Tidak perlu khawatir kalau kamu masih memiliki tanah girik, ada cara mengurusnya
tanah hak milik kamu menjadi SHM atau sertifikat tanah lainnya.
Tanah girik? Bagi kamu yang tinggal di perkotaan, pasti tidak mengetahui mengenai status
kepemilikan tanah girik ini.
Bagi yang tidak berkecimpung dalam industri properti, tidak ingin membeli tanah, ya
mungkin tidak mengetahuinya.
Tanah girik adalah tanah yang belum bersertifikat. Biasanya masih merupakan tanah adat
yang dijumpai di daerah-daerah.
Atau juga tanah tersebut merupakan tanah warisan turun temurun dari kakek nenek sehingga
belum mempunyai sertifikat.
Walaupun bersifat non-sertifikat, namun tanah girik tersebut masih mempunyai kekuatan
hukum kuat. Jadi kamu tidak usah ragu ya.
Secara yuridis atau hukum, tanah yang belum bersertifikat tidak bisa dikatakan sebagai hak
milik dari orang yang menguasainya.
Tanah ini baru menjadi hak milik apabila sudah mempunyai sertifikat yang memiliki
kekuatan hukum, tentunya yang lebih kuat.
Bentuk sertifikat ini adalah Sertifikat Hak Milik (SHM), Hak Guna bangunan (HGB), Hak
Pakai, Hak Guna Usaha (HGU), dan lainnya.
Orang yang menguasai tanah belum bersertifikat hanya menguasai tanahnya saja. Hal ini
perlu diingat ya, bedakan penguasaan dan kepemilikan.
Dokumen berupa girik ini hanya dokumen penguasaan atas tanah, bukan dokumen sebagai
bukti kepemilikan.
Pemilik tanah girik bisa meningkatkan status penguasaan menjadi kepemilikan dengan cara
sertifikasi, caranya mudah kok.
Dia bisa mengajukan permohonan hak milik tersebut atas tanah ke kantor badan pertanahan
(BPN) setempat.
Setelah sertifikat hak milik atas tanah dikeluarkan, tanah itu sudah sah menjadi milik sang
pemegang hak.
Dia tidak lagi hanya sekedar menguasainya, tetapi dia sudah memilikinya berdasarkan
sertifikat.
Langkah pertama untuk mengubah surat girik ke SHM atau sertifikat lainnya adalah
mengurus sejumlah surat di kantor kelurahan atau kantor desa setempat.
Sebelumnya, pemilik harus mengecek ke kelurahan. Langkah ini menjadi cara mengecek
tanah girik.
Surat ini ditandatangani oleh kepala desa setempat atau lurah yang menyatakan tanah tidak
dalam sengketa.
Sejumlah saksi seperti pengurus Rukun Tetangga (RT) dan Rukun Warga (RW) setempat
juga memberikan tanda tangan.
Dokumen ini berfungsi untuk menerangkan secara tertulis mengenai riwayat penguasaan
tanah dari awal.
Dokumen ini mencantumkan sejak kapan waktu perolehan penguasaan tanah tersebut
didapatkan.
Kepala desa setempat atau lurah mengetahui dokumen yang menjelaskan cara peroleh tanah
tersebut.
Lantas bagaimana kalau surat tanah girik yang dimiliki malah hilang? Tidak usah khawatir,
begini caranya.
Jika surat girik hilang, maka pemilik tanah bisa meminta fotokopi letter C di kantor desa atau
kelurahan setempat.
Untuk melaporkan kehilangan, jangan lupa untuk menyertakan surat pengantar dari kepala
desa atau lurah setempat.
Selain itu, identitas pemilik tanah girik juga disertakan. Setelah itu, pihak kepolisian akan
mengeluarkan berita acara.
Berikut ini adalah sejumlah langkah yang mesti dilaksanakan untuk mengurus tanah girik
menjadi sertifikat di kantor pertanahan.
6. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) dan Kartu Keluarga (KK) pemohon
7. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
tahun berjalan dan bukti pembayarannya
B. Pengukuran Tanah
Petugas dari kantor pertanahan melakukan pengukuran tanah berdasarkan batas yang
diajukan oleh pemohon.
Salah satu tahapan saat mengurus peralihan dari tanah girik menjadi SHM, tentunya agar ukuran luas tanah
sesuai.
Hasil pengukuran tanah akan dicetak dan dipetakan di Badan Pertanahan Nasional (BPN) dan
juga disahkan oleh pejabat yang berwenang.
Setelah itu, ada proses lanjutan yaitu penilaian oleh petugas BPN dan juga lurah atau kepala
desa setempat.
D. Pengumuman Data Yuridis
Tahap selanjutnya adalah pengumuman data yuridis hak tanah di kantor kelurahan dan BPN
selama enam puluh hari.
Hal ini dilakukan untuk menjamin kalau permohonan hak tanah ini tidak menghadapi
keberatan dari pihak lain.
Selanjutnya, kepala kantor pertanahan menerbitkan surat keputusan mengenai pemberian hak
atas tanah.
F. Pembayaran BPHTB
Pemohon wajib membayarkan Bea Perolehan Hak Atas Tanah (BPHTB) untuk setiap
perolehan hak atas tanah.
Hal ini menjadi langkah terakhir dalam permohonan tanah girik menjadi sertifikat hak milik
atau SHM.
Setelah itu, sertifikat telah selesai dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang. Pemohon
bisa mendapatkan sertifikat.
Lama pengurusan sertifikat ini tidak dapat dipastikan, namun bisa memakan waktu sekitar
enam bulan, jadi harap sabar ya.
Untuk biaya pengurusan tergantung dari lokasi dan luas tanah. Jika tanah luas dan lokasi
strategis, maka biaya semakin tinggi.
Nah, itulah cara mengurus tanah girik menjadi bersertifikat atau SHM (sertifikat hak milik).
Pastikan tanah atau rumah memiliki surat kepemilikan ya.