Anda di halaman 1dari 2

Langkah pertama yang harus ditempuh adalah mendatangi kantor kelurahan tempat tanah

tersebut berada untuk mendapatkan surat keterangan tidak ada sengketa, surat keterangan riwayat
tanah, dan surat keterangan kepemilikan tanah sporadik.

Surat keterangan tidak ada sengketa atas tanah dikeluarkan dan ditandatangani oleh lurah atau
kepala desa setempat. Kekuatan surat tersebut terletak pada adanya saksi-saksi yang bisa
dipercaya, mencakup ketua RT dan RW atau tokoh-tokoh adat yang bisa dihormati penduduk
setempat. Sementara pada surat keterangan riwayat tanah, terdapat penjelasan secara runut dan
tertulis penguasaan tanah dari awal pencatatan di kelurahan hingga keberadaannya saat ini.

Sedangkan surat keterangan kepemilikan tanah sporadik adalah surat yang mencantumkan sejak
tahun berapa pemohon memiliki, menguasai, dan memperoleh tanah tersebut. Jika ketiga surat
tersebut sudah selesai, maka pemohon bisa melanjutkan prosesnya di kantor Badan Pertanahan
setempat.

Lantaran belum ada sertifikat, maka proses jual beli tanah bisa menjadi lebih panjang. Sehingga
saat sudah menyelesaikan urusan di kelurahan, maka sebaiknya langsung menjalani prosedur
pembuatan sertifikat ke kantor BPN setempat. Prosedur ini bisa dibantu oleh notaris dan PPAT
atau secara mandiri yang dilakukan oleh penjual bersama pembeli.

Sebelum ke kantor BPN, siapkan dulu dokumen berupa surat asli tanah dan kepemilikannya.
Mulai dari:

1. Surat asli tanah girik atau fotokopi letter C yang dimiliki pemohon
2. Surat keterangan riwayat tanah dari lurah/kades
3. Surat keterangan tidak sedang sengketa dari lurah/kades
4. Surat pernyataan penguasaan tanah secara sporadik dari lurah/kades
5. Bukti-bukti peralihat hak milih tanah bila ada
6. Fotokopi KTP dan Kartu Keluarga pemohon
7. Fotokopi bukti pembayaran PBB tahun yang sedang berjalan
8. Surat kuasa jika diwakili
9. Surat pernyataan sudah memasang batas-batas tanah
10. Dokumen pendukung lainnya
Selain menyerahkan dokumen, pembeli dan penjual juga diminta untuk mengisi formulir
pembuatan sertifikat tanah yang menjadi salah satu persyaratan. Kemudian diharuskan juga
membayar biaya pemeriksaan dan pengukuran tanah.
Setelah proses administrasi selesai, petugas Badan Pertanahan Nasional akan mendatangi lokasi
tanah untuk pengukuran dan validasi tanah. Hasil pengukuran akan menentukan keputusan
pemberian sertifikat oleh Badan Pertanahan Nasional. Pasca proses pengukuran, Anda
diharuskan membayar pendaftaran SK Hak, sebagai tahapan akhir dan persyaratan untuk
mendapatkan sertifikat tanah. Proses pembuatan sertifikat tanah berkisar antara 60 hingga 120
hari.

Jadi jual beli tanah yang belum memiliki sertifikat prosesnya sangat Panjang dan ribet sekali,
tetapi berbeda dengan proses jual beli tanah yang sudah memiliki sertifikat, seperti pengalaman
yang pernah saya alami sendiri dimana Ketika tanah sudah bersertifikat kita tinggal bawa
sertifikat tersebut dan PBB(pajak Bumi Dan Bangunan) ke notaris yang di percaya. Di notaris
tersebut akan di uruskan semua, mulai dari pendaftaran ke Badan pertanahan nasional setempat,
pembayaran pajak yang timbul dari kegiatan jual beli tanah tersebut, penjadwalan pengukur
tanah dan penandatanganan perjanjian jual beli. Biasanya sertifikat keluar dalam waktu 2 sampai
4 minggu tetapi berbeda kasusnya jika melakukan pecah sertifikat yaitu pemilik lahan hanya
mejual Sebagian tanahnya bukan keseluruhan maka prosesnya lebih lama yaitu kurang lebih 3
bulan baru dapat sertifikatnya.

Anda mungkin juga menyukai