Anda di halaman 1dari 4

Jual beli merupakan proses peralihan hak milik yang dapat dilakukan secara tunai

maupun secara kredit. Pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan langkah


pengajuan Kredit Kepemilikan Rumah atau KPR, berikut ini akan kami jelaskan
mengenai tata cara jual beli secara tunai serta proses balik nama sertifikat yang
lazim dilakukan oleh perorangan.
1. Melakukan Kesepakatan Jual – Beli

Kegiatan jual – beli dapat dilakukan apabila ada penjual dan pembeli. Dalam
pembahasan ini yang dimaksud adalah, adanya pemilik properti yang akan menjual
properti yang dimiliki kepada seorang calon pembeli. Sebelum dilaksanakan jual
beli, harus dilakukan:

1. Pengecekan keaslian dan keabsahan sertifikat tanah pada kantor pertanahan


yang berwenang.
2. Para pihak harus melunasi pajak jual beli atas tanah dan bangunan tersebut.

Setelah mencapai kesepakatan mengenai harga dan proses pemindahan hak milik
antara kedua belah pihak serta mekanisme pembayaran yang akan dilakukan,
kedua belah pihak dapat melakukan prosedur jual beli. Proses jual – beli secara
benar harus berdasarkan prinsip Terang dan Tunai, terang artinya dilakukan di
hadapan Pejabat Umum yang berwenang dan tunai artinya dibayarkan secara tunai.
Jadi, apabila harga yang disepakati belum lunas maka belum bisa disebut sebagai
jual – beli.

2. Pembuatan Akta Jual – Beli

Setelah melakukan kesepakatan jual beli antara kedua belah pihak, si penjual dan
pembeli harus datang ke Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk
membuat akta jual beli tanah. PPAT adalah Pejabat umum yang diangkat oleh
Kepala Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kewenangan membuat akta
jual beli dimaksud. Sedangkan untuk daerah-daerah yang belum cukup jumlah
PPAT-nya, Camat dapat melaksanakan tugas PPAT membuat akta jual beli tanah.

Dalam transaksi jual beli tanah dan/atau bangunan tersebut, biasanya PPAT yang
bersangkutan akan meminta data-data standar, yang meliputi:

I. Data tanah

a. Asli PBB 5 tahun terakhir berikut Surat Tanda Terima Setoran (bukti bayarnya)

b. Asli sertifikat tanah (untuk pengecekan dan balik nama)

c. Asli IMB (bila ada, dan untuk diserahkan pada Pembeli setelah selesai proses
AJB)

d. Bukti pembayaran rekening listrik, telpon, air (bila ada)

e. Jika masih dibebani Hak Tanggungan (Hipotik), harus ada Surat Roya dari Bank
yang bersangkutan

II. Data Penjual & Pembeli (masing-masing) dengan kriteria sebagai berikut:
A. Perorangan:

a. Copy KTP suami isteri

b. Copy Kartu keluarga dan Akta Nikah

c. Copy Keterangan WNI atau ganti nama (bila ada, untuk WNI keturunan)
B. Perusahaan:

a. Copy KTP Direksi & komisaris yang mewakili

b. Copy Anggaran dasar lengkap berikut pengesahannya dari Menteri kehakiman


dan HAM RI

c. Rapat Umum Pemegang Saham PT untuk menjual atau Surat Pernyataan


Sebagian kecil asset.

Hal – hal yang harus dipenuhi sebelum dilakukan pembuatan Akta Jual Beli:
1. Pemeriksaan keaslian sertifikat ke Badan Pertanahan Nasional

2. Penjual harus membayar Pajak penghasilan (PPh) sebesar 5% dari harga


transaksi.

3. Penjual harus membayar Pajak Jual Beli.

4. Calon pembeli dapat membuat pernyataan bahwa dengan membeli tanah


tersebut ia tidak menjadi pemegang hak atas tanah yang melebihi ketentuan
batas luas maksimum.

5. Surat pernyataan dari penjual bahwa tanah yang dimiliki tidak dalam


sengketa.

Petugas PPAT dapat menolak pembuatan Akta jual Beli apabila tanah yang akan
dijual sedang dalam sengketa atau dalam tanggungan di bank.

Setelah syarat dan kewajiban antara penjual dan pembeli telah dipenuhi, maka
proses pembuatan Akta Jual Beli dapat dilakukan. Berikut ini adalah ketentuan
pada proses pembuatan Akta Jual – Beli:
1. Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang
yang diberi kuasa dengan surat kuasa tertulis jika dikuasakan.

2. Pembuatan akta harus dihadiri oleh sekurang-kurangnya dua orang saksi


biasanya dari perangkat desa jika melalui PPAT Sementara (camat) dan
kedua pegawai Notaris jika melalui NOTARIS PPAT.

1. Pejabat pembuat Akta Tanah membacakan akta dan menjelaskan


mengenai isi dan maksud pembuatan akta, termasuk juga sudah lunas
atau belum untuk transaksinya.

2. Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta
ditandatangani oleh penjual, calon pembeli, saksi-saksi dan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.

3. Akta dibuat 2 lembar asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan
satu lembar lainnya disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk keperluan
pendaftaran (balik nama).

4. Memberikan salinan akta kepada penjual dan pembeli.

Langkah selanjutnya setelah pembuatan Akta Jual – Beli adalah pembuatan


sertifikat. Petugas PPAT akan menyerahkan Akta Jual – Beli dan dokumen lainnya
ke Badan Pertanahan Nasional. Untuk proses Pembuatan Sertifikat akan dibahas di
tulisan selanjutnya.

Anda mungkin juga menyukai