Kegiatan jual – beli dapat dilakukan apabila ada penjual dan pembeli. Dalam
pembahasan ini yang dimaksud adalah, adanya pemilik properti yang akan menjual
properti yang dimiliki kepada seorang calon pembeli. Sebelum dilaksanakan jual
beli, harus dilakukan:
Setelah mencapai kesepakatan mengenai harga dan proses pemindahan hak milik
antara kedua belah pihak serta mekanisme pembayaran yang akan dilakukan,
kedua belah pihak dapat melakukan prosedur jual beli. Proses jual – beli secara
benar harus berdasarkan prinsip Terang dan Tunai, terang artinya dilakukan di
hadapan Pejabat Umum yang berwenang dan tunai artinya dibayarkan secara tunai.
Jadi, apabila harga yang disepakati belum lunas maka belum bisa disebut sebagai
jual – beli.
Setelah melakukan kesepakatan jual beli antara kedua belah pihak, si penjual dan
pembeli harus datang ke Kantor Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) untuk
membuat akta jual beli tanah. PPAT adalah Pejabat umum yang diangkat oleh
Kepala Badan Pertanahan Nasional yang mempunyai kewenangan membuat akta
jual beli dimaksud. Sedangkan untuk daerah-daerah yang belum cukup jumlah
PPAT-nya, Camat dapat melaksanakan tugas PPAT membuat akta jual beli tanah.
Dalam transaksi jual beli tanah dan/atau bangunan tersebut, biasanya PPAT yang
bersangkutan akan meminta data-data standar, yang meliputi:
I. Data tanah
a. Asli PBB 5 tahun terakhir berikut Surat Tanda Terima Setoran (bukti bayarnya)
c. Asli IMB (bila ada, dan untuk diserahkan pada Pembeli setelah selesai proses
AJB)
e. Jika masih dibebani Hak Tanggungan (Hipotik), harus ada Surat Roya dari Bank
yang bersangkutan
II. Data Penjual & Pembeli (masing-masing) dengan kriteria sebagai berikut:
A. Perorangan:
c. Copy Keterangan WNI atau ganti nama (bila ada, untuk WNI keturunan)
B. Perusahaan:
Hal – hal yang harus dipenuhi sebelum dilakukan pembuatan Akta Jual Beli:
1. Pemeriksaan keaslian sertifikat ke Badan Pertanahan Nasional
Petugas PPAT dapat menolak pembuatan Akta jual Beli apabila tanah yang akan
dijual sedang dalam sengketa atau dalam tanggungan di bank.
Setelah syarat dan kewajiban antara penjual dan pembeli telah dipenuhi, maka
proses pembuatan Akta Jual Beli dapat dilakukan. Berikut ini adalah ketentuan
pada proses pembuatan Akta Jual – Beli:
1. Pembuatan akta harus dihadiri oleh penjual dan calon pembeli atau orang
yang diberi kuasa dengan surat kuasa tertulis jika dikuasakan.
2. Bila isi akta telah disetujui oleh penjual dan calon pembeli maka akta
ditandatangani oleh penjual, calon pembeli, saksi-saksi dan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.
3. Akta dibuat 2 lembar asli, satu lembar disimpan di Kantor PPAT dan
satu lembar lainnya disampaikan ke Kantor Pertanahan untuk keperluan
pendaftaran (balik nama).