Anda di halaman 1dari 4

Akte Kematian

Sebelum sampai ke Kantor Catatan Sipil tentunya harus membuat surat pengantar dulu mulai dari : RT -
RW - Kepala Dusun - Kelurahan - Kecamatan. Baru setelah itu ke kantor Catatan Sipil.

A. Prosedur Pengurusan
1. Pemohon mengisi formulir laporan Kematian.
2. Menyerahkan syarat-syarat yang telah ditentukan
3. Jangka waktu pendaftaran bagi WNI dan WNI Ketrunan 60 ( enam puluh ) hari setelah
kematian, dan WNA 10 ( sepuluh ) hari setelah kematian.
4. Pencatatan Akta Kematian oleh Petugas Pencatat.
5. Membayar biaya.
B. Persyaratan
1. Surat pengantar dari Kelurahan.
2. Copy surat Kematian dari Dokter / Rumah Sakit atau Kelurahan.
3. Copy Surat Nikah / Akta Perkawinan orang tua almarhum bagi yang meninggal belum menikah,
4. Apabila yang meninggal sudah menikah dengan Surat Nikah / Akta Perkawinan dan orang yang
meninggal tersebut.
5. Copy Akta Kelahiran / Surat Kenal Kelahiran almarhum.
6. Copy Kartu Keluarga, KTP pelapor dan Saksi ( satu orang ).
7. Bagi WNI Keturunan ditambah SBKRI dan surat ganti nama.
8. Bagi WNA ditambah Surat Kewarganegaraan Asing.
Keterangan :
a. Syarat-syarat berllaku bagi Akta Kematian Umum, Akta Kematian Istimewa dan Akta
Kematian Dispensasi.
b. Masing-masing satu lembar.
c. Dilegalisir oleh Instansi yang berwenang ( untuk KTP, KK, Surat Kematian dilegalisir oleh
Kelurahan dan Kecamatan, Akta Perkawinan dan Akta Kelahiran oleh Kantor Catatan Sipil,
SBKRI dan Ganti nama oleh Pengadilan, Surat Kewarganegaraan Asing oleh Kedutaan Besar
bersangkutan.
d. Bagi WNI Keturunan dan WNA apabila jangka waktu pendaftaran melebihi jangka waktu
menurut prosedur pengurusan diatas harus melalui Penetapan Putusan Pengadilan terlebih
dahulu.
e. Bagi WNI diberikan dispensasi apabila telah melebihi ketentuan waktu tersebut diatas, tetapi
belum mengurus Akta Kematian dan tanpa melalui Penetapan Putusan Pengadilan terlebih
dahulu.
C. Biaya
No Uraian WNI WNA

1. Tidak terlambat Rp. 10.000,- Rp. 20.000,-

2. Terlambat Rp. 15.000,- Rp. 30.000,-


D. Waktu Pemrosesan
Akta kematian tidak terlambat dan terlambat + 5 hari kerja
E. Tata Urutan Prosedur Pencatatan Akta Kematian
1. Pemohon membawa persyaratan sesuai dengan ketentuan.
2. Saksi satu orang ( bawa copy KTP )
3. Berkas diserahkan kepada petugas pencatat untuk diteliti.
4. Penomoran dan pencatatan buku register oleh petugas.
5. Penanda tanganan buku register Akta.
6. Petugas pencatat membuatkan bukti pembayaran.
7. Membayar biaya restribusi kepada petugas.
8. Menerima bukti pembayaran untuk pengambilan Akta.
9. Mengambil kutipan Akta dengan menyerahkan bukti pembayaran kepada petugas.

Contoh:

Akan dijual sebidang tanah Eigendom Verponding atas nama Louis Van Gaal. Maka yang
harus menandatangani akta jual beli (atau akta pengoperan) adalah ahli waris dari Louis Van
Gaal. Hal ini mungkin saja terjadi karena tanah Eigendom Verponding dulunya banyak yang
diberikan ke atas nama orang Belanda. SKW untuk kasus seperti ini harus dengan penetapan
pengadilan karena menyangkut kondisi yang sudah sangat kompleks dan berpotensi sengketa
tentang siapa saja ahli waris. Pengadilan berhak menetapkan siapa saja ahli waris dari Louis Van
Gaal tersebut setelah mendengarkan dan mempertimbangkan bukti-bukti dan keterangan saksi-
saksi. Didalam SKW tersebut dicantumkan nama dan identitas seluruh ahli waris yang berhak
atas bidang tanah yang dijual.

Dalam hal ahli waris tinggal di lokasi yang berjauhan

Jika ada ahli waris tinggal di lokasi yang berjauhan dengan objek tanah, maka untuk
menandatangani akta jual beli bisa memberikan kuasa untuk menjual berupa akta notaris atau
legalisasi kepada salah seorang ahli waris lainnya. Akta kuasa untuk menjual bisa dibuat di
hadapan notaris tempat si ahli waris berada. Kuasa untuk menjual ini tidak bisa dibuat di bawah
tangan saja. Dimana pada saat pembuatan akta jual beli di hadapan PPAT, asli akta kuasa untuk
menjual tersebut harus dilampirkan.

Baliknama ke seluruh ahli waris

Sertifikat atas nama pewaris bisa diajukan balik nama ke atas nama seluruh ahli waris ke Kantor
Pertanahan dengan melampirkan SKW. Dalam pengajuan balik nama ini tidak ada proses jual
beli, peralihan haknya hanya karena warisan atau dalam istilah populer disebut turun waris.

Syarat-syarat lain yang dibutuhkan dalam pengajuan balik nama turun waris:

1. Asli sertifikat
2. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang Pajak Bumi dan Bangunan (SPPT PBB)
3. Surat Keterangan Kematian Pewaris
4. Fotocopy KTP dan KK (Kartu Keluarga) seluruh ahli waris
5. Bukti pembayaran Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)
6. Surat kuasa jika dikuasakan

Dalam hal sertifikat atas nama suami, tapi yang meninggal istri
Jika sertifikat atas nama suami, tapi yang meninggal istri, maka sertifikat tersebut tidak perlu
dibaliknama ke seluruh ahli waris. Tapi bisa saja dilakukan karena tidak ada aturan yang
melarang jika pemegang hak ingin membaliknama sertifikat tersebut ke atas nama seluruh ahli
waris. Beberapa kantor pertanahan mewajibkan permohonan juga menyertakan pernyataan
besaran (dalam prosentase) masing-masing hak ahli waris.

Jika tanah ini akan dijual maka seluruh ahli waris (dalam hal ini anak-anaknya) harus turut
memberikan persetujuan dalam akta jual beli karena di dalam tanah tersebut terdapat harta
bersama (milik istri) yang menjadi milik anak-anaknya.

Penghitungan pajak-pajak dalam proses jual beli tanah dan warisan

1. BPHTB Waris

Walaupun dalam proses jual beli tidak ada balik nama ke atas nama ahli waris namun dalam
prakteknya tetap dianggap sebagai perolehan hak oleh ahli waris, sehingga ahli waris dikenakan
BPHTB dengan perhitungan sebagai berikut:

{5% (NJOP NJOPTKP)} x 50%

NJOP: Nilai Jual Objek Pajak

NJOPTKP: Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak

Nilai NJOPTKP berbeda untuk masing-masing daerah, sebagai contoh NJOPTKP untuk DKI
Jakarta Rp. 300 juta.

2. Pajak Penghasilan (PPH)

Sebagai pihak yang menjual atau memperoleh penghasilan dalam suatu perbuatan hukum maka
ahli waris diwajibkan membayar PPH.

Besarnya PPH yang harus dibayarkan:

5% x Harga Transaksi/NJOP (mana yang lebih besar)

3. BPHTB Pembeli

Besarnya BPHTB pembeli dihitung seperti proses jual beli biasa, yaitu:

{5% (NJOP NJOPTKP)}

Nilai NJOPTKP berbeda untuk masing-masing daerah, sebagai contoh NJOPTKP untuk DKI
Jakarta Rp. 80 juta. Untuk daerah lain besarnya NJOPTKP berbeda, bisa diketahui dengan
menanyakan ke PPAT setempat.
Kewajiban memikul atas timbulnya pajak-pajak tersebut dibebankan secara proporsional, yaitu
BPHTB Waris dan PPH dipikul oleh ahli waris dan BPHTB pembeli ditanggung oleh pembeli.
Sedangkan biaya akta jual beli bisa dipikul secara bersama-sama oleh penjual dan pembeli atau
sesuai kesepakatan. Berdasarkan AJB, PPAT mengajukan balik nama ke Kantor Pertanahan.

Dalam hal seluruh ahli waris sepakat untuk memberikan tanah warisan tersebut kepada
salah seorang ahli waris

Jika salah seorang ahli waris ingin memperoleh tanah warisan tersebut secara penuh maka harus
dilakukan terlebih dahulu balik nama ke seluruh ahli waris dan kemudian dibuatkan akta
Pembagian Hak Bersama (APHB) di PPAT.

Atas perolehan hak oleh salah seorang ahli waris tersebut, penerima hak diwajibkan membayar
BPHTB dan PPH secara proporsional.

Contoh:

Jika ahli waris ada empat orang, maka kewajiban pembayaran BPHTB dan PPH adalah sebesar
tiga perempat saja karena seperempat bagian sudah miliknya.

Berdasarkan APHB bisa diajukan balik nama ke Kantor Pertanahan oleh PPAT dan jika proses
balik nama selesai sertifikat akan timbul atas nama salah seorang ahli waris penerima hak sesuai
dengan APHB

Anda mungkin juga menyukai