Anda di halaman 1dari 2

DAFTAR DOK PENGURUSAN SHM YG PERLU DISIAPKAN :

Berikut ini dokumen-dokumen yang perlu dipersiapkan jika ingin mengurus sertifikat tanah berdasarkan asal mendapatkannya.
JUAL BELI HIBAH/WARIS
Fotokopi kartu tanda penduduk (KTP) pemohon yang telah Identitas diri Anda dan pewaris/penghibah (KTP, Akta
dilegalisir pejabat berwenang Perkawinan-kalau ada, dan Kartu Keluarga Anda dan
pewaris/penghibah),
Fotokopi bukti pembayaran PBB tahun terakhir (SPPT) Akta hibah (sebagai bukti peralihan hak),
Fotokopi kartu keluarga (KK) dari pemohon Bukti-bukti penguasaan tanah yang dipunyai
penghibah/pewaris
Fotokopi NPWP Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
Izin mendirikan bangunan (IMB) Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
Akta jual beli (AJB) Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
Pajak Penghasilan (PPh) Surat keterangan belum bersertifikat, surat keterangan
riwayat tanah, dan surat keterangan tidak sengketa, dan
Surat Keterangan Tanah secara Sporadik.
Bukti pelunasan pembayaran bea perolehan hak atas tanah
dan bangunan (BPHTB).
Pernyataan tanah tidak sengketa

PROSEDUR PEMBUATAN SHM MANDIRI


1. Bawa semua dokumen ke kantor BPN keberadaan tanah
2. Isi formulir pembuatan sertifikat tanah yang menjadi salah satu persyaratan.
3. Bayar biaya pemeriksaan dan pengukuran tanah.
4. Tunggu proses administrasi selesai
5. Administrasi selesai petugas BPN akan mendatangi lokasi tanah untuk pengukuran dan validasi tanah.
6. Tunggu hasil pengukuran yg akan menentukan keputusan pemberian sertifikat oleh BPN.
7. Setelah proses pengukuran,bayar pendaftaran SK Hak, sebagai tahapan akhir dan persyaratan untuk mendapatkan SHM.
Cat : Proses pembuatan sertifikat tanah berkisar antara 60 hingga 120 hari

PROSEDUR PEMBUATAN SHM DENGAN BANTUAN PPAT (Pengurusan SHM dengan bantuan PPAT hampir sama dengan MANDIRI. Namun ada urusan lain
seperti proses balik nama sertifikat tanah yang dibutuhkan bantuan dari PPAT)
1. Serahkan kelengkapan dokumen balik nama sertifikat ke kantor BPN.
2. Kemudian tanda bukti permohonan balik nama akan diserahkan kepada PPAT untuk pengurusan balik nama sertifikat tanah, sebelum
diserahkan kepada pembeli/pemilik hak tanah baru.
3. Tunggu proses balik nama
4. Dalam buku tanah yang telah balik nama, pemegang hak lama/penjual nantinya akan dicoret dari buku tanah. Dengan validasi coret dan
paraf oleh kantor Badan Pertanahan Nasional. Kemudian digantikan dengan pemegang hak baru/pembeli dan ditandatangani oleh Kepala
BPN yang berwenang.
Cat: Proses balik nama dengan bantuan PPAT ini memakan waktu kurang lebih 14 hari.

SHM atas tanah merupakan salah satu bentuk KTUN .


I.SHM DARI ASPEK LEGALITAS
a. SHM merupakan status kepemilikan tertinggi dan kuat di mata hukum.
b. SHM merupakan alat pembuktian yang kuat dan bahwa tujuan pendaftaran tanah yang diselenggarakan adalah dalam rangka menjamin
kepastian hukum di bidang pertanahan menjadi tampak dan dirasakan arti praktisnya, sungguhpun sistem publikasi yang digunakan adalah
sistem publikasi negatif. Ketentuan tersebut tidak mengurangi asas perlindungan yang seimbang, baik kepada pihak yang mempunyai tanah
dan dikuasai serta digunakan sebagaimana mestinya maupun kepada pihak yang memperoleh dan menguasainya dengan itikad baik dan
dikuatkan dengan pendaftaran tanah yang bersangkutan.
c. SHM atas tanah adalah bukti kepemilikan seseorang atas suatu tanah beserta bangunannya. Hal ini dapat dilihat dalam PP No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah (“PP Pendaftaran Tanah”) Pasal 4 ayat (1) jo. Pasal 3 huruf a: Untuk memberikan kepastian dan
perlindungan hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a kepada pemegang hak yang bersangkutan diberikan SHM atas tanah.
Pasal 3 huruf a PP Pendaftaran Tanah: Pendaftaran tanah bertujuan: untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada
pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya
sebagai pemegang hak yang bersangkutan
d. Berdasarkan PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah, yakni pada Pasal 32 ayat (1) menyatakan : SHM merupakan surat tanda bukti
hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan data yuridis yang termuat di dalamnya, sepanjang data fisik dan
data yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah hak yang bersangkutan.
e. Pemberian SHM atas tanah dilakukan oleh Kantor Pertanahan, Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional, dan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia, bergantung pada jenis dan luas tanah yang diajukan permintaan hak atas tanah (Pasal 3 – Pasal 13 Peraturan
Kepala BPN No. 2/2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah Dan Kegiatan Pendaftaran Tanah
f. Yang menandatangani buku tanah dan SHM atas tanah untuk pertama kali adalah Kepala Kantor Pertanahan dalam hal pendaftaran tanah
secara sporadik (Pasal 18 Peraturan Kepala BPN No. 2/2013).
II. PEMBATALAN SHM ATAS TANAH
Dasar hukum :
a. PP 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran tanah pada pasal 32 ayat (2) disebutkan,
Dalam hal atas suatu bidang tanah sudah diterbitkan SHM secara sah atas nama orang atau badan hukum yang memperoleh tanah
tersebut dengan itikad baik dan secara nyata menguasainya, maka pihak lain yang merasa mempunyai hak atas tanah itu tidak dapat lagi
menuntut pelaksanaan hak tersebut apabila dalam waktu 5 (lima) tahun sejak diterbitkannya SHM itu tidak mengajukan keberatan secara
tertulis kepada pemegang SHM dan Kepala Kantor BPN yang bersangkutan ataupun tidak mengajukan gugatan ke Pengadilan mengenai
penguasaan tanah atau penerbitan SHM tersebut.
b. Permen Agraria/BPN 9/1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan pasal 1 angka
14 mendefinisikan :
1. Pembatalan hak atas tanah sebagai pembatalan keputusan pemberian suatu hak atas tanah atau SHM atas tanah karena
keputusan tersebut mengandung cacat hukum administratif dalam penerbitannya atau untuk melaksanakan putusan
pengadilan yang telah inkracht.
2. Selain karena alasan administratif, pembatalan SHM atas tanah juga dapat terjadi dalam hal ada pihak lain yang dapat
membuktikan bahwa suatu bidang tanah yang sudah diterbitkan sertifikat itu adalah secara sah dan nyata miliknya dan hal
tersebut didukung dengan adanya putusan pengadilan yang telah inkracht.
3. Tidak ada perbedaan antara pembatalan sertifikat hak atas tanah dengan pembatalan hak atas tanah, karena akibat dari
pembatalan sertifikat hak atas tanah, maka batal pula hak atas tanah tersebut.

III. PERMOHONAN PEMBATALAN SHM ATAS TANAH


Dapat dilakukan dengan cara:
A. DILUAR MEKANISME PERADILAN yaitu dengan cara
1. Mengajukan permohonan yang diajukan secara tertulis kepada Menteri atau Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN melalui Kepala
Kantor Pertanahan yang daerah kerjanya meliputi letak tanah yang bersangkutan. Alasan pembatalan sertifikat hak atas tanah adalah
karena adanya cacat hukum administratif, seperti kesalahan perhitungan dan luas tanah, sehingga menyerobot tanah lainnya, tumpang
tindih hak atas tanah, kesalahan prosedural, atau perbuatan lain, seperti pemalsuan surat.. Lampirkan pula berkas-berkas, berupa:
a) fotokopi surat bukti identitas dan surat bukti kewarganegaraan (bagi perorangan) atau fotokopi akta pendirian (bagi badan hukum);
b) fotokopi surat keputusan dan/atau sertifikat;
c) berkas-berkas lain yang berkaitan dengan permohonan pembatalan tersebut
2. Mekanisme tersebut diatur pada :
a) Pasal 106 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999 Keputusan pembatalan hak atas tanah karena cacad hukum administratif dalam
penerbitannya, dapat dilakukan karena permohonan yang berkepentingan atau oleh Pejabat yang berwenang tanpa permohonan.
b) Pasal 107 Permen Agraria/BPN 9/1999 Cacat hukum administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 (1) adalah:
1. Kesalahan prosedur;
2. Kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
3. Kesalahan subjek hak;
4. Kesalahan objek hak;
5. Kesalahan jenis hak;
6. Kesalahan perhitungan luas;
7. Terdapat tumpang tindih hak atas tanah;
8. Data yuridis atau data data fisik tidak benar;
9. Kesalahan lainnya yang bersifat administratif
c) Pasal 110 jo. Pasal 108 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999. Permohonan dapat dilakukan jika diduga terdapat cacat hukum
administratif dalam penerbitan sertifikat itu.

B PEMBATALAN BERDASARKAN PUTUSAN PENGADILAN.


Pembatalan SHM atas tanah juga dapat terjadi karena melaksanakan putusan pengadilan yang berkekuatan hukum tetap dengan cara untuk
melakukan pembatalan
1. GUGATAN KE PENGADILAN TATA USAHA NEGARA (PTUN)
a. Menurut Pasal 1 angka 7 UU 30/2014 tentang Administrasi Pemerintahan Keputusan Tata Usaha Negara (“KTUN”) adalah
ketetapan tertulis yang dikeluarkan oleh badan dan/atau pejabat pemerintahan dalam penyelenggaraan pemerintahan.
b. Pasal 55 UU 5/1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Yang perlu diperhatikan adalah batas waktu untuk menggugat ke
PTUN, yaitu 90 hari sejak diterimanya atau diumumkannya keputusan badan atau pejabat tata usaha negara
2. GUGATAN KE PENGADILAN NEGERI (PN)
Setiap orang yang ingin mengajukan gugatan perbuatan melawan hukum yang diatur Pasal 1365 Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata dengan dasar dan dalil-dalil yang penggugat pikirkan dan penggugat nilai merugikan seperti contohnya, Anda menjual
sebidang tanah kepada pembeli dan pembeli tersebut belum membayarkan sepenuhnya kepada Anda, namun sudah
mengajukan proses balik nama sertifikat tanah.

Surat keputusan pembatalan hak atas tanah menurut :


a) Pasal 104 ayat (1) Permen Agraria/BPN 9/1999, yang menjadi objek pembatalan hak atas tanah meliputi:
1. surat keputusan pemberian hak atas tanah.
2. sertifikat hak atas tanah.
3. surat keputusan pemberian hak atas tanah dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.
b) Pasal 104 ayat (2) Permen Agraria/BPN 9/1999, diterbitkan apabila terdapat:
1. cacat hukum administratif; dan/atau
2. melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap

Cat :
Dari rumusan di atas, Hasan Basri Nata Menggala & Sarjita dalam buku Pembatalan dan Kebatalan Hak atas Tanah menyimpulkan bahwa (hal. 27)
1. pembatalan hak atas tanah merupakan suatu perbuatan hukum yang bermaksud untuk memutuskan, menghentikan atau menghapus suatu hubungan
hukum antara subjek hak atas tanah dengan objek hak atas tanah;
2. jenis/macam kegiatannya, meliputi pembatalan surat keputusan pemberian hak atas tanah dan/atau sertifikat hak atas tanah;
3. penyebab pembatalan adalah karena cacat hukum administratif dan/atau untuk melaksanakan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap,
karena pemegang hak tidak memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan dalam surat keputusan pemberian hak atas tanah serta karena adanya kekeliruan
dalam surat keputusan pemberian hak bersangkutan.

Anda mungkin juga menyukai