Anda di halaman 1dari 22

PT.

Agung Sedayu Group

 Perkenalkan diri secara singkat


Nama panggilan, pendidikan, pengalaman kerja
Perkenalkan nama saya umi marwiyah, saya lulusan UPN Vreteran Jakarta dengan jurusan Ilmu
Hukum, saya seorang Fresh Graduate,

 Mengapa anda melamar pekerjaan di perusahaan ni ?

 Apa yang anda ketahui tentang perusahan ini ?

 Megapa mengambil jurusan ilmu hukum saat kuliah ?

 Apa pencapaian terbesar dalam hidup anda ?


 Kenapa kita harus rekrut kamu ?
Karena saya ingin berkontribusi dengan perusaan dengan kemampuan yang saya miliki

 Ceritakan apa yg kamu tahu tentang perusahaan ini

 Kenapa melamar ke perusaaan ini ?

 Selama jeda menganggur kamu ngapain aja ?


Proses penjualan dan pembelian rumah biasanya melibatkan beberapa dokumen penting.
Dokumen-dokumen ini menunjukkan sah tidaknya kepemilikan properti di mata hukum. Jangan
sampai Anda membeli sebuah properti yang harganya lumayan untuk terjebak dalam sengketa
hukum tiada akhir. Pastikan Anda memiliki pengetahuan yang cukup dan dokumen yang tepat
sebelum melakukan transaksi.
Setiap transaksi harus memiliki Akta Jual Beli Rumah (AJB) yang ditandatangani di
depan Notaris. Namun sekarang penjual maupun pembeli juga membuat Surat Perjanjian Jual
Beli Rumah (SPJB) untuk memastikan penjualan dan menghindari penipuan.
Akta Jual Beli Rumah (AJB) dan Surat Perjanjian Jual Beli Rumah (SPJB) memiliki fungsi yang
sama, yaitu:

 Menjadi bukti transaksi jual beli properti dengan kesepakatan harga dan ketentuannya ;

 Memastikan kedua belah pihak memenuhi hak dan kewajiban masing-masing ;

 Menjadi bukti perkara ketika salah satu pihak gagal untuk memenuhi kewajibannya
Surat Perjanjian Jual Beli (SPJB)
SPJB Rumah hanya melibatkan dua pihak yaitu penjual dan pembeli. SPJB disebut juga
akta non-otentik karena tidak melibatkan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau Notaris
namun tetap memiliki keterikatan antara kedua pihak yang bersangkutan.
Surat Perjanjian Jual Beli Rumah dibuat untuk menghindari kerugian dari salah satu
pihak sebelum berlanjut ke PPAT atau Notaris. Sebagai contoh, penjual menjual rumah ke pihak
lain setelah menerima uang muka (DP) dari pembeli, atau angsuran belum dilunasi, dan atau
karena sertifikat rumah tersebut masih dijaminkan ke bank.
Beberapa ketentuan yang harus diperhatikan saat membuat Surat Perjanjian Jual Beli Rumah:

 Kelengkapan data pribadi penjual dan pembeli yang benar pada SPJB ;
 KTP ;

 Alamat ;

 Domisili ;

 Nomor telepon yang bisa dihubungi


Pihak Penjual: Pernyataan pada SPJB bahwa rumah dalam transaksi bebas sengketa hukum
Pihak Pembeli: Pernyataan pada SPJB mengenai tanggal pembayaran cicilan disertai dengan
denda atau sanksi yang berlaku jika terjadi kelalaian
Tanda tangan minimal 2 (dua) saksi. Masing-masing pihak dianjurkan untuk memiliki satu
perwakilan saksi yang menyaksikan penandatanganan SPJB

Akta Jual Beli (AJB) adalah akte otentik yang berlaku sah secara hukum negara melalui Pejabat
Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau Notaris.
Transaksi yang tertuang dalam AJB adalah pengalihan hak dari penjual atau pemilik
kepada pembeli sesuai yang tercantum dalam Undang-Undang Pertanian dan Agraria. Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban) No. 08 Tahun 2012 Tentang Pendaftaran Tanah
juga sudah memberikan format yang harus diikuti dalam setiap transaksi jual beli.
AJB bisa dibuat setelah kedua belah pihak yang bersangkutan membayar seluruh
kewajiban perpajakan yang timbul dari transaksi jual beli tersebut. Kemudian daftarkan properti
untuk balik nama ke kantor pertanahan di daerah tersebut. Perubahan sertifikat yang dilakukan
secara resmi mengalihkan hak kepemilikan dari penjual kepada pembeli.
PPAT atau Notaris kemudian akan mempersiapkan dokumen Akta Jual Beli sesuai
dengan format Perkaban yang telah ditentukan untuk memastikan keabsahannya. Dokumen ini
akan memuat semua ketentuan perjanjian yang disepakati pihak penjual dan pembeli, tanggal
peralihan dan cara pembayaran serta sanksi atau pinalti yang berlaku jika ada kelalaian atau
gagal bayar.
Jika ada salah satu pihak yang melanggar perjanjian tersebut, maka pelanggaran tersebut
dapat diproses hukum sesuai dengan aturan yang berlaku.
Kesimpulan
Transaksi jual beli properti atau rumah melibatkan banyak pihak. Untuk memastikan
Anda mengalami proses yang mulus untuk mendapatkan rumah impian Anda, buatlah Surat
Perjanjian Jual Beli Rumah (SPJB) pada awal transaksi sebagai tanda jadi dan Akta Jual Beli
Rumah (AJB) untuk finalisasi setelahnya, karena jual beli properti atau rumah merupakan
transaksi keuangan yang cukup besar dan diatur oleh undang-undang yang berlaku.
Fungsi Akta Jual Beli
Akta Jual Beli rumah memiliki beberapa fungsi penting yang membuat keberadaannya
tidak dapat digantikan, antara lain:

 Bukti adanya transaksi jual beli rumah atau tanah yang sah dengan kesepakatan harga dan
ketentuan lain yang telah disetujui oleh kedua belah pihak.

 Menjadi landasan agar pihak penjual maupun pembeli memenuhi kewajibannya masing-
masing dalam proses jual beli rumah atau tanah.

 Ketika salah satu pihak gagal memenuhi kewajibannya, maka akta jual beli tersebut dapat
digunakan sebagai bukti untuk menuntut kewajiban pihak yang lalai.
Tahapan Mengurus AJB
AJB baru bisa dibuat ketika kedua belah pihak telah membayar seluruh kewajiban pajak
yang timbul atas transaksi jual beli properti tersebut. Untuk penjual, pajaknya berupa Pajak
Penghasilan (PPh) final dengan besar 2,5% dari nilai perolehan hak.
Untuk pembeli, pajak yang dikeluarkan adalah Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB). Besarnya adalah 5% dari nilai perolehan hak setelah dikurangi NPOPTKP
(Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak). Nilai NPOPTKP ini berbeda untuk masing-
masing daerah, jadi Anda perlu mencari tahu besarannya ke Dinas Pendapatan Daerah di kota
tempat properti tersebut berada.
Pembuatan AJB harus dihadiri oleh beberapa orang antara lain penjual, pembeli, serta
dua orang saksi. Jika pembeli sudah menikah, maka suami istri harus hadir. Jika pembeli atau
penjual tidak dapat hadir, maka dapat diwakilkan oleh orang yang telah diberi kuasa dengan
surat kuasa tertulis.
PPAT akan membuat dua lembar asli AJB. Satu lembar disimpan oleh PPAT, sedangkan
satu lembar lainnya akan diserahkan ke Kantor Pertanahan untuk melaksanakan proses Balik
Nama. Ketika sudah jadi, salinan AJB akan diberikan kepada penjual dan pembeli. Biaya
pembuatan AJB biasanya sebesar 1% dari nilai transaksi yang tertera di akta dan akan
ditanggung oleh penjual dan pembeli.
Ketika AJB sudah jadi, selanjutnya Anda dapat mengurus pendaftaran peralihan hak atau
mengajukan balik nama sertifikat agar bisa mendapatkan SHM atas nama Anda sendiri. Proses
ini dilakukan di kantor pertanahan setempat dengan menggunakan AJB.
Kekuatan Hukum Akta Jual Beli
Sertifikat tanah memang merupakan bukti terkuat kepemilikan lahan atau bangunan.
Namun, bukan berarti AJB tidak memiliki peran penting dalam proses jual beli tanah. Meskipun
bukan bukti atas kepemilikan tanah, akta ini berperan sebagai bukti peralihan hak atas properti
yang dijual.
AJB diperlukan ketika Anda akan membuat sertifikat tanah. Akta ini merupakan bukti
bahwa peralihan hak dengan cara jual beli tersebut telah sah sehingga bisa dibuatkan sertifikat
tanahnya oleh PPAT. Bagaimanapun juga, sertifikat tanah adalah bukti kepemilikan yang
memiliki kekuatan di mata hukum, bukan AJB.
Mengapa Penting Memahami Apa Itu AJB?
Memahami AJB merupakan salah satu langkah penting sebelum Anda membeli rumah.
Dokumen tersebut penting untuk menunjukkan bahwa transaksi jual beli sudah sah. Namun,
Anda masih belum memiliki bukti kuat bahwa Anda adalah pemilik baru suatu properti.
Pasalnya, ada beberapa perumahan yang biasanya hanya menawarkan AJB saja tanpa
pengurusan Sertifikat Hak Milik (SHM). Ini berarti Anda harus mengurus sendiri balik nama
atau pembuatan SHM atas properti yang Anda beli. Jangan berhenti dengan AJB saja. Karena
bagaimanapun juga, sertifikat hak milik adalah bukti terkuat kepemilikan tanah.
AJB adalah Dokumen Wajib dalam Jual Beli Properti.
Begini Cara Mengurusnya
AJB adalah singkatan dari Akta Jual Beli yang merupakan bukti otentik dari peralihan
hak atas tanah dan bangunan.
Yang merilis sertifikat AJB adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang dalam hal
ini diatur melalui Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional (Perkaban).
Karena sudah diatur maka pihak PPAT biasanya hanya tinggal mengikuti format baku
yang sudah dibuat.
Waktu pembuatan surat AJB adalah ketika seluruh pajak dan biaya yang timbul karena
jual beli tanah atau bangunan sudah dibayarkan para pihak.
Jika semua beban biaya sudah dibayarkan penjual maupun pembeli, berikutnya yang
harus dilakukan dalam proses AJB adalah mendaftarkan peralihan hak atas properti ke kantor
pertanahan setempat. Proses inilah yang biasanya dikenal dengan balik nama.
Bila tahapan di atas sudah selesai, maka segala hak atas tanah atau properti berarti sudah
beralih ke pembeli.
Untuk Anda yang masih bingung, penjelasan lebih rinci dan sederhana proses AJB adalah:
Pemeriksaan sertifikat dan Pajak Bumi & Bangunan (PBB)
Sebelum transaksi berlangsung, pemeriksaan ini adalah hal pertama yang akan dilakukan PPAT.
Dalam proses ini pihak PPAT akan meminta sertifikat asli tanah (SHM) dan Surat Tanda Terima
Setoran PBB dari penjual.
Tujuan proses AJB yang pertama ini adalah untuk memastikan:

 Tanah tidak dalam sengketa, dalam jaminan serta penyitaan

 Tanah tidak menunggak PBB

 Kesesuaian data dalam sertifikat tanah dengan Buku Tanah di Kantor Pertanahan.
 Persetujuan dari pasangan si penjual
Karena dengan menikah akan terjadi percampuran harta, termasuk tanah yang merupakan
harta bersama. Karena itulah perlu adanya persetujuan dari pasangan (suami/istri) dari pihak
penjual.
Jika yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka diperlukan surat keterangan kematian dari
pejabat setempat.
Sebagai gantinya, maka perlu kehadiran anak-anak dari hasil perkawinan sebagai ahli waris,
yang juga harus memberi persetujuannya.

 Pembayaran biaya-biaya
Seperti yang disebutkan bahwa AJB bisa dibuat setelah semua biaya yang timbul atas transaksi
jual beli ini dibayarkan oleh masing-masing pihak. Selain harga jual properti itu sendiri, adapun
komponen lain yang masuk dalam biaya AJB adalah:

 Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 5% dari harga tanah yang dibayarkan oleh penjual

 Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) sebesar 5% setelah dikurangi
Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP), dan biaya ini ditanggung oleh
pembeli.

 NJOPTKP dan Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) biasanya berbeda-beda di setiap daerah.
Sebagai contoh ada tanah seluas 500 meter persegi di kawasan Jakarta Selatan, dengan NJOP
Rp1 juta per meter, sementara NJOPTKP Jakarta adalah sebesar Rp80 juta. Lalu jika harga jual
adalah Rp2 juta per meter, maka nilai transaksi (NJOP) adalah Rp1 miliar.
Dari sini kita bisa menghitung besaran:
PPh yang harus dibayarkan oleh penjual yakni 5% dari Rp1 miliar yakni Rp50 juta.
BPHTB yang harus dibayarkan pembeli yaitu 5 % x (NJOP – NJOPTKP) = 5% x
(Rp1.000.000.000 – Rp80.000.000) = Rp46 juta.
Biaya jasa PPAT yang dalam hal ini ditanggung oleh kedua belah pihak, penjual dan pembeli.

 Penandatanganan
Proses berikutnya dalam pembuatan surat tanah AJB adalah penandatanganan.
Dalam tahapan ini, baik penjual maupun pembeli sudah menyerahkan dokumen wajib mulai dari
sertifikat tanah, bukti pembayaran pajak hingga identitas kedua belah pihak.
Termasuk juga harus sudah membayar seluruh biaya yang timbul dari transaksi ini.
Proses penandatangan harus dilakukan di hadapan pejabat PPAT dengan setidaknya 2 orang
saksi yang berasal dari kantor PPAT bersangkutan.
Kedua saksi ini nanti juga akan diminta untuk menandatangani AJB.
Pengurusan proses balik nama
Saat membuat akta AJB, harus dipastikan ini dibuat dalam dua lembar asli dimana yang satu
disimpan oleh pihak PPAT dan lembar yang lainnya adalah untuk dibawa ke Kantor Pertanahan
guna proses balik nama. Proses balik nama ini dilakukan oleh PPAT di Kantor Pertanahan dan
prosesnya akan memakan waktu setidaknya 14 hari.
Tapi biasanya dalam praktiknya berkisar dari 1 bulan hingga 3 bulan.
Dari penjelasan di atas, Anda mungkin sudah tahu bahwa ada beberapa berkas yang harus
dipersiapkan jika ingin mengurus AJB.
Nah, untuk lebih jelasnya, dokumen yang perlu dipersiapkan baik oleh penjual maupun pembeli
dalam proses pembuatan AJB adalah:
1. Dokumen Penjual

 Kartu identitas suami dan istri (copy)

 Kartu Keluarga (copy)

 Akta Nikah (copy)

 Sertifikat tanah (asli)

 Surat Tanda Terima Setoran PBB

 Surat persetujuan pasangan


Sementara apabila pasangan sudah meninggal, maka dokumen yang harus disiapkan:

 Surat keterangan kematian pasangan (asli)

 Surat keterangan ahli waris (asli)


2. Dokumen Pembeli

 Kartu identitas / KTP (copy)

 Kartu Keluarga (copy)

 Akta nikah (copy)

 NPWP (copy)
Sementara untuk mengurus proses balik nama, siapkan berkas khusus yakni Akta Jual Beli
dari PPAT dan Surat Permohonan Balik Nama yang telah ditandatangani pembeli.
Sebagai tambahan bagi Anda yang awam, perlu diketahui bahwa ada juga yang namanya
Surat Perjanjian Jual Beli Rumah (SPJB).
Meski memiliki fungsi yang sama dengan AJB, yakni sebagai bukti transaksi jual beli
properti dan memastikan kedua belah pihak telah memenuhi kewajiban masing-masing, SPJB ini
tetap berbeda dengan AJB.
Pada dasarnya, SPJB hanya melibatkan penjual dan pembeli tanpa ada PPAT atau notaris.

Sebelum transaksi berlangsung, pemeriksaan ini adalah hal pertama yang akan dilakukan PPAT.
Dalam proses ini pihak PPAT akan meminta sertifikat asli tanah (SHM) dan Surat Tanda Terima
Setoran PBB dari penjual.
Tujuan proses AJB yang pertama ini adalah untuk memastikan:
Tanah tidak dalam sengketa, dalam jaminan serta penyitaan
Tanah tidak menunggak PBB
Kesesuaian data dalam sertifikat tanah dengan Buku Tanah di Kantor Pertanahan.
Persetujuan dari pasangan si penjual
Karena dengan menikah akan terjadi percampuran harta, termasuk tanah yang merupakan harta
bersama.
Karena itulah perlu adanya persetujuan dari pasangan (suami/istri) dari pihak penjual.
Jika yang bersangkutan telah meninggal dunia, maka diperlukan surat keterangan kematian dari
pejabat setempat.
Sebagai gantinya, maka perlu kehadiran anak-anak dari hasil perkawinan sebagai ahli waris,
yang juga harus memberi persetujuannya.
Pembayaran biaya-biaya

Nah, bagi Anda yang saat ini ingin membuat AJB berikut ini adalah beberapa tips dan biaya
membuat AJB dikutip dari Lamudi.
Syarat Membuat AJB
Sebelum membuat AJB, Anda harus menyediakan beberapa dokumen seperti di bawah ini:
Dokumen yang harus disiapkan penjual
1. Fotokopi KTP
2. Fotokopi surat nikah (jika sudah menikah)
3. Fotokopi Kartu Keluarga
4. Sertifikat tanah
5. PBB tahun terakhir
6. Fotokopi NPWP

Dokumen yang harus disiapkan pembeli

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)


2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK).
3. Fotokopi surat menikah (jika sudah menikah)
4. Fotokopi NPWP
Proses Membuat AJB
Datang ke kantor Notaris/PPAT

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat AJB adalah datang ke kantor PPAT di
wilayah di mana lokasi properti Anda dibeli. Setelah datang Anda diwajibkan untuk
menyerahakan berbagai dokumen yang telah disiapkan.
medcom.id search

Jakarta: Akta Jual Beli (AJB) merupakan salah satu dokumen penting yang wajib Anda miliki
ketika membeli rumah. AJB adalah dokumen bukti atas terjadinya transaksi jual beli antara
penjual kepada pembeli properti.

Proses pembuatan dokumen AJB dilakukan oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan harus
bersifat terang dan telah dibayar lunas. Secara hukum, peralihan hak atas tanah wajib dilakukan
melalui PPAT dan tidak dapat dilakukan di bawah tangan.BERITA TERKAIT
Herman Deru Bagikan 139 Ribu Sertifikat Tanah untuk Warga Sumsel
Herman Deru Bagikan 139 Ribu Sertifikat Tanah untuk Warga Sumsel
Gubernur Sultra Bagikan 15 Ribu Sertifikat Prona untuk Warga
Gubernur Sultra Bagikan 15 Ribu Sertifikat Prona untuk Warga
Lebih Masuk Akal, Jokowi Turunkan Target Sertifikasi Tanah Menjadi 7 Juta
Lebih Masuk Akal, Jokowi Turunkan Target Sertifikasi Tanah Menjadi 7 Juta
Jokowi Bagikan 1 Juta Sertifikat Tanah di 31 Provinsi
Jokowi Bagikan 1 Juta Sertifikat Tanah di 31 Provinsi
Wah! Daun Serupa Daging Steak Mampu Basmi Bakteri dan Kuman
Wah! Daun Serupa Daging Steak Mampu Basmi Bakteri dan Kuman

Nah, bagi Anda yang saat ini ingin membuat AJB berikut ini adalah beberapa tips dan biaya
membuat AJB dikutip dari Lamudi.
Syarat Membuat AJB
Sebelum membuat AJB, Anda harus menyediakan beberapa dokumen seperti di bawah ini:

Dokumen yang harus disiapkan penjual


1. Fotokopi KTP
2. Fotokopi surat nikah (jika sudah menikah)
3. Fotokopi Kartu Keluarga
4. Sertifikat tanah
5. PBB tahun terakhir
6. Fotokopi NPWP

Dokumen yang harus disiapkan pembeli

1. Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP)


2. Fotokopi Kartu Keluarga (KK).
3. Fotokopi surat menikah (jika sudah menikah)
4. Fotokopi NPWP
Proses Membuat AJB
Datang ke kantor Notaris/PPAT

Langkah pertama yang harus dilakukan untuk membuat AJB adalah datang ke kantor PPAT di
wilayah di mana lokasi properti Anda dibeli. Setelah datang Anda diwajibkan untuk
menyerahakan berbagai dokumen yang telah disiapkan.

Memeriksa keaslian sertifikat

Setelah datang, pihak PPAT akan memeriksa keabsahan dari sertifikat tanah dan PBB. Petugas
memerlukan waktu beberapa hari untuk memeriksan keaslian dari sertifikat tersebut,
pemeriksaan tersebut juga untuk memastikan apakah properti yang dibeli tidak damlam urusan
sengketa atau dijaminkan.

Penandatanganan AJB

Setelah melalui proses pengecekan sertifikat, langkah berikutnya adalah melakukan


penandatanganan. Proses penandatanganan AJB ini dilakukan di kantor PPAT yang dilakukan
oleh penjual dan pembeli serta dua orang saksi. Dengan ditandatanganinya AJB tersebut, maka
secara resmi Anda telah memiliki AJB
Sebagai persyaratan mengurus Akta Jual Beli Rumah atau AJB, PPAT akan meminta sertifikat
asli hak atas tanah dan Surat Tanda Terima Setoran (STTS) Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
dari penjual.

Selanjutnya PPAT maka akan mencocokan sertifikat dengan Buku Tanah yang ada di Kantor
Pertanahan, serta memastikan PBB telah dibayar lunas tanpa ada tunggakan. Dan berikut adalah
persyaratan lengkap mengurus Akta Jual Beli Rumah atau AJB:

Jika rumahnya sudah bersertifikat


Penjual:
Salinan Kartu Tanda Penduduk (suami/istri)
Salinan Kartu Keluarga (KK)
Sertifikat tanah
Surat tanda terima setoran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pembeli:

Salinan Kartu Tanda Penduduk (suami/istri)


Salinan Kartu Keluarga (KK)
Salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Jika properti belum bersertifikat
Penjual:

Salinan Kartu Tanda Penduduk (suami/istri)


Salinan Kartu Keluarga (KK)
Surat Keterangan Pendaftaran Tanah (SKPT)
Surat bukti hak atas tanah
Keterangan dari Kepala Desa atau Camat
Surat tanda terima setoran Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)
Pembeli:

Salinan Kartu Tanda Penduduk (suami/istri)


Salinan Kartu Keluarga (KK)
Salinan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Prosedur penandatangan
Seperti surat perjanjian pada umumnya, akta jual beli membutuhkan adanya dua pihak yang
terkait, yaitu pembeli dan penjual. Namun, masing-masing harus memenuhi sejumlah
persyaratan yang telah ditentukan.
Pihak penjual yang mempunyai wewenang untuk menjual properti adalah pasangan suami istri,
ahli waris (harus ada persetujuan dari semua pemegang ahli waris), mereka yang berusia lebih
dari 17 tahun, atau pihak yang diberi kuasa.
Jika penjual statusnya telah menikah, maka penandatanganan akta jual beli wajib melampirkan
surat persetujuan. Pasalnya, dalam perkawinan umumnya terdapat harta yang tergabung dari
suami-istri, termasuk hak atas tanah.
Jika suami atau istri penjual telah meninggal dunia, maka harus ada Surat Keterangan Kematian
dari kantor Kelurahan. Anak-anak dari pernikahan hadir dalam pertemuan tersebut sebagai ahli
waris.
Dalam akta jual beli, anak-anak tersebut harus memberikan persetujuan sebagai ahli waris,
menggantikan persetujuan dari suami atau istri yang meninggal.
Jika pemilik properti adalah sebuah perusahaan, maka pihak penjual yang berwenang adalah
direksi perusahaan tersebut.
Pembeli juga dibatasi dalam melakukan pembelian tanah. Jika mengatasnamakan perusahaan,
maka Anda tidak boleh membeli tanah dengan sertifikat hak milik. Hal yang sama berlaku untuk
warga negara asing.
Penandatanganan AJB wajib dilakukan di hadapan PPAT, dan biasanya disaksikan oleh dua
orang saksi yang juga turut menandatangani AJB. Saksi boleh berasal dari kantor PPAT tersebut
Akta jual beli yang telah ditandatangani selanjutnya akan dibawa ke Kantor Pertanahan oleh
PPAT, untuk mengurus balik nama sertifikat. Proses ini biasanya memakan waktu satu hingga
tiga bulan lamanya.
Soal anggaran, selain harga jual-beli tanah, biaya lain yang perlu dikeluarkan oleh penjual
maupun pembeli adalah Pajak Penghasilan (PPh) dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan (BPHTB).
Pajak Penghasilan wajib dibayar oleh penjual sebesar lima persen dari harga tanah, sedangkan
pembeli wajib membayar BPHTB sebesar lima persen setelah dikurangi Nilai Jual Obyek Pajak
Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Biaya Mengurus Akta Jual Beli Rumah atau AJB
Selain membayar harga rumahnya, biaya mengurus Akta Jual Beli Rumah atau AJB adalah
membayar jasa PPAT. Biasanya biaya ini ditanggung penjual bersama pembeli. Menurut
Peraturan Menteri Agraria Nomor 10 Tahun 1961, biaya jasa PPAT dalam pembuatan akta jual
beli adalah 0,5 persen dari total transaksi.

Misalnya, jika transaksi harga penjualan properti adalah Rp700 juta maka ongkos jasa PPAT
adalah Rp3.500.000. Namun pada kenyataannya, angka tersebut tidak dipakai. Angka yang
umum digunakan oleh PPAT sebagai tarif jasa mengurus akta jual beli adalah satu persen dari
total transaksi.

Perlu diingat, biaya itu hanya sebatas pembuatan AJB saja. Belum termasuk biaya jasa
pengecekan dan proses balik nama sertifikat di Kantor Pertanahan.

Mengurus Akta Jual Beli Rumah KPR

Persyaratan di atas berlaku jika Anda membeli rumah secara tunai. Tapi proses mengurus Akta
Jual Beli Rumah atau AJB jika membeli secara KPR akan sedikit berbeda.

Persyaratan yang perlu Anda siapkan (sebagai pemohon) untuk mengajukan KPR ke bank guna
mendapatkan Akta Jual Beli rumah KPRt kurang lebih sebagai berikut:

Warga Negara Indonesia


Telah berumur 21 tahun atau sudah menikah
KTP suami dan atau istri (bila sudah menikah)
Kartu Keluarga
Surat keterangan kerja
Keterangan penghasilan/slip gaji
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Rekening Koran
Mengurus Akta Jual Beli Rumah Oper Kredit

Anda mungkin juga menyukai