Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH

BIOGRAFI KH HADRATUSSYEKH HASYIM ASY'ARI


Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata pelajaran SKI

Disusun Oleh :

Repa Silpia

Fani Mutmainah

Dinar Rosi Hermansyah

Dimas Fajri Maulidan

Kelas : IX (Sembilah)

MTS BUSTANUL WILDAN TANJUNGJAYA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan
karunia-Nya saya masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah biografi
Hadratussyekh Hasyim Asy'ari. Tidak lupa saya ucapkan kepada dosen pembimbing
dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan makalah
ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak kekurangan,
oleh sebab itu penulis angat mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Dan
semoga sengan selesainya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan teman-
teman. Amin...

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................................i

DAFTAR ISI................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...........................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN............................................................................................2

A.     Kelahiran dan masa kecil................................................................................2

B.    Mencari ilmu....................................................................................................3

C.    Pendirian pesantren tebuireng..........................................................................4

D.    Pendidik sejati..................................................................................................5

E.    Sepak terjang kh. Hasyim diluar dunia pesantren............................................5

BAB III PENUTUP ...................................................................................................7

A. Kesimpulan.........................................................................................................7

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................8

ii
BAB I

PENDAHULUAN

            Sejak pertengahan abad ke-19 telah banyak para pemuda Indonesia yang
belajar di Mekkah dan Madinah untuk menekuni agama Islam di pusat-pusat studi di
Timur Tengah, terutama di Mekkah, karena di sana banyak bertebaran berbagai
literatur ke-Islaman. Realitas ini sangat memungkinkan bagi mereka untuk mencapai
tingkat pengetahuan yang lebih luas serta pandangan yang lebih terbuka mengenai
sosok Islam.
            Diantara mereka yang berhasil dalam mengkaji Islam adalah Syekh Nawawi
al Bantani dari Banten, Jawa Barat, Syekh Mahfudz Attarmisi dari Pacitan Jawa
Timur, serta Syekh Ahmad Chatib Sambas dari Kalimantan. Kesuksesan mereka ini
ditandai dengan kedalaman ilmu yang mereka miliki, hal ini bukan saja diakui oleh
masyarakat Tanah Suci Mekkah saja, tapi juga diakui oleh masyarakat Arab pada
umumnya.
Ketokahan K. H. Hasyim Asy’ari sering kali dicampurkan dalam persoalan
sosial politik. Hal ini dapat dipahami karena sebagian dari sejarah kehidupan K. H.
Hasyim Asy’ari juga dihabiskan untuk merebut kedaulatan bangsa Indonesia
melawan hegemoni kolonial Belanda dan Jepang. Lebih-lebih organisasi yang
didirikannya, Nahdatul Ulama, pada masa itu cukup aktif melakukan usaha-usaha
sosial politik.
Akan tetapi, K. H. Hasyim Asy’ari sejatinya merupakan tokoh yang piawai
dalam gerakan dan pemikiran kependidikan. Sebagaimana dapat disaksikan bahwa K.
H. Hasyim Asy’ari bisa dikategorikan sebagai generasi awal yang mengembangkan
sistem pendidikan pesantren, terutama di Jawa.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A.     KELAHIRAN DAN MASA KECIL

            Kiai Haji Muhammad Hasyim Asy’ari lahir pada hari Selasa Kliwon, 24
Dzulqa’dah 1287 H, bertepatan dengan tanggal 14 Februari 1871 M di Desa Gedang,
satu kilometer sebelah utara Kota Jombang, Jawa Timur. Ayahnya bernama Kiai
Asy’ari berasal dari Demak, Jawa Tengah. Ibunya bernama Halimah, puteri Kiai
Utsman, pendiri Pesantren Gedang.
            Dilihat dari garis keturunan itu, beliau termasuk putera seorang pemimpin
agama yang berkedudukan baik dan mulia. KH .M. Hasyim Asy’ari merupakan
keturunan kesepuluh dari Prabu Brawijaya VI (Lembupeteng). Garis keturunan ini
bila ditelusuri lewat ibundanya sebagai berikut: Muhammad Hasyim bin Halimah
binti Layyinah binti Sihah bin Abdul Jabar bin Ahmad bin Pangeran Sambu bin
Pangeran Nawa bin Joko Tingkir alias Mas Karebet bin Prabu Brawijaya VI. Ada
yang mengatakan bahawa Brawijaya VI adalah Kartawijaya atau Damarwulan dari
perkahwinannya dengan Puteri Champa lahirlah Lembu Peteng(BrawijayaVII).
Semenjak masih anak-anak, Muhammad Hasyim dikenal cerdas dan rajin
belajar. Mula-mula beliau belajar agama dibawah bimbingan ayahnya sendiri.
Otaknya yang cerdas menyebabkan ia lebih mudah menguasai ilmu-ilmu pengetahuan
agama, misalnya: Ilmu Tauhid, Fiqih, Tafsir, Hadits dan Bahasa Arab. Karena
kecerdasannya itu, sehingga pada umur 13 tahun ia sudah diberi izin oleh ayahnya
untuk mengajar para santri yang usianya jauh lebih tua dari dirinya.
Disamping cerdas, Hasyim  kecil juga dikenal rajin bekerja. Watak
kemandirian yang ditanamkan sang kakek, mendorongnya untuk berusaha memenuhi
kebutuhan diri sendiri tanpa bergantung kepada orang lain. Itu sebabnya, Hasyim
kecil selalu memanfaatkan waktu luangnya untuk belajar mencari nafkah dengan

2
bertani dan berdagang. Hasilnya kemudian dibelikan kitab dan digunakan untuk bekal
menuntut ilmu.

 B.    MENCARI ILMU

            Kemauan yang keras untuk mendalami ilmu agama, menjadikan diri
Muhammad Hasyim sebagai musyafir pencari ilmu.Kerinduan akan tanah suci
mengetuk hati Kiai Hasyim untuk pergi ke kota Mekah. Pada tahun 1309 H/1893 M,
beliau berangkat kembali ke Mekah.
Kiai Hasyim juga rajin menemui ulama-ulama besar untuk belajar dan
mengambil berkah dari mereka. Guru-guru Kiai Hasyim selama di Mekkah, antara
lain: Syeikh Syuaib ibn Abdurrahman, Syekh Mahfudzh at-Turmusi, Syekh Khatib
al-Minagkabawi, Syekh Ahmad Amin al-Athar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said al-
Yamani, Syekh Rahmatullah, dan Syekh Bafaddhal.
Sejumlah sayyid juga menjadi gurunya, antara lain: Sayyid Abbas al-Maliki,
Sayyid Sulthan Hasyim al-Daghistani, Sayyid Abdullah al-Zawawi, Sayyid Ahmad
bin Hasan al-Atthas, Sayyid Alwi al-Segaf, Sayyid Abu Bakar Syatha al-Dimyathi,
dan Sayyid Husain al-Habsyi yang saat itu menjadi mufti di Makkah. Di antara
mereka, ada tiga orang yang sangat mempengaruhi wawasan keilmuan Kiai Hasyim,
yaitu Sayyid Alwi bin Ahmad al-Segaf, Sayyid Husain al-Habsyi, dan Syekh
Mahfudzh al-Turmusi.
Setelah ilmunya dinilai mumpuni, Kiai Hasyim dipercaya untuk mengajar di
Masjidil Haram bersama tujuh ulama Indonesia lainnya, seperti Syekh Nawawi al-
Bantani, Syekh Anmad Khatib al-Minakabawi, dll. Di sana beliau mempunyai banyak
murid dari berbagai negara. Diantaranya ialah Syekh Sa’dullah al-Maimani (mufti di
Bombay, India), Syekh Umar Hamdan (ahli hadis di Mekkah), Al-Syihab Ahmad ibn
Abdullah (Syiria), KH. Abdul Wahhab Hasbullah (Tambakberas, Jombang), K.H.R.
Asnawi (Kudus), KH. Dahlan (Kudus), KH. Bisri Syansuri (Denanyar, Jombang), dan
KH. Shaleh (Tayu).

3
Sepulangnya ke tanah air beliau tinggal di Kediri selama beberapa bulan.
Menurut sumber lainnya, Kiai Hasyim langsung menuju pesantren Gedang yang
diasuh oleh Kiai Usman, dan tinggal di sana membantu sang kakek. Setelah itu beliau
membantu ayahnya, Kiai Asy’ari, mengajar di Pondok Keras.
            KH. M. Hasyim Asy’ari adalah seorang ulama yang luar biasa. Hampir
seluruh kiai di Jawa mempersembahkan gelar “Hadratus Syekh” yang artinya “Maha
Guru” kepadanya, karena beliau adalah seorang ulama yang secara gigih dan tegas
mempertahankan ajaran-ajaran madzhab. Dalam hal madzhab, beliau memandang
sebagai masalah yang prinsip, guna memahami maksud sebenarnya dari Al Quran
dan Hadits. Sebab tanpa mempelajari pendapat ulama-ulama besar khususnya Imam
Empat: Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Hanbali, maka hanya akan menghasilkan pemutar
balikan pengertian dari ajaran Islam itu sendiri.
  
C.    PENDIRIAN PESANTREN TEBUIRENG

Dalam rangka mengabdikan diri untuk kepentingan umat, maka KH. Hasyim
Asy’ari mendirikan pesantren Tebuireng, Jombang pada tahun 1899 M. Dengan
segala kemampuannya, Tebuireng kemudian berkembang menjadi “pabrik” pencetak
kiai. Sehingga pemerintah Jepang perlu mendata jumlah kiai di Jawa yang “dibikin”
di Tebuireng. Pada tahun 1942 Sambu Bappang (Gestapo Jepang) berhasil menyusun
data tentang jumlah kiai di Jawa mencapai dua puluh lima ribu kiai. Kesemuanya itu
merupakan alumnus Tebuireng.
Dari sini dapat dilihat betapa besar pengaruh Tebuireng dalam pengembangan
dan penyebaran Islam di Jawa pada awal abad XX. Ribuan kiai di Jawa hampir
seluruhnya hasil didikan Tebuireng. Karena itu tidaklah heran bila kemudian juga
tumbuh ribuan pesantren dipimpin para kiai yang gigih mempertahankan madzhab.
semua itu dapat dipahami sebagai hasil pengabdian Hadratus Syekh Kiai Haji
Muhammad Hasyim Asy’ari dalam perjalanan yang cukup panjang.

4
D.    PENDIDIK SEJATI

Selain mumpuni dalam bidang agama, Kiai Hasyim juga ahli dalam mengatur
kurikulum pesantren, mengatur strategi pengajaran, memutuskan persoalan-persoalan
aktual kemasyarakatan, dan mengarang kitab. Pada tahun 1919, ketika masayarakat
sedang dilanda informasi tentang koperasi sebagai bentuk kerjasama ekonomi, Kiai
Hasyim tidak berdiam diri. Beliau aktif bermuamalah serta mencari solusi alternatif
bagi pengembangan ekonomi umat, dengan berdasarkan pada kitab-kitab Islam
klasik. Beliau membentuk badan semacam koperasi yang bernama Syirkatul Inan li
Murabathati Ahli al-Tujjar.
Kiai Hasyim juga dikenal sangat mencintai para santri. Keadaan ekonomi
bangsa yang masih sangat lemah, secara otomatis mempengaruhi kemampuan
ekonomi santri. Ada yang mondok hanya dengan bekal sekarung beras, bahkan ada
yang tanpa bekal sedikitpun. 
Kecintaan Kiai Hasyim pada dunia pendidikan terlihat dari pesan yang selalu
disampaikan kepada setiap santri yang telah selesai belajar di Tebuireng: ”Pulanglah
ke kampungmu. Mengajarlah di sana, minimal mengajar ngaji.” 
E.    SEPAK TERJANG KH. HASYIM DILUAR DUNIA PESANTREN

             Pengabdian Kiai Hasyim bukan saja terbatas pada dunia pesantren, melainkan
juga pada bangsa dan negara. Sumbangan beliau dalam membangkitkan semangat
nasionalisme dan patriotisme pada saat jiwa bangsa sedang terbelenggu penjajah,
tidaklah bisa diukur dengan angka dan harta. Memang cukup sulit mengelompokkan
mana yang pengabdian terhadap agama, dan yang mana pula pengabdian beliau
terhadap bangsa dan negara. Sebab ternyata kedua unsur itu saling memadu dalam
diri Kiai Hasyim. Di satu pihak beliau sebagai pencetak ribuan ulama atau kiai di
seluruh Jawa, di lain pihak belaiu seringkali ditemui tokoh-tokoh pejuang nasional
seperti Bung Tomo maupun Jenderal Soedirman guna mendapatkan saran dan
bimbingan dalam rangka perjuangan mengusir penjajah.

5
Pada akhir April 1942, KHM. Hasyim Asy’ari ditangkap dan dijebloskan ke
dalam penjara di Jombang. Hal ini disebabkan karena beliau menentang kebijakan
jepang dalam menerapkan budaya ‘ saikerei’ di tanah air.  Kemudian beliau dipindah
ke Mojokerto, dan akhirnya ditawan bersama-sama serdadu Sekutu di dalam penjara
Bubutan, Surabaya.
Selama dalam tawanan Jepang, Kiai Hasyim disiksa habis-habisan hingga jari-
jemari kedua tangannya remuk dan tak lagi bisa digerakkan. Namun berkat
pertolongan Allah, kekejaman dan kebiadaban tentara Jepang itupun luluh karena
serbuan damai ribuan santri dan unjuk rasa para kiai alumni Tebuireng. Beberapa kiai
dan santri meminta dipenjarakan bersama-sama Kiai Hasyim sebagai tanda setia
kawan dan pengabdian kepada guru dan pemimpin mereka yang saat itu telah berusia
70 tahun. Peristiwa itu cukup membakar dunia pesantren dalam memulai gerakan
bawah tanah menentang dan menghancurkan Jepang. Pihak pemerintah Jepang
agaknya mulai takut, hingga kemudian pada 6 Sya’ban 1361 H bertepatan dengan
tanggal 18 Agustus 1942, Kiai Hasyim dibebaskan.
Pada tanggal 7 Ramadlan 1366 bertepatan dengan tanggal 25 Juli 1947, KHM.
Hasyim Asy’ari berpulang ke Rahmayullah. Atas jasa beliau, pemerintah Indonesia
menganugerahi gelar “Pahlawan Nasional”.

6
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

K.H.Muhammad Hasyim Asy’ari dilahirkan dari keturunan eliet kiai (pesantren)


pada tanggal 24 Zulhijjah 1287H bertepatan 14 Pebruari 1871M, tepatnya sebelah
Timur Jombang Jawa Timur. Suasana kehidupan pesantren sangat mem-pengaruhi
pembentukan karakter Hasyim Asy’ari yang sederhana dan rajin belajar, belajar dari
pesantren ke pesantren di Jawa sampai ke Tanah Hijaz.
Pemikiran Hasyim Asy’ari dalam bidang pendidikan lebih menekankan pada etika
dalam pendidikan, meski tidak menafikan beberapa aspek pendidikan lainnya. Dalam
hal ini banyak dipengaruh dengan keahliannya pada bidang Hadits, dan pemikirannya
dalam bidang tasawuf dan fiqih yang sejalan dengan teologi al Asy’ari dan al
Maturidi. Juga searah dengan pemikiran al-Ghazali, yang lebih menekankan pada
pendidikan rohani. Misalnya belajar dan mengajar harus dengan ikhlas, semata-mata
karena Allah, bukan hanya untuk kepentingan dunia tetapi juga untuk kebahagian di
akhirat. Dan untuk mencapainya seseorang yang belajar atau mengajar harus punya
etika, punya adab dan moral, baik murid ataupun guru sendiri.

B.   Saran
            Dengan mengetahui konsep pendidikan yang ditulis oleh KH. Hasyim Asi’ari,
guru dapat menyampaikan materi dengan baik dan benar serta dengan atika yang
sesuai bagi seorang guru sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
       Konsep Pendidikan yang ditawarkan KH. Hasyim Asyari telah memberikan
petunjuk bagi seorang guru dan murid. Dengan adanya buku tersebut dapat dijadikan
pedoman siswa bagaimana etika seorang murid dalam menuntut ilmu sehingga
mendapatkan ilmu yang bermanfaat.

7
DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Hasjim_Asy'ari

http://sirojul.blog.com/konsep-pendidikan-kh-hasyim-asyari/

http://kumpulanmakalahkuliah.blogspot.com/2013/09/pemikiran-kh-hasyim-asyari.

http://mubaligkecil.blogspot.com/

http://masnoer80.blogspot.com/2013/01/pemikiran-pendidikan-kh-hasyim-
asyari.html

Anda mungkin juga menyukai