Kelompok 3 :
Ashari S Hamadi
Eva Nursafitri
Irma
Sindi Buhari
Sindi Halifa
Putri
2022
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah menolong hamba-Nya Menyelesaikan
makalah ini dengan penuh kemudahan. Tanpa pertolongannya mungkin penyusun tidak akan
sanggup menyelesaikan dengan baik.
Makalah ini disusun sebagai tugas dan supaya pembaca dapat memperluas ilmu
pengetahuan dalam mata kuliah Filsafat Pendidikan Islam, yang kami
sajikan berdasarkan berbagai sumber.
Makalah ini memuat tentang teori Pemikiran Pendidikan Islam Hasyim Ashari dan
Ahmad dahlan yang sangat bermanfaat dalam menambah baahwa wawasan mengenai
penanganan siswa yang bermasalah dengan cara yang tepat. Walaupun makalah ini kurang
sempurna tapi juga memiliki detail yang cukup jelas bagi pembaca.
Semoga makalah ini dapat mem&erikan wawasan yang lebiih luas kepada pembaca.
Ada kurang lebihnya penyusun mengharapkan kritik dan saran demi sempurnanya makalah
selanjutnya. Terima kasih
PENULIS
Kelompok 3
Palu, 30 Oktober 2022
ii
DAFTAR ISI
Halaman judul
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
1
2. Rumusan Masalah
2
3. Tujuan Masalah
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat hidup K.H Hasyim Ashari
3
B. Pemikiran K.H Hasyim Ashari tentang pendidikan
3
C. Riwayat hidup K.H Ahmad Dahlan
4
D. Pemikiran K.H Ahmad Dahlan tentang pendidikan
6
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
I. Latar Belakang
Ilmu pengetahuan ilmiah dihasilkan melalui metode-metode keilmuuan yang teruji, sebagai
produk dari olah jiwa, olah pikir, olah indra serta daya penalaran manusia yang dapat dijadikan
salah satu sumber kebenaran ilmiah. Fenomena alam, seluk-beluk kehidupan, sebutir atom,
ataupun sistem galaksi adalah diantara kenyataan-kenyataan alam yang demikian kompleks dan
semata-mata bersifat empiris yang telah menyadarkan manusia berakal untuk terus dikaji
ulang, sehingga kebenaran ilmiahnya yang berubah setiap detik yang kemudian terjebak oleh
relativitasnya sendiri. Dengan sifat itulah, manusia semakin cerdas, maju dan teknologis.
Apabila dibicarakan soal ilmu pendidikan Islam, karena Islam sebagai agama Allah yang
tertulis dalam kitab Suci Al-Qur’an dan As-Sunnah, ilmu pendidikan Islam adalah kumpulan
pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-Sunnah yang dijadikan landasan
pendidikan. Secara aplikatif, pendidikan Islam artinya menstransformasikan nilai-nilai Islam
terhadap anak didik dan lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan masyarakat. Ilmu
pendidikan Islam adalah akumulasi pengetahuan yang bersumber dari Al-Qur’an dan As-
Sunnah, yang diajarkan, dibinakan, dan dibimbingkan kepada manusia sebagai peserta didik
dengan menetapkan metode dan pendekatan yang islami yang bertujuan membentuk
kepribadian muslim. Pendidikan Islam memiliki tiga dimensi yang perlu diperhatikan dalam
mengembangkan kehidupan manusia menjadi lebih baik, diantaranya; dimensi kehidupan
duniawi, dimensi kehidupan ukhrowi, dan dimensi hubungan antara dimensi kehidupan duniawi
dan kehidupan ukhrowi.
Dalam prespektif filsafat pendidikan Islam, proses saling belajar yang dapat berlaku
dilingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat merupakan perjalanan
kebudayaan manusia dalam mencerdaskan dirinya, meningkatkan kesadarannya sebagai
makhluk yang berbudi luhur, makhluk yang belajar memahami keinginan manusia yang
beragam.
Masyarakat adalah cermin bagi kehidupan manusia. Betapa kompleks dan rumit memahami
situasi dan kondisi masyarakat dewasa ini. kekayaan, kemiskinan, kegembiraan, kekecewaan,
kebahagiaan, kesedihan, kesuksesan,kegagalan, dan sebagainya adalah potret nyata dalam
masyarakat yang dapat dijadikan pelajaran berharga bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
K.H Hasyim Asy’ari lahir di desa Nggedang, salah satu desa dikabupaten Jombang Jawa
Timur, pada hari Selasa Kliwon, tanggal 24 Dzulq’idah 1287 H atau bertepatan dengan tanggal
25 Juli 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Ashari ibn Abd al-Halim yang
mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir
Sultan Hadiwijaya Ibn Abd Allah ibn Abd al-aziz ibn Abd al-Fatah ibn Maulana Ishal dari Raden
Ain al-Yaqin yang disebut denganSunan Giri.
Sejak kecil K.H Hasyim Asy’ari sudah gemar membaca dan dari berbagai literatur-literatur
Islam. Beliau diajari oleh ayah kandungnya sendiri. Setelah beranjak dewasa beliau nyantri di
pondok pesantren Wonokojo di Probolinggo kemudian dilanjutkan ke pesantren Langitan yang
terletak didaerah Tuban dan dilanjutkan ke pesantren di Bangkalan. Pesantren yang terakhir
yaitu pondok pesantren Siwalan yang terletak di Sidoarjo. Keika di pesantren tersebut
kemudian beliau menikah dengan putri dari pemimpin pondok tersebut.
Setelah menikan K.H Hasyim Asy’ari bersama Istri dan mertuanya pergi ke Mekkah untuk
melakukan ibadah haji dan tinggal di Mekkah untuk melanjutkan pendidikannya. Akan tetapi,
istri beliau meninggal dan kemudian putranya juga dan mengharuskan K.H Hasyim Asy’ari
kembali ke tanah air Indonesia.
Pada tahun 1899/1900, ia kembali ke Indonesia dan mengajar di pesantren ayahnya, Baru
kemudian mendirikan pesantren sendiri di daerahs ekitar Cukir, pesantren Tebu Ireng, pada
tanggal 6 Febuari 1906. Pesantren yang baru didirikan tersebut tidak berapa lama kemudian
berkembang menjadi pesantren yang tekenal di nusantara, dan menjadi tempat menggodok
kader-kader ulama untuk wilayah Jawa dan sekitarnya.
Corak pemikiran Ahli al-Sunnah Wa Aj-Jama’ah Kyai Hasyim tampaknya sangat dipengaruhi
oleh tradisi intelektual Islam abad pertengahan. Pengambiilan rujukan-rujukan dalam karya-
karyanya menjadi petunjuk awal pengaruh abad pertengahan dalam pemikiran
keagama,terutama Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah yang berhasil itu, stile dan kontur karya-karya
pun memiliki kemiripan dengan dibakukannya. Tidak hanya kitab-kitab yang dijadikannya
sebagai rujukan.
3
Salah satu karya monumental K.H Hasyim Asy’ari yang berbicara tentang pendidikan adalah
kitab Adab al-Al im wa al-Muta’allim fima yahtaj Ilah al-Muta ’alim fi Ahuwal Ta’allum wa ma
Yataqaff al-Mu’allim fi Maqamat Tailimih yang, dicetak pertama kali pada tahun 1415 H.
kyai Haji Ahmad Dahlan dilahirkan Yogyakarta pada tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal
dunia di Yogyakarta pada tanggal 23 Febuari 1923. Ia adalah seorang Pahlawan Nasional
Indonesia. Ayahnya adalah K.H Abu Bakar, seorang ulama dan khatib terkemuka di Masjid
Kasultanan Yogyakarta pada masa itu.
4
Ibunya adalah putri H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu Kasultanan Yogyakarta pada masa
itu.
Semenjak kecil, Dahlan diasuh dan di didik sebagai putra kyai. Pendidikan dasarnya dimulai
dengan belajar membaca, menulis, mengaji al- Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini
diperoleh langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu
agama pada beberap ulama besar waktu itu. Di anataranya K.H Muhammad Saleh (ilmu fiqih),
K.H Muhsin (ilmu nahwu), K.H.R. Dahlan (ilmu falak), K.H.Mahfudz dan Syekh Khayyat Sattokh
(ilmu hadis), Syekh Amin dan Sayyid Bakri (qiralat al-Qur’an), serta beberapa guru lainnya.
Dengan data ini, tak heran jika dalam usia relatif muda, ia telah mampu menguasai berbagai
disiplin ilmu keislaman. Ketajaman intelektualitasnya yang tinggi membuat Dahlan selalu
merasa tidak puas dengan ilmu yang telah di pelajarinya dan teru berupanya untuk lebih
mendalaminya.
K.H Ahmad Dahlan merupakan keturun kedua Belas dari Maulana Malik Ibrahim. K.H
Ahmad Dahlan sejak usia 15 tahunan beliau sudah belajar tentang pemikiran-pemikiran
pembaharuan. Maka tak heran jika beliau pandai dalam pemikiran-pemikiran pembaharuan
karena dari remaja beliau sudah mempelajari ilmu-ilmu tersebut. K.H Ahmad Dahlan juga
pernah satu perguruan dengan pendiri NU yaitu K.H Hasyim Asyari, mereka berguru kepada
Syekh Ahmad Khatib pada tahun 1903. Pada tahun 1912, Ahmad Dahlan mulai mendirikan
Muhammadiyah di Yogyakarta tepatnya di Kauman.
Pada umur 15 tahun, Ahmad Dahlan pergi haji dan tinggal di Mekkah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran pembaharuan
dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan Ibnu Tamiyah. Ketika
pulang kembalik ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama menjadi Ahmad Dahlan.
Sepulang dari Mekah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri, anak Kyai
Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Dahlan, seorang Pahlawan Nasional dan
pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti walidah, K.H Ahmad Dahlan mendapat enam
orang anak, yaitu Djohanah, Siradj Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, dan Siti
Zaharah. Di samping itu, K.H Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah. Ia juga pernah
menikahi Nyai Rum, adik Nyai Munawwir Krapyak. K.H Ahmad Dahlan juga mempunyai putra
dari perkawinannya dengan Ibu Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu) Cianjur yang bernama
Dandanah. Ia pernah menikah pula dengan Nyai Yasin Pakualam Yogyakarta. K.H Ahmad Dahlan
dimakamkan di Karang Kajen, Yogyakarta.
Ketika Ahmad Dahlan hendak mendirikan organisasi Muhammadiyah pada tahun 1921,
yang bertujuan untuk melaksanakan cita-cita pembaharuan di bumi Nusantara dan mengajak
umat Islam kembali hidup sesuai dengan Al-Qur’an dan Al-hadis. Akan tetapi, semenjak Ahmad
Dahlan mendirikan organisasi Muhammadiyah beliau mendapat tudingan yang tidak baik oleh
masyarakat sekitar.
5
Mereka beranggapan bahwa Ahmad Dahlan akan mendirikan agama baru yang dianggap
menyalahi agama Islam. Beliau tetap sabar dan tetap berjuang melanjutkan cita-citanya dalam
membaharui Islam ditanah air.
Hampir seluruh pemikiran Dahlan berangkat dari kepribadiannya terhadap situasi dan
kondisi global umat Islam waktu itu yang tenggelam dalam kejumudan (stagnasi), kebodohan
serta keterbelakangan. Kondisi ini semakin diperparah dengan politik kolonial Belanda yang
sangat. Kolonial Belanda sangat merugikan bangsa Indonesia. latar belakang situasi dan kondisi
tesebut telah mengilhami munculnya ide pembaharuan Dahlan. Ide ini sesungguhnya telah
sejak kunjungannya pertama ke Mekkah. Kemudian ide tersebut lebih dimantapkan setelah
kunjungannya yang kedua. Hal ini berarti, bahwa kedua kunjungannya merupakan proses awal
terjadinya kontrak intelektualnya baik secara langsung maupun tak langsung dengan ide-ide
pembaharuan yang terjadi di Timur Tengah pada awal abad XX.
Setelah beliau berkunjung ke Mekkah yang pertama kali, kemudian beliau berangkat ke
Mekkah yang kedua kalinya. Ide-ide pembaharuan yang muncul pada diri Dahlan setelah ia
pergi ke Mekkah yang kedua kalinya. Dahlan bertemu dengan pemikir dalam pembaharuan
Islam yaitu Rasyid Ridha, Dahlan sempat berdiskusi kepadanya tentang ide-ide pembaharuan.
Ada beberapa pemikiran dari hasil diskusi antara Ahmad Dahlan dan Rasyid Ridha, diantaranya
memperdalam pemahaman tentang ajaran agama Islam,memulai berkecenderungan dalam
memahami agama melalui penelaahan dan pencarian sumber aslinya langsung yaitu al- Qur’an
dan Sunnah, memurnikan kembali ajaran dan pemahaman Islam yang selama ini kebanyakan
umat yang taqlid. Ketika Dahlan menyebarluaskan ide-ide pembaharuan, Dahlan melakukan
dakwah di berbagai kota, dan disamping itu juga melalui perdagangan yang beliau miliki.
Ulama-ulama dari berbagai daerah lain berdatangan kepadanya untuk menyatakan
dukungan terhadap Muhammadiyah. Muhammadiyah makin lama makin berkembang hampir
di seluruh Indonesia. Oleh karena itu, pada tanggal 7 Mei 1921, Dahlan mengajukan
permohonan kepada Pemerintah Hindia Belanda untuk mendirikan cabang-cabang
Muhammadiyah diseluruh Indonesia. Permohonan ini dikabulkan oleh Pemerintah Hindia
Belanda pada tanggal 2 September 1921.
Sejak awal K.H.A. Dahlan memperkenalkan Islam dalam organisasi Muhammadiyah yang
ringan, sederhana, dan mudah diamalkan. Allah SWT berfirman dalam QS. Al- baqarah ayat 185
yang artinya ‘’ Allah menghendaki kemudahan bagi kalian dan sebaliknya Dia tidak
menghendaki kesulitan bagikalian’’. Dengn demikian, umat Islam akan senang dan tidak
keberatan dalam pengamalannya. Hadis riwayat qukhori dan Sayyidina Abu Hurairah
menerangkan
6
‘’Sesungguhnya agama itu ringan. Dan tiada seseorang yang memberat-
beratkan agama melainkan ia dikalahkan agama. Makahendaknya kamu sekalian menjalank
an agama itu dengan lurus. Maka berdekatanlah dan bergembiralah serta memohonlah
pertolongan Allah diwaktu pagi, sore, dan sebagian waktu malam’’. Dengan demikian, ummat
Islam dalam mengamalkan agamanya tidak dibebani pelaksanaan yang tidak benar, adat
istiadat yang bertentangan dengan agama yang biasa disebut takhayul, bid’ah dan khurafat
(TBC).
Secara umum, ide-ide pembaharuan Dahlan dapat diklasifikasi kepada dua dimensi,
yaitu: Pertama, berupaya memurnikan (purifikasi) ajaran Islam dari khurafat, tahayul dan bid’ah
yang selama ini lebih bercampur dalam akidah dan ibadah umat Islam. Kedua, mengajak umat
Islam untuk keluar dari jaring pemikiran tradisional melalui reinterpretasi terhadap doktrin
Islam dalam rumusan dan penjelasan yang dapat diterima oleh rasio. Menurut Dahlan, upaya
strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola berpikir yang statis menuju pada
pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.
Menurut Dahlan pelaksanaan pendidikan harus didasarkan dengan kerangka filosofis
yang kokoh, yang memiliki tujuan dan konsep pendidikanIslam baik secara vertikal maupun
horizontal. Allah memberikan kepada manusia ar-ruh dan al-aql, fungsi keduanya sebagai
media dalam pengembangan pendidikan Islam, sebagai dasar potensi peserta didik.
Dalam epistemologi pendidikan Islam, ilmu pengetahuan dapat diperoleh apabila
peserta didik (manusi) mendayagunakan berbagai media, baik yang diperoleh melalui persepsi
inderawi, akal, kalbu, wahyu maupun ilham. Menurut dahlan, pengembangan tersebut
hendaknya merupakan prosesintegrasi ruh dan jasad. Konsep ini diketengahkannya dengan
menggariskan perlunya pengkajian ilmu pengetahuan secara langsung, sesuai prinsip-prinsip al-
Qur’an dan Sunnah, bukan semat-mata dari kitab tertentu.
Atas jasa-jasa K.H Ahmad Dahlan dalam membangkitkan kesadaran bangsa ini melalui
pembaharuan Islam dan pendidikan, Pemerintah Republik Indonesia menetapkannya sebagai
Pahlawan Nasional dengan surat keputusan Presiden No 657 tahun 1961. Dasar-dasar
penetapan itu adalah sebagai berikut :
1. K.H Ahmad Dahlan telah memelopori kebangkitan umat Islam untuk menyadari
nasibnya sebagai bangsa terjajah yang masih harus belajar dan berbuat.
2. Organisasi Muhammadiyah yang didirikannya, telah banyak memberikan ajaran Islam
yang murni kepada bangsanya. Ajaran yang menuntut kemajuan, kecerdasan, dan
beramal bagi masyarakat dan umat, dengan dasar iman dan Islam.
3. Dengan organisasinya, Muhammadiyah telah memelopori amal usaha sosial dan
pendidikan yang amat diperlukan bagi kebangkitan dan kemajuan bangsa, dengan jiwa
ajaran Islam.
4. Dengan organisasinya, Muhammadiyah bagian wanita (Aisyiyah) telah memelopori
kebangkitan wanita Indonesia untuk mengecap pendidikan dan berfungsi sosial,
setingkat dengan kaum pria.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
K.H Hasyim Asy’ari lahir di desa Nggedang, salah satu desa dikabupaten Jombang Jawa
Timur, pada hari Selasa Kliwon, tanggal 24 dzulq’idah 1287 H atau bertepatan dengan tanggal
25 Juli 1871 M. Nama lengkapnya adalah Muhammad Hasyim Asy’ari ibn Abd al-Halim yang
mempunyai gelar pangeran Bona ibn Abd al-Rahman yang dikenal dengan sebutan Jaka Tingkir
Sultan Hadiwijaya Ibn Abd Allah ibn Abd al-aziz ibn Abd al- Fatah ibn Maulana Ishal dari Raden
Ain al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.
Pemikiran pendidikan oleh K.H Hasyim Asy’ari lebih menekankan pada pendidikan etika
yang selama ini sudah terpengaruh oleh pendidikan budaya barat. Pendidikan etika tersebut
ditanamkan melalui pendidikan pesantren. Pendidikan di pesantren sangat berkembang pesat,
akan tetapi susah diterapkan di sekolah-sekolah non pesantren.
K.H Ahmad dahlan merupakan putra dari K.H Abu bakar, seorang imam dan khotib
masjid besar Kraton Yogyakarta dan ibunya adalah Siti Aminah yang menjabat sebagai penghulu
di Kraton Yogyakarta. Ahmad Dahlan lahir tanggal 1 Agustus 1868 dan meninggal dunia di
Yogyakarta pada tanggal 23 Febuari 1923. Pendidikan dasarnya dimulai dengan belajar
membaca, menulis,mengaji al- Qur’an, dan kitab-kitab agama. Pendidikan ini diperoleh
langsung dari ayahnya. Menjelang dewasa, ia mempelajari dan mendalami ilmu-ilmu agama
pada beberapa ulama besar waktu itu.
Pemikiran K.H Ahmad tentang pendidikan cenderung pada aspek pembaharuan
terhadap akidah dan ibadah umat Muslim yang telah tercampur dengan tahayyul, bid’ah dan
khurafat. Selain itu, Ahmad Dahlan juga mendirikan beberapa lembaga pendidikan Islam yang
tersebar sampai plosok desa.
8
DAFTAR PUSTAKA
Ramayunis, dkk. 2009. Filsafat Pendidikan Islam: Telah Sistem Pendidikan Dan Pemikiran Para
Tokohnya. Jakarta: Kalam Mulia.
Sarwono bin Zahir, Ahmad. 2013. K.H.R.Ng. Ahmad Dahlan: Pembaharu, Pemersatu,Dan
Pemilihara Tradisi Islam. Yogyakarta : Mitra Pustaka Nurani