI UMI sebagai acuan
arah gerakan kader IMDI nantinya. dimulai dengan Meretas hikayat kronologis Anregurutta KH
Abdrahman Ambodalle dengan sangat sistematis, dengan menganalisis kekuatan masing2
organisasi, maka NU mendapat posisi Pertama dengan basis massa hingga 60 juta, dan
Muhammadiah pada posisi ke dua dengan banyaknya jumlah perguruan tingginya, sedang pada
posisi ke tiga, secara perhitungan matematis, di tempati oleh DDI dengan jumlah pesantren dan
madrasahnya.
Membaca hikayat hidup AG Abdrahman ambo Dalle mulai masa lahirnya, masa kecilnya yang
belajar mengaji membaca al-Quran di kampung halamannya, baik di rumahnya sendiri maupun
di rumah tantenya, Imaddi. Lalu dilanjutkan dengan massara baca (melancarkan dan
memperbaiki bacaan al-Quran menurut kaedah tajwid) di rumah neneknya, La Caco, imam
UjungngE. Ia juga mempelajari baca pitu (qiraat tujuh) dan ilmu-ilmu alat lainnya, seperti
nahwu dan sharaf serta menghafal al-Quran pada seorang hafiz al-Quran, Ustaz H. Muhammad
Ishaq.
Kemudian AG. KH. Abd. Rahman Ambo Dalle melanjutkan pendidikannya menuju kota
Sengkang, ibukota Kabupaten Wajo, selain masuk ke Volk-School juga mengikuti kursus di
Hollandsch-Inlandsche School (HIS) Sengkang. Setelah itu, AG. KH. Abd. Rahman Ambo
Dalle melanjutkan pendidikannya pada Sekolah Guru Syarikat Islam (SI) di Makassar. Tidak
lama kemudian, beliau berhasrat memutar haluan pendidikannya dengan memusatkan
perhatiannya pada pendidikan agama, maka beliau kembali ke Sengkang sambil memasuki
sekolah Darul Ulum yang pimpinan oleh Sayyid Muhammad al-Mahdaliy, juga mengikuti
pengajian kitab (kuning) dengan tekun pada Syekh H. Syamsuddin, Syekh H. Ambo Amme,
Syekh Abd. Rasyid Muhmud al-Jawwad, dan Sayyid Abdullah Dahlan, serta Sayyid Hasan al-
Yamani.
Kemudian pada tahun 1928, ketika itu umurnya sekitar 28 tahun bergabung dengan pengajian
yang didirikan dan dipimpin langsung oleh Gurutta Sade, yang merupakan keturunan bugis
dan belajar di Makkah dan baru datang dari tanah suci Mekkah. Gurutta Sade pada ketika itu
baru berusia 21 tahun, masih sangat muda, tetapi ilmu agamanya amat luas karena beliau sejak
lahir sudah berada di tanah suci Mekkah (gudangnya ilmu pengetahuan agama saat itu).
Selama menuntut ilmu, Ambo Dalle tidak hanya mempelajari ilmu-ilmu Al quran, seperti tajwid,
qiraat tujuh, nahwu, sharaf, tafsir, dan fikih saja, tapi ia juga mengikuti Sekolah Rakyat (Volk
School) pada pagi hari serta kursus bahasa Belanda pada sore hari di HIS Sengkang dan belajar
mengaji pada malam harinya. Selanjutnya mempertajam cakrawala wawasan modernismenya di
Sekolah Guru yang diselenggarakan Syarikat Islam (SI).
Perjuangan memperkaya dan mempercantik khazanah intlektual beliau hingga sampai pada
pengangkatan beliau sebagai Waliullah yg termashur di Sulawesi. Kemampuan dan kecerdasan
AG Ambodalle tidak lepas dari bimbingan guru beliau yaitu AG. KH Muhammad Asad dengan
system pengajaran mono isyara bermimpi. Hal ini terjadi seketika gurutta saade yg memiliki
kebiasaandisetiap selesai shalat subuh dan membawa pengajian, beliau terbiasa menanya murud-
muridnya setiap selesai mengajar dengan pertanyaan siapa yang mendapatkan mimpi. AG
ammbodalle kemudian menceritakan bahwa beliau bermimpu mendaki gunung dan mendapatkan
tiga hal. Yang pertama adalah semangkuk bubur yang kemudian beliau makan habisi semua.
Perjalanan berikutnya menemukan bubur lagi satu kuwali yg menurut beliau habiskan lagi. Lalu
setelah sampai di pincak gunung, Gurutta menemukan kuwali lagi
Dari uraian hikayat diatas kita menemukan bahwa Anregurutta KH Abdrahman Ambo dalle,
memulai perjalanan panjang biografi hidup beliau dengan membangun keunggulan pribadi yaitu
menguasai ilmu-ilmu Fiqhi, hadits, sastra dll. keunggulan individu inilah yg kemudian
mengantar beliau menjadi ulama terkemuka dan sangat dihormati, baik oleh ulama-ulama
sezamannya, lebih lagi oleh para generasi-generasi muda yang melesterikan tradisi pembaharuan
Beliau.
Perjuangan pembaharuan dirintis dan diaktualisasi oleh Anregurutta KH Abdrahman Ambodalle
dan membangun berbagai kemajuan-kemajuan diberbagai bidang kemasyarakatan. Usaha
Internalisasi selanjutnya beliau tempuh dengan membangun organisasi DDI dengan trilogy
gerakannya pada wilayah Dakwah, pendidikan dan usaha social, menjadikan DDI mampu
menjadi organisasi yang terbesar di Sulawesi, sementara itu, untuk mengokohkan kekuatan
organisasi strategi yang ditempuh oleg gurutta ialah dengan mengirim kader-kader DDI untuk
bersekolah di bagian wilayah lain Indonesia atau luar negri, dengan asumsi untuk menimbah
ilmu dan memperkaya khazanah intlektual DDI nantinya, dan/atau dengan tujuan
memperomosikan dan mensosialisasikan gagasan-gagasan pembaharuan DDI ditengah
masyarakat Bugis.
Dan me
Sterategi internasionalisasi berikutnya adalah menerima dan memfasilitasi volunter (Robert king
Ham) untuk nengajarkan Bahasa inggris pada warga DDI. sehingga lahirlah kader-kader DDI yg
fasih berbahasa inggris. Tradisi berbahasa inggris inilah yg kemudian tetap terjaga dan
terpelihara di hampir semua Pondok pesantren DDI yang tersebar di hampir seluruh kota
kabupaten dibagian Indonesia Timur.
Dan selanjutnya, mendatangkan dosen-dosen dari Mesir, sehingga tercatat bahwa dosen Mesir
paling banyak di Indonesia di masanya ada di DDI, dan
proses implementasi Internasionalisasi DDI yaitu dengan menjadikan mazhab Islam ahlussunnah
wal jama'ah sebagai mazhab. yaitu Islam dg 4 ciri: 1. berpedoman pada Qur'an, Hadits, Ijma' dan
Qiyas. 2. Di bidang Fiqih, bermadzhab kepada salah satu madzhab yang empat (Hanafi, Maliki,
Syafii dan Hanbali). 3. Di bidang Aqidah, mengikuti faham Asy'ariyah dan Maturidiyah. 4. Di
bidang Tasawuf, mengikuti Imam Abu Qosim al-Junaidi Al-maturidy, dan merupakan mazhab
terbesar yang di anut oleh masyarakat Muslim Indonesia dan juga islam seluruh dunia. Hingga
istrategi yang beliau tempuh inilah yang menjadikan DDI mampu diterima ddan berkembang
pesat di berbagai wilayah terutama di bagian Indonesia timur.
Berbagai masalah, dalam bagan tubuh DDI tentunya tidak lepas dari dinamika dan dialektika
keorganisasian yang terus mengalir dan berproses menuju penyemepurnaannya. Masalah internal
dalam DDI sungguh sangat mempengaruhi pengembangan organisasi ini. Harapan akan
rekonsiliasi tetaplah patrut kita sampaikan, semoga kedepannya DDI mampu menjadi organisasi
yang mempu menjadi pelopor pembaharuan kembali sebagaimana tujuan awal dirintisnya
organisasi ini. berbagai pengembangan dan kreatifitas masih sangat dibutuhkan dan dididorng
sepenuhnya oleh prof yang kini menjabat sebagai Rais AAM PB DDI priode 2009-2014 ini....

Anda mungkin juga menyukai