Anda di halaman 1dari 2

NARASI DOKUMEN HUKUM AKTA JUAL BELI TANAH DAN BANGUNAN

Pengertian

Akta jual beli tanah merupakan dokumen hukum yang sangat penting sebagai bukti sah
adanya transaksi jual beli tanah dan bangunan, karena akta jual beli tanah akan digunakan
sebagai bukti legal atas peralihan hak dari pemilik lama (penjual) kepada pemilik baru (pembeli).
Apabila transaksi jual beli telah sah sehingga nantinya bisa dibuatkan sertifikat tanah oleh pihak
PPAT.

Cara Perolehan Akta Jual Beli Tanah dan Bangunan

Dimulai dari adanya transaksi jual beli yang disepakati oleh kedua belah pihak kemudian
bisa dilanjutkan proses jual beli dengan kesepakatan pembayaran oleh kedua belah pihak.
Setelah proses transaksi jual beli selesai, maka untuk proses pembuatan Akta Jual Beli Tanah
kedua belah pihak menyiapkan persyarakatan dengan melengkapi berkas-berkas yang diperlukan
oleh penjual dan pembeli.

Penjual :

1. Fotokopi surat nikah (jika sudah menikah)


2. Fotokopi KK
3. Sertifikat tanah asli dan bisa dipertanggungjawabkan serta dipastikan bahwa tidak ada
blokir dari pihak kepolisian, pengadilan atau orang pribadi atas sertifikat tanahnya
4. PBB tahun terakhir yang asli
5. STTS (Surat Tanda Terima Setoran) dari PBB penjual dan pastikan tidak ada tunggakan.
Jika ada, perlu diselesaikan secepatnya karena nantinya si pembeli tidak dapat melakukan
validasi pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) dan PPH
(Pajak Penghasilan)

Pembeli :

1. Fotokopi KTP
2. Fotokopi KK
3. Fotokopi Surat Nikah (jika sudah menikah)
4. Fotokopi NPWP

Prosedur Pembuatan Akta Jual Beli Tanah

Pertama, kedua belah pihak mendatangi PPAT untuk membuat Akta Jual Beli Tanah
dengan membawa berkas-berkas yang telah disiapkan, kemudian diawali dengan pemeriksaan
sertifikat tanah dan PBB, karena Akta Jual Beli Tanah akan melindungi transaksi pada tanah
yang sudah bersertifikat.
Setelah itu, pihak PPAT akan melihat kesesuaian data teknis dan hukum antara sertifikat
dengan buku tanah di kantor pertanahan atau Badan Pertanahan Nasional untuk mengetahui
kondisi tanah tersebut sedang dalam sengketa atau tidak.

Selain itu, pihak PPAT juga akan memeriksa Surat Tanda Terima Setoran PBB untuk
mengetahui menunggak atau tidaknya pajak, selanjutnya pihak PPAT akan memeriksa surat
persetujuan suami atau istri dari pihak penjual, karena jika sudah menikah harta merka akan
tercampur (harta bersama). Persetujuan suami atau istri tidak diperlukan jika pasangan tersebut
telah mengadakan perjanjian pisah harta saat kawin.

Setelah dokumen-dokumen sudah lengkap, kemudian diverifikasi dan pihak-pihak terkait


sudah memberikan persetujuan maka kedua belah pihak bisa masuk ke tahap selanjutnya yaitu
penandatanganan akta yang harus dihadiri oleh pihk penjual dan pembeli dan minimal harus
dihadiri oleh 2 saksi yang umumnya berasal dari kantor PPAT bersangkutan atau 2 pegawai
notaris (bila menggunakan jasa notaris)

Lalu Akta Jual Tanah sudah selesai, dan bisa diambil.

NOTE

Jika tidak ada sengketa tanah, proses pembuatan = akta jual beli tanah kurang lebih memakan
waktu sekitar satu bulan. Ini bisa dihitung dari jangka waktu sekitar 14 hari pemrosesan
pengurusan berkas melalui PPAT dan 14 hari proses balik nama yang dilakukan di Kantor Badan
Pertanahan Nasional (BPN).

Pengurusan AJB tanah ini membutuhkan biaya dalam pengurusannya. Selain harga tanah yang
disepakati, komponen biaya lainnya adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea Perolehan Hak
Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Rinciannya adalah sebagai berikut.

Pajak Penghasilan dibayar penjual

5% dari harga tanah

BPHTB dibayar pembeli

5% – NJOPTKP

Biaya Jasa PPAT

Ditanggung penjual dan pembeli

Anda mungkin juga menyukai