Anda di halaman 1dari 50

HAUDRATUS SKHEIKH HASYIM ASY'ARI

KH M HASYIM ASY'ARI Sang Pendiri NU


Terjadi dialog yang mengesankan antara dua ulama besar, KH
Muhammad Hasyim Asy'ari dengan KH Mohammad Cholil,
gurunya. "Dulu saya memang mengajar Tuan. Tapi hari ini, saya
nyatakan bahwa saya adalah murid Tuan," kata Mbah Cholil,
begitu kiai dari Madura ini populer dipanggil. Kiai Hasyim
menjawab, "Sungguh saya tidak menduga kalau Tuan Guru akan
mengucapkan kata-kata yang demikian. Tidakkah Tuan Guru
salah raba berguru pada saya, seorang murid Tuan sendiri, murid
Tuan Guru dulu, dan juga sekarang. Bahkan, akan tetap menjadi
murid Tuan Guru selama-lamanya." Tanpa merasa tersanjung,
Mbah Cholil tetap bersikeras dengan niatnya. "Keputusan dan
kepastian hati kami sudah tetap, tiada dapat ditawar dan diubah
lagi, bahwa kami akan turut belajar di sini, menampung ilmu-
ilmu Tuan, dan berguru kepada Tuan," katanya. Karena sudah
hafal dengan watak gurunya, Kiai Hasyim tidak bisa berbuat lain
selain menerimanya sebagai santri.Lucunya, ketika turun dari
masjid usai shalat berjamaah, keduanya cepat-cepat menuju
tempat sandal, bahkan kadang saling mendahului, karena hendak
memasangkan ke kaki gurunya.Sesungguhnya bisa saja terjadi
seorang murid akhirnya lebih pintar ketimbang gurunya. Dan itu
banyak terjadi. Namun yang ditunjukkan Kiai Hasyim juga Kiai
Cholil; adalah kemuliaan akhlak. Keduanya menunjukkan
kerendahan hati dan saling menghormati, dua hal yang sekarang
semakin sulit ditemukan pada para murid dan guru-guru
kita.Mbah Cholil adalah kiai yang sangat termasyhur pada
jamannya. Hampir semua pendiri NU dan tokoh-tokoh penting
NU generasi awal pernah berguru kepada pengasuh sekaligus
pemimpin Pesantren Kademangan, Bangkalan Madura
ini.Sedangkan Kiai Hasyim sendiri tak kalah cemerlangnya.
Bukan saja ia pendiri sekaligus pemimpin tertinggi NU, yang
punya pengaruh sangat kuat kepada kalangan ulama, tapi juga
lantaran ketinggian ilmunya. Terutama, kakek Abdurrahman
Wachid (Gus Dur) ini terkenal mumpuni dalam ilmu Hadits.
Setiap Ramadhan Kiai Hasyim punya 'tradisi' menggelar kajian
hadits Bukhari dan Muslim selama sebulan suntuk. Kajian itu
mampu menyedot perhatian ummat Islam.Maka tak heran bila
pesertanya datang dari berbagai daerah di Indonesia, termasuk
mantan gurunya sendiri, Kiai Cholil. Ribuan santri menimba
ilmu kepada Kiai Hasyim. Setelah lulus dari Tebuireng, tak
sedikit di antara santri Kiai Hasyim kemudian tampil sebagai
tokoh dan ulama kondang dan berpengaruh luas. KH Abdul
Wahab Chasbullah, KH Bisri Syansuri, KH. R. As'ad Syamsul
Arifin, Wahid Hasyim (anaknya) dan KH Achmad Siddiq adalah
beberapa ulama terkenal yang pernah menjadi santri Kiai
Hasyim.Tak pelak lagi pada abad 20 Tebuireng merupakan
pesantren paling besar dan paling penting di Jawa. Zamakhsyari
Dhofier, penulis buku 'Tradisi Pesantren', mencatat bahwa
pesantren Tebuireng adalah sumber ulama dan pemimpin
lembaga-lembaga pesantren di seluruh Jawa dan Madura. Tak
heran bila para pengikutnya kemudian memberi gelar Hadratus-
Syekh (tuan guru besar) kepada Kiai Hasyim.Karena
pengaruhnya yang demikian kuat itu, keberadaan Kiai Hasyim
menjadi perhatian serius penjajah. Baik Belanda maupun Jepang
berusaha untuk merangkulnya. Di antaranya ia pernah
dianugerahi bintang jasa pada tahun 1937, tapi ditolaknya. Justru
Kiai Hasyim sempat membuat Belanda kelimpungan. Pertama,
ia memfatwakan bahwa perang melawan Belanda adalah jihad
(perang suci). Belanda kemudian sangat kerepotan, karena
perlawanan gigih melawan penjajah muncul di mana-mana.
Kedua, Kiai Hasyim juga pernah mengharamkan naik haji
memakai kapal Belanda. Fatwa tersebut ditulis dalam bahasa
Arab dan disiarkan oleh Kementerian Agama secara luas.
Keruan saja, Van der Plas (penguasa Belanda) menjadi bingung.
Karena banyak ummat Islamyang telah mendaftarkan diri
kemudian mengurungkan niatnya.Namun sempat juga Kiai
Hasyim mencicipi penjara 3 bulan pada l942. Tidak jelas alasan
Jepang menangkap Kiai Hasyim. Mungkin, karena sikapnya
tidak kooperatif dengan penjajah. Uniknya, saking khidmatnya
kepada gurunya, ada beberapa santri minta ikut dipenjarakan
bersama kiainya itu.Mendirikan NUKemampuannya dalam ilmu
hadits, diwarisi darigurunya, Syekh Mahfudh at-Tarmisi di
Mekkah. Selama 7 tahun Hasyim berguru kepada Syekh ternama
asal Pacitan, Jawa Timur itu. Disamping Syekh Mahfudh,
Hasyim juga menimba ilmu kepada Syekh Ahmad Khatib al-
Minangkabau. Kepada dua guru besar itu pulalah Kiai Ahmad
Dahlan, pendiri Muhammadiyah, berguru. Jadi, antara KH
Hasyim Asy'ari dan KH Ahmad Dahlan sebenarnya tunggal
guru.Yang perlu ditekankan, saat Hasyim belajar di Mekkah,
Muhammad Abduh sedang giat-giatnya melancarkan gerakan
pembaharuan pemikiran Islam. Dan sebagaimana diketahui,
buah pikiran Abduh itu sangat mempengaruhi proses perjalanan
ummat Islam selanjutnya. Sebagaimana telah dikupas Deliar
Noer, ide-ide reformasi Islam yang dianjurkan oleh Abduh yang
dilancarkan dari Mesir, telah menarik perhatian santri-santri
Indonesia yang sedang belajar di Mekkah. Termasuk Hasyim
tentu saja. Ide reformasi Abduh itu ialah pertama mengajak
ummat Islam untuk memurnikan kembali Islam dari pengaruh
dan praktek keagamaan yang sebenarnya bukan berasal dari
Islam. Kedua, reformasi pendidikan Islam di tingkat universitas;
dan ketiga, mengkaji dan merumuskan kembali doktrin Islam
untuk disesuaikan dengan kebutuhan-kebutuhan kehidupan
modern; dan keempat, mempertahankan Islam. Usaha Abduh
merumuskan doktrin-doktrin Islam untuk memenuhi kebutuhan
kehidupan modern pertama dimaksudkan agar supaya Islam
dapat memainkan kembali tanggung jawab yang lebih besar
dalam lapangan sosial, politik dan pendidikan. Dengan alasan
inilah Abduh melancarkan ide agar ummat Islam melepaskan
diri dari keterikatan mereka kepada pola pikiran para mazhab
dan agar ummat Islam meninggalkan segala bentuk praktek
tarekat. Syekh Ahmad Khatib mendukung beberapa pemikiran
Abduh, walaupun ia berbeda dalam beberapa hal. Beberapa
santri Syekh Khatib ketika kembali ke Indonesia ada yang
mengembangkan ide-ide Abduh itu. Di antaranya adalah KH
Ahmad Dahlan yang kemudian mendirikan Muhammadiyah.
Tidak demikian dengan Hasyim. Ia sebenarnya juga menerima
ide-ide Abduh untuk menyemangatkan kembali Islam, tetapi ia
menolak pikiran Abduh agar ummat Islam melepaskan diri dari
keterikatan mazhab. Ia berkeyakinan bahwa adalah tidak
mungkin untuk memahami maksud yang sebenarnya dari ajaran-
ajaran al-Qur'an dan Hadist tanpa mempelajari pendapat-
pendapat para ulama besar yang tergabung dalam sistem
mazhab. Untuk menafsirkan al-Qur'an dan Hadist tanpa
mempelajari dan meneliti buku-buku para ulama mazhab hanya
akan menghasilkan pemutarbalikan saja dari ajaran-ajaran Islam
yang sebenarnya, demikian tulis Dhofier. Dalam hal tarekat,
Hasyim tidak menganggap bahwa semua bentuk praktek
keagamaan waktu itu salah dan bertentangan dengan ajaran
Islam. Hanya, ia berpesan agar ummat Islam berhati-hati bila
memasuki kehidupan tarekat. Dalam perkembangannya,
benturan pendapat antara golongan bermazhab yang diwakili
kalangan pesantren (sering disebut kelompok tradisional),
dengan yang tidak bermazhab (diwakili Muhammadiyah dan
Persis, sering disebut kelompok modernis) itu memang kerap
tidak terelakkan. Puncaknya adalah saat Konggres Al Islam IV
yang diselenggarakan di Bandung. Konggres itu diadakan dalam
rangka mencari masukan dari berbagai kelompok ummat Islam,
untuk dibawa ke Konggres Ummat Islam di Mekkah.Karena
aspirasi golongan tradisional tidak tertampung (di antaranya:
tradisi bermazhab agar tetap diberi kebebasan, terpeliharanya
tempat-tempat penting, mulai makam Rasulullah sampai para
sahabat) kelompok ini kemudian membentuk Komite Hijaz.
Komite yang dipelopori KH Abdullah Wahab Chasbullah ini
bertugas menyampaikan aspirasi kelompok tradisional kepada
penguasa Arab Saudi. Atas restu Kiai Hasyim, Komite inilah
yang pada 31 Februari l926 menjelma jadi Nahdlatul Ulama
(NU) yang artinya kebangkitan ulama.Setelah NU berdiri posisi
kelompok tradisional kian kuat. Terbukti, pada l937 ketika
beberapa ormas Islam membentuk badan federasi partai dan
perhimpunan Islam Indonesia yang terkenal dengan sebuta
MIAI (Majelis Islam A'la Indonesia) Kiai Hasyim diminta jadi
ketuanya. Ia juga pernah memimpin Masyumi, partai politik
Islam terbesar yang pernah ada di Indonesia.Keturunan Raja
PajangLahir 24 Dzul Qaidah 1287 Hijriah atau 14 Februari l871
Masehi, Hasyim adalah putra ketiga dari 11 bersaudara. Dari
garis ibu, Halimah, Hasyim masih terhitung keturunan ke
delapan dari Jaka Tingkir alias Sultan Pajang, raja Pajang.
Namun keluarga Hasyim adalah keluarga kiai. Kakeknya, Kiai
Utsman memimpin Pesantren Nggedang, sebelah utara
Jombang. Sedangkan ayahnya sendiri, Kiai Asy'ari, memimpin
Pesantren Keras yang berada di sebelah selatan Jombang. Dua
orang inilah yang menanamkan nilai dan dasar-dasar Islam
secara kokoh kepada Hasyim.Sejak anak-anak, bakat
kepemimpinan dan kecerdasan Hasyim memang sudah nampak.
Di antara teman sepermainannya, ia kerap tampil sebagai
pemimpin. Dalam usia 13 tahun, ia sudah membantu ayahnya
mengajar santri-santri yang lebih besar ketimbang dirinya. Usia
15 tahun Hasyim meninggalkan kedua orang tuanya, berkelana
memperdalam ilmu dari satu pesantren ke pesantren lain. Mula-
mula ia menjadi santri di Pesantren Wonokoyo, Probolinggo.
Kemudian pindah ke Pesantren Langitan, Tuban. Pindah lagi
Pesantren Trenggilis, Semarang. Belum puas dengan berbagai
ilmu yang dikecapnya, ia melanjutkan di Pesantren
Kademangan, Bangkalan di bawah asuhan Kiai Cholil.Tak lama
di sini, Hasyim pindah lagi di Pesantren Siwalan, Sidoarjo. Di
pesantren yang diasuh Kiai Ya'qub inilah, agaknya, Hasyim
merasa benar-benar menemukan sumber Islam yang diinginkan.
Kiai Ya'qub dikenal sebagai ulama yang berpandangan luas dan
alim dalam ilmu agama. Cukup lama --lima tahun-- Hasyim
menyerap ilmu di Pesantren Siwalan. Dan rupanya Kiai Ya'qub
sendiri kesengsem berat kepada pemuda yang cerdas dan alim
itu. Maka, Hasyim bukan saja mendapat ilmu, melainkan juga
istri. Ia, yang baru berumur 21 tahun, dinikahkan dengan
Chadidjah, salah satu puteri Kiai Ya'qub. Tidak lama setelah
menikah, Hasyim bersama istrinya berangkat ke Mekkah guna
menunaikan ibadah haji. Tujuh bulan di sana, Hasyim kembali
ke tanah air, sesudah istri dan anaknya meninggal.Tahun 1893,
ia berangkat lagi ke Tanah Suci. Sejak itulah ia menetap di
Mekkah selama 7 tahun. Tahun l899 pulang ke Tanah Air,
Hasyim mengajar di pesanten milik kakeknya, Kiai Usman. Tak
lama kemudian ia mendirikan Pesantren Tebuireng. Kiai Hasyim
bukan saja kiai ternama, melainkan juga seorang petani dan
pedagang yang sukses. Tanahnya puluhan hektar. Dua hari
dalam seminggu, biasanya Kiai Hasyim istirahat tidak mengajar.
Saat itulah ia memeriksa sawah-sawahnya. Kadang juga pergi
Surabaya berdagang kuda, besi dan menjual hasil pertaniannya.
Dari bertani dan berdagang itulah, Kiai Hasyim menghidupi
keluarga dan pesantrennya. Dari perkawinannya dengan
Mafiqah, putri Kiai Ilyas, Kiai Hasyim dikarunia 10 putra:
Hannah, Khoriyah, Aisyah, Ummu Abdul Hak (istri Kiai Idris),
Abdul Wahid, Abdul Kholik, Abdul Karim, Ubaidillah,
Masrurah dan Muhammad Yusuf. Wafat 25 Juli 1947. Atas jasa-
jasanya pemerintah mengangkatnya sebagai Pahlawan Nasional.
Semoga Allah SWT mensucikan ruhnya dan menempatkannya
di tempat mulia di sisi-Nya. Amin.
Nasehat Hadratus Syaikh KH. Hasyim Asyari

Diterjemahkan dari kitab al-Mawaidz karya Hadhratus Syaikh KH. M. Hasyim


Asyari Pendiri Nahdlatul Ulama, Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng
Jombang.

Bismillahirrahmanirrahim

(Risalah ini) dari makhluk yang termiskin, bahkan pada hakikatnya dari orang
yang tidak punya sesuatu apapun, Muhammad Hasyim Asyari semoga Allah Swt.
mengampuni keturunannya dan seluruh umat muslim. Kepada teman-teman yang
mulia penduduk tanah Jawa dan sekitarnya, baik ulama maupun masyarakat
umum.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Sungguh telah sampai kepadaku (sebuah kabar) bahwa api fitnah dan pertikaian
telah terjadi di antara kalian semua. Kurenungkan sejenak apakah kiranya
penyebab dari itu semua. Kemudian aku berkesimpulan bahwa penyebab itu semua
adalah karena masyarakat zaman sekarang telah banyak yang mengganti dan
merubah kitab Allah Swt. dan Sunnah Rasulullah Saw. Allah Swt. berfirman dalam
surat al-Hujurat ayat 10: Orang-orang beriman itu sesungguhnya bersaudara.
Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) antara kedua saudaramu
itu.

Sementara masyarakat sekarang menjadikan orang mukmin sebagai musuh dan


tidak ada upaya untuk mendamaikan di antara mereka, bahkan ada kecenderungan
untuk merusaknya. Rasulullah Saw. bersabda: Jangan kalian saling menebar iri
dengki, jangan kalian saling membenci dan jangan saling bermusuhan.
Jadilah kalian bersaudara wahai hamba-hamba Allah Swt.

Sementara masyarakat zaman sekarang saling iri dengki, saling membenci, saling
bersaing (dalam urusan dunia) dan akhirnya mereka menjadi bermusuhan. Wahai
para ulama yang fanatik terhadap sebagian madzhab dan pendapat. Tinggalkanlah
fanatik kalian dalam urusan-urusan fariyyah (tidak fundamental) yang di
dalamnya ulama (masih) menawarkan dua pendapat, yaitu pendapat yang
mengatakan bahwa Setiap mujtahid (niscaya) benar. Serta pendapat yang
mengatakan Mujtahid yang benar (pasti hanya) satu, namun (mujtahid) yang
salah tetap mendapat pahala.
Tinggalkanlah fanatik (kalian) dan tinggalkanlah jurang yang akan merusak kalian.
Lakukanlah pembelaan terhadap agama Islam, berjuanglah kalian untuk menangkis
orang-orang yang mencoba melukai al-Qur an dan sifat-sifat Allah Swt.
Berjuanglah kalian untuk menolak orang-orang yang berilmu sesat dan akidah
yang merusak. Jihad untuk menolak mereka adalah wajib. Dan sibukkanlah dirimu
untuk senantiasa berjihad melawan mereka.

Wahai manusia! Di antara kalian ada orang-orang kafir yang memenuhi negeri ini,
maka siapa lagi yang yang bisa diharapkan bangkit untuk mengawasi mereka dan
serius untuk menunjukkannya ke jalan yang benar?

Wahai para ulama, untuk urusan seperti ini (baca; membela al-Qur an dan menolak
orang yang menodai agama), maka bersungguh-sungguhlah kalian dan silakan
kalian berfanatik. Adapun fanatik kalian untuk urusan-urusan agama yang bersifat
fariyyah dan mengarahkan manusia ke madzhab tertentu atau pendapat tertentu,
maka itu adalah suatu hal yang tidak akan diterima Allah Swt. dan tidak senangi
oleh Rasulullah Saw.

Yang membuat kalian semua bertindak seperti itu tiada lain kecuali hanya
kefanatikan kalian (terhadap madzhab tertentu), bersaing dalam bermadzhab dan
saling hasud. Sungguh, kalau saja Imam Syafii, Imam Abu Hanifah, Imam Malik,
Imam Ahmad, Ibnu Hajar dan Imam Ramliy masih hidup, maka pasti mereka akan
sangat ingkar dan tidak sepakat atas (perbuatan) kalian dan tidak mau bertanggung
jawab atas apa yang kalian perbuat.

Kalian mengingkari sesuatu yang masih dikhilafi para ulama, sementara kalian
melihat banyak orang yang tak terhitung jumlahnya, meninggalkan shalat yang
hukumannya menurut Imam Syafii, Imam Malik dan Imam Ahmad adalah potong
leher. Dan kalian tidak mengingkarinya sedikitpun. Bahkan ada di antara kalian
yang telah melihat banyak melihat tetangganya tidak ada yang melaksanakan
shalat, tapi diam seribu bahasa.

Lantas bagaimana kalian mengingkari sebuah urusan fariyyah yang terjadi


perbedaan pendapat di antara ulama? Sementara pada saat yang sama kalian tidak
(pernah) mengingkari sesuatu yang (nyata-nyata) diharamkan agama seperti zina,
riba, minum khamar dll.

Sama sekali tidak pernah terbersit dalam benak kalian untuk terpanggil
(mengurusi) hal-hal yang diharamkan Allah Swt. Kalian hanya terpanggil oleh rasa
fanatisme kalian kepada Imam Syafii dan Imam Ibnu Hajar. Yang hal itu akan
menyebabkan tercerai-berainya persatuan kalian, terputusnya hubungan keluarga
kalian, terkalahkannya kalian oleh orang yang bodoh-bodoh, jatuhnya wibawa
kalian di mata masyarakat umum dan harga diri kalian akan jadi bahan omongan
orang-orang yang tolol dan akhirnya kalian akan (membalas) merusak mereka
sebab gunjingan mereka seputar kalian. (Itu semua terjadi) karena daging kalian
telah teracuni dan kalian telah merusak diri kalian dengan dosa-dosa besar yang
kalian perbuat.

Wahai para ulama, apabila kalian melihat orang yang mengamalkan pendapat dari
para imam ahli madzhab yang memang boleh untuk diikuti, walaupun pendapat itu
tidak unggul, apabila kalian tidak sepakat dengan mereka, maka jangan kalian
menghukuminya dengan keras, tapi tunjukkanlah mereka dengan lembut. Dan
apabila mereka tidak mau mengikuti anjuran kalian, maka jangan sekali-sekali
kalian menjadikan mereka sebagai musuh. Perumpamaan orang-orang yang
melakukan hal di atas adalah seperti orang yang membangun gedung tapi
merobohkan tatanan kota.

Jangan kalian jadikan keengganan mereka untuk mengikuti kalian, sebagai alasan
untuk perpecahan, pertikaian dan permusuhan. Sesungguhnya perpecahan,
pertikaian dan permusuhan adalah kejahatan yang mewabah dan dosa besar yang
bisa merobohkan tatanan kemasyarakatan dan bisa menutup pintu kebaikan.

Untuk itu, Allah Swt. melarang hambaNya yang mukmin dari pertentangan dan
Allah Swt. mengingatkan mereka bahwa akibatnya sangat buruk serta ujung-
ujungnya sangat menyakitkan. Allah Swt. berfirman dalam surat al-Anfal ayat 46:
Dan janganlah kamu berbantah-bantahan yang menyebabkan kamu
menjadi gentar dan hilang kekuatanmu.

Wahai orang-orang muslim, sesungguhnya di dalam tragedi yang terjadi hari-hari


ini, ada ibrah (hikmah) yang banyak serta nasehat yang sangat layak diambil oleh
orang yang cerdas dari hanya mendengarkan mauidzahnya para penceramah dan
nasehatnya pada mursyid.

Ingatlah bahwa kejadian di atas adalah merupakan kejadian yang setiap saat akan
selalu menghampiri kita. Maka apakah bagi kita bisa mengambil ibrah dan
hikmah? Dan apakah kita sadar dari lelap dan lupa kita?

Dan kita mesti sadar, kebahagiaan kita itu tergantung dari sifat tolong menolong
kita, persatuan kita, kejernihan hati kita dan keikhlasan sebagian dari kita kepada
yang lain. Ataukah kita tetap berteduh di bawah perpecahan, pertikaian, saling
menghina, hasud dan kesesatan? Sementara agama kita satu, yaitu Islam dan
madzhab kita satu, yaitu Imam Syafii dan daerah kita juga satu yaitu Jawa. Dan
kita semua adalah pengikut Ahlussunnah wal Jamaah.

Maka demi Allah Swt., sesungguhnya perpecahan, pertikaian, saling menghina dan
fanatik madzhab adalah musibah yang nyata dan kerugian yang besar.

Wahai orang-orang Islam, bertaqwalah kepada Allah Swt. dan kembalilah kalian
semua kepada Kitab Tuhan kalian. Dan amalkan Sunnah Nabi kalian serta ikutilah
jejak para pendahulu kalian yang shaleh-shaleh. Maka kalian akan berbahagia dan
beruntung seperti mereka.

Bertaqwalah kepada Allah Swt. dan damaikanlah orang-orang yang berseteru di


antara kalian. Saling tolong menolonglah kalian atas kebaikan dan taqwa. Jangan
saling tolong menolong atas dosa dan aniaya, maka Allah Swt. akan melindungi
kalian dengan rahmatNya dan akan menebarkan kebaikanNya. Jangan seperti
orang yang berkata: Aku mendengarkan padahal mereka tidak mendengarkan.

Wassalamu fi al-mabda wa al-khitam.

Sumber: http://www.kangluqman.com/2013/03/mutiara-nasehat-hadratus-syaikh-
kh.html

Nasehat ini disampaikan oleh KH. Hasyim Asyari dalam Muktamar NU ke-11 di
Banjarmasin 1936 dan Muktamar NU ke-15 di Surabaya 1940. Menurut
sumbernya, pidato nasehat ini sudah sulit ditemukan walaupun di rak buku kaum
nahdliyyin sendiri.

Ada yang mengatakan sengaja disimpan tidak diedarkan dan ada yang mengatakan
dibakar. Untungnya, pidato ini masih disimpan dengan baik oleh KH. Muhammad
Jazuli Hanafi, salah seorang santri Hadlrat al-Syaikh mulim di Malang. Teks asli
berbahasa Arab, ditulis ulang dan diterjemahkan oleh Ibnu Hasan Pondok
Pesantren Annuqayah Guluk-guluk Sumenep Madura.

Terdapat hal yang sangat urgen untuk kita hidupkan kembali dari nasehat KH.
Hasyim Asyari, yaitu semangatnya dalam membela Islam dan sikap
kelembutannya dalam menghadapi perbedaan madzhab. Bahkan menurut Dr. HM.
Afif Hasan, M.Pd. dalam bukunya Membongkar Akar Sekularisme, seandainya KH
Hasyim masih hidup mungkin beliau akan sangat prihatin dan menangis melihat
sikap kaum nahdliyyin yang diam 1000 bahasa terhadap fakta sekularisme,
pluralisme dan liberalisme di tubuh generasinya. Semoga kita bisa mengambil
ibrah dari nasehat beliau.
Nasehat dan Pesan

Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang

Dari paling kecilnya makhluk, bahkan dalam hakikatnya bukan apa-apa;


Muhammad Hasyim Asyari -semoga Allah mengampuninya dan kedua orang
tuanya dan semua kaum Muslimin, Amin- kepada saudara-saudara kami yang
terhormat dari masyarakat Jawa dan sekitarnya, baik kalangan ulama maupun
awam.

Assalamualaikum wa Rahmatullahi wa barakatuh

Telah sampai kepada saya bahwa di kalangan kalian berkobar api fitnah dan
pertentangan. Setelah saya fikir penyebabnya adalah apa yang ada dalam
masyarakat zaman ini bahwa mereka telah mengganti Kitab Allah SWT. dan
Sunnah Rasul-Nya SAW. Allah SWT berfirman Sesungguhnya orang-orang
Mukmin bersaudara, maka damaikanlah antara dua saudara kaliantapi
kenyataannya mereka menjadikan saudara-saudaranya sesama mukmin
sebagai musuh. Mereka tidak melakukan perdamaian, tetapi justru melakukan
kerusakan terhadap saudara-saudara mereka itu. Rasulullah SAW., bersabda
janganlah kalian saling iri hati, benci, bertolak belakang, dan bersaing,
tetapi jadilah kalian hamba-hamba Allah yang bersaudara. Tetapi
kenyataannya mereka saling dengki, benci, bertolak belakang, bersaing, dan
bermusuhan.

Wahai ulama yang fanatik terhadap sebagian madzhab atau terhadap sebagian
pendapat ulama, tinggalkanlah kefanatikan kalian dalam furu dalam mana
ulama menjadi dua pendapat: satu pendapat mengatakan bahwa setiap
mujtahid adalah benar. Pendapat lain mengatakan bahwa yang benar hanya
satu tetapi yang salah tetap diberi pahala. Tinggalkanlah sifat fanatik dan
kecintaan yang dapat mencelakakan ini. Belalah agam Islam. Berjihadlah
terhadap orang yang melecehkan al-Quran dan sifat-sifat Allah Yang Maha
Kasih juga terhadap penganut ilmu-ilmu batil dan akidah-akidah yang sesat.
Berjihad terhadap orang semacam ini adalah wajib. Mengapa kalian tidak
menyibukkan diri dalam jihad ini.

Wahai kaum Muslimin, di tengah-tengah kalian orang-orang kafir telah


merambah ke segala penjuru negeri, maka siapakah dari kalian yang mau
bangkit untuk dan peduli untuk membimbing mereka ke jalan petunjuk?
Maka, wahai para ulama, dalam keadaan seperti ini kalian harus berjihad dan
fanatik. Kefanatikan kalian dalam masalah furu dan perbuatan kalian
menggiring seseorang ke satu madzhab atau satu pendapat ulama maka hal
itu tidak diterima oleh Allah SWT. Dan tidak diridhai oleh Rasul-Nya SAW.
(Sebenarnya) yang mendorong hal itu hanyalah sifat fanatik, nafsu persaingan
dan kedengkian. Seandainya as-Syafii, Abu Hanifah, Malik, Ahmad, Ibnu
Hajar, dan Ramli hidup pasti mereka sangat tidak menyukai kalian dan tidak
bertanggungjawab atas perbuatan kalian itu. Apakah akan diingkari
perbedaan pendapat di kalangan ulama ?

Kalian melihat melihat banyak orang awam yang jumlahnya hanya Allah
Yang tahu, tidak melaksanakan shalat yang balasan atas orang yang tidak
melaksanakannya al-Syafii, Malik, dan Ahmad adalah dipancung lehernya
dengan pedang, sedangkan kalian membiarkan mereka. Bahkan jika salah
seorang dari kalian melihat banyak dari tetangganya tidak melaksanakan
shalat dia diam saja. Kemudian mengapa kalian mengingkari masalah furu
dalam mana fuqaha berbeda pendapat sementara perbuatan yang secara ijma
diharamkan seperti zina, judi, dan minum minuman keras dibiarkan? Jika
demikian kalian tidak punya ghirah untuk Allah. Ghirah kalian hanya untuk
al-Syafii dan ibn Hajar sehingga hal ini menyebabkan terpecahnya kalian,
terputusnya silaturrahim, berkuasanya orang bodoh, dan jatuhnya wibawa
kalian di mata orang banyak. Juga hal tersebut dapat menyebabkan orang
bodoh berani berkata yang melecehkan kalian.

Wahai para ulama, apabila kalian melihat ada orang yang mengamalkan suatu
amalan berdasarkan pendapat seorang imam yang boleh ditaqlidi dari imam
mazhab yang mutabarah, sekalipun pendapat itu kurang kuat, jika mereka
tidak sependapat dengan kalian, maka kalian jangan bersikap kasar terhadap
mereka melainkan bimbinglah mereka secara halus. Jika mereka tidak mau
mengikuti kalian jangan jadikan mereka sebagai musuh. Jika ini dilakukan
maka perumpamaannya sama dengan orang yang membangun sebuah istana
dan pada saat yang sama menghancurkan kota. Janganlah perbedaan itu
kalian jadikan sebab perpecahan, pertentangan, dan permusuhan. Ini sungguh
merupakan kejahatan umum dan dosa besar yang dapat merobohkan
bangunan ummat dan menutup pintu-pintu kebaikan. Demikianlah, Allah
melarang hamba-hamba-Nya yang beriman dari pertentangan dan
memperingatkan dari hal-hal yang berakibat buruk dan menyakitkan. Allah
berfirman dan janganlah kalian berbantah-bantahan yang menyebabkan
kalian menjadi gentar dan hilang kekuatan kalian
Wahai kaum muslimin, sesungguhnya dalam peristiwa yang terjadi selama ini
terdapat banyak pelajaran dan pesan yang dapat diperoleh oleh orang yang
berfikir dewasa, lebih banyak dari apa yang dia peroleh dari khutbah dan
nasehat para muballigh dan dai. Peristiwa-peristiwa itu sesungguhnya
merupakan ujian setiap saat. Maka apakah sudah saatnya mengambil
pelajaran dan peringatan? Dan apakah sudah saatnya kita kembali sadar dari
kemabukan dan kelalaian kita dan menyadari bahwa kemenangan kita
bergantung pada tolong-menolong dan persatuan diantara kita, juga kesucian
hati dan ketulusan di antara kita ? Atau kalau tidak, kita akan tetap dalam
perpecahan, sikap tidak mau tolong-menolong, kemunafikan, dengki dan iri
serta kesesatan yang abadi. Padahal agama kita satu yaitu Islam, mazhab kita
satu yaitu Syafiiyah, daerah kita satu yaitu Jawa, dan kita semua termasuk
Ahl al-Sunnah wa al-Jamaah. Maka demi Allah sungguh ini adalah cobaan
yang nyata dan kerugian besar.

Wahai kaum muslimin bertakwalah kepada Allah, kembalilah kepada Kitab


Tuhan kalian, beramallah sesuai dengan Sunnah Nabi kalian. Tedanilah
orang-orang saleh sebelum kalian, niscaya kalian akan beruntung dan
berbahagia seperti mereka. bertakwalah kepada Allah dan perbaikilah
hubungan di antara sesama kalian. Dan tolong-menolonglah kalian dalam
mengerjakan kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam
perbuatan dosa dan pelanggaran, niscaya Allah melimpahkan Rahmat dan
Ihsan-Nya kepada kalian. Janganlah kalian seperti orang-orang (munafik)
yang berkata: kami mendengar padahal mereka tidak mendengarkan.

Salam di awal dan di akhir.

Madinatuliman.com Balikpapan
Switch to desktop Register Login

Menu Search

Kumpulan Kata Mutiara Islami dan Nasehat Penyejuk


Qalbu
Category: Hikmah Published Date Hits: 15334
MADINATULIMAN - Kumpulan kata mutiara hikmah, nasehat-nasehat
menyejukkan dan hadits-hadits Nabawiyah berikut ini dikumpulkan dari status
facebook yang selama ini di posting pada page facebook Madinatuliman.com
(Islam Balikpapan) dan melanjutkan kata-kata mutiara yang telah diposting
sebelumnya. (Kumpulan SMS Tausiyah dan Kalam Mutiara Hikmah ) dan
Mutiara Hikmah Para Ulama dan Tokoh Indonesia Tentang NKRI ).

"Sungguh beruntung orang yang mati tapi kebaikannya tak turut mati. Dan
sungguh celaka orang yang mati namun keburukannya tidak pula ikut mati"

Kegigihan usahamu pada [perkara-perkara] yang telah pun dijaminkan untukmu


(yakni di dalam urusan-urusan rezeki) disamping kelalaianmu pada [perkara-
perkara] yang telah dituntut daripadamu (yakni di dalam mengerjakan ibadat)
adalah satu dalil bagi terhapusnya al-bashirah (penglihatan mata hati) daripada
dirimu. (Syaikh Ibnu Athoillah As-Sakandari)
"Cara terbaik menghukum orang yang telah melakukan kesalahan terhadap kita
ialah dengan berbuat baik kepadanya"

.
Tidak diterima ucapan tanpa perbuatan, tidak akan lurus (benar) ucapan dan
perbuatan tanpa niat, dan tidak lurus (benar) ucapan, perbuatan dan niat, kecuali
dengan mengikuti Sunnah Rasulullah SAW. (Imam Sufyan Ats-Tsauriy)

"Diamnya seorang 'alim itu adalah merupakan sebuah aib/cela dan perkataannya
itu adalah sebuah perhiasan, sedangkan perkataan seorang yang jahil itu adalah
merupakan sebuah 'aib dan diamnya adalah sebuah perhiasan"

"Kalau ada orang yang meragukan keluasan ilmu Imam al-Syafi'I Rahimahullah,
berarti orang tersebut adalah orang yang perlu diragukan" (Habib Novel bin
Muhammad Alaydrus)

Dalam shalatku selama 40 tahun, aku tak pernah lupa mendoakan guruku yang
bernama Imam Syafii. Itu kulakukan karena aku memperolah ilmu dari Allah
lewat beliau. (Yahya bin Said al-Qathan)

Raihlah sesuatu dengan bakat yang kau miliki, dan jangan meraihkan
(mengingankan) sesuatu sesuai dengan nafsu atau seleramu. (Lukman Hakim)

"Sesungguhnya kebaikan itu memancarkan cahaya pada wajah seseorang, dan


cahaya pada hati, keluasan dalam rezeki, kekuatan pada badan, kecintaan di tengah
makhluk. Dan keburukan akan mengakibatkan kehitaman pada wajah, kegelapan
dalam hati, kelemahan badan dan kekurangan rezeki, serta kebencian di dalam hati
para makhluk Allah.'' (Abdullah bin Abbas Radliyallah anh)


Selamanya kita adalah santri pencari ilmu karena Allah

.

Orang yang tidur tidak akan tahu kalau dirinya sedang bermimpi kecuali setelah
bangun, begitu juga orang yang lupa (lalai) akan akhirat tidak akan tahu kalau
dirinya sedang menyia-nyiakan amal akhirat, kecuali setelah datangnya kematian.
Ya Allah jangan jadikan kami orang-orang pelupa (lalai). (Syaikh Sami al-
Musaithir)


Ketahuilah, sesungguhnya pintu terbesar manusia yang dimasuki oleh iblis adalah
kebodohan (al-Hafidz Imam Ibnul Jauzi al-Hanbali)


Barang siapa sibuk dengan dirinya sendiri maka orang tersebut akan jauh dari
mencari kekurangan orang lain. (Abu Sulaiman Ad-Darani)

#
"Marahnya orang yang mulia bisa terlihat dari sikapnya, dan marahnya orang yang
bodoh terlihat dari ucapan lisannya" (Imam Syafii)

"Tenanglah dan sejukkan jiwamu dengan kebersamaan para Imam-Imam kaum


Muslimin dan para Sahabat Radhiyallahuanhum. Sungguh mereka itulah yang
bersama Rasulullah Shallallahu 'alayhi wa Sallam, kita tak akan bersama
Rasulullah Shallalahu 'alayhi wa Sallam kecuali bila kita mengikuti mereka" [Al
Habib Munzir Al Musawa, pengasuh Majelis Rasulullah SAW]


Waktu laksana pedang, jika engkau tidak memotongnya, maka ia akan
memotongmu


Nafsumu jika tidak engkau sibukkan dengan kebenaran (haq), niscaya akan
menyibukkanmu dengan kebatilan




Keselamatan seseorang ialah dengan menjaga lisannya

:
Barangsiapa yang mengucapkan : Subhanallahil Adhim wa bi-Hamdih,
ditanamkan untuknya sebatang pohon kurma di surge (HR. Turmudhi)

..

Huruf yg kamu tulis itu akan tetap ada sebagai saksi walaupun kamu sudah mati ..
Maka tulislah dengan tanganmu hal-hal yg kamu lihat baik

...
"Ilmu yang paling utama adalah ilmu hal (tingkah laku) ... dan amal yang paling
utama adalah menjaga tingkah laku. (Syaikh Ahmad Az-Zarnuji berkata didalam
Ta'lim Al Muta'allim)

...
...
Belajarlah kalian, karena sungguh ilmu adalah perhiasan bagi pemiliknya ... dan
menjadi keutamaan serta sebagai penolong pada setiap hal yang terpuji. | Jadilah
kalian orang yang selalu mengambil faidah disetiap waktu sebagai tambahan ...
ilmu, dan selamilah samudera-samudera faidah tersebut.


Diantara tanda seseorang mengikuti nawa nafsu adalah bersegera melakukan
amaliyah-amaliyah yang sunnah namun malas untuk menegakkan yang bersifat
wajib (Syaikh Ibnu Athaillah As-Sakandariy)

"Persahabatan terkadang menyuguhkan beberapa cobaan, tetapi persahabatan sejati


bisa mengatasi cobaan itu bahkan tumbuh dan berkembang bersama"



Cinta dan benci karena Allah Subhanahu wa ta'alaa termasuk bagian dari
Keimanan

!
Ketika Al-Laits bin Sad menemui para pencari hadits, kemudian melihat sesuatu
yang ada pada mereka, maka ia berkata, Apa ini ?!, Kalian lebih membutuhkan
sedikit adab daripada banyaknya ilmu. (Syaraf Ashabul Hadits, karya Al Khathib
Al Baghdadi )

"Aku telah membuktikan bahwa kenikmatan hidup itu ada pada kesabaran kita
dalam berkorban." (Sayyidina Umar bin Khaththab)

"Hamba yang saling mencintai karena Alloh akan mendapatkan pertolongan


istimewa di padang makhsar dan di surga akan di tempatkan di tempat mulia yang
bersinar - sinar yang membuat semua penghuni surga merindukan untuk bisa
bersama mereka.Dan tanda hamba yang saling mencintai adalah tidak pernah
meninggalkanya dalam panjatan doanya.Maka dari itu jangan lupa sertakan kami
dalam dalam doa anda dan doakan kami agar tidak lupa mendoakan anda agar kita
mendapatkan kemuliaan hamba-hamba yang saling mencintai karena Alloh. " (Al
Ustadz Yahya Zainul Ma'arif)


Istirahatkan dirimu dari mencemaskan masa depan. Apa yang sudah ditanggung
pihak lain (Allah) untukmu, kau tidak perlu ikut menanggungnya.

"Jika hanya sebatas keluar dari lisan, niscaya hanya akan sampai ke telinga.
Namun, jika yang keluar dari hati niscaya akan sampai ke hati"

"Ilmu yg bermanfaat adalah ilmu yg dapat menambah rasa takutmu (taqwa-mu)


kepada Allah Taala. "

"Bukan dengan merendahkan orang lain yang menjadikan kita mulya. Bukan
dengan membuka aib orang lain yang menjadikan kitab terpuji. | Bukan pula
dengan mengkafirkan orang lain yang menjadikan kita beriman. Bukan pula
dengan memperolok orang lain yang menjadikan kitab pandai"

"Keburukan yang ditata dengan baik, bisa mengalahkan kebaikan yang ditata
buruk"

"Tidak peduli masa belakangmu, tapi peduli pada masa depanmu, semuanya
tergantung pada tindakan kita pada masa kini"

"Jangan jadi bebek, kalaupun mau jadi bebek maka jadilah bebek yang berprinsip"



Maulid Nabi menurut Ibnu Katsir: Sungguh malam kelahiran Nabi SAW adalah
malam yang sangat mulia dan banyak berkah dan kebahagiaan bagi orang mukmin
dan malam yang suci, dan malam yang terang cahaya, dan malam yang sangat
agung. [Lihat kitab Maulid iIbnu Katsir 19],

Kata "Syaikh" semakna dengan kata "asy-syikh". Kata syaikh adalah masdar
yang memiliki makna isim fail. Secara bahasa, syaikh adalah orang yang telah
mencapai usia 40 tahun, meskipun ia seorang yang kafir. Adapun menurut tradisi,
syaikh adalah seseorang yang telah mencapai derajat utama, meskipun ia seorang
bocah. Syaikh adalah seseorang yang memiliki kebijakan, ilmu, dan hikmah yang
luas.
(Syaikh Ihsan Jampes dlm Siraj ath-Thalibin)

"Senjata orang yang hina adalah tutur kata yang buruk". (al-Imam Ali Zaenal
Abidin bin Husein ra)

"Sanjungan orang lain yang ditujukan kepadamu, itu karena indahnya penutup
Allah yang ada padamu atas aibmu".

"Mengajak tanpa do'a itu bentuk kesombongan. Sebab, bukan anda yang dapat
memberikan hidayah, melainkan Allah. Oleh karena itu, ajaklah dan do'akanlah".
(Dalam Dakwah)

wa Ammal Kasrotu fa-Takunu 'alamatan lil-Khofdli. Arti secara nahwunya adalah


"Sedangkan Kasroh itu tanda untuk Khofadl / Jer. | Sedangkan pecah belah (cerai
berai / tidak bersatu) itu tanda-tanda rendah (kehinaan, penj). (Menyelami
Hikmah | Tidak Sekedar Nahwu)

" : :

" .
Dari Abu Hurairah ra. Rasulullah saw bersabda "Jadilah orang wara' (menjaga diri
dari dosa kecil dan perkara hina) maka kamu akan jadi orang yang paling giat
beribadah, jadilah orang qana'ah (menerima dan ridla atas rizqi yang berikan Allah
kepadanya) maka kamu akan menjadi orang yang paling bersyukur, cintailah orang
lain sperti kami mencintari dirimu niscaya kamu akan jadi orang mukmin sejati,
berbuat baiklah dengan tetangga niscaya kamu akan menjadi muslim sejati,
kurangi tertawa, sesungguhnya banyak tertawa akan mematikan hati (RISALAH
AL-QUSYAIRIYYAH)


Imam Al Junaid Al Baghdadi berkata: Akhlaq Rasulullah Shalallahu Alayhi wa
Sallam dinamakan sebagai akhlaq yang agung karena tiada sesuatu yang menjadi
keinginan pun bagi Nabi SAW melainkan hanya Allah Taalaa.





Sesungguhnya kebenaran dapat menjadi lemah karena perselisihan dan
perpecahan dan kebathilan sebaliknya dapat menjadi kuat dengan persatuan dan
kekompakan" (Kalam Sayyidina 'Ali Karramallahu Wajhah, disebutkan didalam
kitab Qanun Asasi Hadratus Syekh Hasyim Asyari)

"Santri harus diberi peluang untuk membuat revolusinya sendiri. Sebuah revolusi
wacana, revolusi pemikiran. Lahap semua buku, diskusi, dan menulislah. Sekali
lagi, bikin revolus"i. (Dwy Sadoellah)

"Islam mengakui eksistensi negara, bahkan seperti Imam Al Ghazali dan Imam
Ibnu Taimiyah menyatakan bahwa urusan hukuman itu adalah otoritas negara" (KH
'Ali Mustofa Ya'qub)

: :
.
Yahya bin Mu'adz Ar-Razi menasehatkan : Hendaknya kamu mempunyai tiga
sikap terhadap sesama mukmin: kalau kamu belum mampu memberinya manfaat,
maka janganlah kau beri dia kesusahan, kalau kamu mampu membuatnya gembira
janganlah kau buat dia sedih, kalau kamu belum bisa memujinya maka janganlah
kau mencela.

Ibnul Mubarak (ulama Salaf) pernah berkata: Barangsiapa menghina ulama maka
hilanglah akhiratnya. Barangsiapa menghina pemerintah, maka hilanglah dunianya.
Barangsiapa menhina sahabat-sahabatnya maka hilanglah kemuliaanya


,
Sesungguhnya seorang hamba apabila ia berbuat kesalahan maka dihatinya akan
tertera setitik noda. Ketika ia telah beristighfar (meminta ampunan) dan bertaubat
maka hati itu akan kembali cemerlang dan jika ia kembali melakukan kesalahan
serupa maka hati itulah yang telah tertutup. Seperti halnya firman Allah dalam al-
Muthafifin demikian sebenarnya apa yang mereka lakukan itu telah menutupi hati
mereka

*
Janganlah kau mengikuti nafsu dan syaitan serta kemaksiatan yang
ditawarkannya. Dan tetap waspadalah sekalipun keduanya membisikkan nasihat
yang terkesan baik



Ihsan adalah beribadah kepada Allah seakan-akan kamu melihat Allah dan bila
tidak bisa melihat Allah maka allah melihat kamu

Waktu adalah hal yang paling berharga untuk dijaga dan dipelihara, tapi paling
mudah untuk hilang dan sirna. (Yahya bin Hubairah |Qimatuz-Zaman Indal-
Ulama)

#

#
#
Setiap manusia adalah anak dari jerih payahnya. Semakin keras berusaha,
semakin pantas ia jaya. Cita-cita yang tinggi dapat mengangkatnya ke derajat yang
tinggi. Semakin keras berkemauan, semakin terang derajat itu. Tak ada langkah
mundur bagi orang yang ingin maju. Tak ada kemajuan bagi orang yang
menghendaki mundur

#

Sudah menjadi tabiat waktu, membahagiakan satu pihak akan menyedihkan pihak
lainnya


Menghafal sebelum memaham lebih berguna daripada memahami sebelum
menghafal.

"Sesuatu yang menjadi perselisihan pendapat para ulama tidak boleh diingkari |
Sebuah Ijtihad tidak bisa dibatalkan dengan ijtihad lainnya"


Dunia itu ibarat rumah yang nyata bagi yang membenarkannya; ibarat rumah
kesuksesan bagi yang memahaminya; dan ibarat rumah mewah bagi yang
mengiyakannya

"Belajar agama Islam melalui buku-buku terjemahan berbahasa Indonesia itu


hendaknya digunakan untuk menambah pengetahuan pribadi dalam beribadah. Dan
apabila ada orang yang belajar agama Islam dari buku-buku terjemahan kok
dipakai untuk berdebat atau dipakai ikut-ikutan untuk berfatwa maka itulah ciri-ciri
orang yang tidak sabar dalam menuntut ilmu namun dia sudah tidak sabar ingin
dianggap WAH oleh orang lain". (Ustadz Dawam Mu'allim Hafidzahullah |
Pengasuh Pondok Pesantren Al Ma'rifah - Bontang Kalimantan Timur)


Jika kamu duduk bersama para ulama' maka jagalah lisanmu dan bila kamu duduk
dengan para aulia' maka jagalah hatimu.

Betapa banyak orang yang mencela perkataan yang benar dan sebabnya adalah
pemahaman yang salah/buruk.

"Akan kuberikan ilmu yang kumiliki kepada siapapun, asal mereka mau
memanfaatkan ilmu yang telah kuberikan itu". (Imam Syafii Rahimahullah)

Syaikh Abdul Wahhab asy-Sya'rani bercerita : Pernah seseorang yang mengaku


'arif billah datang kepadaku, lalu ia berbicara tinggi tentang Fana dan Baqo tanpa
di dasari ilmu. Banyak orang yang meyakininya. Ia bersamaku beberapa hari,
kemudian aku bekata kepadanya Beri tahu aku apa saja syarat-syarat whudu dan
sholat ! Ia menjawab Aku belum belajar bab itu sama sekali . Maka aku berkata
kepadanya Wahai saudaraku, sesungguhnya menyesuaikan segala ibadah dengan
ketentuan Al-Quran dan As-Sunnah adalah perkara yang wajib menurut
kesepakatan para ulama. Barangsiapa yang tidak bisa membedakan antara yang
wajib dan sunnah, antara yang makruh dan haram maka ia adalah orang bodoh.
Dan orang bodoh tidak patut untuk di ikuti baik dalam thoriqah lahir maupun
thoriqah batin . Lalu ia membisu seribu bahasa dan tidak ada jawaban sama sekali
darinya. Sejak itulah ia menjauhiku.

Sayyidi Syaikh Ali Al-Khowwash Rh berkata: Sesungguhnya jalan para ulama


sufi terhias dengan Al-Quran dan Al-Hadits bagaikan terhias dengan emas dan
permata. Demikian itu karena mereka di setiap gerak-gerik dan diam mereka
mempunyai niat yang baik sesuai dengan timbangan Syariat. Dan tidak bisa
mengetahuinya kecuali orang yang memperdalami ilmu-ilmu Syariat .

:
Orang-orang sholih adalah mereka yang memenuhi/menegakkan hak-hak Allah
Ta'ala dan hak-hak sesama hamba. (Minhaj al-Qowim Ibnu Hajar al-Haitami hal
44)

#
Tiada sesuatupun didunia ini yang kekal, maka ukirlah cerita, cerita yang indah
untuk dikenang, karena dunia itu sendiri adalah sebuah cerita. (Penyair)


Biasakan untuk menyimak (mendengarkan) nasehat-nasehat, sebab sesungguhnya
hati ketika kosong dari nasehat maka akan buta. (Syaikh Abdul Qadir Al Jailani)


Berkawan dengan orang yang baik (akhlaknya ) adalah pilihan yang baik,
sedangkan berkawan dengan orang yang buruk (akhlaknya) adalah pilihan yang
buruk.

"Tidak boleh hasad/dengki/cemburu kecuali pada dua golongan yaitu seorang laki-
laki yang Allah anugerahkan kepadanya Ilmu pengatehuan, dan seorang yang Allah
anugerahkan harta kekayaan yang dengan harta kekayaannya ia manfaatkan dijalan
Allah"


Sabar adalah menjaga diri dan menahannya dari sesuatu


Bahwa orang yang dermawan dekat dengan Allah, dekat dengan surge, dekat
dengan masyarakatnya dan jauh dari neraka
"Sebaiknya sebelum bersetubuh hendaknya diajak bersenda-gurau dan
menciumnya, sebagaimana Rasulullah SAW melakukannya" (Ibnul Qayyim al
Jauziyah)


Tidak melakukan sesuatu karena manusia adalah riya, dan melakukan sesuatu
karena manusia adalah syirik. (Ibnu al-'Iyyadl)


Katakanlah kebenaran waluapun pahit adanya


Tidaklah seorang yang membaca bismillahirrahmanirrahim kecuali Allah akan
utus kepadanya seorang (malaikat pencatat) menuliskan 400 kebaikan untuknya

"Apabila kamu melihat seorang alim yg bisa berjalan di atas air, jangan lantas
dengan mudahnya engkau mengikutinya, teliti dulu apakah pola tingkahnya sesuai
dengan Al Qur'an dan Hadits, apabila demikian maka ikutilah dia, namun bila
berseberangan maka tinggalkanlah dia" (Syaikh Abu Yazid Al Busthomi)

DOA - Bismillahirrahmanirrahiim. Alhamdulillahi Rabbil 'Aalamiin. Allahumma


Shalli 'alaa Sayyidina Muhammad. ya Allah ...!, Sesungguhnya aku berlindung
kepada-Mu dari kesempitan dunia dan kesempitan hari kiamat. Ya Allah ...!,
jadikanlah permulaan hari ini suatu kebaikan dan pertengahannya suatu
kemenangan dan penghabisannya suatu kejayaan, wahai Tuhan yang paling
Penyayang dari segala penyayang Ya Allah ...!, sesungguhnya aku mohon kepada-
Mu ilmu yang berguna, rezki yang baik dan amal yang baik Diterima. wa
Shallallahu 'alaa Sayyidina Muhammad, wal Hamdulillahi Rabbil 'Aalamiin.
Aaamiin yaa Rabbal 'Aalamiin

"Pancasila sebagai dasar dan falsafah negara Republik Indonesia bukanlah agama,
tidak dapat menggantikan agama, dan tidak dapat dipergunakan untuk
menggantikan kedudukan agama" (Deklarasi Hubungan Pancasila dengan Islam,
dikeluarkan oleh Nahdlatul Ulama (NU) tahun 1983)

Cinta mampu melunakan besi, menghancurkan batu, membangkitkan yang mati


dan meniupkan kehidupan. Cinta juga mampu membuat seorang budak menjadi
majikan, serta majikan akan menjadi seorang budak. Ketahuilah, bahwa inilah
kedahsyatan cinta. (Sayyidah Rabi'ah al-'Adawiyah)
"Janganlah bersedih karena urusan dunia dan isinya. Kita hanya bertamu di atas
tanahnya." (Ustadz Muhammad Idrus Romli)

"Sesungguhnya hal yang memalukan dan aib bagi muslimah dan mukminah adalah
tidak mempedulikan sirah (sejarah) Sayyidah Fatimah Az-Zahro, akhlak dan
kebiasaan beliau" (Habib Umar Bin Hafidz)

"Aksi-aksi yang bersifat intimidatif, merugikan pihak lain secara materi maupun
non-materi, mengancam keselamatan atau bahkan menghilangkan jiwa dan/atau
menciderai raga siapapun, sekalipun dilakukan atas nama dakwah dan/atau amar
ma'ruf nahi munkar, itu adalah dakwah yang salah dan umat Islam harus
menolaknya. Bahkan wajib hukumnya bagi pemerintah menangkap para pelaku
kejahatan (jarimah). Dakwah apapun yang tidak sejalan dengan pesan luhur agama,
adalah dakwah yang salah dan harus di tolak"(Syaikhul Akbar al-Azhar
Muhammad Sayyid Thanthawi)

"Dimanapun, untuk mencapai kesucian hati adalah dengan rendah hati" (Maulana
Jalaluddin Rumi)

"Dakwah yang baik itu adalah dakwah yang mencerahkan, yang mendidik, yang
mencerdaskan dan memberi harapan kepada manusia. | Semua dakwah yang
berbeda dengan semua orientasi Ilahiyah adalah dakwah yang salah"

"al-Ilmu Nurun (Ilmu adalah cahaya). Ibarat sebuah bola lampu, jika engkau ingin
tercerahkan dengan cahaya maka tempatkan dirimu didekat bola lampu yang
terang, bukan pada bola lampu yang redup, apalagi bola lampu yang mati".
[Madinatuliman.com]


Sufyan bin Uyainah berkata: "al-Hadits itu menyesatkan, kecuali bagi
fuqaha/ulama'"


Abdullah bin Wahab rahimahullah (seorang ahli hadis yang juga sahabat Imam
Malik) pernah berkata: "Seandainya tidak ada Malik bin Anas dan al--Laist bin
Sa'ad, maka aku akan celaka, aku sebelumnya mengira bahwa setiap yang datang
dari Nabi SAW di amalkan semua"

Dakwah itu tidak hanya bil-maqal (ucapan), tapi juga bil-hal (perbuatan) (Prof.
Dr. KH. Said Aqil Siradj)

,
"Selemah-lemahnya manusia ialah yang tidak bisa mendapatkan kawan, dan yang
lebih lemah dari itu ialah orang yang eninggalkan kawannya setelah ia dapatkan"

"Kedalaman ilmu membentuk prinsip yang teguh, keteguhan prinsip membentuk


sikap yang tangguh, ketangguhan sikap menjadi pijakan hidup yang kokoh". (Abu
al-Husain an-Nuri | Ulama sufi Baghdad (w. 295 H))


(4-3 / 1 ) .
"Ilmu, amal, ikhlas, dan khauf (takut kepada Allah) Barangsiapa yang tidak
berilmu dia adalah buta, barangsiapa yang tidak mengamalkan ilmunya dia adalah
terhijab (tertutup), barangsiapa yang tidak ikhlas dalam beramal dia adalah terlena,
dan barangsiapa yang tidak senantiasa khauf (takut kepada Allah) dia adalah
tertipu" (Raudlatuth Thalibin - Taman Para Santri 1 : 3-4)


#
"Ungkapkanlah apa yang ingin diungkapkan. (Jangan ragu) pemuda memang
selalu dicemooh lantaran kecakapannya"

"Bila saat shalat tidak bisa merasakan Allah bersama kita, bagaimana mungkin bisa
merasakan kebersamaan Allah di luar shalat"




"Ketahuilah bahwa sesungguhnya Madzhab Ahlul haqq dari kalangan ahli hadits ,
ahli fiqih , ahli ilmu kalam dari kalangan shahabat , tabi'in dan orang-orang
sesudah mereka dari kalangan Ulama'nya umat Islam adalah sesungguhnya semua
yang ada (terjadi) , yang baik , yang buruk , yang manfaat , yang madlorrot ,
semuanya dari Allah Subhanahu wa Ta'ala dan dengan Irodah (Kehendak)Nya dan
TaqdirNya" (Al-Adzkar | Imam al-Nawawiy al--Syafi'iy al-Asy'ariy)


"Jangan menghina seseorang yang lebih rendah daripada kamu, karena setiap orang
mempunyai kelebihan"


"Jangan remehkan sedikitpun dari suatu kebaikan yang diperoleh"
"Sebarkanlah Islam yang damai dan ramah | bukan menyebarkan amarah dan
kebencian"


"Andai tidak ada guru pembimbingku niscaya aku tidak akan tahu siapa Tuhanku"

"Dalam berdakwah, para mubaligh harusnya mempunyai parameter keberhasilan


untuk mengukur sejauh mana materi dakwah yang disampaikan telah mencapai
harapan. Berdakwah tidak cukup hanya memberikan materi dakwah tanpa
memperdulikan kemajuan jamaahnya". (Prof. Dr.Yunahar Ilyas, LC, M.Ag | Ketua
PP Muhammadiyah)

"Mempublikasikan dakwah itu bukan riya. Kita harus ceritakan kegiatan kita pada
media, koran, televisi, majalah, internet. Karena sarana dakwah yang paling efektif
saat ini adalah media, (DR. KH Marsudi Syuhud, Sekjend Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama)

"Aku melihat menyibukkan diri dengan fiqah dan dengan mendengar hadis tidak
cukup untuk merawat hati melainkan ilmu itu digabungkan dengan perkara-perkara
yang melembutkan hati dan membaca cerita sejarah orang soleh. Adapun
mengetahui perkara halal dan haram bukanlah satu peranan yang besar di dalam
melembutkan hati. Sesungguhnya yang melembutkan hati ialah dengan menyebut
cerita-cerita yang menyentuh hati dan cerita-cerita orang soleh kerana mereka ialah
golongan memahami maksud daripada hadis-hadis yang dinukil. Mereka keluar
daripada zahir cerita kepada aspek rohani dan sentimen cerita-cerita tersebut.
Tidaklah aku ceritakan perkara ini melainkan untuk merawat dan mengubat kerana
aku melihat pelajar-pelajar yang belajar hadis, minat mereka hanya pada mendapat
sanad hadis yang tinggi dan minat fuqaha ialah untuk memperhebatkan pendebatan
mereka. (al-Hafidz Imam Ibnul Jauzi al-Hanbali)

Setiap perjuangan pasti ada tantangan. Jika tidak berani menghadapi tantangan,
jangan berjuang. Tapi hidup sendiri pun adalah perjuangan (KH. Abdurrahman
Navis, Lc. MHI, Direktur ASWAJA NU Center PW NU Jawa Timur)

"Janganlah karena kelambatan pemberian karunia dari Allah sedangkan engkau


telah bersungguh sungguh berdoa, membuat kamu berputus asa. Sebab Allah telah
menjamin untuk mengabulkan semua doa, menurut apa yang dipilihNya untuk
kamu, bukan menurut kehendakmu, pada waktu yang ditentukan oleh Nya bukan
waktu yang kamu tentukan. (Al- Hikam | Ibnu 'Athaillah As-Sakandari)
Jika engkau dengan ilmu yang kau dapati tidak engkau amalkan. Maka, untuk apa
engkau mencari ilmu yang tidak engkau ketahui?. (Imam Al Ghazali - Ihya
Ulumuddin, 1/94)

"Menjalankan amar ma'ruf nahi munkar, tidak boleh dengan membuat


kemungkaran yang baru. Inilah yang jadi pegangan kita. Islam menentang
perbuatan yang anarkis" (Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya'kub, MA (Pengasuh
Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darussunnah | Imam Besar Masjid Istiqlal Jakarta)

"Islam tidak pernah mengamanatkan anarkisme, apalagi membunuh pemeluk


agama lain hanya karena berbeda agama" (Prof. Dr. KH. Ali Mustofa Ya'kub, MA
(Pengasuh Pesantren Luhur Ilmu Hadits Darussunnah | Rais Syuriah PBNU bidang
Fatwa)


"Adapun amal salih adalah sifat yang umum pada setiap perbuatan yang memberi
faidah kepada sesama hamba dan negara, dan memberi manfa'at kepada
masyarakat baik individu, sekarang dan masa datang" (Hadlratusy Syaikh KH
Hasyim Asy'ari)

Dalam Islam ada ajaran bahwa kearifan-kearifan itu tidak hanya di Mekkah dan
Madinah. Hikmah juga terdapat di mana-mana.Hikmah adalah sesuatu yang dicari-
cari oleh seorang muslim, maka di mana pun hikmah itu didapatkan, maka muslim
itulah yang berhak mengambil hikmah itu. Maka kearifan ada di Jawa, Kalimantan,
Sumatera, China, Amerika, Eropa, dan tempat lain. (KH. A. Malik Madany)

Pengakuan akan kebesaran seorang ulama tidak cukup ditentukan oleh


pengetahuan dan ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana peran yang dijalankannya di
masyarakat. (H Miftah Fakih - Sekretaris Rabithah Ma'ahid Islamiyah/Persatuan
Pondok Pesantren (RMI))

"Pemuda yang tidak mengalami payahnya mendalami ilmu agama (hanya belajar
instan), tidak akan bisa menghargai ilmu dan ahli ilmu (Ulama)"

Islam berkait dengan kata salam, as-silmu, as-salmu, dan as-salam yang semuanya
mengacu pada pengertian keselamatan dan kedamaian. Islam juga masuk ke
Nusantara ini, khususnya ke Jawa, dengan cara-cara yang damai, dan itu sesuai
dengan karakteristik dan jatidiri agama Islam. Di samping itu Islam juga mengacu
pada pengertian kepasrahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dan pada aturan-
aturan yang digariskan oleh Allah SWT. (KH A. Malik Madani)

"Kalau badan membutuhkan makan, maka ruhani juga demikian. Kalau ruhani
jarang diberi makan, maka bisa kering dan tumpul, alias tidak berguna.(Kiai
Sa'dan - Bantul)

Rasulullah Saw bersabda: Sesungguhnya perkataan Subhanallah walhamdu Lillaah


wa Laa Ilaaha Ilallah wallahu Akbar menggugurkan dosa seperti pohon
menggugurkan daunnya. (Al Hadits)

"Menikahlah kalian, sesungguhnya diriku akan berbangga dengan banyaknya


umatku dihadapan nabi-nabi pada hari Qiyamat, dan janganlah kalian seperti rahib-
rahib Nasrani" (HR. Al Baihaqi)

Manusia yang paling utama bagiku kelak di hari qiyamat adalah yang paling
banyak mengucapkan shalawat kepadaku (HR. At-Turmidzi)

"Janganlah sekali-kali engkau meremehkan suatu perbuatan baik walaupun hanya


menyambut saudaramu dengan muka yang manis" (HR. Muslim)

:
:



.
Dari Abu Dzar Radhiyallahu 'anhu , ia berkata: Kekasihku (Rasulullah)
Shallallahu 'alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku
mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan
aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat
kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku
menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku
dianjurkan agar memperbanyak ucapan l haul wal quwwata ill billh (tidak ada
daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk
mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut
celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau
melarang aku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia. (Wasiat
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam Kepada Abu Dzar Al-Ghifari)


Rasulullah SAW bersabda : Kalian semua pulang dari sebuah pertempuran kecil
menuju pertempuran besar. Lalu ditanyakan kepada Rasulullah saw. Apakah
pertempuran besar wahai Rasulullah? Rasul menjawab jihad (memerangi) hawa
nafsu.


Rasulullah SAW bersabda : Bahwasannya kehancuran umatku karena menuruti
hawa nafsu, senang dipuji dan cinta dunia.






( ) .
Wahai manusia, ingatlah, sesungguhnya Tuhanmu adalah satu, dan nenek
moyangmu juga satu. Tidak ada kelebihan bangsa Arab terhadap bangsa lain. Tidak
ada kelebihan bangsa lain terhadap bangsa Arab. Tidak ada kelebihan orang yang
berkulit hitam terhadap orang yang berkulit merah, tidak ada kelebihan orang yang
berkulit merah terhadap yang berkulit merah, kecuali dengan taqwanya.. (HR.
Ahmad, al-Baihaqi, dan al-Haitsami)



Akan datang kepada manusia di mana perhatianya adalah perutnya, kebanggaan
mereka adalah harta (benda) qiblatnya adalah wanita, agama mereka adalah uang
dirham dan dinar, mereka itulah makhluk paling jelek dan tidak mendapat bagian
di sisi Allah. (Al Hadits)


Barang siapa yang memperbanyak baca istighfar maka Allah swt akan mengubah
kesusahan orang itu menjadi kebahagiaan dan mengeluarkannya dari keprihatinan,
serta memberinya rizqi dari arah yang tidak disangkanya. (Al hadits)


Tetapi wajiblah kamu bersama-sama jamaah karena kekuatan/pertolongan Allah
terletak pada jamaah dan barang siapa menyendiri (pengenyahan diri) maka dia
akan sendirian di neraka (Al Hadits)


Seseungguhnya Allah tidak mengumpulkan umatkan (Islam) terhadap suatu
kesesatan. (Al hadits)

:
) :
( 137: 1 :
Dari Anas bin malik bahwa Umar bin Khattab ketika menghadapi kemarau
panjang, mereka meminta hujan melalui Abbas bin Abdul Muttalib, lalu Abbas
berkata:"Ya Tuhanku sesungguhkan kami bertawassul (berperantara) kepadamu
melalui nabi kami maka turunkanlah hujan dan kami bertawassul dengan paman
nabi kami maka turunkanlau hujan kepada, lalu turunlah hujan. (Imam Al
Bukhari)

:
Seutama-utamanya iman adalah sabar dan toleransi (Hadits Shohih dari kitab
Faidhul Qadir Syarah al-Jami'ush Shaghir jilid 2 halaman 29)



Bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Jika salah seorang
dari kalian akan mengenakan sandal, hendaknya memulai dengan kaki kanannya.
Dan apabila akan melepasnya, hendaknya memulai dengan kaki kirinya.
[Muttafaqun alaihi]


Bukanlah yang dikatakan kaya itu dengan banyaknya harta, akan tetapi kaya itu
adalah kaya hati (Al Hadits)



Ruh-ruh manusia adalah pasukan yang besar. Selagi ruh-ruh itu saling mengenal
maka mereka akan bersatu padu. Dan selagi ruh-ruh itu saling mengingkari, maka
mereka akan berselisih. (HR. Imam Al Bukhari)


Sesungguhnya dari umatku terdapat Mukallamin dan Muhaddatsin [diberi karunia
oleh Allah untuk mengetahui beberapa rahasia], dan sesungguhnya Umar adalah
termasuk dari mereka (Al Hadits)






()
Barang siapa merintis (memulai) dalam agama Islam sunnah (perbuatan) yang
baik maka baginya pahala dari perbuatannya tersebut, dan pahala dari orang yang
melakukannya (mengikutinya) setelahnya, tanpa berkurang sedikitpun dari pahala
mereka. Dan barang siapa merintis dalam Islam sunnah yang buruk maka baginya
dosa dari perbuatannya tersebut, dan dosa dari orang yang melakukannya
(mengikutinya) setelahnya tanpa berkurang dari dosa-dosa mereka sedikitpun
(HR. Imam Muslim)


Perbanyaklah kalian mengingat penghancur kelezatan yaitu kematian (HR. Imam
At-Turmidzi)


"Dan sesungguhnya amal yang paling dicintai oleh Allah adalah yang terus
menerus dirutinkan meskipun sedikit" (HR. Muslim)

:
Rasulullah Saw bersabda: "Tidak halal darah seorang muslim, kecuali karena salah
satu dari tiga hal: orang yang berzina padahal ia sudah menikah, membunuh jiwa,
dan orang yang meninggalkan agamanya lagi memisahkan diri dari jamaah (kaum
muslimin)" (HR. Al Bukhari - Muslim)


"Seandainya penduduk langit dan bumi bersatu untuk membunuh seorang muslim,
maka Allah benamkan mereka semua di neraka" (HR. Ath Thabrani)



Sabda Rasulullah SAW; "Barangsiapa yang mengucapkan sholawat kepadaku satu
kali, maka Allah mengucapkan sholawat kepadanya sepuluh kali" (Al Hadits)


"Hancurnya dunia ini lebih ringan di sisi Allah daripada terbunuhnya seorang
muslim" (HR. Tirmidzi dan An-Nasaa-i)

Setiap perjuangan pasti ada tantangan. Jika tidak berani menghadapi tantangan,
jangan berjuang. Tapi hidup sendiri pun adalah perjuangan (KH. Abdurrahman
Navis, Lc. MHI, Direktur ASWAJA NU Center PW NU Jawa Timur)

Dakwah itu tidak hanya bil-maqal (ucapan), tapi juga bil-hal (perbuatan). (Prof.
DR. KH. Said Aqil Siradj, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama)

"Mempublikasikan dakwah itu bukan riya. Kita harus ceritakan kegiatan kita pada
media, koran, televisi, majalah, internet. Karena sarana dakwah yang paling efektif
saat ini adalah media, (DR.KH Marsudi Syuhud, Sekjend Pengurus Besar
Nahdlatul Ulama)

Remaja sebagai generasi muda calon pemimpin bangsa masa depan sudah
terpengaruh dengan budaya-budaya di luar Islam Ahlussunnah wal Jamaah
(Aswaja). Hal ini tentunya memerlukan perhatian serius dari banyak pihak, agar
terwujud generasi muda yang tangguh, handal, berkualitas dan berakhlak mulia
(Sekretaris Majelis Wakil Cabang Nahdlatul Ulama (MWCNU) Kecamatan Maron
Kabupaten Probolinggo, M. Mascung Asyari)

Islam berkait dengan kata salam, as-silmu, as-salmu, dan as-salam yang
semuanya mengacu pada pengertian keselamatan dan kedamaian. Islam juga
masuk ke Nusantara ini, khususnya ke Jawa, dengan cara-cara yang damai, dan itu
sesuai dengan karakteristik dan jatidiri agama Islam. Di samping itu Islam juga
mengacu pada pengertian kepasrahan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, dan
pada aturan-aturan yang digariskan oleh Allah SWT. (KH A. Malik Madani, Katib
Aam PBNU)

Mujahadah merupakan tradisi kaum santri. Dengan mujahadah, maka ruhani


mendapatkan menu yang sangat lezat. Kalau badan membutuhkan makan, maka
ruhani juga demikian. Kalau ruhani jarang diberi makan, maka bisa kering dan
tumpul, alias tidak berguna. (Kiai Sa'dan - Bantul)

Pengakuan akan kebesaran seorang ulama tidak cukup ditentukan oleh


pengetahuan dan ilmu yang dimiliki, tetapi bagaimana peran yang dijalankannya di
masyarakat. (H Miftah Fakih - Sekretaris Rabithah Maahid Islamiyah (RMI))

Dalam Islam ada ajaran bahwa kearifan-kearifan itu tidak hanya di Mekkah dan
Madinah. Hikmah juga terdapat di mana-mana.Hikmah adalah sesuatu yang dicari-
cari oleh seorang muslim, maka di mana pun hikmah itu didapatkan, maka muslim
itulah yang berhak mengambil hikmah itu. Maka kearifan ada di Jawa, Kalimantan,
Sumatera, China, Amerika, Eropa, dan tempat lain. (KH. A. Malik Madany, Katib
Aam PBNU)

Godaan hidup manusia itu banyak sekali. Sejak manusia diciptakan, godaan sudah
ada. Manusia jangan sampai lengah dan terlena, karena dengan godaan hidup
itulah, kualitas iman manusia semakin meningkat. | Manusia harus bermental baja,
karena cobaan yang dihadapi manusia di jaman modern ini sangat beragam.
Manusia jangan sampai terlena, karena bisa terbawa arus negatif yang merusak.
(KH Asyhari Abta, Rais Syuriah PWNU DIY)
Kearifan lokal harus dijaga dan dikembangkan bersama-sama. Pengembangan itu
dilakukan dengan menjaga dan melestarikan budaya bangsa, termasuk budaya
Jawa (KH Mustofa Bisri)

Pesantren itu lembaga paling tua dalam pencetak kader akhlaq anak bangsa mulai
merebut kemerdekaan dan mengisi kemerdekaan (Katib Syuriyah PBNU KH
Muhammad Musthofa Aqil).

(*/You are here: Home Islam KH. M. Hasyim Asyari

KH. M. Hasyim Asyari


wahyu budi nugroho Islam, Kehidupan, Organisasi, Pengetahuan 28 Maret 2013

1. 1. Biografi singkat KH. M. Hasyim Asyari

Kyai Haji Mohammad Hasyim Asyarie, bagian belakangnya juga sering dieja
Asyari atau Ashari, lahir di Desa Gedang, Kecamatan Diwek, Kabupaten
Jombang, Jawa Timur, 10 April 1875 dan meninggal di Jombang, Jawa Timur, 25
Juli 1947 pada umur 72 tahun; 4 Jumadil Awwal 1292 H- 6 Ramadhan 1366 H.
Dimakamkan di Tebu Ireng, Jombang. Beliau adalah pendiri Nahdlatul Ulama,
organisasi massa Islam yang terbesar di Indonesia. Dikalangan Nahdliyin dan
ulama pesantren ia dijuluki dengan sebutan Hadratus Syeikh yang berarti maha
guru.

Istri KH. M. Hasyim Asyari bernama Nyai Nafiqoh, dan dengannya dikaruniai
anak yang bernama Hannah, Khoiriyah, Aisyah, Azzah, Abdul Wahid, Abdul
Hakim (Abdul Kholiq), Abdul Karim, Ubaidillah, Mashurroh, Muhammad Yusuf,
Abdul Qodir, Fatimah, Chotijah, Muhammad Yakub.

1. 2. Pendidikan KH. M. Hasyim Asyari

KH Hasyim Asyari belajar dasar-dasar agama dari ayah dan kakeknya, Kyai
Utsman yang juga pemimpin Pesantren Nggedang di Jombang. Sejak usia 15
tahun, ia berkelana menimba ilmu di berbagai pesantren, antara lain Pesantren
Wonokoyo di Probolinggo, Pesantren Langitan di Tuban, Pesantren Trenggilis di
Semarang, Pesantren Kademangan di Bangkalan dan Pesantren Siwalan di
Sidoarjo.

Pada tahun 1892, KH Hasyim Asyari pergi menimba ilmu ke Mekah, dan berguru
pada Syekh Ahmad Khatib Minangkabau, Syekh Mahfudh at-Tarmisi, Syekh
Ahmad Amin Al-Aththar, Syekh Ibrahim Arab, Syekh Said Yamani, Syekh
Rahmaullah, Syekh Sholeh Bafadlal, Sayyid Abbas Maliki, Sayyid Alwi bin
Ahmad As-Saqqaf, dan Sayyid Husein Al-Habsyi.

Di Makkah, awalnya K.H. Hasyim Asyari belajar dibawah bimgingan Syaikh


Mafudz dari Termas (Kediri) yang merupakan ulama dari Indonesia pertama yang
mengajar Sahih Bukhori di Makkah. Syaikh Mafudz adalah ahli hadis dan hal ini
sangat menarik minat belajar K.H. Hasyim Asyari sehingga sekembalinya ke
Indonesia pesantren ia sangat terkenal dalam pengajaran ilmu hadis. Ia
mendapatkan ijazah langsung dari Syaikh Mafudz untuk mengajar Sahih Bukhari,
dimana Syaikh Mahfudz merupakan pewaris terakhir dari pertalian penerima
(isnad) hadis dari 23 generasi penerima karya ini. Selain belajar hadis ia juga
belajar tassawuf (sufi) dengan mendalami Tarekat Qadiriyah dan Naqsyabandiyah.

KH. Hasyim Asyari juga mempelajari fiqih madzab Syafii di bawah asuhan
Syaikh Ahmad Katib dari Minangkabau yang juga ahli dalam bidang astronomi
(ilmu falak), matematika (ilmu hisab), dan aljabar. Di masa belajar pada Syaikh
Ahmad Katib inilah Kyai Hasyim Asyari mempelajari Tafsir Al-manar karya
monumental Muhammad Abduh. Pada prinsipnya ia mengagumi rasionalitas
pemikiran Abduh akan tetapi kurang setuju dengan ejekan Abduh terhadap ulama
tradisionalis.

Gurunya yang lain adalah termasuk ulama terkenal dari Banten yang mukim di
Makkah yaitu Syaikh Nawawi al-Bantani. Sementara guru yang bukan dari
Nusantara antara lain Syaikh Shata dan Syaikh Dagistani yang merupakan ulama
terkenal pada masa itu.
1. 3. Perjuangan KH. M. Hasyim Asyari

Pada tahun 1899, sepulangnya dari Mekah, KH Hasyim Asyari mendirikan


Pesantren Tebu Ireng, yang kelak menjadi pesantren terbesar dan terpenting di
Jawa pada abad 20. Pada tahun 1926, KH Hasyim Asyari menjadi salah satu
pemrakarsa berdirinya Nadhlatul Ulama (NU), yang berarti kebangkitan ulama.

Nama Tebu ireng pada asalnya Kebo ireng (kerbau hitam). Ceritanya, Di dearah
tersebut ada seekor kerbau yang terbenam didalam Lumpur, dimana tempat itu
banyak sekali lintahnya, ketika ditarik didarat, tubuh kerbau itu sudah berubah
warna yang asalnya putih kemerah-merahan berubah menjadi kehitam-hitaman
yang dipenuhi dengan lintah. Konon semenjak itulah daerah tadi dinamakan
Keboireng yang akhirnya berubah menjadi Tebuireng.

KH. M. Hasyim Asyari memulai sebuah tradisi yang kemudian menjadi salah satu
keistimewaan beliau yaitu menghatamkan kitab shakhihaini Al-Bukhori dan
Muslim dilaksanakan pada setiap bulan suci ramadlan yang konon diikuti oleh
ratusan kiai yang datang berbondong-bondong dari seluruh jawa. Tradisi ini
berjalan hingga sampai sekarang (penggasuh PP. Tebuireng KH. M.Yusuf Hasyim).
Para awalnya santri Pondok Tebuireng yang pertama berjumlah 28 orang,
kemudian bertambah hingga ratusan orang, bahkan diakhir hayatnya telah
mencapai ribuan orang, alumnus-alumnus Pondok Tebuireng yang sukses menjadi
ulama besar dan menjadi pejabat-pejabat tinggi negara, dan Tebuireng menjadi
kiblat pondok pesantren.

Peran KH. M. Hasyim Asyari tidak hanya terbatas pada bidang keilmuan dan
keagamaan, melainkan juga dalam bidang sosial dan kebangsaan, beliau terlibat
secara aktif dalam perjuangan membebaskan bangsa dari penjajah belanda.

Pada tahun 1937 beliau didatangi pimpinan pemerintah belanda dengan


memberikan bintang mas dan perak tanda kehormatan tetapi beliau menolaknya.
Kemudian pada malam harinya beliau memberikan nasehat kepada santri-santrinya
tentang kejadian tersebut dan menganalogkan dengan kejadian yang dialami Nabi
Muhammad SAW yang ketika itu kaum Jahiliyah menawarinya dengan tiga hal,
yaitu: Kursi kedudukan yang tinggi dalam pemerintahan, Harta benda yang
berlimpah-limpah, dan Gadis-gadis tercantik.

Akan tetapi Nabi SAW menolaknya bahkan berkata: Demi Allah, jika mereka
kuasa meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan ditangan kiriku dengan
tujuan agar aku berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau menerimanya bahkan
nyawa taruhannya. Akhir KH.M. Hasyim Asyari mengakhiri nasehat kepada
santri-santrinya untuk selalu mengikuti dan menjadikan tauladan dari perbuat Nabi
SAW.

Masa-masa revolusi fisik di Tahun 1940, barang kali memang merupakan kurun
waktu terberat bagi beliau. Pada masa penjajahan Jepang, beliau sempat ditahan
oleh pemerintah fasisme Jepang. Dalam tahanan itu beliau mengalami penyiksaan
fisik sehingga salah satu jari tangan beliau menjadi cacat. Tetapi justru pada kurun
waktu itulah beliau menorehkan lembaran dalam tinta emas pada lembaran
perjuangan bangsa dan Negara republik Indonesia, yaitu dengan diserukan resolusi
jihad yang beliau memfatwakan pada tanggal 22 Oktober 1945, di Surabaya yang
lebih dikenal dengan hari pahlawan nasional.

Begitu pula masa penjajah Jepang, pada tahun 1942 Kiai Hasyim dipenjara
(Jombang) dan dipindahkan penjara Mojokerto kemudian ditawan di Surabaya.
Beliau dianggap sebagai penghalang pergerakan Jepang. Setelah Indonesia
merdeka Pada tahun 1945 KH. M. Hasyim Asyari terpilih sebagai ketua umum
dewan partai Majlis Syuro Muslimin Indonesia (MASYUMI) jabatan itu
dipangkunya namun tetap mengajar di pesantren hingga beliau meninggal dunia
pada tahun 1947.

1. 4. Mendirikan Nahdlatul Ulama

Disamping aktif mengajar beliau juga aktif dalam berbagai kegiatan, baik yang
bersifat lokal atau nasional. Pada tanggal 16 Saban 1344 H/31 Januari 1926 M, di
Jombang Jawa Timur didirikanlah Jamiyah Nahdlotul Ulama (kebangkitan
ulama) bersama KH. Bisri Syamsuri, KH. Wahab Hasbullah, dan ulama-ulama
besar lainnya, dengan azaz dan tujuannya: Memegang dengan teguh pada salah
satu dari madzhab empat yaitu Imam Muhammad bin Idris Asyafii, Imam Malik
bin Anas, Imam Abu Hanifah An-Nuam dan Ahmad bin Hambali. Dan juga
mengerjakan apa saja yang menjadikan kemaslahatan agama Islam. KH. Hasyim
Asyari terpilih menjadi rois akbar NU, sebuah gelar sehingga kini tidak seorang
pun menyandangnya. Beliau juga menyusun qanun asasi (peraturan dasar) NU
yang mengembangkan faham ahli sunnah waljamaah.

Nahdlatul ulama sebagai suatu ikatan ulama seluruh Indonesia dan mengajarkan
berjihad untuk keyakinan dengan sistem berorganisasi. Memang tidak mudah
untuk menyatukan ulama yang berbeda-beda dalam sudut pandangnya, tetapi
bukan Kiai Hasyim kalau menyerah begitu saja, bahwa beliau melihat perjuangan
yang dilakukan sendiri-sendiri akan lebih besar membuka kesempatan musuh
untuk menghancurkannya, baik penjajah atau mereka yang ingin memadamkan
sinar dan syiar Islam di Indonesia, untuk mengadudomba antar sesama. Beliau
sebagai orang yang tajam dan jauh pola pikirnya dalam hal ini, melihat bahaya
yang akan dihadapkannya oleh umat Islam, dan oleh karena itu beliau berfikir
mencari jalan keluarnya yaitu dengan membentuk sebuah organisasi dengan dasar-
dasar yang dapat diterima oleh ulamaulama lain.

Jamiyah ini berpegang pada faham ahlu sunnah wal jamaah, yang mengakomodir
pada batas-batas tertentu pola bermadzhab, yang belakangan lebih condong pada
manhaj dari pada sekedar qauli. Pada dasawarsa pertama NU berorentasi pada
persoalan agama dan kemasyarakatan. Kegiatan diarahkankan pada persoalan
pendidikan, pengajian dan tabligh. Namun ketika memasuki dasawarsa kedua
orentasi diperluas pada persoalan-persolan nasional.

Hal tersebut terkait dengan keberadaannya sebagai anggota federasi Partai dan
Perhimpunan Muslim Indonesia (MIAI) NU bahkan pada perjalanan sejarahnya
pernah tampil sebagai salah satu partai polotik peserta pemilu, yang kemudian
menyatu dengan PPP, peran NU dalam politik praktis ini kemudian diangulir
dengan keputusan Muktamar Situbono yanh menghendaki NU sebagai organisasi
sosial keagamaan kembali pada khitohnya.

1. 5. Karya dan pemikiran

KH Hasyim Asyari banyak membuat tulisan dan catatan-catatan. Sekian banyak


dari pemikirannya, setidaknya ada empat kitab karangannya yang mendasar dan
menggambarkan pemikirannya; kitab-kitab tersebut antara lain:

1. Risalah Ahlis-Sunnah Wal Jamaah: Fi Hadistil Mawta wa Asyrathis-saah


wa baya Mafhumis-Sunnah wal Bidah (Paradigma Ahlussunah wal
Jamaah: Pembahasan tentang Orang-orang Mati, Tanda-tanda Zaman, dan
Penjelasan tentang Sunnah dan Bidah).
2. Al-Nuurul Mubiin fi Mahabbati Sayyid al-Mursaliin (Cahaya yang Terang
tentang Kecintaan pada Utusan Tuhan, Muhammad SAW).
3. Adab al-alim wal Mutaallim fi maa yahtaju Ilayh al-Mutaallim fi Ahwali
Taalumihi wa maa Talimihi (Etika Pengajar dan Pelajar dalam Hal-hal
yang Perlu Diperhatikan oleh Pelajar Selama Belajar).
4. Al-Tibyan: fin Nahyi an Muqotaatil Arham wal Aqoorib wal Ikhwan
(Penjelasan tentang Larangan Memutus Tali Silaturrahmi, Tali Persaudaraan
dan Tali Persahabatan).
Daftar Pustaka

http://id.wikipedia.org/wiki/Hasyim_Asyari

http://biografi.rumus.web.id/biografi-kh-hasyim-al-asyari-pendiri-nahdlatul-ulama-
nu/

http://www.fimadani.com/kh-hasyim-asyari-sang-penjaga-islam-tradisional/

http://insistnet.com/index.php?
option=com_content&view=article&id=506:resolusi-jihad-kh-hasyim-
asyari&catid=21:sejarah&Itemid=19

Tags: Asyari, Biografi, Gusdur, Hasyim, Nahdatul, New, News, NU, Organisasi,
Pembaharu, Sejarah, Tokoh, Tradisional, Ulama

Kyai H. Hasyim Asyari Sang Pendiri NU

Oleh: Kholili Hasib (Peneliti Institut Pemikiran dan


Peradaban Islam (InPAS) Surabaya)

Akidah merupakan pondasi sakral dalam agama. Penyimpangan akidah berarti


menegasikan agama Islam itu tersendiri. KH. Hasyim Asyari, pendiri Nahdhatul
Ulam, ketika hidup di masa kolonial Belanda mencermati bahwa banyak aliran-
aliran pemikiran yang bisa melunturkan akidah Ahlussunnah wal Jamaah.

Ciri yang dapat ditangkap dari figur Syekh Hasyim ini salah satu di antaranya
adalah penguatan basic-faith (asas kepercayaan) kaum Muslim. Fatwa-fatwanya
mengikuti sejumlah ulama-ulama mutakallimun (teolog) dari madzhab Abul
Hasan Asyari dan Maturidi.
Organisasi NU yang didirikannya juga bertujuan melestarikan ajaran Ahlussunnah
dalam masyarakat Nusantara, dengan menyatukan para ulama dan menepis
fanatisme sempit terhadap kelompoknya. Buah pikirannya yang cemerlang dan
melampaui zamannya (visioner) ini adalah salah satu hal yang menarik.

Figur Anti Paham Nyeleneh


Umat Islam Indonesia tentu berharap besar agar ormas-ormas Islam terbebas dari
oknum yang berpaham liberal dan Syiah. NU, sebagai ormas Islam terbesar di
Indonesia sangat berperan penting menjaga keislaman Muslim Indonesia apalagi
pendirinya, KH. Hasyim Asyari, termasuk yang menolak keras segala bentuk
penodaan akidah. Jika ada anak muda NU yang liberal, sejatinya mereka adalah
oknum.

Maka, sudah saatnya arus liberalisasi agama yang diusung oleh sebagian
intelektual muda NU ditanggapi serius[1]. Sebab, pemikiran mereka sangat jauh
dari ajaran-ajaran KH. Hasyim Asyari pendiri NU yang dikenal tegas
terhadap pemikiran-pemikiran yang menodai kesucian agama.

Ketokohan KH. Hasyim Asyari jangan sampai ditinggalkan Nahdliyyin (umat


NU). Beliau adalah figur ulama Nusantara yang patut diteladani, tidak hanya
bagi kalangan NU, tapi juga umat Islam lainnya di Indonesia.

KH. Hasyim Asyari adalah ulama kenamaan yang lahir dari darah keturunan para
ulama. Ia lahir di Gedang, Jombang, Jawa Timur, hari Selasa, 24 Dzulhijjah 1287
H bertepatan dengan 14 Februari 1871 M. Ayahnya bernama Kiai Asyari, seorang
ulama asal Demak Ayahnya, juga seorang ulama di daerah selatan Jombang yang
memiliki pesantren. Kakeknya, Kyai Ustman, terkenal sebagai pemimpin
Pesantren Gedang, yang santrinya berasal dari berbagai daerah di seluruh Jawa,
pada akhir abad 19. Ayah kakeknya, Kyai Sihah, juga ulama, adalah pendiri
Pesantren Tambakberas di Jombang.

Menginjak usia 15 tahun, KH. Hasyim berkelana ke berbagai pesantren yakni ke


pesantren Wonokoyo Probolinggo, pesantren Langitan Tuban, pesantren Trenggilin
Madura, dan akhirnya ke pesantren Siwalan Surabaya. Di pesantren Siwalan ia
menetap selama 2 tahun. Selama tujuh tahun ia nyantri di Makkah beliau berguru
kepada masyayikh di tanah haram[2]. Di antaranya ia berguru kepada Syekh
Ahmad Khatib, Syekh Alawi dan Syekh Mahfudh at-Tarmisi, gurunya di bidang
hadis yang berasal dari Termas Jawa Timur. Ia juga pernya belajar kepada Kyai
Cholil Bangkalan (mbah Cholil), ulama Madura yang cukup disegani. Cukup
banyak Kyai sepuh NU yang belajar kepadanya.
Sepulang ke tanah air, ia memulai tapak perjuangan melalui pendidikan dan
organisasi sosial. Di bidang pendidikan ia mendirikan pesantren bercorak
tradisional di Tebuireng Jombang. Untuk mengkonsolidasi dakwah secara efektif ia
mendirikan jamiyyah Nahdlatul Ulama, yang artinya organisasi kebangkitan
ulama pada 31 Januari tahun 1936.

Ia termasuk penulis produktif. Karya yang dibukukan sekarang ini ada sekitar lebih
dari 19 kitab. Itu belum risalah-risalah pendek belum dicetak yang menurut
informasi masih tersimpan di perpustakaan keluarga di Jombang. Barangkali Syekh
Hasyim Asyari ingin meneladani Imam al-Ghazali dalam perjuangan. Imam al-
Ghazali dalam gerakan pembaharuannya dengan membenahi ilmu dan ulama.

Syekh Hasyim Asyari dengan berdirinya NU, berusaha membangkitkan ulama


dan semangat untuk kembali kepada ajaran-ajaran Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Ulama adalah mesin dakwah Islam. Oleh sebab itu ketika terjadi krisis, ulama
harus dibangkitkan, dibenahi keilmuannya dan diatur strategi perjuangannya.

Syekh Hasyim sendiri adalah mengikuti madzhab Syafii dalam bidang fikih,
dalam bidang teologi mengikut Abul Hasan al-Asyari dan Maturidi. Madzhab
dan teologi ini mayoritas dianut umat Islam Nusantara.

Dalam kitabnya al-Tibyan fi al-Nahyi an Muqathaati al-Arham wa al-Aqarib wa


al-Ikhwan terekam nasihat-nasihat penting yang disampaikan dalam pidato
mutamar NU ke-XV 9 Pebruari 1940 di Surabaya.

Ia menyeru kepada umat Islam untuk bersungguh-sungguh berjihad


melawan akidah yang rusak dan pengkhina al-Quran. Untuk itu, ia mewanti-
wanti agar menjaga keutuhan umat Islam dan tidak fanatik buta kepada perkara
furu[3].

Di hadapan peserta mutamar yang dihadiri para ulama, Syekh Hasyim Asyari
menyeru untuk meninggalkan fanatisme buta kepada satu madzhab.
Sebaliknya ia mewajibkan untuk membela agama Islam, berusaha keras menolak
orang yang menghina al-Quran, dan sifat-sifat Allah swt, dan memerangi
pengikut ilmu-ilmu batil dan akidah yang rusak. Usaha dalam bentuk ini wajib
hukumnya. Ia mengatakan:
Wahai para ulama yang fanatik terhadap madzhab-madzhab atau terhadap suatu
pendapat, tinggalkanlah kefanatikanmu terhadap perkara-perkara furu, dimana
para ulama telah memiliki dua pendapat yaitu; setiap mujtahid itu benar dan
pendapat satunya mengatakan mujtahid yang benar itu satu akan tetapi pendapat
yang salah itu tetap diberi pahala.
Tinggalkanlah fanatisme dan hindarilah jurang yang merusakkan ini (fanatisme).
Belalah agama Islam, berusahalah memerangi orang yang menghinal al-
Quran, menghina sifat Allah dan perangi orang yang mengaku-ngaku ikut
ilmu batil dan akidah yang rusak. Jihad dalam usaha memerangi (pemikiran-
pemikiran) tersebut adalah wajib[4].

Tegas, tidak kenal kompromi dengan tradisi-tradis batil, serta bijaksana,


inilah barangkali karakter yang bisa kita tangkap dari pidato beliau tersebut.
Bahkan pidato tersebut disampaikan kembali dengan isi yang sama pada
Muktamar ke-XV 9 Pebruari 1940 di Surabaya.

Hal ini menunjukkan kepedulian beliau terhadap masa depan warga Nadliyyin dan
umat Islam Indonesia umumnya, terutama masa depan agama mereka ke depannya
yang oleh beliau telah diprediksi mengalami tantangan yang berat.

Menurut Syekh Hasyim Asyari, fanatisme terhadap perkara furu itu tidak
dipernkenankan oleh Allah swt, tidak diridlai oleh Rasulullah saw (al-Tibyan,
hal. 33). Oleh sebab itu ia menyeru untuk bersatu padu, apapun mazhab fikihnya.
Selama ia mengikuti salah satu madzhab yang empat, ia termasuk Ahlus Sunnah
wal Jamaah.

Jika berdakwah dengan orang yang berbeda madzhab fikihnya, ia melarang untuk
bertindak keras dan kasar, tapi harus dengan cara yang lembut. Sebaliknya, orang-
orang yang menyalahi aturan qathi tidak boleh didiamkan. Semuanya harus
dikembalikan kepada al-Quran, hadis, dan pendapat para ulama terdahulu. Inilah
sikap adil, yakni menempatkan perkara pada koridor syariah yang sebenarnya.

Dalam kitab yang sama, beliau mengutip hadis dari kitab Fathul Baariy bahwa
akan datang suatu masa bahwa keburukannya melebihi keburukan zaman
sebelumnya. Para ulama dan pakar hukum telah banyak yang tiada. Yang tersisa
adalah segolongan yang mengedepan rasio dalam berfatwa. Mereka ini yang
merusak Islam dan membinasakannya.

Ditulis dalam Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jamiyati Nadlatu al-Ulama,


Seykh Hasyim Asyari mewanti agar berhati-hati jangan jatuh pada fitnah yakni
orang yang tenggelam dalam lautan fitnah, yaitu berdakwah mengajak kepada
agama Allah akan tetapi dalam hati ia durhaka kepada-Nya[5].

Nahi Munkar Syekh Hasyim


Hadratus Syekh Hasyim Asyari, pernah menceritakan tentang keadaan pemikiran
kaum Muslimin di pulau Jawa. Cerita itu kemudian ditulis dalam salah satu
kitabnya, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jamaah. Selain dalam kitab tersebut, juga
diuraikan dalam karya-karya lain, tentang ajaran-ajaran yang menyimpang yang
harus diluruskan.

Sejak NU didirikan pertama kali pada 31 Januari 1926, Syeikh Hasyim Asyari
sudah mengeluarkan rambu-rambu peringatan terhadap paham nyeleneh.
Peringatan tersebut dikeluarkan agar warga NU ke depan hati-hati menyikapi
fenomena perpecahan akidah.

Pada sekitar tahun 1330 H terjadi infiltrasi beragam ajaran dan tokoh-tokoh yang
membawa pemikiran yang tidak sesuai dengan mainstream Muslim Jawa waktu,
yakni berakidah Ahlussunnah wal Jamaah[6].

Kyai Hasyim mengkritik orang-orang yang mengaku-ngaku pengikut


Muhammad bin Abdul Wahhab, dengan menggunakan paradigma takfir
terhadap madzhab lain, penganut aliran kebatinan, kaum Syiah Rafidhah,
pengikut tasawwuf menyimpang yang menganut pemikiran manunggaling kawulo
gusti[7].

Organisasi yang beliau dirikan, NU, bertujuan memperbaiki keislaman kaum


Muslim nusantara dengan cara membangkitkan kesadaran ulama-ulama Nusantara
akan pentingnya amar maruf nahi munkar. Diharapkan dengan wadah
organisasi ini, para ulama bersatu padu membela akidah Islam.

Paradigma takfir, dalam bidan furu, tidaklah tepat karena akan memecah belah
kaum Ahlussunnah wal Jamaah. Dalam menyikapi perbedaan furuiyah, Kyai
Hasyim melarang untuk bersikap fanatik buta. Ia mendorong keras kepada para
ulama untuk bersama-sama membela akidah Islam.

Maka, seruan untuk tidak fanatik buta terhadap pendapat ijtihad merupakan salah
satu cara untuk menggalang kekuatan pemikiran dalam satu barisan.

Jika berdakwah dengan orang yang berbeda madzhab fikihnya, ia melarang untuk
bertindak keras dan kasar, tapi harus dengan cara yang lembut. Sebaliknya, orang-
orang yang menyalahi aturan qathi tidak boleh didiamkan. Semuanya harus
dikembalikan kepada akidah yang benar.

Aliran Syiah yang mencaci sahabat Abu Bakar dan Umar adalah aliran yang
dilarang untuk diikuti. Bagaimana bermuamalah dengan penganut Rafidhah?
Beliau mengutip penjelasan Qadhi Iyadh tentang hadis orang yang mencela
sahabat, bahwa ada larangan untuk shalat dan nikah dengan pencaci maki sahabat
tersebut. Karena mereka sesungguhnya menyakiti Rasulullah saw.

Meski pada masa itu aliran Syiah belum sepopuler sekarang, akan tetapi
Hasyim Asyaari memberi peringatan kesesatan Syiah melalui berbagai
karyanya. Antara lain; Muqaddimah Qanun Asasi li Jamiyyah Nahdlatul
Ulama, Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jamaah,al-Nur al-Mubin fi Mahabbati
Sayyid al-Mursalin dan al-Tibyan fi Nahyi an Muqathaah al-Arham wa al-
Aqrab wa al-Akhwan.

Hasyim Asyari, dalam kitabnya Muqaddimah Qanun Asasi li Jamiyyah


Nahdlatul Ulama memberi peringatan kepada warga nahdliyyin agar tidak
mengikuti paham Syiah.Menurutnya, madzhab Syiah Imamiyyah dan Syiah
Zaidiyyah bukan madzhab sah. Madzhab yang sah untuk diikuti adalah Hanafi,
Maliki, Syafii dan Hambali[8].

Beliau mengatakan: Di zaman akhir ini tidak ada madzhab yang memenuhi
persyaratan kecuali madzhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafii dan Hambali).
Adapun madzhab yang lain seperti madzhab Syiah Imamiyyah dan Syiah
Zaidiyyah adalah ahli bidah. Sehingga pendapat-pendapatnya tidak boleh diikuti
(Muqaddimah Qanun Asasi li Jamiyyah Nahdlatul Ulama, halaman 9)[9].

Syeikh Hasyim Asyari mengemukakan alasan mengapa Syiah Imamiyyah dan


Zaidiyyah termasuk ahli bidah yang tidak sah untuk diikuti. Dalam kitab
Muqaddimah Qanun Asasi halaman 7 mengecam golongan Syiah yang mencaci
bahkan mengkafirkan sahabat Nabi saw.

Mengutip hadis yang ditulis Ibnu Hajar dalam Al-Shawaiq al-Muhriqah, Syeikh
Hasyim Asyari menghimbau agar para ulama yang memiliki ilmu untuk
meluruskan penyimpangan golongan yang mencaci sahabat Nabi saw itu.

Hadis Nabi saw yang dikuti itu adalah: Apabila telah Nampak fitnah dan bidah
pencacian terhadap sahabatku, maka bagi orang alim harus menampakkan ilmunya.
Apabila orang alim tersebut tidak melakukan hal tersebut (menggunakan
ilmu untuk meluruskan golongan yang mencaci sahabat) maka baginya
laknat Allah, para malaikat dan laknat seluruh manusia.

Peringatan untuk membentengi akidah umat itu diulangi lagi oleh Syeikh Hasyim
dalam pidatonya dalam muktamar pertama Jamiyyah Nahdlatul Ulama, bahwa
madzhab yang sah adalah empat madzhab tersebut, warga NU agar berhati-hati
menghadapi perkembangan aliran-aliran di luar madzhab Ahlussunnah wal
Jamaah tersebut.

Dalam Qanun Asasi itu, Syeikh Hasyim Asyari menilai fenomena Syiah
merupakan fitnah agama yang tidak saja patut diwaspadai, tapi harus
diluruskan. Pelurusan akidah itu menurut beliau adalah tugas orang berilmu, jika
ulama diam tidak meluruskan akidah, maka mereka dilaknat Allah swt.

Kitab Muqaddimah Qanun Asasi li Jamiyyah Nahdlatul Ulama sendiri


merupakan kitab yang ditulis oleh Syeikh Hasyim Asyari, berisi pedoman-
pedoman utama dalam menjalankan amanah keorganisasian Nahdlatul Ulama.
Peraturan dan tata tertib Jamiyyah mesti semuanya mengacu kepada kitab
tersebut.

Sikap tegas juga ditunjukkan Syeikh Hasyim dalam karyanya yang lain. Antara
lain dalam Risalah Ahlu al-Sunnah wal Jamaah dan al-Nur al-Mubin fi
Mahabbati Sayyid al-Mursalin dan al-Tibyan fi Nahyi an Muqathaah al-Arham
wa al-Aqrab wa al-Akhwan, di mana cacian Syiah dijawab dengan tuntas oleh
Syeikh Hasyim dengan mengutip hadis-hadis Nabi SAW tentang laknat bagi orang
yang mencaci sahabatnya.

Hampir setiap halaman dalam kitab al-Tibyan tersebut berisi kutipan-kutipan


pendapat parra ulama salaf salih tentang keutamaan sahabat dan laknat bagi orang
yang mencelanya. Diantara ulama yang banyak dikutip adalah Ibnu Hajar al-
Asqalani, dan al-Qadli Iyadl.

Hadis-hadis Nabi saw yang dikutip dalam dua kitab tersebut antara lain
berbunyi:Janganlah kau menyakiti aku dengan cara menyakiti Aisyah.
Janganlah kamu caci maki sahabatku. Siapa yang mencaci sahabat mereka, maka
dia akan mendapat laknat Allah swt, para malaikat dan sekalian manusia. Allah
tidak akan menerima semua amalnya, baik yang wajib maupun yang sunnah.

Pada masa lalu di Jawa juga telah muncul ajaran ibahiyyah. Kelompok ini
mengajarakan pengguguran kewajiban syariah. Dijelaskannya, jika seseorang telah
mencapai puncak mahabbah (cinta), hatinya ingat kepada Sang Maha Pencipta,
maka kewajiban menjalan syariat menjadi gugur. Ibadah cukup hanya dengan
mengingat Allah saja. Kyai Hasyim menyebut mereka sebagai kelompok sesat dan
zindiq[10]. (Risalah Ahlussunnah wal Jamaah, hal. 11).

Ajaran-ajaran lain yang menyusup merusak tasawwuf adalah ajaran inkarnasi, dan
manunggaling kawula gusti. Menurut beliau orang yang meyakini inkarnasi telah
mendustakan firman Allah swt dan sabda Rasulullah saw. Ajaran manunggaling
kawula gusti merusak telah merusak ajaran tasawwuf. Ajaran ini menyimpangkan
karena mengajarkan panteisme.

Menurut Kyai Hasyim, konsep penyatuan wujud yang ada pada para ulama sufi
dahulu bukanlah panteisme bukan pula pluralisme, tapi penyatuan itu hanya dalam
konteks hierarki wujud, antara wujud makhluk dan wujud Allah. Tidak dipungkiri
ajaran tersebut sengaja dirusak untuk menyimpangkan ajaran tasawwuf para
ulama-ulama terdahulu. Mereka ini disebut orang jahil yang sok bertasawwuf.

Dalam kitab Al-Dhurar al-Muntastiro fi Masaili al-Tisi Asyarah Syekh Hasyim


memberi penjelasan-penjelasan ringkas dan padat tentang konsep-konsep kewalian
dan tasawwuf. Di situ, terdapat penjelasan penting. Bahwasannya, jika ada
seorang mengaku wali lantas melakukan hal-hal aneh, namun mengingkari
syariat maka menurut beliau dia bukan wali, tapi sedang ditipu setan.

Beliau mengatakan bahwa, siapapun diwajibkan untuk melaksanakan syariat.


Tidak ada perbedaan antara seorang santri, kyai, orang awam dan wali, semuanya
sama diwajibkan menjalankan perintah syariah.

Ia mengatakan, Tidak ada namanya wali yang meninggalkan kewajiban


syariat. Apabila ada yang mengingkari syariat maka ia sesungguhnya mengikuti
hawa nafsunya saja dan sedang tertipu setan[11].

Penjelasan-penjelasan tersebut merupakan usaha Kyai Hasyim untuk membendung


keyakinan yang mendekonstruksi akidah Ahlussunnah wal Jamaah di kalangan
jamiyah NU secara khusus dan umat Islam di Nusantara secara umum. Bahkan
menurutnya, kelompok-kelompok yang menyimpang tersebut lebih berbahaya
bagai kaum Muslimin daripada kekufuran lainnya. Sebab, kalangan Muslim awam
mudah terkecoh dengan penampilan mereka, apalagi bagi kalangan yang awam
dalam bahasa arab dan syariat.

Mereka wajib dibendung. Tapi beliau mengingatkan, bahwa nahi munkar terhadap
aliran nyeleneh tersebut harus dilakukan sesuai petunjuk syariat.

Tidak boleh nahi munkar dengan cara munkar pula atau menimbulkan fitnah baru.
Sehingga tidak menyudahi kemungkaran namun akan menambah kemungkaran itu
sendiri, yakni menambah umat Islam makin menyimpang akidahnya. Sebagaimana
dilarangnya sedekah dengan harti hasil curian. Tapi di sini bukan larangan nahi
mungkar dengan tangan, namun yang dilarang adalah yang melanggar syariat.
Inilah karakter Syekh Hasyim Asyari yang patut diteladani umat. Tegas terhadap
penyimpangan Islam, teduh dalam menyikapi perbedaan furu.

Ia salah satu tokoh nasional pejuang syariah. Ia adil. Kepada pengikutnya yang
salah, ia tak segan membenahi, dan terhadap kelompok lain yang menyimpang,
tanpa sungkan ia mengkritik. Semuanya demi Islam, demi keagungan Allah, bukan
demi manusia tertentu.

Dalam kitabnya Al-Tasybihat al-Wajibat Li man Yashna al-Maulid bi al-Munkarat


mengisahkan pengalamannya. Tepatnya pada Senin 25 Rabiul Awwal 1355 H,
Kyai Hayim berjumpa dengan orang-orang yang merayakan Maulid Nabi saw.
Mereka berkumpul membaca Al-Quran, dan sirah Nabi[12].

Akan tetapi, perayaan itu disertai aktivitas dan ritual-ritual yang tidak sesuai
syariat. Misalnya, ikhtilath (laki-laki dan perempuan bercampur dalam satu tempat
tanpa hijab), menabuh alat-alat musik, tarian, tertawa-tawa, dan permainanan
yang tidak bermanfaat. Kenyataan ini membuat Kyai Hasyim geram. Kyai
Hasyim pun melarang dan membubarkan ritual tersebut.

Syekh Hasyim Asyari tidak pernah mengajarkan paham liberalisme, pluralisme,


dan sekularisme. Fatwa-fatwanya cukup tegas. Tidak abu-abu. Beliau mengatakan
bahwa agama Yahudi dan Kristen telah menyimpang. Hanya Islam lah agama
wahyu yang orisinil, yang harus tetap dijaga dan dipeluk.

Sebab, liberalisasi dan pluralisasi agama jelas menyalahi tradisi NU, apalagi
melawan perjuangan KH. Hasyim Asyari. Liberalisme ini mengancam akidah
dan syariah secara bertahap, ujar KH Hasyim Muzadi seperti dikutip
http://www.nuonline.com pada 7 Februari 2009.

KH. Hasyim Asyari sangat menentang ide penyamaan agama, dan memerintahkan
untuk melawan terhadap orang yang melecehkan Al-Quran, dan menentang
penggunaan rayu mendahului nash dalam berfatwa (lihat Risalah Ahlu Sunnah wa
al-Jamaah). Dalam Muqaddimah al-Qanun al-Asasi li Jamiyati Nadlatu
al-Ulama, Syekh Hasyim mewanti agar berhati-hati jangan jatuh pada fitnah
yakni orang yang tenggelam dalam laut fitnah, bidah, dan dakwah mengajak
kepada Allah, padahal mengingkari-Nya.

Perjuangan Syekh Hasyim pada zaman dahulu adalah menerapkan syariat Islam.
Untuk itulah beliau, sepulang dari belajar di Makkah mendirikan jamiyyah
Nadlatul Ulama sebagai wadah perjuangan melanggengkan tradisi-tradisi Islam
berdasarkan madzhab Ahlus Sunnah wal Jamaah.
Liberalisme di kalangan NU sesungguhnya telah dianggap sebagai
penyimpangan yang harus diluruskan. Pada Muktamar NU di Boyolali Jawa
Tengah, terbit rekomendasi dari sesepuh Kyai NU agar kepengurusan NU dan
organisasi-organisasi di bawahnya dibebaskan dari orang-orang berhaluan Islam
Liberal.

PWNU Jawa Timur patut menjadi teladan warga NU dalam meneruskan


perjuangan Kyai Hasyim Asyari. Pada 9 Januari 2012, melalui ketuanya, KH.
Mutawakil Alallah, PWNU secara resmi menyatakan bahwa Syiah sesat. Kami
harap, aparat membubarkan kelompok Syiah. Jika dibiarkan berkembang
keberadaan mereka akan menabrak konstitusi. Aliran itu hanya mengakui satu
pimpinan dan imam, yakni yang masih ada hubungan keluarga dengan pimpinan
sebelumnya.

Hal itu bisa memecah persatuan dan kesatuan bangsa, terang Mutawakkil kepada
metronews.com. seperti dilansir dalam berita suara-islam.com, Kyai asal
Probolinggo ini menjelaskan bahwa Syiah telah melanggar HAM karena mecaci
sahabat Nabi saw.

Ajaran Syiah menyebut Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Usman bin Affan
sebagai perampok posisi Sayidina Ali bin Abi Thalib. juga tidak mengakui Al
Quran sebanyak 30 juz serta tidak mengakui Hadits Bukhari-Muslim, kecuali
hadits dari Syiah sendiri. Mereka juga tidak mengakui imam di luar Sayidina Ali,
sehingga mereka tidak menerima kepemimpinan presiden, gubernur, bupati/wali
kota, dan seterusnya.

Ketegasan Kyai Hasyim Asyari semoga menjadi teladan baik bagi ulama di
Indonesia. Tindakan nyata dan tegas hukumnya fardlu ain bagi para ulama yang
memiliki otoritas dalam tubuh organisasi.

Ormas-ormas Islam terbesar di Indonesia seperti NU adalah aset bangsa yang harus
diselamatkan dari gempuran penyimpangan akidah. NU dan Muhammadiyah bagi
muslim Indonesia adalah dua kekuatan yang perlu terus di-backup. Jika dua
kekuatan ini lemah, tradisi keislaman Indonesia pun bisa punah.[]

[1] Uraian ini dapat dibaca di Muhammad Najih Maimoen, Membuka Kedok
Tokoh-Tokoh Liberal dalam Tubuh NU, (Rembang: Toko Kitab al-Anwar PP al-
Anwar Sarang, 2011)
[2] http://kangdoellah.wordpress.com/2011/04/05/biografi-kh-hasyim-asy
%E2%80%99ari
[3] Hasyim Asyari, al-Tibyan fi al-Nahyi an Muqathaati al-Arham wa al-Aqarib
wa al-Ikhwan,(Jombang: Maktabah al-Turats al-Islamiy, tanpa tahun), hal. 32
[4] Ibid, hal. 33-34
[5] Hasyim Asyari, al-Qanun al-Asasi li Jamiyati Nadlatu al-Ulama, dalam al-
Tibyan fi al-Nahyi an Muqathaati al-Arham wa al-Aqarib wa al-Ikhwan,
(Jombang: Maktabah al-Turats al-Islamiy, tanpa tahun), hal. 22-23
[6] Hasyim Asyari, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jamaah, (Jombang: Maktabah al-
Turats al-Islamiy,), hal. 9
[7] Ibid, hal. 10
[8] Ibid, hal. 14. Lihat juga Keputusan Muktamar NU I di Surabaya pada 21
Oktober 1929 dalam Ahkamul Fukoha Solusi Problematika Aktual Hukum Islam,
(Surabaya; Diantama dan LT NU Jawa Timur), hal. 3
[9] Hasyim Asyari, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jamaah, (Jombang: Maktabah al-
Turats al-Islamiy,), hal. 9

[10] Hasyim Asyari, Risalah Ahl al-Sunnah wal Jamaah, (Jombang: Maktabah al-
Turats al-Islamiy,), hal. 11

[11] Hasyim Asyari, Al-Dhurar al-Muntastiro fi Masaili al-Tisi Asyarah,(Kediri:


PP. Lirboyo Kediri, tanpa tahun), hal. 4 dan 6
[12] Hasyim Asyari, Al-Tasybihat al-Wajibat Li man Yashna al-Maulid bi al-
Munkarat,(Jombang: Maktabah al-Turast al-Islamiy,tanpa tahun), hal. 9

http://khittahnu.blogspot.com/2013/01/profil-sang-ulama-besar-kyai-h-
hasyim.html#.UkfZ7Ccfh68

sumber : http://aswajanu.net/kyai-h-hasyim-asyari-sang-pendiri-nu/

Sunan Ampel Restui Berdirinya NU


Cirebon, NU Online

Para ulama pendiri NU jelas bukan sembarang ulama. Mereka orang-orang khos
yang memiliki kualitas keimanan yang luar biasa di zamannya.

Salah satu pendiri jamiyyah Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah, selain
pendirian NU kepada kepada KH Hasyim Asyari, beliau meminta persetujuan
waliyullah tanah Jawa. Yaitu Kanjeng Sunan Ampel.

Dituturkan salah satu putra Mbah Wahab, KH Hasib Wahab, ayahnya itu menulis
surat kepada Sunan Ampel dalam Bahasa Arab. Surat tidak dilipat tapi digulung
seperti nawala di zaman kerajaan kuno. Lalu dibungkus kain terus dimasukkan ke
dalam makam Sunan Ampel di Surabaya.
Mbah Wahab bilang ke beberapa kyai dan pendereknya, jika surat itu dalam tiga
hari hilang dari tempat dia memasukkan, berarti Sunan Ampel merestui berdirinya
NU, ujar penerus Kiai Wahab mengasuh Pondok Pesantren Bahrul Ulum Tambak
Beras Jombang ini. Dia ceritakan kala diwawancarai di sela sarapan pagi di lokasi
Munas & Konbes NU di Ponpes Kempek Palimanan Cirebon, Ahad (16/9).

Tutur Kiai Hasib, setelah tiga hari memasukkan surat tersebut, Mbah Wahab ziarah
lagi ke makam Sunan Ampel. Malah membawa rombongan lebih banyak. Ternyata
nawala tersebut tak berada di tempatnya lagi. Akhirnya Kiai Wahab mantab, lalu
pulang dan segera menemui KH Hasyim Asyari agar segera mendeklarasikan
berdirinya NU.

Suratku wis diterima Kanjeng Sunan Ampel. Berarti direstui untuk melanjutkan
dakwah Islam di Nusantara, ujar Kiai Hasib menirukan ucapan ayahnya yang dia
dengar dari penuturan sahabat Mbah Wahab yang pernah bercerita kepadanya.

Kontributor: Ichwan

sumber : http://www.nu.or.id/a,public-m,dinamic-s,detail-ids,44-id,39797-lang,id-
c,nasional-t,Sunan+Ampel+Restui+Berdirinya+NU-.phpx

Anda mungkin juga menyukai