Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

TOKOH PENDIDIKAN ISLAM DI INDONESIA DAN PEMIKIRANNYA


Makalah Ini Di Buat Untuk Memenuhi Tugas : Pendidikan Sejarah Islam
Dosen pengampu: Shodiqin, M.Pd

Disusun Oleh :

Nama : Zaenul Hasani

NIM : 2201010336

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM HAMZANWADI NAHDLATUL WATHAN


LOMBOK TIMUR

TAHUN AJARAN 2023

i
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayahNya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul“Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia Dan Pemikirannya” ini tepat pada
waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
dosen pada matakuliah “Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia Dan Pemikirannya
Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
Konsep dasar perencanaan pembelajaran bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dosen selaku pembimbing


mata kuliah “Tokoh Pendidikan Islam Di Indonesia Dan Pemikirannya” yang
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni. Kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam menulis makalah ini, dengan senang hati kami
menerima setiap saran dan kritik yang dapat membangun dari pihak-pihak lain
untuk menyempurnakan makalah yang kami susun ini.

Dengan kata penghantar ini, semoga dengan usaha kami ini dapat
menambah pengetahuan dan wawasan yang luas. Kami ucapkan terima kasih.

Anjani, 19 Juni 2023

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................i

DAFTAR ISI ..................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................................1


B. Rumusan Masalah ...............................................................................1
C. Tujuan ..................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN

A. Biograpi Kh. Hasyim Asyari ..............................................................2


B. Pemikiran-Pemikiran Kh. Hasyim Asyari .........................................4

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ..........................................................................................6

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan hendaknya mampu mengantarkan umat manusia menuju
kemaslahatan, menuju kebahagiaan dunia dan akhirat. Pendidikan hendaknya
mampu mengembangkan serta melestarikan nilai-nilai kebijakan dan
normanorma islam kepada generasi penerus umat, dan penerus bangsa. Umat
islam harus maju dalam berbagai keilmuan agar kita tidak di bodohi oleh
bangsa atau umat yang tidak searah dengan kita. Umat islam harus sejalan
dengan sesuai nilai dan norma-norma islam.
Menurut ilmu K.H Hasyim Asy‟ari merupakan ibadah untuk mencari
ridhaAllah, yang mengantarkan manusia untuk memperoleh kebahagiaan di
duniadan akhirat. Karenanya belajar harus di niatkan untuk mengembangkan
danmelestarikan nilai-nilai islam, bukan hanya untuk sekedar menghilangkan
kebodohan.Dalam dunia pendidikan banyak sekali terjadi persamaa pendapat
danperbedaan khususnya dalam hal konsep pendidikan.
Dalam pemikiranpendidikan K.H Hasyim Asy‟ari lebih fokus kepada
persoalan-persoalan etikadalam mecari dan menyebarkan ilmu. Beliau
berpendapat bahwa bagi seorangyang akan mencari ilmu pengetahuan, yang
pertama harus ada pada dirisendiri mereka adalah semata-mata untuk mencari
keridhoan Allah Swt.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana Biograpi Kh. Hasyim Asyari ?
2. Bagaimana Pemikiran Pendidikan Kh. Hasyim Asyari ?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Biograpi Kh. Hasyim Asyari.
2. Untuk Mengetahui Pemikiran-Pemikiran Kh. Hasyim Asyari.

1
BAB II

PEMBAHSAN

A. Biograpi Kh. Hasyim Asyari


Nama lengkap K.H. Hasyim Asy‟ari adalah Muhammad Hasyim
Asy‟ari Ibn „Abd al-Wahid ibn „Abd al-Halim yang mempunyai gelar
Pangeran Bonaibn al-Rahman yang dikenal Jaka Tingkir Sultan Hadiwijoyo-
ibn Abdulla ub Abdu al-„Aziz ibn Abd al-Fatih ibn Maulana Ishaq dari Raden
„Ain al-Yaqin yang disebut dengan Sunan Giri.1
Ia lahir di Gedang, sebuah desa di daerah Jombang, Jawa Timur, pada
hari selasa Kliwon pada tanggal 14 Februari 1871. 2 K.H. Hasyim Asy‟ari
wafat pada jam 03:45 dini hari pada tanggal 25 Juli 1947 bertepatan dengan 7
Ramadhan tahun 1366 dalam usia 79 tahun.3 Semasa hidupnya, ia
mendapatkan pendidikan dari ayahnya sendiri, terutama pedidikan dibidang
ilmu-ilmu Al-qur‟an dan literatur agama lainnya. Setelah itu, selain itu ia
menjelajah menuntut ilmu ke berbagai pondok pesantren, terutama di Jawa,
yang meliputi Shona, Siwalan Buduran, Langitan Tuban, Demangan
Bangkalan, dan Sidoarjo, ternyata K.H. Hasyim Asy‟ari merasa terkesan
untuk terus melanjutkan studinya. Ia berguru kepada K.H. Ya‟qub yang
merupakan Kiai di pesantren tersebut. Kiai Ya‟qub lambat laun merasakan
kebaikan dan ketulusan Hasyim Asy‟ari dalam perilaku
kesehariannya, sehingga kemudian ia menjodohkannya dengan puterinya,
Khadijah.4 Tepat pada usia 21 tahun, tahun 1892, Hasyim Asy‟ari
melangsungkan pernikahan dengan putri K.H. Ya‟qub tersebut.2
Setelah nikah, K.H. Hasyim Asy‟ari bersama isterinya segera
melakukan ibadah haji. Sekembalinya dari tanag suci, mertua K.H Hasyim
Asy‟ari mengajurkanya untuk menuntut ilmu di makkah. Dimungkinkan hal
ini didorong oleh tradisi pada saat itu bahwa seorang ulama belumlah
dikatakan cukup ilmunya. Jika belum mengaji di makkah selama bertahun-
tahun. Dimakkah itu, K.H Hasyim Asy‟ari mempelajari berbagai macam

1
K.H. Hasyim Asy‟ari, Adab Ta‟lim wa Muta‟allim., h. 3
2
K.H. Hasyim Asy‟ari. Baca juga,Ridjaluddin Fadjar Nugraha, “Peranan K.H. Hasyim
Asy‟ari dalam kebangkitan Islam di Indonesia”, Skripsi, (Jakarta: IAIN Syarif Hidayatullah,
1983), h.7

2
disiplin ilmu, diantaranya adalah ilmu fiqih Syafi‟yah dan ilmu hadist,
terutama literature Shahih Bukhari dan Muslim.3
Di saat K.H Hasyim Asy‟ari bersemangat belajar, tepatnya ketika telah
menetap 7 bulan di makkah, isterinya meninggal dunia pada waktu
melahirkan anak pertamanya sehingga bayinya pun tidak bisa di selamatkan.
Sungguhpun demikian, hal ini tidak mematahkan semangat belajarnya untuk
menuntut ilmu. K.H Hasyim Asy‟ari semasa tinggal dimakkah berguru
kepada Syekh Ahmad Amin al-Athar, Sayyid Sultan ibn Hasyim, Sayyid
Ahmad ibn Hasan al-Atthar, Syekh Sayyid Yamay, Sayyid Alawi ibn Ahmad
al-Saqqaf, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Abdullah al-Zawawy, Syekh Shaleh
Bafadhal, dan Syekh Sultan Hasyim Dagastani.4 Ia tinggal di makkah selama
7 tahun dan pada tahun 1900 M atau 1314 H K.H Hasyim Asy‟ari pulang ke
kampong halamannya. Ditempat itu, ia membuka pengajaran keagamaan
yang dalam waktu relatif singkat menjadi terkenal di wilayah Jawa.
Keberhasilan K.H Hasyim Asy‟ari dalam membuka kajian keagamaan ini di
dukungoleh factor kepribadiannya yang luhur dan pantang putus asa,
disamping itu ia memiliki kekutan spiritual. James Fox, seorang Antropolog
dari Australian Nationa University (ANU) yang menganggap bahwa K.H
Hasyim Asy‟ari adalah seorang wali, sebagaimana dalam tulisannya :
“... Jika kiai pandai masih di anggap sebagai wali, ada satu figur dalam
sejarah Jawa kini yang dapat menjadi kadidat utama untuk peran wali. Ini
adalah ulama besar, Hadratus Syekh-Kiai Hasyim Asy‟ari. Memiliki ilmu dan
di pandang sebagai sumber berkah bagi mereka yang mengetahuinnya,
Hasyim Asy‟ari semasa hidupnya menjadi pusat pertalian yang
menghubungkan para kiai utama seluruh Jawa. Kiai Hasyim juga dianggap
memiliki keistimewaan luar biasa, menurut garis keturunannya, tidak saja
berasal dari garis keturunan ulama pandai, dia juga keturunan Prabu
Brawijaya.”5
3
Lathiful Khuluq, Kebangkitan Ulama, Biografi K.H Hasyim Asy‟ari, (Yogyakarta:
LKIS, 2000), h.18
4
Abu Bakar Aceh, Sejarah Hidup K.H A Wahid Hasyim dan Karangan Tersiar, (Jakarta:
Panitia Buku Peringatan K.H.A. Wahid Hasyim, 1975), h.35
5
Lihat James J. Fox, “Ziarah Vitis to the tobs of the wali, the Founders of Islam on
Jawa”, dalam M.C. Rickles (ed). “Islam in the Indonesia Social Countext”, (Clayton, Victoria:
Centre of Southeast Asian Studies, Monash University, 1991), h. 30, dalam Lathiful Khuluq, Fajar
Kebangunan Ulama: Biografi K.H Hasyim Asy‟ari, (Yogyakarta: LkiS, 2000), h.20

3
Bagi Hasyim Asy‟ari, semangat mengembangkan ilmu pengetahuan
tidak ada putus-putusnya. Ia selalu merasa tidak puas terhadap apa yang di
capai pada saat itu. Semangat ini kemudian mendorong Hasyim Asy‟ari
untuk mendirikan pondok pesantren tebu ireng, pada tanggal 6 februari 1906.
Pesantren yang didirikan tersebut tidak berapa lama kemudian berkembang
menjadi pesantren yang terkenal di Nusantara menjadi tempat Menggodok
kader-kader ulama untuk wilayah jawa dan sekitarnya. 6 Sejak masih di
pondok, ia telah di percayai untuk membimbing/mengajar santri baru. Ketika
di makkah, ia sempat mengajar. Demikian pula ketika kembali ke tanah air,
diabadikan seluruh umur hidupnya untuk agama dan ilmu.7
Aktivitas K.H Hasyim Asy‟ari di bidang sosial lainnya adalah
mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama, bersama dengan ulama besar di jawa
lainnya, seperti Syekh Abdul Wahab dan Syekh Bishri Syansuri, pada tanggal
31 Januari 1926 atau 16 Rajab 1344 H. Organisasi ini di dukung oleh para
ulama,terutama ulama Jawa, dan komunitas pesantren. Memang pada
awalnya ,organisasi ini dikembangkan untuk merespon wacana khalifah dan
gerakanpurifikasi yang ketika itu dikembangkan Rasyid Ridha di Mesir,
tetapi padaperkembangannya kemudian organisasi itu melakukan rekontruksi
sosial keagamaan sosial keagamaan yang lebih umum.
B. Pemikiran-Pemikiran Kh. Hasyim Asyari
Salah satu karya monumental K.H. Hasyim Asy‟ari yang berbicara
tentang pendidikan adalah kitab Adab al-Alim wa al-Muta‟allim fima Yahtaj
Ilah alMuta‟alim fi Ahuwul Ta‟allum wa ma Yataqaff al-Mu‟alim fi
Maqamat Ta‟limih yang di cetak pertama kali pada tahun 1945 H.
Sebagaimana umumnya kitab kuning, pembahasan terhadap masalah
pendidikan etika. Meski demikian tidak menafikan beberapa aspek
pendidikan lainnya. Keahliannya dalam bidang hadist ikut pula mewarnai isi
kitab tersebut. Sebagai bukti adalah dikemukakannya beberapa hadist sebagai
dasar dari penjelasannya, disamping beberapa ayat al-Qura‟an dan pendapat
para ulama. Untuk memahami pokok pikirannya dalam kitab tersebut perlu
pula diperhatikan latar belakang ditulisnya kitab tersebut. Penyusunan karya
6
Toto Suharto, Filsafat Pendidikan Islam, Ar-Ruzz Media (Yogyakarta: 2006), h. 86
7
Ensiklopedia Islam II, h. 102-3

4
ini boleh jadi didorong oleh situasi pendidikan yang padat saat itu mengalami
perubahan dan perkembangan yang pesat, dari kebiasaan lama (tradisional)
yang sudah mapan kedalam bentuk baru (modern) akibat dari pengaruh
system pendidikan barat (Imperalis Belanda) di terapkan di Indonesia.
Karyanya ini merujuk pada kitab-kitab yang ditelaahnya dari berbagai
ilmu yang langsung diterima dari para gurunya ditambah dengan berbagai
pengalaman yang pernah di jalaninya. Ia memulai tulisannya dengan sebuah
pendahuluan yang menjadi pengantar bagi pembahasan selanjutnya. Kitab
tersebut tersebut terdiri dari 8 Bab,yaitu : keutamaan ilmu serta keutamaan
belajar mengajar, etika yang harus diperhatikan dalam belajar mengajar, etika
seorang murid terhadap guru,etika murid terhadap pelajaran dan hal-hal yang
harus dipedomani bersama guru; etika yang harus di pedomani seorang guru,
etika guru ketika akan mengajar, etika guru tegadap murid-muridnya dan
etika terhadap buku, alat untuk memperoleh pelajaran dan hal-hal yang
berkaitan dengannya. Dari delapan bab tersebut dapat dikelompokkan dalam
3 kelompok yaitu :8 signifikan pendidikan, tugas dan tanggung jawab seorang
murid,dan tugas dan tanggung jawab seorang guru. Sedangkan penelitian
terakhir menelusuri konsep etika belajar-mengajar dalam prespektif K.H
Hasyim Asy‟ari dan implikasinya bagi dunia pendidikan.9

BAB III
PENUTUP
8
Samsul Rizal, Filsafat Pendidikan Isla, h.156
9
Nurdin, “Etika belajar-mengajar: Telaah Kritis atas Konsep Pemikiran K.H Hasyim
Asy‟ari dalam Kibat Adab Al-Alim wa al-muta‟alim” Tesis, (Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga,
1999)

5
A. Kesimpulan
K.H.Muhammad Hasyim Asy‟ari dilahirkan dari keturunan eliet kiai
(pesantren) pada tanggal 24 Zulhijjah 1287H bertepatan 14 Februari 1871M,
tepatnya sebelah Timur Jombang Jawa Timur. Suasana kehidupan pesantren
sangat mempengaruhi pembentukan karakter Hasyim Asy‟ari yang sederhana
dan rajin belajar, belajar dari pesantren ke pesantren di Jawa sampai ke Tanah
Hijaz.
Sebagai pendidik merupakan bagian yang yang terpisahkan dari
perjalanan hidupnya sejak usia muda. Setelah mengajar keliling dari
pesantren orangtua hingga mertua, pada tahun 1899 Hasyim Asy‟ari
mendirikan pesantren sendiri, mewujudkan cita-citanya di daerah Tebuireng
Jombang, Jawa Timur. Pemikiran Hasyim Asy‟ari dalam bidang pendidikan
lebih menekankan pada etika dalam pendidikan, meski tidak menafikan
beberapa aspek pendidikan lainnya.
Dalam hal ini banyak dipengaruh dengan keahliannya pada bidang
Hadits, dan pemikirannya dalam bidang tasawuf dan fiqih yang sejalan
dengan teologi al Asy‟ari dan al Maturidi. Juga searah dengan pemikiran al-
Ghazali, yang lebih menekankan pada pendidikan rohani. Misalnya belajar
dan mengajar harus dengan ikhlas, semata-mata karena Allah, bukan hanya
untuk kepentingan dunia tetapi juga untuk kebahagian di akhirat. Dan untuk
mencapainya seseorang yang belajar atau mengajar harus punya etika, punya
adab dan moral, baik murid ataupun guru sendiri. K.H. Muhammad Hasyim
Asy'ari memandang pendidik sebagai pihak yang sangat penting dalam
pendidikan. Baginya, guru adalah sosok yang mampu mentransmisikan ilmu
pengetahuan disamping pembentuk sikap dan etika peserta didik.

DAFTAR PUSTAKA

6
Asy‟ari, K.H. Hasyim. Ridjaluddin Fadjar Nugraha, “Peranan K.H.
Hasyim Asy‟ari dalam kebangkitan Islam di Indonesia”, Skripsi, Jakarta: IAIN
Syarif Hidayatullah, 1983

Ensiklopedia Islam II

Mawardi, Kholid. Jurnal Pemikiran Alternatif Pendidikan : Moralitas


Pemikiran Pendidikan K.H Hasyim Asy‟ari, Yogyakarta: Insania, 2008

Nurdin, “Etika belajar-mengajar: Telaah Kritis atas Konsep Pemikiran


K.H Hasyim Asy‟ari dalam Kibat Adab Al-Alim wa al-muta‟alim” Tesis,
Yogyakarta: IAIN Sunan Kalijaga, 1999

Rizal, Samsul. Filsafat Pendidikan Islam, Ciputat Pers. Jakarta 2002

Anda mungkin juga menyukai