Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM

KH. HASYIM ASY’ARI

Dosen Pengampu:

Rosichin Mansur, Dr. S. Fil., M.Pd

Disusun oleh:

1. Elma Savira

2. Nirvana Hidayanti

3. Waafi Mafaaza

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS AGAMA ISLAM

UNISIVERSITAS ISLAM MALANG

TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanyalah milik Allah SWT yang telah memberikan rahmat

serta inayah-nya kepada kita semua. Shalawat serta salam semoga tetap

terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW, beserta

keluarganya, sahabatnya dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan

baik sampai akhir masa.

Alhamdulillah, kelompok kami telah menyelesaikan tugas makalah ini

yang berjudul “KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH.

HASYIM ASY’ARI“ yang disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah

Filsafat Ilmu Pendidikan Islam.

Pada kesempatan kali ini penulis dengan segala kerendahan hati,

mengucapkan terimakasih yang tak terhingga kepada Bapak Rosichin

Mansur, Dr. S. Fil., M. Pd selaku dosen mata kuliah.

Oleh sebab itu kami mohon di bukakan pintu maaf, makalah ini tidak

lepas dari segala kekurangan, karena mengingat pengalaman penulis yang

sangat terbatas, oleh karena itu penulis tidak menutup diri dari segala saran

dan kritikan dari pembaca untuk menyempurnakan makalah ini.

Sebagai penulis, kami sangat berharap supaya makalah ini bermanfaat bagi

setiap orang yang membacanya.

Malang, 20 Maret 2022

Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dari sejak negara Indonesia terlahir di tahun 1945, pendidikan telah

disadari menjadi salah satu tonggak kemajuan bangsa. Pendidikan ibarat

sebuah rahim yang didalamnya terdapat gen-gen dengan komposisi yang

rapih dengan segala benih-benih kapabilitas yang ada. Pendidikan juga

merupakan sebuah iklim yang memenuhi syarat untuk memelihara dan

menumbuh kembangkan segala potensi dan kapabilitas yang diperlukan oleh

masyarakat yang terpendam pada setiap pribadi individu.

Pendidikan juga seperti halnya kesehatan, termasuk kebutuhan pokok

yang harus terpenuhi dalam diri setiap manusia. Pendidikan merupakan usaha

sadar yang dibutuhkan untuk pembentukan manusia demi menunjang

perannya di masa yang akan datang. Oleh karena itu, pendidikan merupakan

proses budaya yang mengangkat harkat dan martabat manusia sepanjang

hayat. Dengan demikian, pendidikan memegang peranan yang menentukan

eksistensi dan perkembangan manusia, maka dari itu perlu adanya motivasi

dalam usaha penggalian potensi, pengarahan (orientasi) dan perencanaan

yang baik dalam pengembangan pendidikan. Di samping itu,

pendidikan merupakan salah satu aspek yang sangat penting untuk

membentuk generasi yang siap mengganti tongkat estafet generasi tua dalam

rangka membangun masa depan, oleh Karena itu pendidikan berperan


mensosialisasikan kemampuan baru supaya mampu mengantisipasi tuntutan

perkembangan zaman yang dinamis.

Dalam kaitannya, demi mengembangkan dan memajukan kualitas

maupun orientasi pendidikan di Indonesia, kita juga perlu memiliki prinsip

dalam mengelola sub-sub sistem pendidikan di dalamnya. Walau

bagaimanapun, prinsip tersebut tidak serta merta sepenuhnya muncul dalam

pandangan seseorang saja, akan tetapi kita perlu mengumpulkan,

memandang, dan menganalisis beberapa pandangan para tokoh pendidikan,

agar tercapai atau mendekati kesempurnaan.

Banyak pemikiran para tokoh pendidikan di dunia, bahkan di negeri kita

tercinta Indonesia sendiri, yang menjadi acuan bagi para praktisi pendidikan

di Indonesia, baik pendidikan di bidang umum maupun agama, khususnya

agama Islam. Salah satu dari beberapa tokoh pendidikan agama Islam yang

terkemuka di Indonesia ialah K.H. Hasyim Asy’ari, yang mana pemikirannya

tentang pendidikan menjadi pandangan banyak terlahir pendidik berkualitas

yang ilmunya belajar dari beliau.

Sesosok ulama yang satu ini sudah begitu akrab di telinga umat Islam

Indonesia khususnya, karena beliau K.H. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri

organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul ulama. Akan tetapi

ketokohan dan keharuman nama beliau bukan hanya karena aktivitas dakwah

beliau sebagai pendiri NU, ini juga karena beliau termasuk pemikir dan

pembaharuan pendidikan Islam.

K.H Hasyim Asy’ari sendiri juga seorang pendidik profesional yang

terkenal dengan ilmunya, kharismanya, dan lembaga pendidikan Islam yang


didirikannya yaitu Pesantren Tebuireng, Jawa Timur. Dari pemikirannya yang

tertulis dalam kitab karangannya berjudul “Adab al-Alim wa al-Muta’allim

fima Yahtaj Ila al-Muta’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma Yataqaff alMu’allim

fi Maqamat Ta’limi”, berisi tentang konsep pendidikan yang banyak

ditekankan pada etika akhlak dalam pendidikan.

Seperti yang dikatakan seorang ilmuwan yang cukup terkenal yakni

Albert Einstein bahwa Pengetahuan tanpa agama adalah buta dan agama

tanpa pengetahuan adalah pincang. Pernyataan tersebut menunjukkan bahwa

agama dan ilmu pengetahuan tidak dapat dipertentangkan karena keduanya

merupakan kedua hal yang perlu disatukan untuk membuat manusia berada

dalam kemajuan namun sekaligus tetap religius.


B. Rumusan Masalah

1. Biografi Singkat K.H Hasyim Asy'ari?

2. Latar Pendidikan Singkat K.H Hasyim Asy'ari?

3. Pemikiran Pendidikan Islam K.H Hasyim Asy'ari?

4. Konsep Pendidikan Islam menurut KH Hasyim Asy'ari?

5. Kontribusi Pemikiran K.H Hasyim Asy'ari ?

C. Tujuan

1. Memahami Biografi Singkat K.H Hasyim Asy'ari!

2. Memahami Latar Pendidikan Singkat K.H Hasyim Asy'ari!

3. Memahami Pemikiran Pendidikan Islam K.H Hasyim Asy'ari!

4. Memahami Konsep Pendidikan Islam menurut KH Hasyim Asy'ari!

5. Memahami Kontribusi Pemikiran K.H Hasyim Asy'ari


BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi Singkat KH. Hasyim Asy’ari

Nama lengkap K.H Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim

Asy’ari ibn‘Abdul al-Wahid ibn‘Abdul al-Halim. Tempat lahir di desa

Nggedang sekitar dua kilometer sebelah Timur Kabupaten Jombang, Jawa

Timur, pada hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan

tanggal 14 Februari 1871 M.

Ibunya adalah Halimah yaitu putri dari Kiai Ustman yang merupakan

guru K.H Hasyim Asy’ari sewaktu mondok di pesantren. Ayahnya bernama

Asy’ari yang tergolong santri pandai yang mondok di Kiai Ustman, hingga

akhirnya karena kepandaian dan akhlak luhur yang dimiliki, beliau yang

sebagai ayahnya diambil menjadi menantu Kiai Ustman dan menikah dengan

Halimah. Sementara kiai Ustman sendiri adalah kiai terkenal di masa itu

sebagai pendiri pesantren Gedang yang didirikannya pada akhir abad ke-19.

K.H Hasyim Asy’ari wafat pada jam 03:45 dini hari tanggal 25 Juli

1947 bertepatan dengan 7 Ramadhan tahun 1366 H, dalam usia 79 tahun Hal

ini terjadi setelah beliau mendengar berita dari Jenderal Sudirman dan Bung

Tomo bahwa pasukan Belanda di bawah pimpinan Jenderal Spoor telah

kembali ke Indonesia dan menang dalam pertempuran di Singosari (Malang)


dengan meminta banyak korban dari rakyat biasa, beliau sangat terkejut

dengan peristiwa itu, sehingga terkena serangan struk yang menyebabkannya

meninggal dunia.

Berdasarkan biografi K.H Hasyim Asy’ari tersebut kita sama-sama

mengetahui bahwa ayah beliau adalah seorang Kiai yang berakhlak luhur dan

kepandaiannya, tak mengherankan jika K.H Hasyim Asy’ari menjadi seorang

tokoh yang sangat terkenal pada masanya hingga saat ini. Berkat ibu dan

ayahnya juga keluarga beliau yang berasal dari keluarga yang memiliki

pengetahuan agama Islam yang luas dan mendalam. Menjadikan K.H Hasyim

Asy’ari yang cerdas, bijaksana, berakhlak serta menjadi ulama yang terkenal.

B. Latar Pendidikan Singkat KH. Hasyim Asy’ari

Masa kecil K.H. Hasyim Asy’ari banyak dihabiskan menimba ilmu

agama Islam, adapun guru pertama K.H. Hasyim Asy’ari adalah ayahnya

sendiri. Beliaulah yang mengajar dan mendidiknya dengan tekun sehingga

K.H. Hasyim Asy’ari dapat membaca Kitab Suci Al-Quran dan literatur-

literatur islam lainnya. Setelah mulai mahir membaca Kitab Suci Al-Quran

baru beliau dimasukkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi yaitu

pesantren Wonokojo di Probolinggo, dari pondok inilah santri yang cerdas

tersebut berpindah lagi ke Bangkalan, yaitu di sebuah pesantren yang diasuh

oleh Kyai Kholil. Terakhir sebelum belajar ke mekkah beliau sempat nyantri

di Pesantren Sewalan Panji, Sidoarjo. Pada pesantren ini yang terakhir inilah

ia diambil sebagai menantu oleh Kyai Ya’kub, pengasuh pesantren tersebut


yaitu pada tahun 1892 K.H. Hasyim Asy’ari menikah dengan khadijah, putri

Kyai Ya’kub.

K.H. Hasyim Asy’ari merupakan salah seorang sosok yang tumbuh

dewasa dan menghabiskan waktu hidupnya di pondok pesantren. Pendidikan

pesantren yang begitu telah khas yang membesarkannya menjadi sosok alim

dalam hal keagamaan. Kepribadian beliau yang sangat disiplin terhadap

waktu menjadikan beliau mampu menggunakan waktunya dengan sebaik

mungkin.

Setelah lebih kurang tujuh tahun belajar di Kota suci Mekkah, pada

tahun 1899/1900, beliau kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren

ayahnya, baru kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerah sekitar

Cukir, Pesantren Tebu Ireng, pada tanggal 6 Februari 1906.

Dari pesantren inilah banyak timbul ulama-ulama untukwilayah jawa

dan sekitarnya. Keberhasilannya ini antara lain didukung oleh kepribadiannya

yang luhur serta sikap pantang menyerah, di samping memiliki kekuatan

spiritual yang dikenal dengan nama karamah.

Penting untuk dicatat bahwa mengajar merupakan profesi yang

ditekuninya. Sejak masih dipondok, beliau telah dipercaya untuk

membimbing/mengajar santri baru. Ketika di Makkah, ia juga sempat

mengajar. Demikian pula ketika kembali ke tanah air, K.H Hasyim Asy’ari

mengabdikan seluruh hidupnya untuk agama dan bangsa. Kehidupannya

banyak tersita untuk para santrinya. beliau terkenal dengan disiplin waktu

(istiqomah).
Berdasarkan beberapa sumber yang penulis temukan K.H Hasyim

Asy’ari bukanlah seorang aktivis politik juga dan bukan musuh utama

penjajahan belanda. Beliau ketika itu belum peduli untuk menyebarkan ide-

ide politik dan umumnya tidak keberatan dengan kebijakan belanda selama

tidak membahayakan keberlangsungan ajaran-ajaran agama Islam. Dalam

kaitan ini, beliau tidaklah seperti H.O.S. Cokroaminoto dan Haji Agus Salim,

pemimpin utama syarikat islam, atau Ir. Soekarno, pendiri Partai Nasional

Indonesia dan kemudian menjadi presiden pertama Indonesia, yang

memfokuskan diri pada isu-isu politik dan bergerak terbuka selama beberapa

tahun untuk kemerdekaan Indonesia. Meskipun demikian, K.H. Hasyim

Asy’ari dapat dianggap sebagai pemimpin bagi sejumlah tokoh politik dan

sebagai tokoh pendiri Nahdalatul Ulama’.

C. Pemikiran Pendidikan Islam KH. Hasyim Asy’ari

Berdasarkan Sisi pendidikan yang cukup menarik perhatian dalam

konsep pendidikan K.H Hasyim Asy’ari adalah sikapnya yang sangat

mementingkan ilmu dan pengajaran. Kekuatan dalam hal ini terlihat pada

penekanannya bahwa eksistensi ulama, sebagai orang yang memiliki imu,

menduduki tempat

yang tinggi. Menurut K.H Hasyim Asy'ari bahwa tujuan utama ilmu

pengetahan adalah mengamalkan. Hal itu dimaksudkan supaya ilmu yang

dimiliki menghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan akhirat kelak.

Terdapat dua hal yang harus diperhatikan dalam menuntut ilmu, yaitu :
1. Untuk bagi murid hendaknya berniat suci dalam menuntut ilmu, jangan

sekali-kali berniat untuk hal-hal duniawi dan jangan melecehkannya atau

menyepelekannya.

2. Untuk bagi guru dalam mengajarkan ilmu hendaknya meluruskan niatnya

terlebih dahulu, tidak mengharapkan materi semata.

Pemikiran beliau tentang hal tersebut di atas, dipengaruhi oleh pandangannya

akan masalah sufisme (tasawuf), yaitu salah satu persyaratan bagi siapa saja

yang mengikuti jalan sufi menurut beliau adalah “niat yang baik dan lurus”.

Berdasarkan pemaparan tersebut, menuntut ilmu atau belajar

merupakan ibadah untuk mencari ridha Allah SWT, yang mengantarkan

manusia untuk memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat, karenanya belajar

harus diniatkan untuk mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai Islam,

bukan hanya untuk sekedar menghilangkan kebodohan.

Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu menghantarkan umat

manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai

kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan

penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang

lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan panduan Kitab Suci Al-Quran,

hadits, buku sejarah pendidikan Islam. Intinya rajin-rajin belajar dengan

membudayakan membaca, mendengar, memahami materi setiap pelajaran

yang di ampu dan semoga setiap ilmu pengetahuan yang kita pahami tidak

menjadi diri kita sombong dan dapat kita saling share ilmu yang kita mampu
supaya ilmu pengetahuan yang kita punya berkah dan mengalir amalan pahala

dari amalan pahala yang tak terputus yaitu Ilmu yang Bermanfaat.

Etika yang harus diperhatikan dalam belajar adalah membersihkan

hati dari berbagai gangguan keimanan dan keduniaan. Membersihkan niat,

tidak menunda-nunda kesempatan belajar, bersabar dan qanaah, pandai

mengatur waktu, dan menghindari kemalasan. K.H Hasyim Asy’ari

menjelaskan tinginya status menuntut ilmu dan ulama’ dengan menggunakan

dalil bahwa Allah SWT akan mengangka derajat orang beriman dan berilmu.

Sebagaimana dalam firman Allah SWT dalam surat Al-Mujadillah Ayat 11 :

Artinya : "Wahai orang-orang yang beriman! Apabila dikatakan kepadamu,

Berilah kelapangan di dalam majelis-majelis, maka lapangkanlah, niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan, Berdirilah

kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang

yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat.

Dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa yang kamu kerjakan." Tafsir

Kemenag RI (QS. Al-Mujadilah 58:11).

Berdasarkan pemaparan di atas ada baiknya jika kita sebelum dan

sesudah belajar untuk memperhatikan kembali hati kita. Untuk senantiasa

bersih dan suci serta terjaga dari perbuatan-perbuatan yang dapat mengotori

hati kita. Dengan banyak melakukan kebaikan yang bermanfaat dapat

menjadikan hati kita menjadi bersih dan suci. Etika seorang murid terhadap

guru adalah hendaknya selalu memperhatikan dan mendengarkan guru saat

menerangkan materi, mengikuti jejak guru, memuliakan guru, berbicara

dengan sopan dan lembut dengan guru. Etika murid terhadap pelajaran adalah
memperhatikan ilmu yang bersifat fardhu‘ain, senantiasa menganalisa dan

menyimak ilmu, bila terdapat hal-hal yang belum dipahami hendaknya

ditanyakan, pancangkan cita-cita yang tinggi, kemanapun pergi dan

dimanapun berada jangan lupa membawa catatan. Pelajari pelajaran yang

telah dipelajari dengan kontinyu (istiqamah) dan tanamkan rasa antusias

dalam belajar.

Dalam konsep pendidik menurut beliau bahwa pendidik itu harus

memiliki ilmu yang mumpuni, kewibawaan dan keteladaan, tekun, ulet,

bertekad menyebarluaskan ilmu, kebenaran demi kebaikan, ikut berbaur

dengan masyarakat, Dari tujuan pendidikan yang dilontarkan oleh K.H

Hasyim Asy'ari Tujuan Pendidikan Islam dinyatakan sukses betull, apabila

dapatmencetak lulusan siswa menjadi seorang ulama yang intelektual Islami

dan serta terus maju sejalan dengan derasnya perkembangan zaman yang

semakin pesat maju.

D. Konsep Pendidikan Islam menurut KH Hasyim Asy'ari

Menurut KH. Hasyim Asy’ari keutamaan ilmu dan ahlinya yang telah

disebutkan semuanya ada dalam pribadi ‘ulama yang mengamalkan ilmunya,

yang bagus amalnya dan yang bertaqwa yaitu orang-orang yang dengan

ilmunya berniat untuk mencari dzat Allah dan derajat mulia di sisiNya

dengan mendapatkan surga tempat kenikmatan. Bukan orang yang berniat

mencari keduniaan baik berupa pangkat, harta atau bersaing mendapatkan

pengikut dan santri/siswa banyak sebagai sumber pokok pedoman pendidikan


Islam bagi umat manusia, alQur’an mengandung dan membawakan nilai-nilai

yang membudayakan manusia, hampir dua pertiga ayat-ayat al-Qur’an

mengandung motivasi kependidikan Islam bagi umat manusia. Pola dasar

pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam merupakan pondasi

sturktural pendidikan Islam. Ia melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem

pendidikan yang mendukung, menjiwai, memberi corak dan bentuk proses

pendidikan Islam yang berlangsung dalam berbagai model kelembagaan

pendidikan yang berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang.

Sejalan dengan apa yang sudah dipaparkan panjang di atas, bahwa al-

Qur’an dan Sunnah Nabi Muhammad (hadis) menjadi dasar utama dalam

penyelenggaraan pendidikan Islam, karena hanya dengan berlandaskan al-

Qur’an dan Hadis proses berjalannya pendidikan Islam pada suatu lembaga

pendidikan akan mampu menghantarkan peserta didik yang sesuai dengan

tujuan pendidikan Islam menurut KH. Hasyim Asy’ari. Begitu juga dengan

dasar pendidikan Islam, sebagaimana yang dikemukakan oleh KH. Hasyim

Asy’ari, bahwa pemikiran pendidikan Islam yang berdiri sendiri dan

berlainan dengan beberapa corak, tetapi pendidikan Islam tetap berpegang

teguh pada semangat al-Qur’an dan Hadis, yang terlihat pada karya

monumental tentang pendidikan Islam, yakni Adabul al-‘Alim wa al-

Muta’allim.

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ajaran yang berisikan tentang

prinsipprinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan. Sebagai

contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat Luqman

ayat 12-19. Cerita itu menggariskan prinsip materi ilmu pengetahuan. Ayat
lain menceritakan tujuan hidup dan tentang nilai suatu kegiatan amal saleh.

Itu berarti bahwa kegiatan pendidikan Islam harus mendukung tujuan hidup

tersebut. Oleh karena itu pendidikan Islam harus menggunakan al-Qur’an

sebagai sumber utama dalam merumuskan berbagai teori tentang pendidikan

Islam. Dengan kata lain, pendidikan Islam harus berlandaskan ayat-ayat al-

Qur’an yang penafsirannya dapat dilakukan berdasarkan ijtihad yang

disesuaikan dengan perubahan dan pembaharuan.

Menurut KH. Hasyim Asy’ari al-Qur’an merupakan sumbernya

segala ilmu, induk ilmu dan ilmu yang paling penting dari sekian macam

banyak ilmu. Semua ilmu berasal dari al-Qur’an bahkan sebelum ilmu itu ada

Al-Quran sudah menjelaskan ilmu dengan pembuktian kejadian-kejadian

alam. Dari tiap-tiap bidang studi, dibuat satu rangkuman lalu dihubungkan

dengan Al-Qur’an. Dan suatu ilmu hadits adalah salah satu sayap ilmu

syari’at. Sedangkan sayap yang satunya adalah al-Qur’an yang menerangkan

berbagai macam masalah baik di dunia maupun di akhirat kelak. Dalam

fatwanya Imam asy-Syafi’i berkata “Barang siapa yang memakai dasar hadits

maka kuatlah argumentasinya”.

E. Kontribusi Pemikiran K.H Hasyim Asy'ari dalam pengembangan

Pendidikan Saat Ini.

Alasan Logis kenapa pesantren Tebu Ireng menjadi symbol atas

kontribusi pemikiran K.H Hasyim Asy'ari terhadap Pendidikan adalah

sebagai berikut :
Pertama, menurut Zamakhsyari. Tebu ireng telah memainkan peranan

dominan dalam pelestarian dan pengembangan tradisi pesantren di abad ke-

20 dan telah pula menjdai sumber penyedia (supplier) yang paling penting

untuk kepemimpinan pesantren diseluruh Jawa dan Madura sejak tahun 1910-

an. Kebanyakan para pemimpin pesantren di Jawa dan Madura di abad ke-20

adalah hasil didikan Pesantren Tebuireng. Dawam Rahardjo dalam bukunya

pesantren dan pembaruan mencatat bahwa lebih dari 500 madrasah memiliki

murid lebih dari 200.000 orang berafiliasi kepada Tebuireng pada tahun 1974.

Kedua, lebih lanjut Zamakhsyari mengatakan, Pesantren Tebuireng telah

memainkan peranan yang menentukan dalam pembentukan dan

pengembangan Jam‟iyah Nahdlatul Ulama, yang sejak didirikannya pada

tahun 1926, telah turut mengambil bagian yang cukup penting dalam

kehidupan politik di Indonesia.

Menurut Suwendi, tepat pada tanggal 26 Rabiul Awal 1320 H.,

bertepatan 6 Februari 1906 M., K.H. Hasyim Asy‟ari mendirikan pondok

pesantren Tebuireng. Di pesantren inilah K.H. Hasyim Asy‟ari banyak

melakukan aktivitas-aktivitas kemanusiaan sehingga ia tidak hanya berperan

sebagai pemimpin pesantren secara formal, tetapi juga pemimpin masyarakat

secara informal.

Melalui Pondok Pesantren Tebuireng ini, K.H. Hasyim Asy‟ari

sebenarnya memiliki gagasan dan pemikiran pendidikan yang paling tidak

tersimpul dalam dua gagasan, yaitu metode musyawarah dan sistem

Madrasah dalam pesantren. Selain sorogan dan bandongan,

K.H. Hasyim Asy‟ari menerapkan metode musyawarah khusus pada


santrinya yang hampir mencapai kematangan. Husen Haikal mengatakan,

Metode musyawarah ini dikembangkan menyerupai diskusi yang terjadi

diantara santri kelas tingginya. Metode musyawarah beda dengan metode

debat (munadharah), di dalam musyawarah, yang terjadi adalah keterbukaan,

toleransi, dan sikap yang wajar untuk memberikan penghargaan kepada

pendapat lawan. Yang dicari adalah kebenaran dan mengusahakan

pemecahan terbaik.

Selain metode musyawarah, K.H. Hasyim Asya‟ri juga melopori

adanya madrasah dalam pesantren. Menurut Mukti Ali, sistem pendidikan

agama yang paling baik di Indonesia adalah model madrasah dalam

pesantren. Namun, sebagaimana layaknya pesantren, pesantren tebuireng

tetap menyelenggarakan pengajian kitab kuning.

Secara global menurut Abdurrahman Wahid, sampai saat ini

pendidikan tradisional yakni pondok pesantren memiliki kelebihan- kelebihan

tersendiri, di samping kelemahan-kelemahan sebagaimana lazimnya institusi

kehidupan diantara kelebiahan tersebut adalah : Pertama, kemampuan

menciptakan sebuah sikap hidup universal yang merata yang diikuti oleh

semua warga pesantren sendiri dilandasi oleh tata nilai, Kedua, kemampuan

memelihara subkulturnya yang unik.

Nurcholis Madjid mengataka bahwa Pada tahun 1930-an Soetomo

menganjurkan agar asas-asas sistem pendidikan pesantren digunakan sebagai

dasar pembangunan pendidikan nasional Indonesia. Hal ini dikarnakan,

sistem pendidikan Islam tradisional memiliki ruh atau spiritualitas moral,

sebab pendidikannya yang religious.


Kalau dicermati lebih lanjut, kemajuan pendidikan pesantren tersebut

tidak akan lepas dari peran NU yang juga menjadi kendaraan perjuangan

K.H. Hasyim Asy‟ari, karena segala apapun yang ada dalam tubuh NU adalah

segala apapun yang ada dalam tubuh (pendidikan) pesantren, ini terbukti jika

sejak kelahirannya NU diprakarsai oleh tokoh (Kiai) dari pesantren yakni

KH. Hasyim Asy‟ari dan KH. Wahab Hasbullah.

Nurcholish Madjid menyebut pesantren sebagai lembaga pendidikan

ter-genuine dan mengandung makna keindonesiaan (indigenous). Ia

mengatakan bahwa pesantren atau pondok adalah lembaga yang bisa

dikatakan merupakan wujud proses wajar perkembangan sistem pendidikan

nasional. Pesantren tidak hanya identik dengan keislaman, melainkan juga

mengandung makna keaslian Indonesia (indigenous). Kemudian gagasan

K.H. Hasyim Asy'ari sangat cocok untuk membentengi masyarakat dari

dekadensi moral dan menjaga matan agama dari pengaruh liberalisasi dan

skularisasi dewasa ini. Model pengajaran dengan sistem sorogan dan

bandongan disamping dapat mengawal moralitas anak didik melalui

hubungan yang erat antara guru dan murid juga sangat efektif untuk menjaga

otentisitas matan agama.


BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Nama lengkap K.H Hasyim Asy’ari adalah Muhammad Hasyim

Asy’ari ibn‘Abdul al-Wahid ibn‘Abdul al-Halim, lahir di desa Nggedang

sekitar dua kilometer sebelah Timur Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Pada

hari Selasa kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287, bertepatan tanggal 14

Februari 1871 M.

Masa kecil K.H. Hasyim Asy’ari banyak dihabiskan menimba ilmu

agama Islam, berdasarkan referensi K.H. Hasyim Asy’ari merupakan salah

seorang sosok yang tumbuh dewasa dan menghabiskan waktu hidupnya di

pondok pesantren. Pendidikan pesantren yang begitu telah khas yang

membesarkannya menjadi sosok alim dalam hal keagamaan. Kepribadian

beliau yang sangat disiplin terhadap waktu menjadikan beliau mampu

menggunakan waktunya dengan sebaik mungkin dan serta sikap pantang


menyerah, di samping memiliki kekuatan spiritual yang dikenal dengan nama

karamah, beliau sesosok ulama yang sudah begitu akrab di telinga umat Islam

Indonesia khususnya, karena beliau K.H. Hasyim Asy’ari merupakan pendiri

organisasi Islam terbesar di Indonesia yaitu Nahdlatul ulama. Akan tetapi

ketokohan dan keharuman nama beliau bukan hanya karena aktivitas dakwah

beliau sebagai pendiri NU, ini juga karena beliau termasuk pemikir dan

pembaharuan pendidikan Islam.

Dengan demikian, pendidikan hendaknya mampu menghantarkan

umat manusia menuju kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat.

Pendidikan hendaknya mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai

kebajikan dan norma-norma Islam kepada generasi penerus umat, dan

penerus bangsa. Umat Islam harus maju dan jangan mau dibodohi oleh orang

lain, umat Islam harus berjalan sesuai dengan panduan Kitab Suci Al-Quran,

hadits, buku sejarah pendidikan Islam. Intinya rajin-rajin belajar dengan

membudayakan membaca, mendengar, memahami materi setiap pelajaran

yang di ampu dan semoga setiap ilmu pengetahuan yang kita pahami tidak

menjadi diri kita sombong dan dapat kita saling share ilmu yang kita mampu

supaya ilmu pengetahuan yang kita punya berkah dan mengalir amalan pahala

dari amalan pahala yang tak terputus yaitu Ilmu yang Bermanfaat.

Pola dasar pendidikan Islam yang mengandung tata nilai Islam

merupakan pondasi sturktural pendidikan Islam. K.H Hasyim Asy'ari

melahirkan asas, strategi dasar, dan sistem pendidikan yang mendukung,

menjiwai, memberi corak dan bentuk proses pendidikan Islam yang


berlangsung dalam berbagai model kelembagaan pendidikan yang

berkembang sejak 14 abad yang lampau sampai sekarang.

B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai penjelasan Memahami

Materi "KONSEP PEMIKIRAN PENDIDIKAN ISLAM KH. HASYIM

ASY’ARI" yang menjadi pokok pembahasan makalah ini, tentunya makalah

ini masih banyak kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA

Mastuki HS., Intelektual Pesantren; potret tokoh dan cakrawala pemikiran


di era perkembangan pesantren. Jakarta: Diva Pustaka. 2003

Muhammad Hasyim Asy’ari, 1415 H. Adabul Alim Wa Al-Muta’allim,


Jombang: Maktabah al_Turats al-Islamy

Lathiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama. Biografi K.H. K.H.


Hasyim Asy’ari, Yogyakarta:LKis. 2000.

Husen Haikal, “Beberapa Metode Dan Kemungkinan Penerapannya Di


Pondok Pesantren” dalam M. Dawam Rahardjo, 1985, Pergulatan Dunia
Pesantren: Membangun Dari Bawah. Jakarta: P3M.

Ibnu Hadjar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kuantitatif


dalam Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada. 1996.
Imam Bahawani, Segi-segi pendidkan islam .Surabaya: Al-Ikhlas, 1987.

http://mohromlie.blogspot.com/2013/06/konsep-pendidikan-kh-hasyim-

asari.html

https://www.kompasiana.com/arvland13/5e86ae4fd541df2826658282/

pemikiran-pendidikan-menurut-k-h-hasyim-asy-ari

Anda mungkin juga menyukai