1. Menunjukkan bukti kepemilikan rumah yang terdiri dari sertifikat asli, bukti pembayaran
PBB, Akta Jual Beli (AJB) asli, blueprint rumah. Ini hanya sebagai bukti bukan untuk
diserahkan pada saat itu juga. Apabila penjual rumah membelinya dengan Cara Over Kredit
Rumah KPR dan belum lunas sehingga bukti kepemilikan rumah masih berada di bank, maka
ditunjukkan saja fotokopi dari sertifikat yang bisa dipinjam di bankSetelah Pembeli sudah
benar-benar yakin untuk melanjutkan transaksi, maka penjual diperbolehkan meminta uang
tanda jadi atau uang muka. Namun hal ini tidak bersifat mengikat berapa besar jumlahnya.
Berapapun uang muka diberikan, maka harus ada kwitansi dan dilanjutkan dengan Surat
Pengikat Perjanjian Jual Beli (SPPJB) yang dibuat oleh pihak notaris.
2. Pembeli akan melanjutkan proses dengan menghubungi pihak notaris yang telah dia tunjuk
untuk mengurus Akte Jual Beli (AJB). Biaya notaris ini merupakan tanggungan pembeli
3. Sedangkan pihak penjual wajib memberikan data-data asli kepemilikan rumah yang
didalamnya termasuk sertifikat, IMB, AJB, PBB, dan juga fotokopi data pribadi penjual KTP
dan Kartu Keluarga kepada pihak notaris yang telah ditunjuk. Surat-surat asli yang telah
diserahkan kepada notaris akan diberikan tanda terima untuk pengambilan dilain waktu.
4. Surat-surat asli rumah akan digunakan oleh notaris untuk mengecek kebenaran dan keaslian
surat-surat tersebut pada Badan Pertanahan Nasional. Bila dalam proses pengecekan surat-
surat bersih, dengan artian tidak ada proses sengketa dan lain-lainnya, maka notaris akan
membuat jadwal bagi penjual dan pembeli untuk melakukan tanda tangan bersama dengan
saksi-saksi yang telah ditunjuk.
5. Setelah proses penandatanganan, pembeli berkewajiban melunasi harga jual rumah. Penjual
wajib memberitahu pihak notaris bila proses pelunasan selesai. Sedangkan bukti tanda terima
surat-surat asli kepemilikan rumah diserahkan pada pembeli untuk mengambil surat-surat
asli kepemilikan rumah yang telah berpindah tangan.
6. Proses selanjutnya bagi pihak pembeli akan melakukan pendaftaran balik nama rumah dan
bangunan dari pemilik lama ke pemilik baru ke Kantor Badan Pertanahan Nasional
menggunakan sertifikat AJB, bukti pembayaran PBB, IMB, dan fotokopi KTP dan KK
pemilik rumah lama dan pemilik rumah baru.
Biaya-Biaya dalam Jual Beli Rumah
Dalam tata cara jual beli rumah tersebut, selama prosesnya membutuhkan biaya-biaya dan
besarnya yang wajib diketahui.
Biaya pertama yang timbul dalam tata cara jual beli rumah adalah biaya pengecekan sertifikat
rumah atau bangunan. Pembeli melalui notaris melakukan pengecekan sertifikat ke Kantor
Badan Pertanahan Nasional untuk memastikan apakah benar sertifikat tersebut tidak sedang
menjadi sitaan, memblokiran, atau sengketa.
Bila sertifikat sedang dalam keadaan diblokir atau disita, otomatis transaksi tidak bisa
terlaksana. Kecuali catatan pemblokiran tersebut diangkat oleh pihak yang berwenang.
Apabila catatan pemblokiran tersebut dikeluarkan oleh pengadilan dengan sebuah surat
keputusan resmi karena ada sengketa maka hanya pengadilan yang bisa mengangkat atau
menghapus catatan tersebut. Tentunya penghapusan catatan dari pengadilan harus melalui
jalur resmi dengan kekuatan hukum dan masalah sengketa dan lain-lain dinyatakan selesai
Biaya kedua yang timbul dalam tata cara jual beli rumah adalah biaya pembuatan Akta Jual
Beli (AJB). Proses pembuatan AJB dilakukan dan diresmikan oleh Pejabat Pembuat Akta
Tanah atau PPAT sebagai imbalan jasa. Pada umumnya PPAT meminta imbalan jasa 1% dari
nilai transaksi. Misalkan saja nilai tansaksi jual beli rumah yang telah disepakati senilai 1
Milyar, maka biaya jasa PPAT sebesar 10 juta. Pihak yang wajib membayar biaya jasa PPAT
adalah pihak pembeli rumah
Kuasa untuk Menjual dikeluarkan apabila pihak penjual menunjuk perwakilan penjualan
kepada pihak lain. Akta Kuasa untuk Menjual tidak boleh dilakukan dibawah tangan saja
harus melalui pihak PPAT. Biaya untuk membuat Akta Kuasa untuk Menjual sebesar 1% dari
harga rumah yang akan dijual.(Baca : Tata Cara Jual Beli Apartemen )
Balik nama adalah proses mengubah nama dalam sertifikat rumah dari pemilik lama ke
pemilik baru. Prosesnya diajukan ke Kantor Pertanahan setempat oleh pihak PPAT dengan
membayar sejumlah biaya yang telah ditentukan oleh pihak Kantor Pertanahan Nasional
Besarnya Pajak Penghasilan yang ditentukan pemerintah adalah 2,5% dari besarnya
transasksi. PPh dibayar sebelum penandatanganan Akta Jual Beli dan disetorkan melalui bank
penerima pembayaran. Kemudian divalidasikan ke kantor pajak setempat. PPh ini menjadi
tanggung jawab penjual.
Tata Cara Jual Beli Tanah dan Balik Nama Sertifikat
Tata cara jual beli tanah aktivitas yang sering terjadi dalam masyarakat. Baik jual beli tanah
dalam skala luas tanah kavling ataupun dalam skala kecil perseorangan. Hal ini juga
merupakan salah satu Cara Bisnis Properti penjualan tanah yang banyak di geluti oleh
sebagian masyarakat. Proses Cara Membeli Tanah memiliki Syarat Jual Beli Tanah yang
pada dasarnya cukup sederhana, namun perlu kecermatan agar tidak terjadi masalah di
belakang hari. Ada beberapa hal Cara Membuat Sertifikat Tanah jual beli yang perlu diteliti
betul-betul keabsahannya agar proses pembelian sempurna di mata hukum. Hal tersebut
meliputi proses Cara Mengurus Sertifikat Tanah sebelum pembelian dan proses saat
berlangsungnya pembelian tanah. Berikut ini kami sampaikan mengenai tata cara jual beli
tanah.
Tata Cara Jual Beli Tanah pertama yang perlu diperiksa baik-baik saat melakukan jual beli
tanah adalah:
1. Datangi obyek tanah yang akan dibeli untuk melakukan pemeriksaan secara luas dan
lingkungannya.
2. Periksa juga sertifikat atas tanah tersebut. Bila tidak memiliki sertifikat, artinya tanah tersebut
milik pemerintah dan sewaktu waktu bisa terkena gusuran. Jika tidak memiliki sertifikat
ada Tata Cara Jual Beli Tanah yang belum bersertifikat. Periksa juga apakah sertifikat tanah
tersebut tidak sedang dijadikan jaminan bank atau sedang dalam persengketaan. Pembeli bisa
memeriksanya ke Pengadilan Negeri di kota tanah tersebut berada.
3. Setelah mendatangi obyek tanah beserta kelengkapan suratnya, pembeli harus aktif
melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Yaitu memeriksa pajak atas tanah tersebut (PBB).
Datangi kantor pajak dan pemeriksaan surat kelengkapan tanah di kantor pertanahan
setempat.(Baca : Cara Membuat Sertifikat Tanah)
4. Sebagai pembeli, Anda harus benar-benar cermat
Setelah pembeli dan penjual sepakat untuk bertantransi, maka penjual membuat Akta Jual
Beli (AJB) dengan Cara Membuat Surat Tanah melalui Kantor PPAT (Pejabat Pembuat Akta
Tanah). PPAT merupakan pejabat umum yang telah mendapat persetujuan dan ditunjuk
Kepala Badan Pertanahan Nasional. Tugas utamanya adalah membuat dan mengesahkan
Akta Jual Beli, sebagai bukti peralihan hak tanah dari Penjual ke Pembeli.
Mereka ini adalah Camat Setempat sebagai pihak PPAT sementara yang mengetahui dimana
tanah tersebut berada beserta Notaris yang sudah lulus selesksi ujian PPAT. Ujian PPAT ini
berlangsung di kampus Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional (STPN). (Baca juga: Prosedur
Pembelian Rumah KPR dan Tunai)
Apakah itu AJB? Akta Jual Beli atau yang lebih sering dikenal dengan AJB merupakan
lembar resmi bagi Kantor Pertanahan/ BPN membalik-nama sertifikat pada pembeli.(Baca
: Perbedaan ppjb pjb dan ajb shm)
Tentunya saat melakukan balik nama ini syarat yang harus dipenuhi di hadapan PPAT
adalah:
Penjual atau Pihak Pertama harus menyerahkan berkas lengkap:
Proses pembuatan Akta Jual Beli yang dilaksanakan di kantor PPAT akan melalui proses
pemeriksaan dan tahapan yang detail. Tahap pertama adalah persiapan.
1. Pejabat pembuat Akta Tanah akan mengecek keaslian sertifikat tanah ke kantor Pertanahan,
2. Pejabat pembuat Akta Tanah diperbolehkan meminta calon pembeli membuat pernyataan
bahwa dengan membeli tanah itu tidak berhak mengakui kelebihan tanah di luar batas
maksimum,
3. Pejabat juga meminta surat pernyataan dari penjual bahwa tanah yang dijual tidak sedang
menjadi sengketa. PPAT akan menolak pembuatan AJB bila tanah tersebut sedang dalam
tanggungan bank atau menjadi lahan sengketa,
4. Penjual harus membayar Pajak Penghasilan (PPh) sebesar 5% dari nilai jual. Dengan catatan
bila nilai jual tanah di atas 60.000.000,
5. Pembeli harus membayar BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan) besarnya
5% dari nilai jual hingga 30.000.000,
Setelah berkas dan kewajiban ditunaikan, maka PPAT akan meminta pihak Pembeli dan
Penjual menandatangani Akta Jual Beli tersebut. Dalam proses jual beli ini syarat-syaratnya
adalah:
1. Pembuatan Akta Jual Beli Tanah dihadiri kedua belah pihak penjual dan calom pembeli,
2. Dihadiri oleh minimal 2 saksi dari perangkat desa melalui Kantor Kecamatan sebagai petugas
PPAT sementara atau kedua pegawai Notaris jika melalui Notaris PPAT,
3. Pejabat pembuat Akta Tanah menjelaskan isi dan maksud pembuatan akta, termasuk
pelunasan dalam transaksi,
4. Bila kedua belah pihak penjual dan pembeli sepakat, maka Akta Jual Beli ditandatangani oleh
penjual, pembeli, saksi-saksi, dan Pejabat pembuat akta,
5. Akta Jual Beli dibuat dua rangkap asli, satu lembar disimpan oleh Kantor PPAT. Satu lembar
lainnya disimpan di Kantor Pertanahan untuk keperluan pendaftaran balik nama. Kepada
kedua belah pihak penjual dan pembeli diberikan salinannya.
4. Proses Balik Nama
Tahap berikutnya dalam tata cara jual beli tanah adalah proses balik nama, yaitu proses
menjadikan nama pembeli sebagai pemilik atas tanah yang baru dibelinya. Jadi setelah proses
jual beli tanah tersebut, Pejabat Pembuat Akta Tanah menyerahkan berkas Akta Jual Beli
(AJB) ke Kantor Pertanahan untuk tahap selanjutnya proses balik nama sertifikat tanah.
Pengiriman Akta Jual Beli tersebut paling lambat adalah tujuh hari kerja sejak
penandatanganan akta tersebut. Adapun berkas-berkas dan syarat yang harus dikumpulkan
adalah
1. Surat permohonan balik nama yang sudah ditandatangani oleh pembeli atau kuasanya (bila
dikuasakan),
2. Akta Jual Beli yang sudah beres,
3. Sertifikat hak atas tanah asli,
4. Salinan Kartu Tanda Penduduk pembeli dan penjual yang sudah dilegalisir,
5. Bukti lunas membayar Pajak Bumi dan Bangunan tahun terakhir,
6. Bukti lunas membayar Bea Perolehan Hak Atas Tanah
Setelah berkas sampai di Kantor Pertanahan, maka Kantor Pertanahan membuat tanda bukti
menerima permohonan balik nama pada Pejabat pembuat Akta Tanah. Petugas Kantor
Pertanahan akan mencoret nama pemegang hak lama (penjual) dari dalam buku tanah dan
sertifikat. Selanjutnya Kepala Kantor Pertanahan yang telah ditunjuk memberikan paraf pada
sertifikat tanah. Kemudian nama pemegang hak yang baru (pembeli) ditulis pada halaman
dan kolom yang ada pada buku tanah dan sertifikat. Yang terakhir, sertifikat tanah yang baru
tersebut ditandatangani dan diberi stempel oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang
ditunjuk. (Baca juga: Tips Membeli Rumah Bekas dan Baru
Tata cara jual beli tanah meski terlihat rumit, namun sebenarnya cukup sederhana, yang
penting memahami alur dan tahapannya. Yang yang lebih penting adalah ketelitian saat
memilih tanah yang akan dibeli agar tidak terjadi masalah yang tidak dikehendaki
dikemudian hari. Demikian rangkuman kami. Semoga bermanfaat.
Cara Membuat Sertifikat Rumah Dari AJB
Sertifikat rumah merupakan hal penting yang diperlukan untuk membuktikan keabsahaan
dalam kepemilikan rumah tersebut. Sebab tanpa adanya bukti kepemilikan yang sah suatu
saat bisa saja akan merugikan diri sendiri. Namun dalam hal itu untuk proses dalam
pembuatan sertifikat rumah atau proses Cara Membuat Surat Tanah juga tidak gampang.
Perlu adanya proses yang harus di lakukan agar rumah maupun tanah yang anda miliki bisa
benar-benar sah untuk di keluarkan sertifikatnya. Sertifikat rumah dan tanah juga mampu
mempengaruhi harga jual jika suatu saat anda ingin pindah atau membeli rumah
baru. Sertifikat rumah dan tanah juga bisa anda jadikan untuk jaminan dalam peminjaman
uang dari lembaga keuangan jika suatu saat ingin atau memerlukan modal besar dalam
membangun usaha (baca : cara gadai sertifikat rumah di bank ). Karena hanya sertifikat
rumah yang paling tinggi nilai keabsahannya untuk bukti kepemilikan rumah atau tanah.
Banyak sertifikat lainnya yang bisa dijadikan sebagai bukti dalam kepemilikan rumah atau
tanah. Misalnya akta jual beli (AJB). Karena banyak sekali terjadi penipuan untuk hal
kepemilikan surat rumah atau tanah dari jenis seperti ini. Jadi, anda harus mengetahui Tata
Cara Jual Beli Rumah agar nantinya terhindar penipuan yang bisa merugikan dan
menyusahkan anda.
Untuk itu dalam proses membuat sertifikat rumah dan tanah diperlukan langkah-langkah cara
membuat sertifikat rumah yang harus dilengkapi datanya, sebagai berikut :
Untuk persyaratan diatas hanya berlaku jika bukan merupakan warisan dari orang tua. Namun
jika kepemilikan sebelumnya berdasarkan warisan anda dapat membuat sertifikat rumah dan
tanah dengan melampirkan :
Setelah surat-surat diatas dilengkapi datangi lah kantor BPN setempat yang sesuai dengan
daerah lokasi rumah dan tanah yang anda miliki. Proses di Kanto BPN anda harus membeli
formulir pendaftaran. Maka setelah itu anda harus mengisi formulir tersebut biasanya
formulir dalam paket map warna biru dan kuning. Lalu tentukan waktu dengan pegawai BPN
untuk memverifikasi data dari formulir pendaftaran yang anda isi.
Biasanya lama waktu persetujuan dan penerbitan sertifikat bisa memakan waktu hingga satu
tahun maupun lebih. Jangan lupa juga rutin untuk melakukan cek dengan mendatangi petugas
BPN untuk memastikan kapan sertifikat rumah dan tanah anda selesai dan bisa
diambil. Untuk mengurus sertifikat rumah dan tanah selain dari BPN anda juga bisa
membuatnya melalui PPAT. PPAT adalah Pejabat Pembuat Akta Tanah yang bisa untuk
melakukan proses dalam penerbitan dan pembuatan sertifikat rumah dan tanah.
Membuat sertifikat rumah dan tanah melalui PPAT dilakukan apabila anda membeli rumah
dan tanah yang sebelumnya sudah ada pemiliknya (baca : cara jual beli tanah ). Anda bisa
membuat sertifikat sekaligus balik nama dengan melalui PPAT.
Dalam hal ini surat yang dimaksud adalah Sertifikat Hak Milik. Sertifikat dengan jenis ini
adalah yang paling kuat dari pada sertifikat jenis lainnya (baca : perbedaan ppjb pjb dan ajb
shm ). Namun jika pemilik rumah dan tanah sebelumnya merupakan kerabat, anda tidak
terlalu perlu untuk melakukan balik nama sertifikat.
Tetapi untuk berjaga-jaga supaya tidak terjadi masalah kedepannya anda harus melakukan
proses balik nama sertifikat rumah dan tanah secepatnya. Berikut Proses dan syarat Tata Cara
Jual Beli Tanah untuk balik nama sertifikat sebagai berikut :
Anda (pembeli) dan penjual rumah telah membuat surat akta jual beli yang telah disaksikan
oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).(Baca : Cara Membeli Rumah)
Pemilik rumah sebelumnya (penjual) telah melunasi pajak penghasilan (PPh), serta pembeli
juga harus sudah melunasi Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB). Jika dua
hal ini PPh dan BPHTB serta PBB belum di bayar lunas maka proses untuk balik nama
sertifikat rumah tidak dapat dilakukan
Anda (pembeli) dan penjual harus melunasi biaya Akta Jual Beli sekaligus biaya bea Balik
Nama Sertifikat kepada PPAT yang telah ditunjuk. Untuk mendapatkan hasil jasa yang
maksimal, penjual dan pembeli sebaiknya membayar biaya jasa kepada PPAT di depan
(muka). Ini bertujuan saat proses balik nama sertifikat selesai, maka anda (pembeli) hanya
tinggal mengambil sertifikat rumah dan tanah yang telah menjadi nama anda tersebut tanpa
mengeluarkan biaya lagi.
Pihak PPAT segera akan mengurus balik nama ke Badan Pertanahan Nasional (BPN) di
daerah lokasi setempat yang disertai sertifikat asli, akta jual beli, salinan KTP anda dan
penjual, bukti pelunasan PPh, dan juga pelunasan BPHTB. Pada proses balik nama ini yang
diserahkan kepada BPN adalah sertifikat yang asli beserta copyan akta jual beli.
Apabila sudah sesuai prosedur dan jadwal maka proses balik nama sertifikat akan memakan
waktu kurang lebih 2 (dua) minggu, namun anda perlu bersabar sedikit karena dalam
prakteknya bisa mencapai 1 hingga 2 bulan. Ini disebabkan pihak PPAT melakukan
pengurusan balik nama sertifikat ke kantor BPN secara kolektif.
Besar biaya yang dikeluarkan pembuatan balik nama sertifikat rumah dan tanah tergantung
pada zona nilai tanah (ZNT). Lalu Badan Pertanahan Nasional menentukan biaya pembuatan
balik nama ini tergantung dari nilai transaksi beserta lokasi rumah dan tanah nya.
3. Cermati pengembang
Jangan asal langsung tergiur dengan promo harga murah dan beragam keunggulan promo yang
ditawarkan developer pengembang. Cari tahu pula bagaimana sepak terjang pengembang. Apakah
pengembang memang dapat dipercaya sehingga anda tidak akan tertipu.
Jika rumah yang anda inginkan merupakan rumah yang second yang sudah berdiri maka cermati
kondisi rumah tersebut, apakah tembok-temboknya masih utuh (baca: bahaya tembok rumah retak),
apakah rumah tersebut kelihatan angker (baca : ciri-ciri rumah yang ada jinnya). Lihat pula
lingkungan rumah tersebut apakah termasuk ke dalam kategori rumah yang tidak sehat (baca : ciri-
ciri rumah tidak sehat).
Jika anda memiliki uang yang berlebih di akir-akir masa KPR maka segera lunasi cicilan KPR anda.
Biasanya bank akan memberikan potongan yang jumlahnya lumayan jika anda melunasi cicilan lebih
awal dari kesepakatan.
Info sertifikat :
Secara Singkat berikut adalah prosedur pembelian rumah kpr dan tunai yang harus anda pahami
agar rumah yang anda beli tidak bermasalah dan resmi.
Pembeli
Penjual
Notaris
Pihak Bank
Agen penjual rumah (jika ada)
Pembeli
Penjual
Notaris
Agen (jika ada)
Harap di ingat, prosedur ini adalah untuk rumah yang sudah SHM atau memiliki sertifikat hak milik,
bisa juga untuk prosedur pembelian ruko (HGB).
Artikel Terkait :
ads
Keuntungannya bisnis jual beli tanah kavling ini adalah dari segi pelaksanaan dan biaya yang
dibutuhkan lebih mudah dibandingkan jual beli rumah, apartemen, atau gedung perkantoran.
Biaya yang dibutuhkan pun cukup rendah karena hanya membutuhkan biaya untuk membeli
tanah dan mengurus surat-surat legalitasnya. Jadi meskipun menjual tanah kosongan, Tata
Cara Jual Beli Tanah dan aspek legalitas jangan diabaikan.
Pada dasarnya tidak ada perbedaan tata cara dan syarat jual beli tanah kavling dengan
tata Cara Membuat Surat Tanah pada umumnya. Pihak pembelinya adalah sebuah badan
usaha atau developer, penjualnya adalah para penduduk pemilik bidang-bidang sawah atau
kebun yang sah. Bedanya adalah pada adanya proses ijin pengubahan fungsi lahan. Misalkan
saja dari fungsi tanah sawah menjadi tanah pekarangan dan perumahan. Selain itu pihak
pembeli harus sudah mengantongi ijin site-plan kawasan tanah kavling tersebut secara rapi
dan tertata. Syarat tersebut sangat berbeda dengan Tata Cara Jual Beli Tanah yang Belum
Bersertifikat.
Untuk lebih lengkapnya, kami akan membahas satu persatu syarat jual beli tanah kavling.
1. Legalitas Tanah
Cara Jual Beli Tanah kavling yang pertaman yang pertama dan harus dipenuhi adalah
kelengkapan surat-surat tanah yang sah dan legal dari tanah yang akan dijual. Maksudnya
setiap tanah yang akan diperjualbelikan harus memiliki sertifikat tanah yang dikeluarkan oleh
Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN).
Apabila tanah yang dijual masih berupa tanah adat, tanah girik, atau letter-C dan tidak
memiliki sertifikat, maka pihak penjual harus segera mengurus sertifikatnya ke BPN. Bila
tidak ada surat-surat sahnya maka pihak PPAT yang berwenang dalam proses jual beli tanah
tidak mau mengurusnya. Cara Membuat Sertifikat Tanah tidaklah serumit yang kita
bayangkan.
Cara sederhana membuktikan keabsahan sertifikat tanah yang dijual, maka perlu dilakukan
pengecekan di Kantor BPN. Pengecekan ini bisa dilakukan oleh calon pembeli dan pemilik
tanah bersama-sama. Bisa pula dengan bantuan PPAT atau notaris untuk melakukan
pengecekan. Sertifikat yang telah dicek di kantor BPN akan diberi stempel dan tanggal
pengecekan. (Baca juga: Cara Mengurus Sertifikat Tanah yang Hilang)
Apabila tanah kavling yang akan dibeli sedang dalam anggunan di perbankan atau koperasi,
aka harus segera dilakukan pelepasan Hak Tanggungan (HT) terlebih dulu. Harus ada
pelunasan sebanyak tanggungan yang melekat pada tanah tersebut atau biasa juga disebut
roya.(baca : Pinjaman Beli Tanah)
Bila tanah masih dalam proses pengurusan sertifikat atau dalam proses roya, pembeli bisa
meminta perikatan jual beli tanah melalui notaris dengan ketentuan yang jelas dan mengikat
pihak penjual dan pembeli. Jangka waktu pasti kapan terbitnya sertifikat tanah dari BPN,
tahap pembayaran, mekanisme pembatalan dan pengembalian uang yang telah dibayarkan
harus dicantumkan. (Baca juga: Cara Menjual Rumah Dengan Cepat)
Syarat jual beli tanah kavling yang kedua adalah perijinan alih fungsi lahan oleh pihak
pembeli. Pembeli harus menunggi Surat Keterangan dari pihak Pemerintah Daerah setempat
atas ijin pengeringan alih fungsi tanah sawah menjadi pekarangan.
Status tanah sawah yang diubah menjadi tanah pekarangan memakan waktu enam bulan. Itu
pun pengajuan pengeringan lahan dibatasi hanya 600 meter. Hal ini bertujuan agar pembelian
tanah kavling aman dan tidak merugikan pihak-pihak lain di sekitarnya. Oleh karena itu
sebelum membeli tanah kavling harus memahami penuh legalitas dan perizinannya. (Baca
juga: Tata Cara Membeli Rumah Agar Tidak Menyesal)
Syarat yang ketiga dalam proses jual beli tanah kavling adalah mempunyai ijin site-plan yang
dikeluarkan oleh KIMPRASWIL yang mendapatkan klarifikasi dari dinas-dinas terkait. Ijin
ini bertujuan untuk memastikan tata kawasan sesuai dengan peruntukan yang ditetapkan oleh
Pemerintah Daerah.(baca : Perbedaan ppjb pjb dan ajb shm)
Pembeli tanah kavling yang biasanya adalah developer perumahan harus mempunyai ijin site
plan atas tanah kavling yang dibelinya. Berupa pembangunan jalan lingkungan, menyediakan
area fasilitan umum dan fasiltas sosial dan mengurus perizinannya.
Selain itu tanah kavling plan harus diberikan sertifikat tanah per kavling sesuai site-plan agar
mudah dalam menjual atau membangun rumah diatasnya. Calon konsumen kedua
dikemudina hari akan lebih senang membeli tanah yang sudah bersertifikat lengkap dan
terjamin.
4. Pematangan Lahan
Syarat yang keempat dalam proses jual beli tanah kavling adalah proses pematangan lahan.
Setelah pembeli memiliki tanah kavling luas dalam keadaan apa adanya, seperti bersawah,
gundukan, cekungan dan lain-lain, maka pihak pembeli harus melakukan pengurukan dan
perataan atas tanah kavling tersebut agar rapi.
Selain itu, pihak pemilik tanah kavling harus menambahkan fasilitas badan jalan, saluran
drainase, gerbang proyek dan kantor pemasaran.
5. Pemecahan sertifikat
Syarat kelima dalam proses jual beli tanah kavling adalah pemecahan sertifikat tanah menjadi
kavling-kavling yang lebih kecil. Pihak developer akan memacah terlebih dahulu sertifikat
kemudian dilakukan jual beli di hadapan PPAT. Pemecahan dilakukan atas Pernyataan
Pemecahan atas Nama Diri Sendiri oleh pihak developer. Sementara sertifikat sedang
pengurusan pemecahan di BPN, maka antara penjual dan pembeli bisa dibuat surat Pengikat
Jual Beli (PJB), yang mengumumkan bahwa AJB akan dibuat setelah pemecahan sertifikat
sudah selesai. (Baca juga: Perbedaan PPJB, PJB, dan AJB SHM)
Permohonan pengukuran
Pernyataan telah memasang tanda batas oleh pemilik
Akta Jual Beli sebagian
Pernyataan Pemecahan atas Nama Diri Sendiri
Sertifikat Asli
Fotokopi pembayaran PBB tahun berjalan
KTP dan Kartu Keluarga Pemohon
KTP dan KK penjual (jika proses jual beli berlangsung)
Surat Kuasa bila diserahkan pada pihak yang ditunjuk
Tapak Kavling
Bukti-bukti pembayaran pajak dan bea atas jual beli lainnya
Lama proses pengurusan pemecahan atau pemisahan sertifikat ini adalah 15 hari. Demikian
syarat jual beli tanah kavling yang perlu Anda ketahui. Semoga bermanfaat.
Cara membuat surat tanah SHM cukup mudah. Yang penting Anda mengetahui prosedurnya
dengan benar. Lakukan pengajuan mengurus surat tanah SHM ke kantor Badan Pertanahan
Nasional
1. Pertama-tama untuk membuat surat SHM, Anda harus mengisi kelengkapan syarat-syarat
pengajuan di kantor Badan Pertanahan Nasional. Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:
Mengambil dan mengisi formulir yang dikeluarkan oleh Kantor BPN. Pemohon harus
melengkapi formulir dengan sebenar-benarnya mengenai identitas diri pemohon, luas tanah,
letak tanah dan penggunaan tanah yang dimohonkan. Kemudian ditandatangani diatas materi
bernilai cukup.
Surat pernyataan tanah tidak menjadi sengketa serta Surat Pernyataan tanah dikuasai secara
fisik.
Fotokopi identitas pemohon meliputi KTP, Kartu Keluarga disertai aslinya untuk dicocokkan
diloket BPN
Bukti Kepemilikan tanah, bisa berupa surat tanah girik ditambah bukti pembayaraan PBB
tahun berjalan dan SSP/PPh
Surat kuasa apabila dikuasakan pada pihak yang telah ditunjuk.
Tarif pelayanan Pengukuran dan Pemetaan Batas Bidang Tanah, dihitung berdasarkan rumus
sebagai berikut:
Luas tanah 0-100 hektar = (Luas/500 x Harga Satuan Biaya Khusus Pengukuran) + 100.000
Luas tanah 100-1000 hektar = (Luas/4000 x HSBKu) + 14.000.000
Luas tanah di atas 1000 hektar = (Luas/10.000 x HSBKu) + 134.000.000
Harga satuan Biaya Khusus Pengukuran (HSBKu) ditetapkan oleh menteri Keuangan dan
tiap provinsi berbeda-beda besarnya. Surat Ukur Tanah yang dikeluarkan oleh petugas BPN
diserahkan untuk melengkapi persyaratan membuat surat tanah SHM yang sedang diproses
pihak BPN. (Baca juga: Prosedur Pembelian Rumah KPR dan Tunai)
3. Dari proses pengukuran tersebut akan dibuatkan penerbitan Surat Keputusan dari Kantor
BPN yang disahkan oleh Kantor BPN RI Pusat. Pihak pemohon dikenakan biaya proses
penerbitan SK penerbitan surat SHM.(Baca : Cara Membeli Rumah)
4. Pihak Kantor BPN akan membuat pembukuan Hak dan Penerbitan Sertifikat tanah SHM.
Selanjutnya surat tanah SHM tersebut akan diserahkan kepada pihak pemohon. Surat tanah
SHM dicetak dua rangkap asli. Satu rangkap disimpan di kantor BPN sebagai buku tanah
sekaligus arsip. Rangkap kedua dipegang oleh pihak pemilik tanah yang sah.
Arsip buku tanah mencantumkan data-data detail tentang tanah, mencakup data fisik dan data
hukum yuridis. Yaitu meliputi luas tanah, batas-batas, dasar kepemilikan, dan data pemilik
tanah yang sah. Yang terlampir dalam surat tanah SHM tersebut adalah surat ukur sebagai
data fisik tanah dan gambar tanah yang telah dilakukan oleh petugas pengukur BPN, sebagai
penyerta. (Baca juga: Tata Cara Jual Beli Tanah yang Belum Bersertifikat)
Selain Kantor BPN, pemohon bisa meminta bantuan PPAT untuk mengurus surat tanah
SHM. Namun biaya jasa pengurusan bisa jadi lebih mahal. Bila memang masih ada waktu
luang, tidak perlu ragu mengurus surat tanah SHM sendiri ke kantor BPN. (Baca juga: Cara
Jual Beli Tanah dan Rumah)
Demikian penjelasan kami tentang cara membuat surat tanah. Semoga bisa membantu dan
bermanfaat bagi Anda.
Berikut ini adalah 6 Hak Atas Tanah atau Sertifikat Kepemilikan Tanah yang perlu Anda
ketahui:
Girik Grik
Girik Grik sering dianggap sebagai bukti kepemilikan atas tanah seseorang. Padahal Girik
adalah surat tanda pembayaran pajak atas tanah. Secara hukum, status hukum tanah Girik
sangat lemah dan dalam proses jual beli harus dialihkan dulu menjadi sertifikat resmi melalui
kantor BPN. Surat Girik Grik ini bisa menjadi dasar untuk membuat sertifikat tanah. (Baca
juga: Tata Cara Jual Beli Tanah yang Belum Bersertifikat)
Sertifikat Hak Pakai menjelaskan hak penggunaan atau mengambil hasil dari tanah yang
dikuasakan Negara atau tanah milik orang lain sesuai dengan perjanjian yang dibuat. Namun
perjanjian ini bukanlah perjanjian sewa menyewa lahan yang bersifat jangka pendek,
melainkan jangka panjang 25 tahun. (Baca juga: Tata Cara Jual Beli Tanah dan Balik Nama
Sertifikat)
Sertifikat Hak Guna Usaha diberikan pada seseorang untuk mengelola sebidang tanah yang
dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu yang telah diatur dalam UU Agragia atau
paling lama 25 tahun. Jangka waktu tersebut bisa dipenrpanjang kembali bila waktunya telah
habis. (Baca juga: Tata Cara Jual Beli Apartemen yang Wajib Diketahui)
Sertifikat HMSRS
HMSRS atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun merupakan hak kepemilikan atas satuan
rumah susun. Sifatnya bisa terpisah maupun perseorangan. HMSRS mencakup hak pemilikan
SRS, dan fasilitas bersama atas apa yang disebut bagian bersama, tanah bersama, dan benda
bersama. Ketiga hal itu menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Contoh properti
yang menggunakan sertifikat ini adalah Apartemen dan Rumah Susun. (Baca juga: Perbedaan
Rumah Susun dan Apartemen )
Sertifikat HGB
HGB atau Hak Guna Bangunan adalah hak mendirikan atau memiliki bangunan rumah,
kantor, mall di atas tanah yang bukan milik pribadi dalam jangka waktu tertentu dan telah
ditetapkan oleh UU Agraria. Biasanya jangka waktunya sekitar 30 tahun dan bisa
diperpanjang bila masa penggunaannya telah habis. Hak Guna bangunan ini bisa dialihkan
kekuatan hukumnya menjadi sertifikat Hak Milik. Sertifikat ini selain diperuntukkan oleh
warga negara Indonesia juga boleh dimiliki warga asing dalam jangka yang terlah ditentukan
dalam kesepakatan. (Baca juga: Prosedur Jual Beli Rumah Warisan)
Sertifikat HM
Sertifikat Hak Milik merupakan sertifikat dengan status paling kuat diantara kelima status
hukum pertanahan sebelumnya. Hak yang ada dalam SHM bersifat turun temurun yang
dimiliki oleh seseorang yang namanya tercantum sebagai pemilik dalam SHM tersebut. SHM
ini hanya diperuntukkan bagi warga negara Indonesia. (
Kadang tanah kosong yang dijual tidak nampak jelas batasnya. Selain itu menilai luas tanah
juga disesuaikan dengan kebutuhan pencarian kita, apakah luasnya sudah sesuai dengan
rencana pembangunan rumah atau gedung lainnya. Selain itu kita juga perlu meninjau lokasi
tanah terhadap lingkungan untuk melihat nilai investasinya dalam beberapa tahun kedepan.
Hal ini perlu bagi orang yang memang membeli tanah untuk tujuan investasi.
Untuk keadaan tanah, kita melihat apakah tanah tersebut berupa jenis bebatuan, daerah
pegunungan, daerah pantai, atau mungkin permukaan yang tidak rata serta kontur tanah yang
lembek. Hal ini penting dinilai sebab sangat berguna dalam menentukan biaya tambahan
ketika akan membangun sebuah bangunan di tanah tersebut. Sebab mungkin saja kita perlu
biaya untuk menambah timbunan, atau mungkin menilai sumber air yang akan digunakan
pada tempat tersebut.
Biasanya orang membeli tanah, terutama di daerah baru berkembang tanpa memikirkan
sumber air serta aliran irisgasi. Sehingga pada saat membangun rumah, akan memakan biasa
lebih besar serta lebih rumit lagi saat membuat akses sumber air serta jalur pembuangan
limbah rumah tangga
Sebagai contoh, biasanya perbedaan nama pemilik dari surat pemilik atau sertifikat dengan
identitas penjual cenderung berkesempatan bisa lebih besar mengalami sengketa. Hal yang
paling sering ditemukan misalnya jika tanah tersebut awalnya adalah milik dari ayah si
penjual sekarang yang diwariskan. Namun didalam sertifikat tersebut masih tertulis nama
ayah dari si pemilik tanah tersebut. Karena keadaan tersebut, bila kita sudah terlanjur
membayar harga tanah, bisa saja dikemudian hari saudara dari pemilik tanah tersebut yang
juga mengaku sebagai pewaris sah dari sang ayah yang sudah meninggal juga menuntut hak
atas penjualan tersebut. Hal ini kemudian akan menjadi sengketa serta bisa merugikan kita
sebagai pembeli
Selain itu kita juga menyiapkan kartu identitas, bukti pembayaran PPh dan BPHTB. Selain
itu, tanyakan kepada pihak PPAT, hal apa lagi yang harus dilakukan agar proses jual beli
yang dilakukan bisa terjadi secara sah dari segi hukum dan dengan bukti yang kuat