Anda di halaman 1dari 62

PROSEDUR BALIK NAMA

S E R T I F I K AT TA N A H S U D A H TA H U
AT U R A N N YA
17 OKTOBER 2018

 250
 0
 0
 12
 31
 3
 297SHARES
2menit
Setelah membeli sebidang lahan dari seseorang, tentu Anda harus melakukan balik
nama sertifikat tanah. Ini sangat penting dilakukan agar hak milik dari tanah tersebut
dapat berubah. Anda pun nantinya dapat memiliki bukti kepemilikan yang sah atas
lahan yang telah dibeli.

Seperti apa ketentuan untuk melakukan balik nama sertifikat tanah?


Lalu, berkas apa saja yang perlu Anda persiapkan? Baca seluruh informasinya di
bawah ini yuk, Urbanites!
#1 Balik Nama Sertifikat Tanah Dikenakan Biaya
BPHTB
Perlu diketahui bahwa penerima hak tanah wajib dikenakan pajak Bea Perolehan Hak
atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).
Apabila BPHTB belum lunas dibayarkan, pendaftaran tanah pun tidak dapat dilakukan.

Pendaftaran baru bisa dilakukan di Kantor Pertanahan jika sudah ada tanda bukti setor
BPHTB.

Lebih jelasnya, BPHTB sendiri tercantum dalam Pasal 1 UU No. 20 Tahun 2000
tentang Perubahan Atas UU No. 21 Tahun 1997.
Berikut isi pasalnya:

“1. Bea perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak yang dikenakan atas
perolehan hak atas tanah dan atau bangunan, yang selanjutnya disebut pajak.
2. Perolehan hak atas tanah dan atau bangunan adalah perbuatan atau
peristiwa hukum yang mengakibatkan diperolehnya hak atas tanah dan atau
bangunan oleh orang pribadi atau badan.”
#2 Wajib Bayar PPh
Ketika melakukan balik nama tanah, ada Pajak Penghasilan (PPh) yang harus dibayar.
Nah, PPh ini sendiri harus dibayarkan oleh pemilik tanah yang sebelumnya.
Dasar hukumnya ada dalam Pasal 1 PP No. 48 Tahun 1994 tentang Pembayaran
Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Pengalihan Hak Atas Tanah dan/atau
Bangunan.
Berikut isinya:

“Atas penghasilan yang diterima atau diperoleh orang pribadi atau badan dari
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan wajib dibayar Pajak Penghasilan.”
#3 Berkas yang Dibutuhkan untuk Balik Nama
Sertifikat Tanah
Setelah mengetahui aturannya, tentu Anda juga harus tahu berkas apa saja yang perlu
disiapkan.

Ini dia berkasnya:

 Surat permohonan dan surat kuasa otentik (jika permohonan dikuasakan);


 Sertifikat hak atas tanah/Sertipikat HMSRS;
 Akta Jual Beli dari PPAT;
 Fotokopi KTP pemegang hak, penerima hak, dan atau kuasanya yang
dilegalisir oleh pejabat berwenang;
 Bukti pelunasan BPHTB dan PPh Final;
 Fotokopi SPPT PBB tahun berjalan;

Izin Pemindahan Hak, di dalam sertifikat/keputusannya dicantumkan tanda yang


menyatakan bahwa hak tersebut hanya boleh dipindahtangankan apabila telah
diperoleh izin dari instansi yang berwenang.
#4 Jangka Waktu Balik Nama Sertifikat Tanah
Prosesnya balik nama ini sendiri biasanya memakan waktu sekitar lima hari kerja.

Meskipun demikian, perlu diingat bahwa jangka waktu tersebut baru akan berlaku
apabila dokumen yang dibutuhkan sudah lengkap.

Nah, itu dia semua hal yang harus Anda ketahui ketika mengajukan balik
nama sertifikat tanah.
Jangan sampai Anda harus bolak-balik dan bingung ketika diminta sejumlah biaya
untuk membayar pajak.

Dicatat yuk dan bagikan artikel ini ke media sosial Anda agar bermanfaat untuk orang
lain.
Semoga bermanfaat
S E G E R A B L O K I R S E R T I F I K AT
TA N A H A N D A B I L A T E R J A D I H A L
NGERI INI!
22 AGUSTUS 2019

 248
 0
 0
 9
 43
 2
 302SHARES
2menit
Sertifikat tanah bisa jadi sumber pertikaian dan juga sengketa. Banyak sekali kejadian-
kejadian di luar sana yang berujung tragis akibat kepemilikan atas sebuah lahan. Hal ini
bisa terjadi pada siapa saja baik pada hubungan pertemanan, pekerjaan, bahkan
keluarga.

Salah satu contohnya begini, Sahabat 99.


Sobari yang baru saja meninggal dunia memiliki sebidang tanah ditambah rumah untuk
lima orang anaknya.
Saat hidup, ia mengamanatkan agar rumah tersebut dibagi berdasarkan hukum waris.

Sayangnya, anak paling tua yang memiliki masalah finansial berniat untuk mengambil
alih tanah tersebut.

Terjadilah pertengkaran hebat di antara kakak beradik tersebut, sehingga berujung ke


meja hijau.

Contoh lain, Dadang meminjam sejumlah uang kepada teman baiknya Eko dengan
jaminan sertifikat tanah.

Di tengah masa pinjaman, ia mengetahui bahwa Eko akan menggunakan sertifikat


tersebut untuk kepentingan lain.

Akibatnya, hubungan mereka pun jadi merenggang.

Tentu hal ini begitu mengerikan bila dialami oleh diri sendiri.

Betapa patah hatinya kita bila harus bertikai dengan saudara terutama memiliki
hubungan darah.

Biarapun begitu, kejadian demikian sangat lumrah terjadi di sekitar kita, bahkan
mungkin saja hal ini bisa kita alami sendiri.

Sebenarnya, ada hal yang dapat mereka lakukan untuk mencegah terjadinya kejadian
merugikan dan mengerikan seperti itu.

Cara ini sekaligus dapat mengamankan sertifikat tanah sebagai harta berharga yang
dimiliki.

Hal tersebut ialah melakukan blokir sertifikat.

Aturan Mengenai Blokir Sertifikat


Pada Agustus 2017 lalu, Kepala Badan Pertanahan Nasional Indonesia merilis
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2017 tentang Tata Cara Blokir dan Sita (“Permen
ATR 13/2017”).

Blokir sertifikat pun menjadi salah satu hal yang tertuang dalam peraturan tersebut yaitu
pada Bab III.

Pasal 3 Permen ATR 13/2017 menyebutkan:

“Pencatatan blokir dilakukan terhadap hak atas tanah atas perbuatan hukum atau
peristiwa hukum, atau karena adanya sengketa atau konflik pertanahan.”
Seseorang dapat mengajukan pencatatan blokir ke kantor pertanahan setempat untuk
dapat memblokir tanah yang merupakan haknya.

Sifat dari blokir ini sendiri tidak permanen.

Bagaimana Cara Mengajukan Blokir Sertikat?


Pihak perseorangan yang ingin mengajukan blokir, haruslah memiliki hubungan hukum
dengan sertifikat tanah tersebut.

Misalnya, orang tersebut merupakan pemilik langsung, ahli waris, bank, dan beberapa
pihak lain.

Pihak tersebut harus membuat permohonan pencatatan blokir dengan mencantumkan


alasan sejelas-jelasnnya serta kesediaan untuk diperiksa terkait pemblokiran tersebut.

Beberapa syarat lainnya untuk mengerusu blokir sertifikat antara lain ialah:

1. Mengisi formulir permohonan


2. Menyertakan fotokopi identitas atau kuasa beserta surat kuasa asli
3. Menyertakan fotokopi Akta Pendirian Badan Hukum
4. Keterangan mengenai nama pemegang hak, jenis hak, nomor, luas dan letak
tanah yang dimohonkan blokir
5. Bukti setor penerimaan negara bukan pajak mengenai pencatatan blokir
6. Bukti hubungan hukum antara pemohon dengan tanah.
Pihak pengaju pemblokiran dapat menyampaikan surat permohonan beserta syarat ke
loket kantor pertanahan setempat.

Selanjutnya, pengecekan berkas pun akan dilakukan.

Bila petugas menilai ada kelengkapan yang kurang, maka berkas akan dikembalikan
kepada pemohon.

Ada biaya yang perlu dikeluarkan oleh pemohon sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Jumlah nominal dari biaya tersebut tidak disebutkan di dalam
Permen ATR 13/2017.
Setelah itu, berkas permohonan yang telah diterima akan diolah dan masuk dalam
proses pengkajian oleh pejabat berwenang.

Proses pengkajian akan dilakukan maksimal tiga hari kerja setelah permohonan
diterima.

Setelah dilakukan pengkajian, hasil yang didapat akan menentukan diterima atau
tidaknya pencatatan blokir sertifikat yang diminta oleh pemohon.

Diterima atau tidaknya permohonan pencatatan blokir tersebut akan diberitahukan oleh
kantor pertanahan melalui surat resmi.

Masa Berlaku Blokir Sertifikat


Blokir atas tanah memiliki jangka waktu tertentu yaitu selama 30 hari, terhitung sejak
tanggal pencatatan blokir dilakukan.

Bila sudah terhapus dan sengketa masih terjadi, maka harus dilakukan perpanjangan.

***

Sahabat 99, semoga penjelasan di atas dapat bermanfaat untuk Anda semua.
Baca terus ulasan lainnya mengenai properti hanya di blog 99.co Indonesia.

Ingin beli properti? Pastikan mencari yang Anda idamkan di www.99.co/id


S E R T I F I K AT TA N A H G R AT I S :
S YA R AT D A N P R O S E D U R
PENGAJUAN
7 J ULI 2019

 582
 0
 0
 24
 35
 6
 647SHARES
3menit
Masih banyaknya tanah yang tak bersertifikat pun mendorong pemerintah untuk
memberikan sertifikat tanah gratis pada masyarakat Indonesia. Program ini dikenal
sebagai Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL).

Tanah yang tak didaftarkan pada badan pertanahan setempat berisiko bermasalah di
masa depan.
Salah satunya ialah pengklaiman tanah oleh pihak lain karena surat-surat yang tak
lengkap.

Itulah salah satu alasan mengapa pemerintah menggalakan PTSL.

PTSL atau Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap ialah kegiatan pendaftaran tanah
untuk pertama kalinya.

Dilansir dari bpn.go.id, kegiatan PTSL dilakukan serentak di seluruh Indonesia bagi
semua obyek pendaftaran tanah yang belum pernah terdaftar dalam suatu wilayah
desa/kelurahan atau yang setingkat dengan itu.
Program yang telah bergulir sejak awal 2018 ini direncanakan akan berlangsung hingga
tahun 2025.

Segala hal yang berkaitan dengan PTSL sendiri telah dituangkan dalam Inpres No. 2
Tahun 2018 tentang Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap di Seluruh
Wilayah Republik Indonesia.

Tanah-tanah warga Indonesia ternyata masih banyak yang belum memiliki surat-
surat/sertifikat kepemilikan yang sah.

Umumnya, jenis lahan tersebut ialah tanah berjenis Girik, Pipil, Petok,
atau Verponding, dan juga tanah negara.
Lantas bagaimana pelaksanaan, syarat, hingga warga yang berhak mendapatkan
sertifikat tanah gratis ini? Selengkapnya mari simak ulasannya di bawah inI!

Bagaimana Cara Dapatkan Sertifikat Tanah


Gratis?
1. Tahapan Pelaksanaan PTSL
Penyuluhan
Petugas BPN di wilayah desa atau keluarahaan diikuti seluruh peserta PTSL sesuai
jadwal tim penyuluh.

Pendataan
Menanyakan riwayat siapa pemilik tanah, dasar kepemilikan (jual beli, hibah, warisan),
dan pajak (BPHTB/PPh).

Pengukuran
Harus ada letak dan batas bidang serta mendapat persetujuan yang berbatasan bentuk
bidang dan luas bidang tanahnya.

Baca Juga:
Mengurus Sertifikat Tanah Bakal Bisa Lewat Sistem Digital?
Sidang Panitia A
Anggota panitia (tiga orang dari BPN dan 1 orang dari desa/kelurahan).
Tugas: meneliti daya yuridis, pemeriksaan lapangan, mencatat sanggahan, dan
kesimpulan, keterangan tambahan.

Pengumuman Pengesahan
Masa pengumuman 14 hari ditempel di kantor desa/kelurahan atau kantor pertanahan
setempat. Berisi daftar nama, luas, letak tanah, peta bidang, dan lainnya.

Penerbitan Sertifikat
Pembagian sertifikat oleh ATR/BPN diserahkan langsung ke peserta.

2. Syarat untuk Mendapatkan Sertifikat Tanah Gratis


Lewat PTSL
Ada beberapa kelengkapan yang diperlukan warga untuk bisa mendapatkan sertifikat
tanah gratis atas lahan tak bersurat yang dimilikinya.

Syarat mendapatkan sertifikat tanah gratis ialah:

 Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK)


 Surat tanah (berbentuk Letter C, AJB, Akta Hibah, atau berita acara
kesaksian, dan lainnya)
 Sudah terdapat tanda batas yang terpasang dan mendapat persetujuan
pemilik perbatasan.
 Melampirkan bukti setor BPHTB dan PPh
 Surat permohonan pengajuan PTSL dan surat pernyataan peserta

3. Biaya yang Harus Dibayarkan Warga


Agar bisa mendapatkan sertifikat tanah gratis, warga tidak perlu membayar uang untuk
beberapa hal vital di dalam proses.

Di sisi lain, tentu ada pula beberapa biaya yang tak ditanggung pemerintah.

Lengkapnya, simak daftar biaya apa saja yang digratiskan pemerintah dan harus
dibayar masyarakat sebagai berikut:
1. Gratis (Ditanggung Pemerintah)
 Penyuluhan
 Pengumpulan data (alas hak)
 Pengukuran bidang tanah
 Pemeriksaan tanah
 Penertbitan SK Hak/pengesahan data yuridis dan fisik
 Penerbitan sertifikat
 Supervisi dan pelaporan
2. Bayar Sendiri
 Penyediaan surat tanah (bagi yang belum ada_
 Pembuatan dan pemasangan tanda batas
 BPHTB jika terkena
 Lain-lain (materai, fotokopi, letter C, saksi, dsb).

4. Pihak yang Berhak Mendapat Sertifikat Tanah Gratis


Lewat PTSL
Dikutip dari inspirasi.co, inilah beberapa pihak yang berhak mendapatkan sertifikat
gratis lewat program PTSL:
“Terhadap tanah yang sudah dibuatkan berita acara penyelesaian proses Pendaftaran
Tanahnya, dan oleh Ketua Panitia Ajudikasi Percepatan telah dibukukan dalam daftar-
daftar, maka oleh Kepala Kantor diterbitkan sertipikat hak atas tanahnya untuk
disampaikan kepada yang berhak.”
Dalam hal percepatan pelaksanaan pendaftaran tanah sistematis menggunakan dana
yang berasal dari Pemerintah, maka: a. sertifikat yang diterbitkan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) hanya diberikan kepada:

1. Masyarakat tidak mampu;


2. Masyarakat yang termasuk dalam Program Pemerintah Bidang Perumahan
Sederhana;
3. badan hukum yang bergerak di bidang keagamaan dan sosial yang
penggunaan tanahnya untuk peribadatan, pesantren, panti asuhan, panti
jompo, cagar budaya, situs/tempat ziarah;
4. Veteran, Pensiunan PNS, Purnawirawan TNI, Purnawirawan POLRI dan
Suami/Istri/Janda/Duda Veteran/Pensiunan PNS/Purnawirawan TNI/
Purnawirawan POLRI;
5. Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah, untuk melaksanakan tugas dan
fungsinya dan tidak bersifat profit;
6. Waqif; atau
7. Masyarakat Hukum Adat.

Beberapa waktu lalu sempat terkabarkan kasus rakyat Kelurahan Pondok Cabe Ilir
yang tidak kebagian seritfikasi tanah gratis.

Merespon kabar ini, Presiden Jokowi Widodo menyatakan bahwa rakyat yang berhak
atas sertifikat tanah gratis namun dihalangi beberapa oknum untuk mendapatkannya…

…atau dipaksa untuk membayar, wajib melapor polisi

S E R T I F I K AT TA N A H A S L I ATA U
PA L S U ? C A R I TA H U
K E B E N A R A N N YA D I S I N I
13 M ARET 2019
 25
 0
 0
 1
 4
 0
 31SHARES
2menit
Sertifikat tanah asli dan palsu, seringkali susah untuk dibedakan.
Selain itu Sahabat 99, sertifikat atas sebuah tanah sering bermasalah di daerah yang
kurang memahami hukum.

Permasalahan yang terjadi bukanlah secara hukum, melainkan perihal fisik tanah
tersebut.

Seringkali masyarakat beranggapan bahwa dengan menguasai fisik tanah atau tinggal
di atas sebuah lokasi dalam kurun waktu yang sudah lama…

Berarti tanah atau lokasi tersebut adalah milik mereka.

Untuk memastikan legalitas tanah, Anda bisa melakukannya sendiri.


Cara yang paling sederhana yaitu pilihlah tanah yang sudah memiliki Sertifikat Hak Milik
(SHM) atau Surat Hak Guna Bangunan (SHGB).

Namun, sering terjadi kasus kepemilikan ganda di Indonesia.

Bagaimana cara mengatasinya?

Menangani Pengecekan Sertifikat Tanah Asli


atau Palsu
Untuk lebih memastikan mengenai keaslian sertifikat, kamu bisa menanyakan ke Badan
Pertanahan Nasional (BPN).

BPN akan tahu pasti apakah sertifikat Anda bersih atau dalam sengketa.

Pilihan lain untuk mengecek legalitas tanah, Anda bisa menghubungi notaris atau
PPAT.

Sertifikat akta jual beli harus dicek ke ke Kantor Pertanahan sebelum ditandatangani.

Sesuai dengan yang tercantum dalam Pasal 34 PP No. 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah, pengecekan sertifikat adalah kegiatan yang dilakukan untuk…

Baca Juga:
Mengurus Sertifikat Tanah Bakal Bisa Lewat Sistem Digital?
Mengetahui data fisik dan data yuridis yang tersimpan dalam peta pendaftaran, daftar
tanah, surat ukur, dan buku tanah.

Jika terdapat catatan dalam buku tanah, maka BPN akan mengeluarkan Surat
Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT).

Catatan dalam buku tersebut berupa blokir dari perorangan atau dari kepolisian atau
pengadilan.
Guna menindaklanjuti hal tersebut, diperlukan pengajuan penghapusan blokir.

Penghapusan blokir harus dilakukan oleh pihak yang memblokir.

Jika tidak terdapat catatan apapun dalam buku tanah atau sertifikat tanah, maka BPN
akan membubuhkan tulisan:

“Telah diperiksa dan sesuai dengan daftar di Kantor Pertanahan”.


Pengecekan Sertifikat Tanah Langsung di BPN
BPN juga akan melengkapinya dengan nomor daftar isian dan tanggal dilakukannya
pengecekan serta diparaf oleh petugas.

Untuk pengecekan sertifikat tanah asli atau palsu ke BPN, berikut kelengkapan yang
perlu kamu bawah:

1. Sertifikat tanah.
2. Surat tugas atau surat kuasa pengecekan dari PPAT kepada pegawainya.
3. Permohonan pengecekan sertifikat dimana form permohonan sudah ada di
Kantor Pertanahan.
4. Fotokopi KTP pemilik sertifikat.
5. Fotokopi Kartu Keluarga.
6. Uang Rp50 ribu per satu sertifikat.

Proses pengecekan sertifikat tidak memerlukan waktu yang lama, melainkan hanya 24
jam.

Bahkan di beberapa daerah, pengecekan dapat diproses hanya dalam waktu beberapa
jam saja…

Sehingga bisa kamu tunggu di tempat.

***

Semoga informasi di atas dapat membantu ya, Sahabat 99!

Tetap waspada dengan segala penipuan dan hal sejenis lainnya.

C O N T O H S U R AT J U A L B E L I TA N A H
UNTUK KEBUTUHAN TRANSAKSI
TA H U N 2 0 2 0
19 J ANUARI 2020
 44
 0
 0
 7
 17
 1
 69SHARES
6menit
Sahabat 99, sudahkah kamu memahami contoh surat jual beli tanah yang baik dan
benar? Ya, hal ini dilakukan demi kelancaran transaksi supaya dijauhkan dari berbagai
macam permasalahan di kemudian hari. Yuk, pelajari agar tak mudah tertipu sekaligus
menambah wawasan!

Penting bagi kita untuk mempelajari tata cara serta aturan pembelian tanah berupa
properti sedari awal.

Mengapa penting? Pasalnya, hal tersebut bakal menyelamatkan diri dari proses
transaksi yang menyimpang…

Atau bahkan, mencegah terjadinya penipuan.


Antisipasi tersebut dapat dilakukan dengan melihat contoh surat jual beli tanah secara
detail.

Ada banyak contoh surat jual beli tanah yang bisa kamu dapatkan, baik lewat internet
atau belajar langsung dari ahlinya.

Segala kebutuhan tersebut, dapat disesuaikan dengan kebutuhan diri sendiri.

Jangan lupa, selalu berdiskui dengan orang sekitar agar diberi kelancaran dalam
transaksi properti.

Sebelum itu, yuk pahami pengertian surat jual beli tanah di bawah ini.

Pengertian dan Fungsi Surat Jual Beli Tanah

Contoh surat jual beli tanah yang disusun dengan benar, dapat membantu memastikan
kepemikan tanah—bahkan saat bertindak sebagai seorang pembeli.

Kelak, Sahabat 99 bisa melihat kejelasan pemilik tanah secara pasti.

Sudah banyak penipuan yang berkedok penjualan tanah…


Namun saat transaksi sudah berjalan lancar, datang lagi orang lain yang sudah
membeli tanah tersebut.

Itu artinya, kita kena tipu oknum tak bertanggung jawab!

Supaya terhindar dari segala macam bentuk rugi berupa penipuan, ada baiknya
memahami contoh surat jual beli tanah yang benar.

Setelah itu, barulah melakukan prosedur selanjutnya seperti membuat akta dan
keperluan lain.

Manfaat surat jual beli tanah ini bukan hanya dapat melindungi kita sebagai pembeli
dari tindak penipuan saja…

Tapi juga jika Sahabat 99 bertindak sebagai penjual.

Secara garis besar, memahami surat jual beli tanah dapat mengantisipasi jika salah
satu pihak—baik kita maupun pihak luar—bertindak di luar janji.

Surat perjanjian jual beli tanah ini, dibuat oleh pihak penjual dan pembeli untuk
menjelaskan hak serta kewajiban yang tidak boleh dilanggar oleh kedua belah pihak.

Transaksi properti yang satu ini, tentu membutuhkan tanda kesepakatan berupa surat
karena nilai harganya cukup besar…

Keberadaan surat jual beli tanah, kelak dapat membantu segala kebutuhan terkait
transaksi tanah.

Bisa dijadikan bukti, tanda jadi, dan berbagai macam bentuk keperluan lainnya.

Setelah urusan selesai, Sahabat 99 dan pihak lain telah terikat untuk melaksanakan
hak dan kewajiban yang sesuai dengan pasal dalam surat perjanjian tersebut.

Jika ditinjau dari dunia bisnis, surat jual beli tanah sangat penting.
Hal ini dikarenakan jika suatu hari nanti timbul sebuah permasalahan, maka surat
tersebut dapat menjadi bukti.

Tak hanya digunakan untuk bisnis besar saja, surat perjanjian juga berlaku untuk bisnis
kecil.

Sudah jelas ‘kan, Sahabat 99?

Jangan sampai mengabaikan fakta di atas, ya…

Sekarang, saatnya kita melihat contoh surat jual beli tanah yang benar di bawah ini.

Contoh Surat Jual Beli Tanah yang Umum


Digunakan
Ingin membuat surat jual beli tanah berdasarkan ketentuan pada umumnya?

Lihat contohnya secara mendalam sebagai berikut:

SURAT PERJANJIAN
JUAL BELI TANAH

Kami yang bertanda tangan di bawah ini :

1. Nama : Dadang Charlie

Umur : 69 Tahun

Pekerjaan : Wiraswasta

NIK: : 3204090612500007
Alamat : Jalan Zeus No. 13, Garut

Dalam hal ini bertindak atas nama pribadi dan selanjutnya disebut sebagai PIHAK
PERTAMA.

II.Nama : Nuri

Umur : 43 Tahun

Pekerjaan : Pegawai Swasta

NIK : 1612880305890003

Alamat : Jalan Miami No. 69, Bandung

Dalam hal ini bertindak atas nama pribadi dan selanjutnya disebut sebagai PIHAK
KEDUA.

Untuk selanjutnya bersama-sama PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA disebut


sebagai Para Pihak.

Dalam hal ini para pihak menyatakan bahwa PIHAK PERTAMA selaku pemilik menjual
tanah kepada PIHAK KEDUA yakni :

Sebidang tanah dengan luas 500 m2 yang teletak di Jalan Leles Garut XV No. 77
dengan hak Sertifikat Hak Milik Tanah Nomor 5089.

Dengan batas-batas tanah sebagai berikut :

1. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Leles Garut XIV


2. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Leles Garut XII
3. Sebelah timur berbatasan dengan Kantor Kecamatan Leles Garut
4. Sebelah barat berbatasan dengan Sungai Batanghari.
Dengan adanya perjanjian ini para pihak sepakat bahwa kepemilikan atas tanah PIHAK
PERTAMA berpindah hak milik kepada PIHAK KEDUA. Perjanjian ini berlaku sejak
setelah tanggal penandatangan oleh para pihak dan saksi-saksi.

Sehubungan dengan jual beli di atas, maka Para Pihak dengan penuh kesadaran setuju
dan sepakat untuk mengadakan perjanjian dengan ketentuan sebagai berikut.

PASAL 1
HARGA

Jual beli objek tanah dalam perjanjian tersebut disepakati dengan harga Rp
500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

PASAL 2
METODE PEMBAYARAN

Pembayaran atas jual beli tanah dalam perjanjian ini dilakukan tunai ke nomor rekening
PIHAK PERTAMA pada hari yang sama dengan penandatanganan perjanjian atau
selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah perjanjian penandatanganan.

PASAL 3
DOKUMEN KELENGKAPAN

PIHAK PERTAMA wajib menyerahkan dokumen kelengkapan tanah pada hari


penandatanganan perjanjian atau selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah perjanjian
penandatanganan.

PASAL 4
PENYERAHAN DOKUMEN

Penyerahan dokumen kelengkapan kepada Notaris yang ditunjuk oleh PIHAK KEDUA
selambat-lambatnya 1 (satu) hari setelah penandatangan perjanjian dan pelunasan ke
rekening PIHAK KEDUA.
PASAL 5
PEMBATALAN PERJANJIAN

Jika ditemukan dokumen bermasalah dan/atau tidak sesuai dengan Pasal 4 maka akan
dikembalikan kepada PIHAK PERTAMA dan uang yang telah dibayarkan kepada
PIHAK PERTAMA dikembalikan lagi kepada PIHAK KEDUA secara lunas. Dengan ini
perjanjian jual beli tanah dianggap batal demi hukum.

PASAL 6
PENYELESAIAN SENGKETA

Segala sengketa yang nanti timbul dari Surat Perjanjian Jual Beli Tanah ini telah
disepakati oleh PARA PIHAK untuk diselesaikan melalui jalan mediasi, jika tidak terjadi
penyelesaian maka akan diselesaikan di Pengadilan Negeri di mana objek perjanjian ini
berada.

Demikian Surat Perjanjian Jual Beli Rumah ini dibuat dengan penuh kesadaran dan
tanpa paksaan antara PARA PIHAK dan supaya dipatuhi sebagai hukum yang
mengikat PARA PIHAK.

Garut, 19 Januari 2020

PIHAK PERTAMA PIHAK KEDUA

(Dadang Charlie) (Nuri)

SAKSI PERTAMA SAKSI KEDUA

(Hendro Purnomo) (Sandityo Wardhono)

***
Contoh surat jual beli tanah di atas, biasanya umum digunakan oleh sejumlah pihak.

Namun, ada beberapa jenis aset tanah yang dibuat dalam format berbeda…

Contohnya surat jual beli tanah sawah.

Melihat Contoh Surat Jual Beli Tanah Sawah


Ada jual beli tanah biasa, ada juga jual beli tanah sawah.

Kedua hal tersebut memang serupa, namun terdapat perbedaaan spesifik yang perlu
Anda amati sebagai berikut:

SURAT PERJANJIAN
JUAL BELI TANAH SAWAH

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya :

Nama : Budi Susanto

Umur : 42 tahun

Pekerjaan : BUMN

Alamat : Jalan Tegal Parang 1, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

Untuk selanjutnya disebut pihak ke I (penjual).

Nama : Firman Amalul


Umur : 38 Tahun

Pekerjaan : Seniman

Alamat : Jalan Kalibata Timur II No. 2, Pancoran, Jakarta Selatan

Untuk selanjutnya disebut pihak ke II (pembeli)

Pada tanggal 26 Juni 2018 pihak ke I. Telah menjual, lepas/mutlak sebidang tanah
sawah seluas 123 M2 kepada pihak ke II dengan harga tunai Rp. 450.000.000,- (empat
ratus lima puluh juta rupiah). Pembayaran dilakukan dihadapan saksi-saksi dengan
tunai.

Batas-batas tanah tersebut adalah sebagai berikut :

Sebelah barat : Berbatasan dengan tanah Asep Suhendra

Sebelah timur : Berbatasan dengan tanah Menuk Sukmaningrum

Sebelah utara : Berbatasan dengan Tanah Wiwin Yuniarti

Sebelah selatan : Berbatasan dengan tanah Alfredo Sipatuhar

Maka, sejak tanggal 19 Januari 2020, tanah sawah tersebut di atas telah menjadi hak
milik pihak ke II.

Pada waktu pelaksanaan jual beli tanah tersebut baik pihak ke I (penjual) maupun pihak
ke II (pembeli) juga saksi-saksi semuanya menyatakan satu sama lain dalam keadaan
sehat, baik jasmani maupun rohani, dan segala sesuatu dengan itikad baik.

Demikian, setelah keterangan isi jual beli ini dimengerti oleh pihak ke I dan pihak ke II,
juga saksi-saksi, maka ditanda tanganilah sebagai permulaan saat pemindahan hak
milik pihak ke I kepada pihak ke II.
Jakarta, 19 Januari 2020

Pihak Ke I Pihak Ke II

(Budi Susanto) (Firman Amalul)

Saksi-saksi

Sanksi I Sanksi II Sanksi III

(Apriadji) (Waluyo) (Sabrie)

***

Sudah cukup jelas, Sahabat 99?

Ragam contoh surat jual beli tanah ini, tak pelak digunakan untuk membantu melihat
referensi rujukan yang baik.

Semakin tertata surat tersebut, semakin baik pula hasil yang didapat kelak.

Sekarang, saatnya kita memahami aspek lain perihal tanah yuk!

Jenis-jenis Tanah Berdasarkan Status dan


Fungsinya
Sahabat 99 perlu menambah wawasan dengan mengetahui berbagai macam jenis
tanah.

Hal tersebut bertujuan untuk memberikan kemudahan dalam membedakan.

Sebagai contoh, jenis tanah meliputi:

1. Tanah Sawah
Harga yang ditawarkan jenis tanah ini relatif murah dibanding dengan status fisik
pekarangan.

Namun, dibutuhkan perizinam tambahan, yakni dikenal dengan nama izin pengeringan.

Pada praktik di lapangan, status fisik sawah memang wajib dilakukan pengeringan.

2. Tanah Pekarangan
Harga yang ditawarkan relatif lebih mahal daripada status fisik tanah.

Meski begitu, Sahabat 99 tidak memerlukan lagi proses izin pengeringan lahan.
Segera melakukan pengolahan lahan dan proses lainya, sehingga lahan segera siap
launching

3. Status Tanah Tidak bersertifikat


Tanah tak bersertifikat yang dimaksud bukan benar-benar tanpa sertifikat…

Tetapi, tanah yang masih butuh proses sertifikat atau peningkatan hak.

Ada beberapa penyebutan untuk status tanah seperti.

Jenis-jenis tersebut meliputi tanah negara, hak garap, Letter C, Letter D dan berbagai
istilah lainnya.

Untuk lahan seperti ini, diperlukan proses sertifikat sebelum dilakukan prosea perizinan
lebih lanjut.

Keuntungan mendapat lahan seperti ini, kamu dapat melakukan negosiasi pembayaran
dengan jangka waktu yang lebih panjang.

Baca Juga:
Macam Status Tanah Berdasarkan Jenis Fisik & Sertifikat
Tanah juga dibedakan berdasarkan jenis sertifikat yang dimiliki.

Pahami perbedaannya sebagai berikut:

1. Sertifikat Hak Milik (SHM)


Sertifikat model ini lazim dimiliki oleh perseorangan sebagai bukti atas lahan.

Keuntungan membeli lahan dengan SHM adalah kepemilikan dan proses izin yang lebih
cepat.

Setidaknya, kita tak perlu melewati proses sertifikasi lahan dan non-sertifikasi ke
Sertifikat Hak Milik.
Akan tetapi, percepatan ini masih harus diselidiki karena perizinan di tiap daerah tidak
dapat disamaratakan.

Terkadang, pemerintah setempat mewajibkan lahan bersertifikat Hak Guna Bangunan


(HGB).

Jika begitu caranya, Sahabat 99 harus menurunkan status SHM menjadi HGB.

2. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB)


Sertifikat jenis ini pada umumnya dimiliki perusahaan.

Tanah bersifat sementara dengan jangka waktu tertentu

Kendati demikian, tanah jenis ini dapat dinaikkan haknya menjadi SHM.

Keunggulan memiliki sertifikat ini adalah status kepemilikan yang lebih pasti dan
perizinan pun tak membutuhkan waktu lama.

Apalagi bila pemerintah daerah setempat memberlakukan sistem kewajiban lahan


bersertifikat HGB.

***

Sudah paham dan dapat melakukan transaksi jual beli tanah?

Faktanya, urusan kita tak akan selesai sampai di sini saja.

Ada beberapa hal yang harus ditangani…

Salah satunya sertifikat tanah.

Proses Mengurus Sertifikat Tanah


Sertifikat tanah dibuat sebagai bentuk legalitas atau kepemilikan properti baik berupa
tanah atau bangunan.
Bukan hanya memperjelas status hukum tanah, adanya sertifikat tanah juga dapat
membantu menghindari sengketa yang dapat terjadi di masa depan.

Syarat membuat sertifikat tanah, meliputi:

– Fotokopi KTP pemohon yang telah dilegalisir pejabat berwenang

– Fotokopi bukti pembayaran PBB tahun terakhir

– Fotokopi kartu keluarga (KK) dari pemohon

– Fotokopi NPWP

– Izin mendirikan bangunan (IMB)

– Akta jual beli (AJB)

– Pajak Penghasilan (PPh)

– Bukti pelunasan pembayaran bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB).

Jika sudah mengumpulkan persyaratan di atas, lanjutkan proses secara mandiri dengan
tahapan sebagai berikut:

Ada tiga tahapan yang akan dilalui dalam pembuatan sertifikat tanah, yaitu:

1. Mendatangi Kantor Badan Pertahanan Nasional (BPN)


Setempat
Pemohon dapat mendatangi loket pelayanan dengan membawa dokumen yang telah
disiapkan sebagai syarat membuat sertifikat tanah.

Sahabat 99 akan diminta mengisi formulir, melakukan pembayaran biaya pengukuran


serta pemeriksaan tanah.

2. Petugas BPN Melakukan Pengukuran Tanah


Setelah permohonan diterima, petugas dari BPN akan melakukan proses pengukuran
tanah.

Sahabat 99 sebagai pemohon pun harus hadir dalam proses ini.

Hasil dari pengukuran tersebut, akan dilanjutkan untuk pembuatan surat keputusan dari
BPN pusat.

3. Membayar pendaftaran SK hak


Tahap terakhir adalah membayar pendaftaran SK hak.

Setelah melunasinya, kita baru bisa mendapatkan sertifikat tanah.

***

Waktu pembuatan sertifikat tanah beragam, tergantung dari luas serta peruntukan dari
tanah itu sendiri.

Tak hanya melihat contoh surat jual beli tanah…

Blog 99.co Indonesia juga bakal menyiapkan kebutuhan lainnya saat hendak membeli
atau menjual jenis properti yang satu ini.

Terlebih, jika Sahabat 99 adalah seorang investor.

Mulai sekarang, ada baiknya agar kita memahami kelebihan dan kekurangan investasi
tanah.

Kelebihan dan Kekurangan Investasi Tanah


Seiring berjalannya waktu, harga tanah makin lama makin terkoreksi dengan
sendirinya.

Itu tandanya, investasi tanah kembali bergairah.

Jika tujuan Sahabat 99 adalah memahami contoh surat jual beli tanah…

Maka, pahamilah kelebihan serta kekurangannya terlebih dahulu.

Salah satu kelebihan investasi tanah adalah kenaikan capital gain yang tinggi.

Baca Juga:
Ini Dia 10 Plus & Minus Melakukan Investasi Tanah. Wajib Tahu!
Umumnya, persentase tersebut bisa mencapai 20 sampai 25 persen.

Namun, angka tersebut bergantung pada lokasi tanah berada.

Sementara itu, kekurangan yang mencolok antara lain bisa tidak mendapatkan
pemasukan dalam jangka panjang.
Bila membiarkan tanah kosong melompong dalam waktu lama, sudah pasti kita tidak
akan mendapat pemasukan apa-apa.

Meski begitu, apapun pilihan yang diambil, tentukan secara bijak.

***

Semoga bermanfaat, Sahabat 99!

Dapatkan informasi menarik lainnya lewat portal Blog 99.co Indonesia.

Tak lupa, pastikan untuk melakukan transaksi terkait jual beli tanah hanya di 99.co/id.

C A R A M E N G U R U S S E R T I F I K AT
TA N A H G R AT I S D I B P N . L E N G K A P !
1 3 NOVEMBE R 2 0 1 9

 17
 0
 0
 0
 2
 0
 19SHARES
2menit
Sahabat 99, ingin tahu cara mengurus sertifikat tanah gratis?

Sertifikat tanah sangat penting dimiliki karena dapat mengukuhkan kepastian hak atas
tanah yang dimiliki seseorang.

Selain itu, sertifikat tanah juga bermanfaat untuk meningkatkan nilai jual serta
memudahkan akses kredit di setiap layanan perbankan sebagai jaminan sertifikat yang
resmi.

Terdapat 2 cara untuk membuat sertifikat tanah, yaitu:

1. Melalui notaris
2. Melalui program Pendaftaran Tanah Sistematik Lengkap yang dimiliki Badan
Pertahanan BPN atau kementerian ATR.
Foto: ANTARA

Jika kamu menggunakan jasa notaris, diperlukan biaya untuk membuat sertifikat
tersebut.

Sedangkan jika kamu membuatnya melalui BPN, kamu tidak perlu mengeluarkan biaya
sepeser pun.

Nah, jika kamu ingin tahu cara mengurus sertifikat tanah gratis, langsung saja disimak
syarat-syarat yang harus dilengkapi beserta prosedurnya, seperti dilansir
oleh finance.detik.com.
Cara Mengurus Sertifikat Tanah Gratis
1. Persyaratan
Untuk mengurus dokumen untuk tanah negara, berikut adalah beberapa persyaratan
yang harus disiapkan:

1. KTP asli dan fotokopi yang sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
2. Kartu Keluarga
3. Bukti pembayaran pajak bumi bangunan (PBB) tahun berjalan
4. Kartu kavling
5. Advice planing
6. Izin mendirikan bangunan (IMB)
7. Akta jual beli
8. Surat Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
9. Pajak Penghasilan (PPH)

Baca Juga:
Sertifikat Tanah Warisan: Apa & Bagaimana Cara Membuatnya
Sedangkan untuk tanah girik milik adat, berikut adalah dokumen yang harus disiapkan:

1. KTP asli dan fotokopi yang sudah dilegalisir oleh pejabat yang berwenang
2. Kartu keluarga
3. Bukti pembayaran pajak bumi bangunan (PBB) tahun berjalan
4. Surat riwayat tanah
5. Letter C atau girik
6. Surat pernyataan tanah tidak sengketa
7. Akta jual beli
8. Surat Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
9. Pajak Penghasilan (PPH)

2. Prosedur

sumber: inilahsultra.com

Setelah semua dokumen disiapkan, ikutilah prosedur di bawah ini.


 Membuat permohonan untuk bisa mengikuti agenda penyuluhan dari petugas
BPN di desa atau kelurahan
 Setelah pemohon menjadi peserta, petugas BPN akan mendata riwayat
kepemilikan tanah pemohon
 Petugas mengukur dan meneliti batas kepemilikan tanah (menunjukkan letak,
bentuk bidang, luas tanah, dan batas bidang tanah)
 Data yuridis akan diteliti petugas dan petugas BPN lain akan mencatat
sanggahan, kesimpulan, serta keterangan dari petugas desa

Setelah semua prosedur di atas di lakukan, pemohon hanya tinggal menunggu selama
14 hari hingga persetujuan pengajuan sertifikat tanah diumumkan.

Jika diterima, maka petugas PBN akan langsung membagikan sertifikat tanah yang
sudah dibuat.

***

Baca Juga:
Segera Blokir Sertifikat Tanah Anda bila Terjadi Hal Ngeri Ini!

J E N I S S E R T I F I K AT TA N A H &
K E P E M I L I K A N L A H A N YA N G
BERLAKU DI INDONESIA
2 5 NOVEMBE R 2 0 1 9
 11
 0
 0
 0
 1
 0
 19SHARES
2menit
Apa saja ya jenis sertifikat tanah dan kepemilikan lahan yang berlaku di Indonesia?

Sahabat 99, kepastian hukum atas tanah atau rumah merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan sebelum melakukan pembelian.

Cara mengetahui status hukum suatunya pun mudah, yaitu dilihat melalui kelengkapan-
kelengkapan dokumennya seperti sertifikat kepemilikan lahan.

Selain untuk jual beli, kejelasan ini sangatlah diperlukan seperti untuk mendirikan
bangunan dan juga jaminan kredit di bank.

Bila pemilik/penjual tidak bisa membuktikan kelengkapan hukumnya, dikhawatirkan di


masa depan dapat terjadi masalah di kemudian hari.
Nah, selain mengetahui status hukumnya, Anda pun perlu mengetahui jenis sertifikat
kepemilikan lahan yang dimiliki.
Di Indonesia, ada beberapa jenis sertifikat tanah dan kepemilikan lahan yang dikenal.

Beberapa macam macam surat tanah tersebut di antaranya ialah sebagai berikut.

3 Jenis Sertifikat Tanah dan Kepemilikan Lahan


di Indonesia
1. Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB)
Sertifikat Hak Guna Bangunan atau SHGB merupakan bukti kepemilikan yang
menunjukkan bahwa…

…Sang pemegang, hanya bisa memanfaatkan lahan tersebut baik untuk mendirikan
bangunan atau untuk keperluan lain dalam kurun waktu tertentu.

Lahan dengan status SHGB biasanya adalah lahan-lahan yang dikelola


oleh developer seperti perumahan atau apartemen, tetapi juga tidak memungkiri juga
untuk gedung perkantoran.
Sementara itu, kepemilikan dari rumah atau tanah tersebut dipegang sepenuhnya oleh
negara.

Kepemilikan dan pemanfaatan SHGB mempunyai batas waktu tertentu.

Setelah melewati batas waktunya, pemegang sertifikat harus mengurus perpanjangan


SHGB.

Biasanya batas waktunya berkisar hingga 30 tahun dan dapat diperpanjang kembali
untuk waktu 20 tahun.

Selain dapat dipegang oleh warga negara Indonesia, lahan dengan status SHGB pun
boleh dimiliki oleh warga negara asing (WNA).

Baca Juga: Cara Mengetahui Keaslian Sertifikat Tanah


2. Sertifikat Hak Milik (SHM)
Sertifikat Hak Milik (SHM) adalah jenis sertifikat yang menunjukkan bahwa sang
pemegang memiliki hak penuh atas…

….suatu lahan pada kawasan dengan luas tertentu yang telah disebutkan dalam
sertifikat tersebut.

Status SHM adalah status yang paling kuat untuk kepemilikan lahan karena lahan
sudah menjadi milik seseorang tanpa campur tangan ataupun kemungkinan pemilikan
pihak lain.

Sertifikat kepemilihan lahan berstatus hak miliki juga tidak terbatas memiliki batas waktu
seperti SHGB.

Melalui sertifikat ini, pemilik bisa menggunakannya sebagai bukti kuat atas kepemilikan
tanah.

Hal ini menegaskan bahwa bila terjadi masalah, maka nama yang tercantum dalam
SHM adalah pemilik sah berdasarkan hukum.

SHM juga bisa menjadi alat yang kuat untuk transaksi jual beli, atau juga jaminan kredit.

Proses mendapatkan sertifikat tanah melalui notaris/PPAT agar diuruskan ke Badan


Pertanahan Nasional (BPN) dimana notaris lebih mengetahui seluk beluk dan syarat
pembuatan seritifikat tanah.

Syarat masing-masing berbeda bila tanah tersebut tanah hibah atau jual beli, tanah
adat, tanah lelang, dan sebagainya.

Sementara itu SHM hanya diberlakukan untuk WNI saja.

3. Sertifikat Kepemilikan Lahan Berbentuk Girik


Girik sebenarnya bukan salah satu jenis sertifikat untk kepemilikan properti.
Girik sendiri adalah bukti surat pembayaran pajak atas suatu lahan, yang merupakan
bukti bahwa seseorang telah mengusai sebidang lahan.

Lahan dengan status girik adalah lahan bekas hak milik adat yang belum didaftarkan
pada Badan Pertanahan Nasional (BPN).

Girik tidak kuat status hukumnya seperti sertifikat, tetapi girik bisa dijadikan dasar untuk
membuat sertifikat tanah.

Jadi, apabila akan mengadakan transaksi jual beli lahan girik, harus dipastikan bahwa
nama yang tertera di dalam dokumen girik tersebut harus sama dengan yang tertera
dalam akta jual beli.

Caranya adalah dibuktikan dengan dokumen pendukung yang dapat diterima yang
merupakan sejarah kepemilikan lahan sebelumnya.

Sejarah kepemilikan lahan diperlukan apabila ingin meningkatkat status hukum suatu
lahan menjadi Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) maupun Sertifikat Hak Milik
(SHM).

Sementara itu, istilah girik biasa dikenal dengan tanah adat, petok, ricik, ketitir dan lain-
lain.

Baca Juga: Bukan Sertifikat Sah, Kenali Macam-Macam Surat


Tanah Tradisional Ini
Selain tiga jenis sertifikat kepemilikan lahan di atas, ada beberapa status hak guna atas
tanah dan bangunan yang lainnya.

Beberapa contohnya seperti Hak Guna Usaha (HGU) dan Hak Pakai (SHP).

Semoga ulasan di atas mengenai macam macam sertifikat tanah tadi dapat bermanfaat
bagi Anda, Sahabat 99!
B U K A N S E R T I F I K AT S A H ,
B E B E R A PA S U R AT TA N A H
T R A D I S I O N A L I N I M A S I H D I PA K A I
7 JULI 2 01 9

 65
 0
 0
 10
 24
 1
 100SHARES
3menit
Meski bukan jenis surat penanda sertifikat tanah resmi dan diakui negara, ternyata
masih banyak masyarakat Indonesia yang memercayakan hal ini pada surat tanah
tradisional. Seperti apa sih?
Sahabat 99, selama ini Anda pasti telah mengetahui jenis-jenis sertifikat tanah yang
telah diakui negara, kan?
Di sisi lain, surat tanah tradisional masih banyak dipercaya orang-orang hingga kini
sebagai bukti kepemilikan. Kok bisa sih, padahal kan tak resmi?
Sebetulnya UU No.5 Tahun 1960 tentang Pokok-pokok Agraria telah mengatur apa saja
jenis sertifikat tanah yang sah di mata hukum.

Beberapa sertifikat resmi tersebut di antaranya Sertifikat Hak Milik (SHM), Sertifikat Hak
Guna Bangunan (SHGB), dan Sertifikat Hak Satuan Rumah Susun (SHSRS).

Tak bisa dipungkiri, ternyata surat-surat tersebut tidak semua dimiliki oleh para pemilik
tanah.

Banyak dari mereka yang memperoleh lahan/tanah secara turun-temurun, sehingga


hanya memegang surat tanah tradisional saja.

Beberapa surat tanah tradisional di antaranya terdapat dalam penjelasan di bawah ini.

5 Jenis Surat Tanah Tradisional di Indonesia


1. Girik

Sumber: jogjarealty.com

Ungkapan istilah girik mungkin sudah populer di telinga Anda ya, Sahabat 99?
Girik ini bukanlah sertifikat kepemilikan tanah, melainkan hanya sebuah surat
pertanahan yang menunjukkan penguasaan lahan untuk keperluan perpajakan.

Di dalam surat ini dapat ditemui nomor, luas tanah, serta pemilik hak atas tanah karena
jual-beli atau warisan.

Kepemilikan tanah dengan surat girik ini sendiri harus ditunjang dengan bukti lain yaitu
kepemilikan Akta Jual beli (AJB) atau surat waris.

2. Petok D

Sumber: fentianita.blogspot.com

Sebelum tahun 1960, surat Petok D memiliki kekuatan yang setara dengan sertifikat
kepemilikan tanah.

Namun setelah Undang-Undang Pokok Agraria berlaku pada 24 Desember 1960,


aturan itu tidak berlaku lagi.

Baca Juga:
Sertifikat Tanah Asli Atau Palsu? Cari Tahu Kebenarannya di Sini!
Kini, surat tanah tradisional berbentuk petok D hanya dianggap sebagai alat bukti
pembayaran pajak tanah oleh sang pengguna tanah.
Jadi, surat ini sangat lemah jika difungsikan sebagai surat kepemilikan atas tanah.

Akibat dari masih banyaknya masyarakat yang masih awam dengan perubahan
peraturan tersebut, surat Petok D kerap menimbulkan permasalahan dalam jual-beli
tanah.

3. Letter C

Sumber: fibrianto.com

Kepemilikan atas tanah di Indonesia biasanya diberikan secara turun-temurun.

Pada zaman dulu pengaturan atas kepemilikan properti belum terlalu ketat
pengaturannya.

Maka itu muncul berbagai surat-surat tanah, salah satunya surat Letter C.

Letter C merupakan tanda bukti kepemilikan atas tanah oleh seseorang yang berada di
kantor desa/kelurahan.
Surat Letter C yang berbentuk buku ini sendiri fungsinya adalah sebagai catatan
penarikan pajak dan keterangan mengenai identitas tanah pada zaman kolonial.

Namun pada masa kini, Letter C masih digunakan sebagai identitas kepemilikan tanah.

Data-data tanah yang berada dalam Letter C ini sendiri disebut-sebut kurang lengkap
karena pemeriksaannya selalu dilakukan dengan asal-asalan.

4. Surat Ijo

Sumber: portalblitar.blogspot.com

Surat Hijau atau Surat Ijo ini hanya berlaku di Kota Surabaya lho, Sahabat 99.
Dokumen ini merujuk pada surat dengan tanah berstatus Hak Pengelolaan Lahan
(HPL) dari pemerintah kota kepada orang yang menyewa tanah tersebut.

Disebutkan, Surat Ijo tersebut dapat diperpanjang oleh pihak penyewa selama tanah
yang disewakan tidak akan digunakan oleh Pemkot Surabaya.
Mengapa namanya Surat Ijo?

Karena blangko surat perizinan atas hak pemakaian tanahnya sendiri berwarna hijau.

Lahan tanah dengan Surat Ijo ini tidak akan diberikan atau dijual kepada penyewa
karena dapat menimbulkan kecemburuan sosial.

Maka itu tanah-tanah tersebut tetap dibiarkan sebagai tanah sewaan dengan
keterangan Surat Ijo.

5. Surat Tanah Tradisional Lainnya


Selain surat-surat di atas, ada pula yang disebut sebagai:

 Rincik alias Surat Pendaftaran Sementara Tanah Milik Indonesia


 Ketitir
 Wigendom
 Erfpacht
 Opstaal.
Semua surat tanah tradisional tersebut kini tidak bisa dijadikan alat bukti yang sah
dalam kepemilikan rumah.

Jadi, jika Anda masih memegang surat-surat tersebut, segera ganti dengan sertifikat
yang berlaku ya!

Baca Juga:
Mau Buat Tempat Usaha? Jangan Lupakan Surat Izin Tetangga, Ya!
Semoga ulasan di atas bermanfaat untuk Anda, Sahabat 99!

P E R B E D A A N B U K U TA N A H
D E N G A N S E R T I F I K AT TA N A H ,
S U D A H TA H U ?
2 4 MEI 2 0 1 7

 3
 0
 0
 0
 1
 0
 4SHARES
2menit
Anda tentu tidak asing dengan sertifikat tanah, namun bagaimana dengan buku tanah?
Perlu diketahui bahwa kedua dokumen ini sangat penting untuk pendaftaran tanah. Apa
perbedaan dari keduanya? Temukan dalam artikel ini!
Pengertian Buku Tanah dan Sertifikat Tanah
Sebelum kita bahas lebih lanjut, akan lebih baik jika kita bahas terlebih dahulu
pengertian mengenai buku tanah dan sertifikat tanah. Pengertian keduanya pun
tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
Pada pasal 1 ayat 19 tercantum bahwa:
“Buku tanah adalah dokumen dalam bentuk daftar yang memuat data yuridis dan data
fisik suatu obyek pendaftaran yang sudah ada haknya.”
Bukan hanya itu, di dalam PP tersebut pun dijelaskan mengenai sertifikat tanah. Pada
ayat 20 dalam pasal yang sama, tertulis bahwa:
“Sertifikat adalah surat tanda bukti hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2)
huruf c UUPA untuk hak atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas
satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing-masing sudah dibukukan dalam
buku tanah yang bersangkutan.”
Jika dilihat dari kedua pengertian tersebut, dapat dilihat bahwa sebuah buku tanah akan
memuat data terkait tanah yang sudah ada haknya. Selanjutnya, sertifikat tanah
merupakan sebuah surat tanda bukti hak atas tanah yang telah dibukukan.
P E R B E D A A N B U K U TA N A H
D E N G A N S E R T I F I K AT TA N A H ,
S U D A H TA H U ?
2 4 MEI 2 01 7

 3
 0
 0
 0
 1
 0
 4SHARES
2menit
Anda tentu tidak asing dengan sertifikat tanah, namun bagaimana dengan buku tanah? Perlu
diketahui bahwa kedua dokumen ini sangat penting untuk pendaftaran tanah. Apa perbedaan dari
keduanya? Temukan dalam artikel ini!
Pendaftaran Tanah
Buku tanah dan sertifikat tanah merupakan dua dokumen penting terkait pendaftaran
tanah. Apa itu pendaftaran tanah? Penjelasan terkait hal ini pun ada dalam Pasal 1
ayat 1 PP No. 24 Tahun 1997 tertulis bahwa:
“Pendaftaran tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara
terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan,
pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk
peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun,
termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah
ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak tertentu yang
membebaninya.”
Pendaftaran tanah ini dilakukan oleh Pemerintah Indonesia untuk menjamin
kepastian hukum. Terkait prosesnya, pendaftaran tanah pun diatur dalam Pasal
19 ayat 2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-
Pokok Agraria. Pendaftaran tanah meliputi:
a. pengukuran perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftaran hak-hak atas tanah dan peralihan hak-hak tersebut;
c. pemberian surat-surat tanda bukti hak, yang berlaku sebagai alat pembuktian yang
kuat.
Proses yang satu ini tentu membutuhkan biaya, lalu bagaimana dengan rakyat yang
tidak mampu? Dalam hal ini, pemerintah memberikan aturan bahwa rakyat tidak
mampu akan dibebaskan dari biaya pendaftaran tanah.

Anda tentu tidak asing dengan sertifikat tanah, namun bagaimana dengan
buku tanah? Perlu diketahui bahwa kedua dokumen ini sangat penting untuk
pendaftaran tanah. Apa perbedaan dari keduanya? Temukan dalam artikel ini!
Pembukuan Hak dan Penerbitan Sertifikat
Nah, jika sudah tahu mengenai pengertian dan ketentuan mengenai keduanya, lalu
bagaimana ketentuan pembukuan dan penerbitan sertifikat? Penjelasan mengenai
pembukuan hak dan penerbitan sertifikat tanah ini tercantum dalam PP No. 24 Tahun
1997 pada Pasal 29 dan 31.
Khusus pembahasan mengenai pembukuan tanah, tercantum dalam Pasal 29. Dalam
pasal tersebut dijelaskan bahwa buku tanah ini memuat data yuridis dan fisik terkait hak
atas tanah, hak pengelolaan, tanah wakaf, dan hak milik atas satuan rumah susun yang
dicatat juga dalam surat ukur. Pembukuannya ini dilakukan berdasarkan alat bukti.
Bagaimana dengan penerbitan sertifikat? Masih dalam PP yang sama, penjelasan
mengenai penerbitan sertifikat tanah tercantum dengan jelas dalam Pasal 31.
Dijelaskan bahwa sertifikat tanah ini diterbitkan untuk kepentingan pemegang hak yang
sesuai dengan data fisik dan yuridis dalam buku tanah.
Dijelaskan juga bahwa apabila dalam buku tanah terdapat catatan terkait data yuridis
dan data fisik, maka penerbitan sertifikat ini akan ditangguhkan sampai catatan tersebut
dihapuskan. Penyerahan sertifikat tanah ini nantinya hanya boleh diberikan kepada
pihak pemegang hak yang tercantum dalam buku tanah atau yang telah dikuasakan.
Penasaran dengan pembahasan hukum properti lainnya? Temukan pembahasannya
dalam Blog UrbanIndo. Semoga bermanfaat!

TATA C A R A WA K A F TA N A H
1 8 S EPTEMB ER 2 0 1 9
 163
 0
 0
 2
 27
 0
 192SHARES
2menit
Mewakafkan harta untuk kepentingan umum merupakan satu tindakan yang amat
mulia. Cukup banyak jenis harta yang dapat seseorang wakafkan, salah satunya ialah
harta tak bergerak berupa tanah. Lantas apakah Anda sudah tahu bagaimana tata cara
wakaf tanah yang sesuai?

Pengertian hingga aturan mengenai wakaf telah diatur oleh negara, di antaranya..

UU Nomor 41 Tahun 2004 tentang wakaf, PP Nomor 42 Tahun 2006, dan beberapa
aturan lainnya.

Syarat serta tata cara wakaf tanah pun dijelaskan dalam aturan tersebut.

Di dalam UU Nomor 41 Tahun 2004, wakaf didefinisikan sebagai:


Wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan
sebagian harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau kesejahteraan
umum menurut syariah.
Rukun Wakaf dan Syarat Wakaf
Sebelum mengetahui cara mewakafkan tanah, calon pemberi wakaf atau
disebut waqif harus memahami apa saja rukun dan syarat agar wakaf bisa dilakukan.
Ini dia rukun wakaf atau hal dasar yang harus dipenuhi seperti yang dilansir
dari bwi.or.id:
1. Ada orang yang berwakaf.
2. Ada benda yang diwakafkan.
3. Ada pihak yang menerima wakaf.
4. Ada ikrak wakaf.
Di samping itu ada pula syarat wakaf yang merupakan pengembangan dari rukun
wakaf, yaitu:

1. Berkaitan dengan pewakaf


 Mampu secara hukum

 Waqif merupakan pemilik harta secara penuh


 Berakal
 Cukup umur atau
2. Berkaitan dengan harta wakaf
 Barang berharga

 Diketahui kadar atau jumlahnya


 Sah kepemilikannya
 Harta tidak melekat dengan yang lain alias berdiri sendiri.
3. Berkaitan dengan penerima wakaf
 Jumlah tertentu yaitu, jelas jumlah penerimanya
 Jumlah tidak tertentu yaitu, untuk kepentingan banyak orang.
4. Berkaitan dengan Ikrar Wakaf
 Ikrak diucapkan dengan menunjukkan kekekalan wakaf yang dilakukan
 Ucapan direalisasikan segera
 Bersifat pasti
 Tidak diikuti dengan syarat yang membatalkan.

Baca Juga:
Hati-Hati! Tanah Wakaf Tidak Bisa Diperjualbelikan
Cara Wakaf Tanah
Adapun cara wakaf tanah ialah:

1. Calon waqif datang ke KUA terdekat dengan membawa kelengkapan berupa


identitas diri dan dokumen sah atas tanah yang dimiliki.
2. Waqif melakukan pengucapan ikrar wakaf kepada nazhir (pengelola harta
wakaf) dengan saksi Kepala KUA dan para penerima manfaat.
(Setidaknya ada dua orang saksi yang harus hadir dalam proses ikrar tersebut. Sebagai
catatan, bila wakaf yang dilakukan untuk jumlah tak tertentu, maka penerima wakaf
tidak perlu hadir.)
3. Kepala KUA membuat akta ikrar wakaf dan surat pengesahan
4. Salinan akta ikrar diberikan pada waqif dan nazhir
5. Nazhir melakukan pendaftaran atas tanah wakaf ke Badan Pertanahan
Nasional (BPN).
Adapun kelengkapan yang harus dibawa ialah surat pengantar pendaftaran tanah
wakaf dari Kepala KUA, akta ikrar wakaf, dan surat pengesahan nazhir.)
Semoga pembahasan mengenai syarat serta cara wakaf tanah di atas dapat
bermanfaat untuk Anda, Sahabat 99!

CARA MUDAH MENGUBAH


S E R T I F I K AT H G B K E S H M TA H U N
2020 | ANTI RIBET!
1 8 JANUARI 2 0 20
 55
 0
 0
 3
 5
 0
 64SHARES
2menit
Guna meningkatkan status kepemilikan sebuah aset properti, kita perlu mengubah
sertifikat HGB ke SHM. Masih bingung dengan caranya? Yuk, catat informasi yang
tertera lewat artikel berikut ini! Tidak sulit, kok…

Sertifikat HGB adalah salah satu bukti kepemilikan lahan yang dimiliki seseorang untuk
mendirikan bangunan atau untuk keperluan lain dalam kurun waktu tertentu.

Lahan dengan status HGB biasanya dikelola oleh developer seperti perumahan atau
apartemen, bisa juga pada gedung perkantoran.

Perlu diketahui Sahabat 99, jenis kepemilikan tersebut dipegang sepenuhnya oleh
negara.
Setelah melewati batas waktu, pemegang sertifikat harus mengurus perpanjangan
sertifikat HGB dan begitu seterusnya.

Baca Juga:
Macam Status Tanah Berdasarkan Jenis Fisik & Sertifikat!
Faktanya, kepemilikan lahan dengan status sertifikat HGB dapat ditingkatkan menjadi
Sertifikat Hak Milik alias SHM.

Perubahan status kepemilikan dari HGB ke SHM bertujuan untuk memperjelas status
hukum kepemilikan atas suatu lahan.

Tentu, hal in akani sangat bermanfaat jika berpindah tangan kepemilikan hingga hal-hal
buruk seperti sengketa suatu hari nanti.

Cara Mudah Mengubah Sertifikat HGB ke SHM


Status kepemilikan hak milik merupakan status kepemilikan paling kuat tanpa campur
tangan atau kemungkinan dimiliki oleh pihak lain.

Kepengurusan perubahan sertifikat HGB menjadi SHM dilakukan pada kantor


pertanahan di wilayah tempat lokasi lahan tersebut berada.

Agar tak salah kaprah, ikuti cara mengubah sertifikat HGB ke SHM sebagai berikut…

1. Membeli dan Mengisi Formulir Permohonan


Awalnya, Sahabat 99 harus mengajukan surat permohonan kepada Kepala Kantor
Pertanahan setempat.

Surat ini sebaiknya sudah diproses sebelum kita mengajukan pengubahan status
sertifikat HGB menjadi SHM.

Ketika surat ini sudah ada, segera salin atau copy beberapa lembar dan lampirkan
aslinya bersama dengan dokumen-dokumen yang telah disiapkan.
2. Siapkan Dokumen
Untuk mengubah status sertifikat kepemilikan HGB ke SHM, Sahabat 99 perlu
menyiapkan beberapa dokumen untuk melengkapi persyaratan, di antaranya:

 Sertifikat Asli Hak Guna Bangunan (HGB)


Siapkan sertifikat asli HGB yang statusnya hendak diubah, karena ini dokumen paling
penting dalam kepengurusan.

Sahabat 99 juga memerlukan beberapa copy sertifikat untuk cadangan.

 Copy Izin Mendirikan Bangunan (IMB)


Dokumen IMB ini diperlukan sebagai bukti legalitas bahwa lahan dipergunakan untuk
mendirikan suatu bangunan.

Sebagai tambahan, gunakan pula surat keterangan dari kelurahan yang menyatakan
bahwa lahan tersebut digunakan untuk mendirikan bangunan atau sebagai rumah.

 Identitas diri
Siapkan dokumen identitas diri pemohon seperti KTP dan KK, atau akta pendirian
apabila dilakukan oleh badan hukum.

Apabila dikuasakan kepada orang lain, sertakan pula surat kuasa dan fotocopy kartu
identitas penerima kuasa.

 SPPT PBB
Dokumen pajak diperlukan untuk melihat rekam jejak pembayaran pajak dan kondisi
lahan, seperti luas tanah dan luas bangunan yang terkena pajak.

 Surat Pernyataan Kepemilikan Lahan


Pemohon harus menyertakan surat pernyataan tidak memiliki tanah lebih dari 5 bidang
dengan luas keseluruhan tidak lebih dari 5.000 m2.

Kiat Membayar dan Mengurus Biaya Perkara


Sumber: rumahpantura.com

Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) turut menjadi biaya yang wajib
dibayar saat mengubah sertifikat HGB ke SHM.

Besar biaya tergantung biaya NJOP (Nilai Jual Obyek Pajak) dan luas tanah.

Ada pun rumus menentukan biaya NJOP, yakni 2% x (NJOP Tanah – NJOPTKP Rp 60
juta).

Sebagai catatan, untuk tarif 2 persen dan NJOP Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), hal
tersebut diatur oleh pemerintah daerah masing-masing.

Berdasarkan penggunaan, tarif tersebut bisa berbeda antardaerah karena pengolahan


BPHTB diatur dalam Perda.

Biaya perkara yang dikeluarkan akan berbeda pada setiap daerah, mengingat ia
mengacu pada peraturan pemerintah daerah dan luas lahan.

Apabila tak ingin repot mengurus, Sahabat 99 bisa menggunakan jasa notaris Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) dengan biaya tambahan.
Baca Juga:
Tak Ada SHM & Mahal, Mengapa Rumah di Atas Thamrin City Laku?
Cara di atas dapat diikuti secara seksama agar proses mengubah sertifikat HGB ke
SHM jadi lebih mudah.

Semoga informasi di atas bermanfaat untukmu, Sahabat 99!

Anda mungkin juga menyukai