Anda di halaman 1dari 19

IMPLIKASI PENDEKATAN ANDRAGOGI DALAM PEMBELAJARAN

BAHASA ARAB SANTRI DEWASA DI PONDOK PESANTREN AN NIDA’


WONOSOBO

Malakah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah ‘Ilm al-Lughah at-
Tathbiqi

Dosen Pengampu :

Dr. Bakri Ahmad Muhammad, M. Hum

Disusun Oleh :

Shidqil Mubarok

(17204010031)

KONSENTRASI PENDIDIKAN BAHASA ARAB

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGRI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA

TAHUN 2018
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Orang dewasa adalah orang yang telah memiliki banyak
pengalaman, pengetahuan kecakapan dan kemampuan mengatasi
permasalahan hidup secara mandiri. orang dewasa terus berusaha
meningkatkan pengalaman hidupnya agar lebih matang dalam melakukan
aktifitasnya untuk meningkatkan kualitas kehidupannya. Orang yang telah
dewasa bukan lagi menjadi obyek sosialisasi yang dibentuk dan dipengaruhi
orang lain yang harus menyesuaikan dirinya dengan keinginan para
pemegang otoritas di atas dirinya sendiri, namun dalam prespektif
pendidikan, orang dewasa lebih mengarahkan dirinya kepada pencapaian
tujuan, pemantapan identitas dan menjadi dirinya sendiri.1
Pondok pesantren mrupakan lembaga yang memiliki santri sebagai
objek pembelajaran karenanya yang menjadi keharusan apabila suatu
lembaga yang memiliki peserta didik yang telah berusia 17 tahun adalah
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan andragogi. Untuk
mempermudah orang dewasa dalam mengkaji keilmuan islam dibutuhkaan
pendekatan pembelajaran bahasa Arab yang sesuai dengan usia karena
pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan anak-anak.2
Orientasi belajar berpusat pada kehidupan, dengan demikian orang
dewasa belajar tidak hanya untuk mendapatkan nilai yang bagus akan tetapi
orang dewasa belajar untuk meningkatkan kehidupan. Dengan belajar orang
dewasa akan mendapatkan pengalaman yang lebih banyak lagi
Di era sekarang minat belajar santri dewasa di pesantren dalam
bahasa Arab cenderung mengalami penurunan. Yaitu terpengaruh karena
faktor dari dalam maupun dari luar.

1
Sujarwo, Strategi Pembelajaran Patrisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa
(Pendekatan Andragogi)
2
Hasyim, Andragogi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaanm 2, (1), 2015, hal. 31-42

1
Faktor dari dalam yang mempengaruhi orang dewasa sulit untuk
belajar yaitu dirinya sendiri, karena sifat orang dewasa mereka cenderung
merasa sudah dewasa dan meresa lebih tahu. Adapun faktor yang terjadi dari
luar yaitu terjadi karena masih kurangnya perhatian seorang guru dalam
menentukan teknik pembelajaran bahasa Arab untuk kalangan orang-orang
dewasa.
Pembelajaran bahasa melihat aspek usia merupakan salah suatu
pembahasan lingusitik terapan (Applied Lingustik) pada ranah
psikolinguistik. Ini sangat erat dengan kaitannya perkembangan bahasa
anak dewasa, dengan melihat pendekatan dan teknik yang digunakan
seorang guru dalam mengatasi masalah-masalah yang terjadi orang dewasa
dalam balajara bahasa Arab.
Pendidikan orang dewasa berbeda dengan pendidikan usia anak-
anak. Pendidikan orang dewasa tidak cukup hanya dengan memberi
tambahan pengetahuan saja, namun harus dibekali dengan rasa percaya
yang kuat dalam dirinya sehingga apa yang akan dilakukan dapat dijalankan
dengan baik.
Pembelajaran bahasa arab untuk orang dewasa tentunya
membutuhkan metode dan pendekatan yang sesuai dengan orang dewasa.
Guru harus mampu memahami posisi orang dewasa sebagai peserta didik
dan layaknya orang yang sudah dewasa. Guru harus mempu menganalisis
kebutuhan belajar orang dewasa tentang bahas Arab. Pembelajaran bukan
lagi mengutamakan guru sebagai center namun memposisikan orang
dewasa sebagai center dan guru sekedar menjadi fasilitator.
Setelah melakukan penelitian lapangan menunjukkan bahwa
pembelajaran bahasa arab yang diajarkan kepada santri kelas 6 yaitu santri
yang paling dewasa dipondok ini masih belum memliki bentuk yang kurang
jelas, sehingga pembelajaran yang diberikan santri kelas 6 belum dapat
mencapai tujuan yang di inginkan. Yaitu mampu mengontruksikan
keterampilan bahasa, yaitu mendengar (Istima’) Berbicara (Kalam),
Membaca (Qiro’ah), dan Menulis (Kitabah) dalam kehidupan sehari-hari.

2
Melihat permasalahan pembelajaran santri senior atau santri dewasa
di pondok pesantren An Nida. Menjadikan penulis ingin mengkaji dan
memberikan kontribusi ide kepada lembaga untuk majunya pembelajaran
bahasa Arab.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pengertian pendekatan andragogi?
2. Apa saja prinsip-prinsip pendekatan andragogi?
3. Apa saja metode dan teknik pembelajaran barbasis andragogi?
4. Bagaimana Implikasi pendekatan andragogi dalam pembelajaran
bahasa arab di pondok pesantren an nida’?

3
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan andragogi.


Andragogi berasal dari bahasa yunani “andradan agogos”. Andra
berarti “orang dewasa” dan agogos artinya “memimpin atau membimbing”,
sehingga andragogi diartikan ilmu tentang cara membimbing orang dewasa
dalam proses belajar.3 Andragogi dikenal di Eropa sekitar tahun 1970-an,
Dusan Savisefic seorang ahli pendidikan berkebangsaan yugoslavia telah
memperkenalkan istilah andragogi kepada Knowles.4 Pada tahun 1833,
istilah Andragogy muncul yang digagas oelh Alexander Kapp sebagai istilah
pendidikan orang dewasa dalam menjelaskan teori pendidikan yang
dilahirkan ahli-ahli filsafat seperti plato. Kapp beranggapan setelah
pendidikan masa kanak-kanak akan berlanjut selama manusia hidup. Eugar
Rosentock menyatakan bahawa pendidikan orang dewasa harus
menggunakan guru khusus, metode dan filsafat khusus.
Gagasan untuk mengkaji dan mengembangkan andragogi secara
konseptual teoritik dilakukan Malocm Knowles pada tahun 1970. Menurut
Knowles, pendidikan orang dewasa berberda dengan pendidikan anak-anak
(paedagogi).5 Pedagogi berlangsung dalam bentuk identifikasi dan
peniruan, sedangkan andragogi berlangsung dalam bentuk pengembangan
diri sendiri untuk memecahkan masalah.
Peserta didik dalam pendekatan andragogi pada umumnya adalah
orang dewasa. Orang dewasa tidak hanya dapat dilihat dari segi biologis,
tetapi juga dari segi sosial, psikologis, dan fungsional. Secara biologis,
sesorang disebut dewasa apabila telah mampu melakukan reproduksi, secara
fisik telah lepas dari ciri anak-anak dan remaja. Secara sosial, seseorang

3
Mustofa kamil, “teori Andragogi,” dalam ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan (Bandung: Imperial Bhakti Utama, 2007), vol. I, hal. 288
4
Mirzal, Andragogi: Partisipatif Demokratis dan Humanis
5
Knowles, Malcom. The Adult Learning (thirt edition), Houston, Paris,
London, Tokyo: Gulf Publishing Company. 1979

4
telah dianggap dewasa apabila telah mampu melakukan peran-peran sosial
yang biasa dilaksanakan oleh orang dewasa. Secara psikologis, orang
dewasa dipandang telah memiliki tanggung jawab terhadap keputusan yang
diambil dan terhadap masa depan kehidupannya. Secara fungsional, orang
dikatakan dewasa apabila ia dapat melaksanakan fungsi kehidupannya
dalam keluarga, lingkungan kerja, dan masyarakat.
Darkenwald dan merriam, dalam D. Sudjana (2000), memandang
bahwa seseorang disebut dewasa apabila ia telah melewati masa pendidika
dasar (di Indonesia dikenal dengan Pendidikan Dasar 9 Tahun) dan telah
termasuk usia kerja, yaitu sejak berumur 16 tahun. Orang dewasa adalah
orang yang memiliki kematangan fungsi biologis, sosial, dan psikologis
dalam mempertimbangakan, bertanggungjawab, dan berperan dalam
kehidupannya.
Dimensi pendewasaan dapat dijadikan masukan untuk dapat
dipertimbangkan dalam merencanakan progam-progam pendidikan yang
bertujuan untuk membantu peserta didik dan anggota masyarakat agar dapat
mereka mengembangkan kemampuan dirinya untuk mendewasa.
pembelajaran dewasa (andragogi) dapat diterapkan dalam
pendidikan formal (terutama pada jenjang sekolah lanjutan tingkat atas dan
perguruan tinggi). Progam-progam pendidikan formal (kelompok belajar,
kursus, pelatihan, penyuluhan, bimbingan-bimbingan belajar, dsb.) yang
dilakukan oleh instasi-instasi pemerintah, lembaga kemasyarakatan,
perorangan, dan komunitas.

B. Prinsip-Prinsip pendekatan Andragogi dalam pemebalajaran bahasa


Arab
Dalam prinsip andragogi peserta didik memiliki keleluasaan untuk
menentukan kesepakatan dalam proses pembelajaran agar peserta didik
merasakan pembelajaran yang kondusif sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran karena peserta didik yang memunculkan minat belajar. Hal

5
tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme yang membangun kemandirian
dalam berfikir dan mengeksplorasi pengetahuan.6
Menurut Muhammad Badawi El-Sa’id, prinsip andragogi sangat sesuai
untuk orang-orang yang memiliki minat dan memperdalam bahasa arab
dibandingkan prinsip pedagogi. 7 Pemebalajaran bahasa arab dengan
pendekatan prinsip andragogi harus mempertimbangkan prinsip-prinsip
pembelajaran orang dewasa yang penulis jabarkan menjadi 13 prinsip
sebagai berikut; 1. Nilai manfaat, 2. Sesuai dengan pengalaman, 3. Masalah
sehari-hari, 4. Praktis, 5. Sesuai dengan kebutuhan, 6. Menarik, 7
berpartisipasi secara aktif, 8. Kerjasama, 9. Pembelajaran yang tidak kaku
(dalam suasana informal), 10. Metode belajar bervariasi, 11.
Menghilangkan faktor ketakutan (fear factor), 12. Mengarahkan dan
memberi motivasi tetapi bukan diceritakan (guide and prompt; do not tell),
13. Menunjukkan antuisme.8
Konsep pembelajaran bahasa arab menggunakan pendekatan
andragogi adalah konsep tentang pembelajaran bahasa Arab bagi orang.
Konsep tersebut meliputi aspek-aspek konsep diri orang dewasa,
pengalaman orang dewasa, kesiapan belajar serta orientasi sebuah
pembelajaran berbasis humanistic dan problem solving. Guru sebagai
fasilitator. Proses pembelajaran tidak terpusat kepada guru namun terpusat
kepada siswa sebagai pembelajar.
1. Konsep diri (‫)مفهوم الذات‬
Yang dimaksud dengan konsep diri adalah keyakinan diri
atau anutan diri. Lebih lanjut dikatakan bahwa konsep diri

6
Tejo Nurseto, Menjadi Guru Idola “To Be Favourite Teacher” (Yogyakarta:
UNY Economy Study Club (ESC), 2010) ,hlm. 3
7
Muhammad Badawi El-Sa’id, al-Kitab al-asasi di ta’lim al-lughah al-
arabiyah li ghayr al-Natiqin bi-ha (Cairo: The Amirecan Univesity in Cairo Press/Dal el
Kutub, 2008), jilid 1, hlm. 10.
8
Lembaga administrasi negara republik indonesia, pendidikan orang dewasa
(jakarta:lembaga administrasi negara republik indonesia, 2007), 46-48. Lihat juga.
Hayyan bint Sa’d bin ‘Abdullah al-Rawwaf, ta’lim al-kibar wal al-ta’lim al-mustamir,
hlm. 30-64.

6
menurut William D. Brook adalah seluruh persepsi tentang saya
berhubungan dengan perasaan, keyakinan, nilai diri yang
mencakup kemampuan, kelebihan dan kekurangan yang
merupakan titik sentral dari kesadaran prilaku belajar bahasa
Arab. Apakah dia ini cerdas ataukah kemampuannya standar.
Dia juga harus mampu mengatur waktu dan tenaga dalam
belajar. Dalam hubungannya dengan pembelajaran behasa Arab
maka guru harus mengetahui konsep diri siswa dewasa.
Dijabarkan sebagai berikut :
a. Siswa memiliki pengalaman bahasa Arab yang seperti
apa?
b. Apa saja yang sudah dipelajari tentang bahasa Arab?
c. Apa tujuan mereka belajar bahasa Arab?
d. Apa cita-cita mereka setelah belajar bahasa Arab?

Konsep diri siswa tersebut dijadikan pijakan awal oleh


seorang guru dalam menganalisis kebutuhan belajar
siswanya serta menentukan tujuan, materi, dan metode
dalam proses pembelajarannya nantinya.

2. Pengalaman (‫)تجربة‬
Dalam hidupnya orang dewasa mempunyai banyak
pengalaman yang sangat beraneka. Pada masa kanak-kanak
pengalaman merupakan hal yang baru sehingga dalam
proses belajar orang dewasa pengalaman dianggap sebagai
sumber belajar yang sangat kaya. Dalam proses
pembelajaran siswa berbagai pengalamannya tentang bahasa
Arab. Hal ini akan lebih memprmudah guru untuk
mengidentifikasi model pembelajaran yang efektif dan
efisien unutk sebuah kelas belajar.
3. Kesiapan belajar (‫)االستعداد للتعلم‬

7
Kesiapan belajar bagi orang dewasa adalah berorientasi pada
tugas dan pekerjaannya bukan pada pengetahuan semata.
Kesiapan belajar adalah suatu kondisi dimana seseorang mampu
belajar secara optimal dengan hasil belajar yang optimal.
4. Orientasi waktu dan arah balajar (‫)توجيه الوقت واتجاه التعلم‬
Pelatihan dalam pendekatan andragogi lebih menitik
beratakan pada proses pemecahan masalah ketimbang proses
pemberian mata pelajaran.
Model pembelajaran bahasa Arab yang dikembangkan
dengan pendekatan andragogi difokuskan dalam upaya
meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran dalam
bentuk keterampilan berbahasa arab. Teori yang dijadikan
landasan pengembangan model adalah teori pembelajaran
kontruksivisme yang memandang belajar bahasa merupakan
proses dimana peserta didik secara aktif mengkontruksi atau
membangun bahasanya didasarkan atas pengetahuan bahasa
yang telah dimilikinya. Dengan kata lain, belajar bahasa
melibatkaan kontruksi pengetahuan bahasa seseorang dari
pengalamannya sendari oleh dirinya sendiri.

Asumsi-asumsi pokok di atas menimbulkan berbagai implikasi yang


berkaitan dengan penerapan strategi pembelajaran. Secara umum strategi
pembelajaran orang dewasa lebih menekankan pada permasalahan yang
dihadapi (Problem Centered Orientation). Knowles mengajukan asumsi
bahwa orang dewasa dapat belajar. Kalaupun ada orang dewasa yang
mengeluh tidak dapat lagi belajar, orang dewasa yang bersangkutan kurang
percara pada kemampuan dirinya untuk belajar. Menurut hasil penelitian,
kemampuan belajar bagi orang dewasa yang berkurang hanyalah kecepatan
balajarnya, bukan daya kecerdasannya.

8
Dalam konteks pendidikan orang dewasa, andragogi merupakan
sepertangkat konsep atau prinsip tentang bagaimana membantu orang
dewasa dapat belajar secara efektif dalam menambah atau memperjelas,
memperdalam, dan mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan
yang dibutuhkan dalam kehidupan sehingga meninggalkan mutu kehidupan.

Prinsip andragogi dalam pembelajaran bahasa Arab lebih tepat dan


efektif. Dalam prinsip andragogi peserta didik memiliki keleluasaan
untuk menentukan kesepakatan dalam proses pembelajaran yang
kondusif sehingga tercapainya tujuan pembelajaran karena peserta didik
yang memunculkan minat belajar.
C. Metode dan teknik pembelajaran berbasis andragogi.
Metode pembelajaran, menurut Knowles, adalah cara
pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Metode
mencakup pembelajaran individual (Individual Learning Method),
Pembelajaran kelompok (Group Learning Method), dan Pembelajaran
Komunitas (Community Learning Method). Teknik pembelajaran adalah
ccara membelajarkan yang dipilih sesuai dengan metode pembelajaran yang
digunakan.

Metode Pmebelajaran Teknik Pembelajaran


Metode pembelajaran perorangan 1. Tutorial
(Individual Learning Method) 2. Bimbingan
3. Magang
4. Soogan. Dsb
Pembelajaran Kelompok (Group 1. Ceramah bervariasi
Learning Method) 2. Diskusi
3. Curah pendapat
4. Simulasi
5. Bermain peran, dsb

9
Pembelajaran Komunitas 1. Demonstrasi
(Community Development/Learning 2. Kontak sosial
Method) 3. Komunikasi sosial
4. Aksi partisipatif

Karakterisitik metode pembelajaran adalah luwes, terbukam dan


partisipatif. Luwes adalah dapat dimodifikasi dalam penggunaannya.
Terbuka adalah dapat menerima masukan untuk perubahan dan
pengembangan metode. Partisipatif berarti bahawa peserta didik
diikutsertakan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran.
Model pembelajaran yang dipandang cocok dengan karakteristik metode
pembelajaran adalah model pembelajaran partisipatif.
Dalam andragogi, pembelajaran partisipatif adalah upaya pendidik
melibatkan peserta pelatihan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan
penilaian pelatihan. Pembelajaran partisipatif didasari oleh prinsip-prinsip :
(1) berdasarkan kebutuhan belajar, (2) berorientasi pada pencapaian tujuan
(3) berpusat pada peserta pelatihan (4) belajar berdasarkan pengalaman dan
atau dengan mengalaman.
Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar
memerlukan adanya pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan
belajar apa yang paling bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan
pembelajaran. Dan selanjutnya menentukan strategi pembelajaran dengan
mengikutsertakan peserta. Posisi tutor dalam proses ini hanya sebagai
pemberi saran dan sebagai narasumber.
D. Implikasi Konsep Andragogi dalam Pemebalajaran Bahasa Arab
Konsep Andragogi didasarkan pada sedikitnya 4 asumsi tentang
karakteristik peserta didik yang berbeda dari asumsi yang mendasari
pedagogi tradisional ,yaitu: 1) konsep diri mereka bergerak dari seseorang
dengan pribadi yang tergantung kepada orang lain kearah seseorang yang
mampu mengarahkan diri sendiri. 2) Mereka telah mengumpulkan segudang
pengalaman yang selau bertambah yang menjadi sumber belajar yang

10
semakin kaya. 3) Kesiapan belajar mereka menjadi semakin berorientasi
kepada tugas-tugas perkembangan dari peranan sosial mereka. 4) Perspektif
waktu mereka berubah dari penerapan yang tidak seketika dari pengetahuan
yang mereka peroleh kepada penerapan yang segera, dan sesuai dengan itu
orientasi mereka kearah belajar bergeser dari yang berpusat kepada mata
pelajaran kepada yang berpusat kepada penampilan.
Dari asumsi dasar tersebut dapat dijabarkan dan dapat di
implikasikan kepada santri yang telah dewasa dipondok pesantren An
Nida’, adapun proses perencanaan kegiatan pembelajaran dengan langkah-
langkah sebagai berikut :
1. Menyiapkan Iklim Belajar Bahasa Arab yang kondusif
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap keberhasilan
belajar. Oleh karena itu, dalam pembelajaran bahasa Arab di
buat sistem asrama, sehingga pembelajar bahasa sangat mudah
dipantau, dengan adanya asrama yang berada di lingkungan
pegunungan menjadikan pondok pesantren An Nida’ Wonosobo
manjadi sejuk dan nyaman. Selain itu perpustakaan dan
sumberdaya manusia yang mendukung menjadikan para
pembalajar mudah mencari sumber ilmu pengetahuan.

2. Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama


Perencanaan pembelajaran dalam model Andragogi
dilakukan bersama antara guru dan peserta didik. Dasarnya ialah
bahwa peserta didik akan merasa lebih terikat terhadap
keputusan dan kegiatan bersama apabila peserta didik terlibat
dan berpartisipasi dalam perencanaan dan pengambilan
keputusan. Perencanaan yang disusun secara bersama akan
menumbuhkan motivasi belajar bagi peserta didik. Rancangan
pembelajaran di susun sesusi dengan kondisi dan karakteristik
peserta didik.
3. Menetapkan Kebutuhan Belajar

11
Dalam proses pembelajaran orang dewasa perlu diketahui
lebih dahulu kebutuhan belajarnya. Ada dua cara untuk
mengetahui kebutuhan belajar ini adalah dengan model
kompetensi dan model diskrepensi. Model kompetensi dapat
dilakukan dengan mengunakan berbagai cara seperti
penyusunan model peran yang dibuat oleh para ahli. Pada tingkat
organisasi dapat dilakukan dengan melaksanakan analisis
sistem, analisis performan, dan analisis berbagai dokumen
seperti deskripsi tugas, laporan pekerjaan, penilaian pekerjaan,
analisis biaya, dan lain-lain. Pada tingkat masyarakat dapat
digunakan berbagai informasi yang berasal dari penelitian para
ahli, laporan statistik, jurnal, bahkan buku, dan monografi.
Model dikrepensi, adalah mencari kesenjangan. Kesenjangan
antara kompetensi yang dimodelkan dengan kompetensi yang
dimiliki oleh peserta didik. Peserta didik perlu melakukan self
assessment
4. Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program
Tujuan pembelajaran ini akan menjadi pedoman bagi
kegiatan-kegiatan pengalaman pembelajaran yang akan
dilakukan. Banyak terjadi kontroversi dalam merumuskan
tujuan pembelajaran ini karena perbedaan teori atau dasar
psikologi yang melandasinya. Pada model Andragogi lebih
dipentingkan terjadinya proses self-diagnosed needs. Dari
diagnosis kebutuhan akan terumuskan tujuan program
pembelajaran yang sesuai dengan minat dan kebutuhan peserta
didik

5. Merancang Pola Pengalaman Belajar


Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan perlu disusun
pola pengalaman belajarnya atau rancangan programnya. Dalam
konsep Andragogi, rancangan program meliputi pemilihan

12
problem areas yang telah diidentifikasi oleh peserta didik
melalui self diagnostic, pemilihan format belajar (individual,
kelompok, atau massa) yang sesuai, merancang unit-unit
pengalaman belajar dengan metoda-metoda dan materi-materi,
serta mengurutkannya dalam urutan yang sesuai dengan
kesiapan belajar peserta didik dan prinsip estetika. Rancangan 5
program dengan menggunakan model pembelajaran Andargogi
pada dasarnya harus dilandasi oleh konsep self-directed
learning. Model pembelajaran yang dilakukan merupakan
inisiatif dirinya dan mampu mengarahkan dirinya sendiri, oleh
karena itu rancangan program merupakan persiapan menganai
learning-how-to-learn activity

6. Melaksanakan Program (Melaksanakan Kegiatan Belajar)


Catatan penting pertama untuk melaksanakan program
kegiatan belajar adalah apakah cukup tersedia sumberdaya
manusia yang memiliki kemampuan membelajarkan dengan
menggunakan model Andragogi. Proses pembelajaran
Andragogi adalah proses pengembangan sumberdaya manusia.
Peranan yang harus dikembangkan dalam pengembangan
sumberdaya manusia berperanan sebagai administrator program,
dan pengembang personel yang mengembangkan sumberdaya
manusia. Dalam konteksi pelaksanaan program kegiatan belajar
perlu dipahami hal-hal yang berkaitan dengan berbagai teknik
untuk membantu orang dewasa belajar dan yang berkaitan
dengan berbagai bahanbahan, alat dan sumber-sumber belajar

7. Mengevaluasi Hasil Belajar dan Menetapkan Ulang Kebutuhan


Belajar
Proses pembelajaran model Andragogi diakhiri dengan
langkah mengevaluasi program. Pekerjaan mengevaluasi

13
merupakan pekerjaan yang harus dilaksanakan dalam setiap
proses pembelajaran. Tidak ada proses pembelajaran tanpa
evaluasi. Proses evaluasi dalam model pembelajaran Andragogi
bermakna pula sebagai proses untuk merediagnosis kebutuhan
belajar. Untuk membantu peserta didik, perlu mengenali ulang
model-model kompetensi yang diharapkannya dan mengakses
kembali diskrepensi antara model dan tingkat kompetensi yang
akan dikembangkan. Pengulangan langkah diagnosis menjadi
bagian integral dari langkah evaluasi proses.

14
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengertian andragogi adalah Andragogi berasal dari bahasa yunani
“andradan agogos”. Andra berarti “orang dewasa” dan agogos artinya
“memimpin atau membimbing”, sehingga andragogi diartikan ilmu
tentang cara membimbing orang dewasa dalam proses belajar. Peserta
didik dalam pendekatan andragogi pada umumnya adalah orang dewasa.
Dalam prinsip andragogi peserta didik memiliki keleluasaan untuk
menentukan kesepakatan dalam proses pembelajaran agar peserta didik
merasakan pembelajaran yang kondusif sehingga tercapainya tujuan
pembelajaran karena peserta didik yang memunculkan minat belajar. Hal
tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme yang membangun
kemandirian dalam berfikir dan mengeksplorasi pengetahuanPrinsip-
Prinsip pendekatan Andragogi : (1) Konsep diri (‫( )مفهوم الذات‬2)
Pengalaman (‫( )تجربة‬3) Kesiapan. (4) belajar (‫( )االستعداد للتعلم‬5) Orientasi
waktu dan arah balajar (‫)توجيه الوقت واتجاه التعلم‬
Metode pembelajaran, menurut Knowles, adalah cara
pengorganisasian peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan.
Metode mencakup pembelajaran individual (Individual Learning
Method), Pembelajaran kelompok (Group Learning Method), dan
Pembelajaran Komunitas (Community Learning Method). Teknik
pembelajaran adalah ccara membelajarkan yang dipilih sesuai dengan
metode pembelajaran yang digunakan.
Implikasi Konsep Andragogi dalam Pemebalajaran Bahasa Arab. Dari
asumsi dasar tersebut dapat dijabarkan dan dapat di implikasikan kepada
santri yang telah dewasa dipondok pesantren An Nida’, adapun proses
perencanaan kegiatan pembelajaran dengan langkah-langkah sebagai
berikut : (1) Menyiapkan Iklim Belajar Bahasa Arab yang kondusif. (2)
Menciptakan Mekanisme Perencanaan Bersama. (3) Menetapkan

15
Kebutuhan Belajar. (4) Merumuskan Tujuan Khusus (Objectives) Program
(5) Merancang Pola Pengalaman Belajar (6) Melaksanakan Program
(Melaksanakan Kegiatan Belajar) (7) Mengevaluasi Hasil Belajar dan
Menetapkan Ulang Kebutuhan Belajar

16
DAFTAR PUSTAKA

Sujarwo, 2010. Strategi Pembelajaran Patrisipatif Bagi Belajar Orang Dewasa


(Pendekatan Andragogi)
Hasyim, 2015. Andragogi Dalam Pembelajaran Bahasa Arab, Arabiyat: Jurnal
Pendidikan Bahasa Arab dan Kebahasaanm 2, (1), ,
Mustofa kamil, 2007 “teori Andragogi,” dalam ibrahim, R. Ilmu dan Aplikasi
Pendidikan (Bandung: Imperial Bhakti Utama,), vol. I
Mirzal, 2008. Andragogi: Partisipatif Demokratis dan Humanis
Knowles, 1979. Malcom. The Adult Learning (thirt edition), Houston, Paris,
London, Tokyo: Gulf Publishing Company.
Tejo Nurseto, 2010. Menjadi Guru Idola “To Be Favourite Teacher”
(Yogyakarta: UNY Economy Study Club
Muhammad Badawi El-Sa’id, 2008. al-Kitab al-asasi di ta’lim al-lughah al-
arabiyah li ghayr al-Natiqin bi-ha (Cairo: The Amirecan Univesity in
Cairo Press/Dal el Kutub)
Lembaga administrasi negara republik indonesia, 2007. pendidikan orang dewasa
(jakarta:lembaga administrasi negara republik indonesia, 46-48. Lihat
juga. Hayyan bint Sa’d bin ‘Abdullah al-Rawwaf, ta’lim al-kibar wal
al-ta’lim al-mustamir

17
18

Anda mungkin juga menyukai