Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN DAN PENDIDIKAN ISLAM 1


“Pemikiran Pendidikan K.H Hasyim Asy’ari Dalam Sejarah”

DOSEN PEMBIMBING
Robi Kurniawan, S.Ag.,M.A

Di susun Oleh:

Muhammad Ilham (23004274)

SEKOLAH TINGI AGAMA ISLAM IBNU SINA


BATAM

2023/2024
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT yangtelah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga saya menyelesaikanmakalah ini
yang Alhamdulillah selesai tepat pada waktunya yang berjudul :
Pemikiran Pendidikan K.H Hasyim Asy‟Ari”
Makalah ini berisikan tentang pemikiran pemikiran pendidikan K.H Hasyim
Asy‟ari.Saya menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dansaran dari Dosen dan Teman-teman yang bersifat membangun
selalu sayaharapkan demi lebih baiknya makalah ini.Akhir kata, semoga makalah
ini bisa dapat bermanfaat dan bisa menambah wawasan bagi kita semua dansmoga
Allah SWT senantiasa meridohi segala usaha kita.
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan hendaknya mampu mengantarkan umat manusia menujukemaslahatan,
menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknyamampu
mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebijakan dan norma-norma islam
kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat islamharus maju dalam
berbagai keilmuan agar kita tidak di bodohi oleh bangsaatau umat yang tidak
searah dengan kita. Umat islam harus sejalan dengan sesuai nilai dan norma-norma
islam.
Menurut ilmu K.H Hasyim Asy‟ari merupakan ibadah untuk mencari ridha
Allah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan di duniadan
akhirat. Karenanya belajar harus di niatkan untuk mengembangkan
danmelestarikan nilai-nilai islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan
kebodohan.

B. Rumusan Masalah
Dari uraian di atas pemakalah dapat menguraikan beberapa masalah :
1 Bagaimana Biografi KH. Hasyim Asy‟ari ?
2. Apa saja pemikiran-pemikirannya dalam pendidikan islam ?
BAB II

PEMBAHASAN

A. Biografi K.H. Hasyim Asy’ari

Nama lengkap K.H. Hasyim Asy‟ari adalah Muhammad Hasyim Asy‟ari


Ibn Abd alWahid ibn „Abd al-Halim yang mempunyai gelar Pangeran Bona-ibn al-
Rahman yang dikenal Jaka Tingkir Sultan Hadiwijoyo-ibn Abdulla ub Abdu al-
Aziz ibn Abd al-Fatih ibn Maulana Ishaqdari Raden „Ain al-Yaqinyang disebut
dengan Sunan Giri.
1.Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerahJombang, Jawa Timur, pada hari selasa
Kliwon pada tanggal 14 Februari1871.
2.K.H. Hasyim Asy‟ari wafat pada jam 03:45 dini hari padatanggal 25Juli 1947
bertepatan dengan 7 Ramadhan tahun 1366 dalam usia 79 tahun.
3.Semasa hidupnya, ia mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri,terutama
pedidikan dibidang ilmu-ilmu Al-qur‟an dan literatur agama lainnya.
Setelah itu, selain itu ia menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren,
terutama di Jawa, yang meliputi Shona, Siwalan Buduran, Langitan
Tuban, Demangan Bangkalan, dan Sidoarjo, ternyata K.H. Hasyim Asy‟ari
merasa terkesan untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada K.H.
Ya‟qub yang merupakan Kiai di pesantren tersebut. Kiai Ya‟qub lambat
launmerasakan kebaikan dan ketulusan Hasyim Asy‟ari dalam perilaku
kesehariannya, sehingga kemudian ia menjodohkannya dengan puterinya,Khadijah.
4.Tepat pada usia 21 tahun, tahun 1892, Hasyim Asy‟ari melangsungkan nikahan
dengan putri K.H. Ya‟qub tersebut.
Tidak banyak para ulama dari kalangan tradisional yang menulis buku.
Akan tetapi tidak demikian dengan K.H. Hasyim Asy‟ari. Tidak kurang dari
sepuluh kitab disusunya,antara lain :
1. Adab al-Alim wa al-Muta‟allim fima yahtaj ilah alMuta‟allim fi Ahuwal
Ta‟allum wa ma Yataqaff al Mu‟allim fi Maqamat Ta‟limih.
2.Zidayat Ta‟liqat, Radda fiha Mandhumat al-Syaikh “abd Allah binYasin
al- Fasuranni Allati Bihujubiha „Ala ahl Jami‟iyyah NadrathulUlama.
3. Al-Tanbihat al-Wajibat liman Yashna al-Maulid al-Munkarat.
4. Al-Risalat al- Jami‟at, sharh fiha ahwaal al-Mautta wa Asyinath al-Sa‟at
ma‟Bayan Mafhum al -Sunnah wa al- Bid‟ah.
5. Al-Nur al-Mubin fi Mahabbah Sayyid al-Mursalin,bain fihi Ma‟na
a- Mahabbah Lirasul Allah wa ma Yata‟allaq biha Man Ittaba‟iha waihya al-
Sunnatih
6. Hasyiyah „ala fath al -Rahman bi Syarth Risalat al-Wali Ruslan liSyaikh al-
Islam Zakariya al-Ansbari
7.Al-Durr al-Muntasirah fi Masail al-Tis‟i Asyrat,Sharh fiha Masalat al -Thariqah
wa al-Wilayah wa ma Yata‟Allaq bihima min al -Umur al- Muhimmah li Ahl al-
Thariqah.
8.Al-Tibyan fi al- Nahy „an Muqathi‟ah al -Ikhwan, bain fih ahammiyat shillat al-
rahim wa Dhurar qath‟iha
9.Al-Risalat al-Tauhidayah,wahiya Risalah Shaghiratfi Bayan „Aqiqah AhlSunnah
wa al-Jamaah
.10.Al-Qalaid fi Bayan ma Yajib min al-“aqaid.
Disamping bergerak dalam dunia pendidikan, Kyai Hasyim menjadi printis
dan pendiri organisasi kemasyarakatan NU (Nahdlatul Ulama), sekaligus
sebagai Rais Akbar. Ia wafat di tebu ireng,jombang dalam usia

79 Tahun,tepatnya tanggal 25 juli 1947 H/7 Ramadhan 1366 H.

B. PEMIKIRAN TENTANG PENDIDIKAN


Salah satu karya monumental K.H. Hasyim Asy‟ari yang berbicara tentang
Pendidikan adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim fima Yahtaj Ilah al
Muta‟alim fi Ahuwul Ta‟allum wa ma Yataqaff al Mu‟alim fi MaqamatTa‟limih
yang di cetak pertama kali pada tahun 1945 H. Sebagaimanaumumnya kitab
kuning, pembahasan terhadap masalah pendidikan etika.Meski demikian tidak
menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya.Keahliannya dalam bidang hadist
ikut pula mewarnai isi kitab tersebut.Sebagai bukti adalah dikemukakannya
beberapa hadist sebagai dasar dari penjelasannya, disamping beberapa ayat al-
Qura‟an dan pendapat para ulama.
Untuk memahami pokok pikirannya dalam kitab tersebut perlu pul
di

perhatikan latar belakang ditulisnya kitab tersebut. Penyusunan karya


ini boleh jadi didorong oleh situasi pendidikan yang padat saat itu mengalami peru
bahan dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisional)yang sudah
mapan kedalam bentuk baru (modern) akibat dari pengaruh sistem
pendidikan barat (Imperalis Belanda) di terapkan di Indonesia. Karyanya inimeruju
k pada kitab-kitab yang ditelaahnya dari berbagai ilmu yang langsungditerima dari
para gurunya ditambah dengan berbagai pengalaman yang pernah di jalaninya.
Ia memulai tulisannya dengan sebuah pendahuluan yang menjadi
pengantar bagi pembahasan selanjutnya. Kitab tersebut tersebut terdiri dari 8Bab,y
aitu : keutamaan ilmu serta keutamaan belajar mengajar, etika yangharus
diperhatikan dalam belajar mengajar, etika seorang murid terhadapguru,etika
murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang harus dipedomani
bersama guru; etika yang harus di pedomani seorang guru, etika guru ketikaakan
mengajar, etika guru tegadap murid-muridnya dan etika terhadap buku,alat untuk
memperoleh pelajaran dan hal-hal yang berkaitan dengannya. Daridelapan bab
tersebut dapat dikelompokkan dalam 3 kelompok yaitu :signifikan pendidikan,
tugas dan tanggung jawab seorang murid,dan tugas dantanggung jawab seorang
guru.Sedangkan penelitian terakhir menelusurikonsep etika belajar-mengajar
dalam prespektif K.H Hasyim Asy‟ari dan implikasinya bagi dunia pendidikan.

Signifikan Pendidikan
Dalam membahas masalah ini, ia banyak mengutip ayat-ayat al-Qur‟anYang
menjelaskan tentang keutamaan ilmu dan orang yang ahli ilmu. Tidakcukup hanya
ayat-ayat al-Qur‟an pembahasan dalam bab pertama tersebutdilengkapi dengan
berbagai hadist Nabi dan pendapat para ulama,yangkemudian di ulas dan
dijelaskan dengan singkat dan jelas. Iamisalnya,menyebutkan bahwa tujuan utama
ilmu pengetahuan adalah mengamalkannya. Hal yang demikian dimaksudkan agar
ilmu yang dimilikimenghasilkan manfaat sebagai bekal untuk kehidupan diakhirat
kelak Mengingat begitu pentingnya, maka syariat mewajibkan untuk menuntutn
yadengan memberikan pahala yang besar. Pada bagian lain juga dijelaskan bahwa
ilmu merupakan sifat yang menjadikan jelas identitas pemiliknya.Dalam tulisan
selanjutnya di kemukakan bahwa bertauhid mengharuskanadanya keimanan. Maka
barang siapa yang beriman maka ia harus bertauhid.Keimanan mewajibkan adanya
syariat,sehingga orang yang tidak menjalankansyariat maka ia berarti tidakberiman
dan tidak bertauhid. Sementara orangyang bersyariat harus beradab. Demikan
orang yang beradab berarti juga bertauhid, beriman dan bersyariat.Terdapat dua hal
yang harus diperhatikan dalam menunutut ilmu,yaitu :
pertama bagi murid hendaknya berniat suci untuk menuntut ilmu,jangan sekali-
kali berniat untuk hal-hal
duniawi dan jangan melecehkan ataumenyepelekannya,kedua bagi guru dalam
mengajarkan ilmu hendaknya harusmeluruskan niat terlebih dahulu, tidak
mengharapkan materi semata-semata.Disamping itu, yang dianjurkan hendaknya
sesuai dengan tindakan-tindakanyang di perbuat.
a. Tugas dan Tanggung Jawab Murid
Dalam menerapkan tugas dan tanggung jawab murid harus memenuhi
beberapa etika :
Etika yang pertama Etika yang harus diperhatikan dalam belajar. Dalamhal
ini terdapat sepuluh etika yang di tawarkannya adalahmembersihkan hatidari
berbagai gangguan keimanan dan keduniawian, membersihkan niat, tidakmenunda-
nunda kesempatan belajar, bersabar dan qannah terhadap segalamacam pemberian
dan cobaan,pandai mengatur waktu, menyerdehanakanmakanan dan minuman,
bersikap hati-hati, menghindari makanan danminuman yang menyebabkan
kemalasan dan kebodohan, menyedikitkanwaktu tidur selagi tidak merusak
kesehatan dan meninggalkan hal-hal yangkurang berfaedah.
Etika yang kedua,Etik aseorang murid terhadap guru.Dalam membahas
masalah ini, ia menawarkan dua belas etika, yaitu :hendaknya selalu
memperhatikan dan mendengarkan apa yang dikatakan atau dijelaskan olehguru,
memilih guru yang wara (berhati-hati)di samping profesioanal,mengikuti jejak-
jejak guru,memuliakan guru, memperhatikan apa yang menjadi hak guru, bersabar
atas kekerasan guru, berkunjung kepada guru pada tempatnya atau mintalah ijin
terlebih dahulu kalau keadaan memaksa harustidak pada tempatnya, duduklah
dengan rapi dan sopan bila berhadapandengan guru, berbicaralah dengan sopan dan
lemah lembut, dengarkan segalafatwanya, jangan sekali-kali menyela ketika
sedang menjelaskan dan gunakananggota yang kanan apabila menyerahkan
sesuatu kepadanya.

Etika yangketiga,Etika Murid Terhadap Pelajaran. Murid dalammenuntut


ilmu hendaknya memperhatikan etika sebagai berikut :memperhatikan ilmu yang
bersifatfardhu ain untuk dipelajari,harus mempelajari ilmu-ilmu yang mendukung
ilmu fardhu ain erhati-hati dalam menanggap iikhtilaf para ulama ,mendiskusikan
dan menyetorkan hasil belajar kepada orang yang dipercayainya, senantiasa
menganalisa dan menyimak ilmu ,pancangkan cita-cita yang tinggi,
Penjelasan tersebut diatas seakan membukamata kita akan sistem pendidikan di
pesantren yang selama ini terlihat kolot.Hanya terjadi komunikasi satu arah,
memasung kemerdekaan berpikir dansebagainya.
Relasi Peserta Didik-Pendidik
Untuk memperoleh ilmu yang bermanfaat, K.H Hasyim Asy‟ari
menyerankan kepada peserta didik untuk memperhatikan sepuluh etika yangyang
mesti dicamkan ketika belajar. Kesepuluh etika itu diantaranya adalah
membersihkan hati dari berbagai penyakit hati dan keimanan, memiliki niatyang
tulus bukan mengharapkan sesuatu yang material, memanfaatkan waktu dengan
baik, besabar dan memiliki sikapqana‟ah pandai membagi waktu,tidak terlalu
banyak makan dan minum, bersikap hati-hati, menghindarimakanan yang
menyebabkan kemalasan dan kebudayaan.36Atas dasar klasifikasi tersebut,
menjadi semakin jelas bahwa K.H Hasyim Asy‟arimenempatkan corak
kependidikannya sebagai corak yang berbeda dari corak-corak kependidikan yang
lain, yakni tidaklah bercorak progresif ataupunesensialis.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
K.H .Muhammad Hasyim Asy‟ari dilahirkan dari keturunan eliet kiai
(pesantren) pada tanggal 24 Zulhijjah 1287H bertepatan 14 Februari
1871M ,tepatnya sebelah Timur Jombang Jawa Timur. Suasana kehidupan
pesantrensangat mempengaruhi pembentukan karakterHasyim Asy‟ari yang
sederhana dan rajin belajar, belajar dari pesantren ke pesantren di Jawa sampai ke
Tanah Hijaz.Sebagai pendidik merupakan bagian yang yang terpisahkan
dari perjalanan hidupnya sejak usia muda. Setelah mengajar keliling dari pesantren
orang tua hingga mertua, pada tahun 1899 Hasyim Asy‟ari mendirikan
pesantren sendiri, mewujudkan citacitanya di daerah Tebuireng
Jombang Jawa Timur.
Pemikiran Hasyim Asy‟ari dalam bidang pendidikan lebih
menekankanpada etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek
endidikan lainnya. Dalam hal ini banyak dipengaruh dengan keahliannya pada bida
ng Hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fiqih yang Sejalan dengan
teologi al Asy‟ari dan al Maturidi. Juga searah dengan pemikiran al-
Ghazali, yang lebih menekankan pada pendidikan rohani.Misalnya belajar dan
mengajar harus dengan ikhlas, semata-mata karenaAllah, bukan hanya untuk
kepentingan dunia tetapi juga untuk kebahagian diakhirat.

Anda mungkin juga menyukai