Anda di halaman 1dari 15

Tanah yang dimaksud adalah tanah yang belum bersertipikat.

Untuk pensertipikatan tanah (pendaftaran tanah


untuk pertama kali), prosedurnya adalah sebagai berikut:

- Anda ke Kantor Pertanahan setempat, dalam hal ini Kantor Pertanahan Kotamadya Jakarta Selatan, untuk
mengajukan permohonan hak. Dalam hal ini, Anda melampirkan:

a. identitas diri Anda dan Kakek Anda (KTP, Akta Perkawinan-kalau ada, dan Kartu Keluarga Anda dan
kakek Anda),
b. akta hibah (sebagai bukti peralihan hak),
c. bukti-bukti penguasaan tanah yang dipunyai kakek Anda dahulu,
d. Pajak Bumi dan Bangunan (PBB),
e. Izin Mendirikan Bangunan (IMB),
f. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
g. surat keterangan belum bersertipikat, surat keterangan riwayat tanah, dan surat keterangan tidak
sengketa,

- Kemudian, menandatangani permohonan-permohonan sesuai formulir yang diberikan oleh Badan


Pertanahan Nasional. Kemudian, karena hibah dilakukan antara keluarga dalam garis lurus (kakek Anda
dan Anda), maka untuk menunjukkan hal tersebut sehingga Anda tidak perlu membayar PPh, maka
dilampiri;

a. Surat Keterangan Bebas Pajak (SKB) dari Kantor Pajak setempat,


b. Akta Perkawinan kakek Anda,
c. Akta Perkawinan orang tua Anda,
d. Akta Kelahiran orang tua Anda,
e. Akta Kelahiran Anda,
f. Apabila permohonan pensertipikatan dilakukan melalui jasa notaris/PPAT, juga melampirkan surat
kuasa.

- Kemudian akan dilakukan pengumpulan dan pengolahan data fisik, seperti pengukuran oleh Kantor
Pertanahan setempat. Juga dilakukan pengumpulan dan pengolahan data yuridis oleh Kantor Pertanahan
setempat, berdasarkan bukti-bukti yang Anda miliki seperti tersebut di atas.

- Setelah diukur, diteliti dan dimohon sertipikat, akan keluar Surat Keputusan Pemberian Hak. Pada SK
Pemberian Hak tersebut akan dicantumkan bahwa untuk tanah Anda akan diberikan status sebagai tanah
hak milik, harus membayar pemasukan kepada negara, dan mungkin juga membayar PPh dan Bea
Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), sesuai yang tercantum dalam SK. Untuk Adapun
besarnya pemasukan kepada negara adalah 2% x Nilai Jual Obyek Pajak (NJOP) tanah.
- Setelah ketentuan dalam SK Pemberian Hak dipenuhi, maka Kantor Pertanahan akan menerbitkan
sertipikat.

Demikian sejauh yang kami ketahui. Semoga bermanfaat.


Dasar hukum:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah


2. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional tentang Ketentuan Pelaksanaan
PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
3. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002 Tentang Tarif atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak
yang Berlaku pada Badan Pertanahan Nasional
4. Peraturan perundang-undangan lainnya yang relevan, seperti peraturan mengenai pajak
Prosedur penerbitan sertipikat tanah juga Anda bisa lihat di situs resmi BPN (bpn.go.id):

PENDAFTARAN PERTAMA KALI


Jenis Layanan Prosedur
Sertipikat Wakaf Untuk Dasar Hukum:
Tanah Yang Belum Terdaftar
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:
1. Surat Permohonan

2. Identitas diri Wakif (fotocopy KTP dan KK yang masih berlaku dan dilegalisir oleh
Pejabat yang berwenang)

3. Identitas diri Nadzir (fotocopy KTP dan KK yang masih berlaku dan dilegalisir
oleh Pejabat yang berwenang)

4. Surat Kuasa, jika permohonannya dikuasakan

5. Bukti perolehan kepemilikan tanah disertai:

a. pernyataan pemohon bahwa telah menguasai secara fisik selama 20


tahun terus menerus

b. keterangan Kepala Desa/Lurah dengan saksi 2 orang tetua


adat/penduduk setempat yang membenarkan penguasaan tanah tersebut.

6. Akta Ikrar Wakaf


7. Surat Pengesahan Nadzir
8. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan
Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000 / bidang (diluar biaya pengukuran dan pemetaan untuk sporadik).

2. 120 hari

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.


Pendaftaran Pertama Kali Dasar Hukum:
Konversi - Sistematik
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.
4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:

1. Surat Permohonan dan Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan.

2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (fotocopy KTP dan KK yang masih
berlaku dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang).

3. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu:

a. Surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan


Swapraja yang bersangkutan, atau

b. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959, atau

c. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut didalamnya, atau

d. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kekitir dan Verponding


Indonesia sebelum berlakunya PP No. 10/1961, atau

e. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak
yang dialihkan, atau

f. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

g. akta ikrar wakaf/surat ikrar wakaf yang dibuat sebelum atau sejak mulai
dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan disertai alas hak yang diwakafkan,
atau

h. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

i. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang


diambil oleh Pemerintah Daerah, atau

j. Surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor


Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan, atau

k. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga


sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA.

l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum


berlakunya UUPA.

4. Surat Pernyataan Tdk Dalam Sengketa diketahui Kades/Lurah dan 2 Saksi dari
tetua adat / penduduk setempat.

5. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan.

Biaya dan Waktu


1. Sesuai PP 46/2002 dan SE Ka. BPN No.600-1900 tanggal 31 Juli 2003 (Diluar
biaya pengukuran dan pemetaan untuk Sporadik)

2. Waktu: 90 hari/100 bidang.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.


Pendaftaran Tanah Pertama Dasar Hukum:
Kali Konversi - Sporadik
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:

1. Surat Permohonan dan Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan

2. Identitas diri para pemilik tanah / pemohon (dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang) dan atau kuasanya (untuk Perorangan: fotocopy KTP dan KK yang
masih berlaku atau untuk Badan Hukum: fotocopy Akta Pendirian Perseroan dan
Perubahan-perubahannya, serta dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang)

3. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu:

a. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan


Swapraja yang bersangkutan, atau

b. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959, atau

c. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut didalamnya, atau

d. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kikitir dan Verponding


Indonesia sebelum berlakunya PP No. 10/1961, atau

e. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak
yang dialihkan, atau

f. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

g. akta ikrar wakaf / akta pengganti ikrar wakaf / surat ikrar wakaf yang
dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan
disertai alas hak yang diwakafkan, atau

h. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

i. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang


diambil oleh Pemerintah Daerah, atau

j. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor


Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau

k. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga


sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA, atau

l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum


diberlakunya UUPA (dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau

4. Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan : Surat Prnyataan
Penguasaan fisik lebih dari 20 thn secara terus-menerus dan surat keterangan Kades
/ Lurah disaksikan oleh 2 org tetua adat / penduduk setempat.

5. Surat Pernyataan telah memasang tanda batas

6. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan

7. Fotocopy SK Izin Lokasi dan Sket Lokasi (apabila pemohon adalah Badan Hukum)

Persyaratan Tanda Batas, bentuk dan ukuran luas di bawah 10 ha:

1. Pipa besi, Panjang 100 cm dan bergaris tengah 5 cm, atau Pipa paralon diisi beton,
panjang 100 cm dan bergaris tengah 5 cm

2. Kayu besi, bengkirai, jati, atau kayu lainnya yang kuat, panjang 100 cm dan
bergaris tengah 7.5 cm, atau

3. Tugu dari batu bata atau batako dilapisi semen 0.20 m X 0.20 m tinggi 0.40 m, atau

4. Tugu dari beton , batu kali atau granit 0.10 m2 tinggi 0,5 m, atau tembok - tembok
atau pagar besi / beton / kayu.

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000 / bidang (diluar biaya pengukuran dan pemetaan untuk sporadik).

2. 120 hari

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.


Pendaftaran Tanah Pertama Dasar Hukum:
Kali Pengakuan Dan
Penegasan Hak - Sporadik
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:
1. Surat Permohonan dan Surat kuasa, jika permohonannya dikuasakan

2. Identitas diri para pemilik tanah / pemohon (dilegalisir oleh Pejabat yang
berwenang) dan atau kuasanya (untuk perseorangan: fotocopy KTP dan KK yang
masih berlaku atau untuk Badan Hukum: fotocopy Akte Pendirian Perseroan dan
Perubahan-perubahannya, serta dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang)

3. Bukti tertulis yang membuktikan adanya hak yang bersangkutan, yaitu:

a. surat tanda bukti hak milik yang diterbitkan berdasarkan Peraturan


Swapraja yang bersangkutan, atau

b. sertipikat hak milik yang diterbitkan berdasarkan PMA No. 9/1959, atau

c. surat keputusan pemberian hak milik dari Pejabat yang berwenang, baik
sebelum ataupun sejak berlakunya UUPA, yang tidak disertai kewajiban
untuk mendaftarkan hak yang diberikan, tetapi telah dipenuhi semua
kewajiban yang disebut didalamnya, atau

d. petuk Pajak Bumi/Landrente, girik, pipil, kikitir dan Verponding


Indonesia sebelum berlakunya PP No. 10/1961, atau

e. akta pemindahan hak yang dibuat dibawah tangan yang dibubuhi tanda
kesaksian oleh Kepala Adat/Kepala Desa/Kelurahan yang dibuat
sebelum berlakunya Peraturan Pemerintah ini dengan disertai alas hak
yang dialihkan, atau

f. akta pemindahan hak atas tanah yang dibuat oleh PPAT, yang tanahnya
belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

g. akta ikrar wakaf / akta pengganti ikrar wakaf / surat ikrar wakaf yang
dibuat sebelum atau sejak mulai dilaksanakan PP No. 28/1977 dengan
disertai alas hak yang diwakafkan, atau

h. risalah lelang yang dibuat oleh Pejabat Lelang yang berwenang, yang
tanahnya belum dibukukan dengan disertai alas hak yang dialihkan, atau

i. surat penunjukan atau pembelian kaveling tanah pengganti tanah yang


diambil oleh Pemerintah Daerah, atau

j. surat keterangan riwayat tanah yang pernah dibuat oleh Kantor


Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan dengan disertai alas hak yang
dialihkan dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau

k. lain-lain bentuk alat pembuktian tertulis dengan nama apapun juga


sebagaimana dimaksud dalam Pasal II, VI dan VII Ketentuan-ketentuan
Konversi UUPA, atau

l. Surat-surat bukti kepemilikan lainnya yang terbit dan berlaku sebelum


diberlakunya UUPA (dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang), atau

4. Bukti lainnya, apabila tidak ada surat bukti kepemilikan : Surat Prnyataan
Penguasaan fisik lebih dari 20 thn secara terus-menerus dan surat keterangan Kades
/ Lurah disaksikan oleh 2 org tetua adat / penduduk setempat.

5. Surat Pernyataan telah memasang tanda batas

6. Fotocopy SPPT PBB tahun berjalan

7. Fotocopy SK Izin Lokasi dan Sket Lokasi (apabila pemohon adalah Badan Hukum)
Persyaratan Tanda Batas, bentuk dan ukuran luas di bawah 10 ha:

1. Pipa besi, Panjang 100 cm dan bergaris tengah 5 cm, atau Pipa paralon diisi beton,
panjang 100 cm dan bergaris tengah 5 cm

2. Kayu besi, bengkirai, jati, atau kayu lainnya yang kuat, panjang 100 cm dan
bergaris tengah 7.5 cm, atau

3. Tugu dari batu bata atau batako dilapisi semen 0.20 m X 0.20 m tinggi 0.40 m, atau

4. Tugu dari beton , batu kali atau granit 0.10 m2 tinggi 0,5 m, atau tembok - tembok
atau pagar besi / beton / kayu.

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000 / bidang (diluar biaya pengukuran dan pemetaan untuk sporadik).

2. 120 hari

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.


TANAH TERDAFTAR
Jenis Layanan Prosedur
Penggabungan Sertipikat Dasar Hukum:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria


(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:

1. Permohonan yang disertai alasan Penggabungan tersebut.

2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (fotocopy KTP dan dilegalisir oleh
Pejabat yang berwenang).

3. Sertipikat Hak Atas Tanah asli, dengan catatab:

a. Jika semua Sertipikat yang digabung sudah menggunakan SU maka


tidak diperlukan pengukuran (harus ada pernyataan dari pemohon
bahwa bidang tanah yang akan digabung tidak ada perubahan fisik)

b. Jika salah satu atau semua Sertipikat yang digabung masih


menggunakan Gambar Situasi, maka perlu dilaksanakan pengukuran

c. Jika SU pada salah satu atau semua Sertipikat tidak memenuhi syarat
teknis atau ada perubahan bentuk dan ukuran, maka perlu dilakukan
pengukuran

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000,- untuk setiap Hak Atas Tanah hasil pengabungan.


2. Waktu: 7 hari kerja = 1 bidang diluar waktu Pengukuran.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.

Keterangan:

Catatan: Untuk menghapus catatan dalam sertipikat tentang ijin pejabat yang berwenang
diperlukan SE KBPN.
Pemisahan Dasar Hukum:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria


(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:

1. Permohonan yang disertai alasan Pemisahan tersebut.

2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (fotocopy KTP).

3. Sertipikat Hak Atas Tanah asli.

4. Site Plan (Untuk Kawasan Pembangunan Perumahan).

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000,- dikalikan banyaknya sertipikat pemisahan yang diterbitkan.

2. Waktu: 7 hari kerja = 1 bidang diluar waktu Pengukuran.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.

Keterangan:

Catatan: Untuk menghapus catatan dalam sertipikat tentang ijin pejabat yang berwenang
diperlukan SE KBPN.
Pemecahan Sertipikat Dasar Hukum:

1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria


(UUPA).

2. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 3


Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997.

4. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

5. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:

1. Permohonan yang disertai alasan Pemecahan tersebut.

2. Identitas diri pemohon dan atau kuasanya (fotocopy KTP).

3. Sertipikat Hak Atas Tanah asli.

4. Site Plan (Untuk Kawasan Pembangunan Perumahan).

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000,- dikalikan banyaknya sertipikat pemecahan yang diterbitkan.

2. Waktu: 7 hari kerja = 1 bidang diluar waktu Pengukuran.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.

Keterangan:

Catatan: Untuk menghapus catatan dalam sertipikat tentang ijin pejabat yang berwenang
diperlukan SE KBPN.
Perubahan HM Menjadi HGB Dasar Hukum:
Atau HP Dan HGB Menjadi 1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960
HP Tanpa Ganti Blanko
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997

4. Keputusan Menteri Negara Agraria No. 16 Tahun 1997

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002

6. SE Ka.BPN-600-1900 tanggal 31 Juli 2003

Persyaratan:
1. Surat Permohonan perubahan hak

2. Surat Kuasa jika yang mengajukan permohonan bukan yang bersangkutan


bermeterai cukup

3. Identitas pemegang hak dan atau kuasanya (foto copy) :

1. Perorangan : KTP yang masih berlaku *)

2. Badan Hukum : FC Akta Pendirian Pengesahan Badan Hukum yang


telah disahkan *)

4. Sertipikat Hak Atas Tanah (aslinya)

5. Kutipan Risalah Lelang jika perlolehannya melalui proses pelelangan

6. Surat Persetujuan dari pemegang HT (jika dibebani HT)

7. Bukti pelunasan BPHTB


Biaya dan Waktu
1. Rp. 25.000,- / sertipikat
2. Waktu: 3 hari kerja

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Keterangan:

*) dilegalisir oleh pejabat berwenang

Catatan:

1. Untuk perubahan HM menjadi HGB atau HP, pemohon tidak dikenakan kewajiban
membayar uang pemasukan kepada negara

2. Untuk perubahan HGB menjadi HP, pemohon wajib membayar uang pemasukan
kepada negara dengan memperhitungkan uang pemasukan yang sudah dibayar
kepada negara untuk memperoleh HGB ybs.
Perubahan HM Menjadi HGB Dasar Hukum:
Atau HP Dan HGB Menjadi 1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960
HP Dengan Ganti Blanko
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997

4. Keputusan Menteri Negara Agraria No. 16 Tahun 1997

5. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002

6. SE Ka.BPN-600-1900 tanggal 31 Juli 2003

Persyaratan:
1. Surat Permohonan perubahan hak

2. Surat Kuasa jika yang mengajukan permohonan bukan yang bersangkutan


bermeterai cukup

3. Identitas pemegang hak dan atau kuasanya (foto copy) :

1. Perorangan : KTP yang masih berlaku *)

2. Badan Hukum : FC Akta Pendirian Pengesahan Badan Hukum yang


telah disahkan *)

4. Sertipikat Hak Atas Tanah (aslinya)

5. Kutipan Risalah Lelang jika perlolehannya melalui proses pelelangan

6. Surat Persetujuan dari pemegang HT (jika dibebani HT)

7. Bukti pelunasan BPHTB


Biaya dan Waktu
1. Rp. 50.000,-
2. Waktu: 10 hari kerja

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Keterangan:

*) dilegalisir oleh pejabat berwenang

Catatan:
1. Untuk perubahan HM menjadi HGB atau HP, pemohon tidak dikenakan kewajiban
membayar uang pemasukan kepada negara

2. Untuk perubahan HGB menjadi HP, pemohon wajib membayar uang pemasukan
kepada negara dengan memperhitungkan uang pemasukan yang sudah dibayar
kepada negara untuk memperoleh HGB ybs.

Pemberian Informasi surat Ukur dikenakan Biaya Rp.25.000,- meliputi kegiatan:

1. Surat Ukur untuk sertipikat pengganti karena (Rusak,Hillang,ganti blanko dan


sertipikat yang tidak di serahkan karena ekskusi lelang serta penggantian sertipikat
berdasarkan Keputusan Pengadilan

2. Salinan Surat Ukur untuk keperluan permohonan perubahan hak,perpajangan dan


pembaharuan hak atas tanah.

3. Permohonan informasi tentang satu bidang tanah berupa fotocopy surat ukur sesuai
dengan DI 207pada PMNA/KBPN Nomor 3/1997.
Perubahan Hak Dari HGB Dasar Hukum:
Menjadi HM Untuk RS/RSS 1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960
Tanpa Ganti Blanko
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997

4. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1997

5. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 15 Tahun 1997

6. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1998

7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002

8. SE Ka.BPN-600-1900 tanggal 31 Juli 2003

Persyaratan:
1. Surat Permohonan perubahan hak

2. Identitas diri pemegang hak dan atau kuasanya (foto copy KTP yang masih
berlaku) *)

3. Surat Kuasa, jika permohonannya dikuasakan

4. Sertipikat HAT (HGB/HP), luas tidak lebih dari 200 m2 untuk perkotaan dan tidak
lebih dari 400 m2 untuk luar perkotaan

5. Akta Jual Beli / Surat Perolehan (harga perolehan tidak lebih dari Rp. 30.000.000,-)

6. Surat Persetujuan dari pemegang HT (jika dibebani HT)

7. Membayar uang pemasukan kepada Negara.

Biaya dan Waktu


1. Rp. 25.000,-
2. Waktu: 3 hari kerja

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Keterangan:

*) dilegalisir oleh pejabat berwenang


Catatan :

1. Persyaratan no. 2 tidak diperlukan KK (NIK sudah tercantum dalam KTP)

2. Persyaratan no. 3 Surat kuasa bermeterai cukup


Perubahan Hak Dari HGB Dasar Hukum:
Menjadi HM Untuk RS/RSS 1. Undang-Undang No 5 Tahun 1960
Dengan Ganti Blanko
2. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

3. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997

4. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1997

5. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 15 Tahun 1997

6. Keputusan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 1 Tahun 1998

7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002

8. SE Ka.BPN-600-1900 tanggal 31 Juli 2003

Persyaratan:
1. Surat Permohonan perubahan hak

2. Identitas diri pemegang hak dan atau kuasanya (foto copy KTP yang masih
berlaku) *)

3. Surat Kuasa, jika permohonannya dikuasakan

4. Sertipikat HAT (HGB/HP), luas tidak lebih dari 200 m2 untuk perkotaan dan tidak
lebih dari 400 m2 untuk luar perkotaan

5. Akta Jual Beli / Surat Perolehan (harga perolehan tidak lebih dari Rp. 30.000.000,-)

6. Surat Persetujuan dari pemegang HT (jika dibebani HT)

7. Membayar uang pemasukan kepada Negara.

Biaya dan Waktu


1. Rp. 50.000,-
2. Waktu: 10 hari kerja

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Keterangan:

*) dilegalisir oleh pejabat berwenang

Catatan :

1. Persyaratan no. 2 tidak diperlukan KK (NIK sudah tercantum dalam KTP)

2. Persyaratan no. 3 Surat kuasa bermeterai cukup

3. 10 hari adalah jangka waktu maksimal

Pemberian Informasi surat Ukur di kenakan Biaya Rp.25000 meliputi kegiatan:

1. Surat Ukur untuk sertipikat pengganti karena (Rusak,Hillang,ganti blanko dan


sertipikat yang tidak di serahkan karena ekskusi lelang serta penggantian sertipikat
berdasarkan Keputusan Pengadilan

2. Salinan Surat Ukur untuk keperluan permohonan perubahan hak,perpajangan dan


pembaharuan hak atas tanah.

3. Permohonan informasi tentang satu bidang tanah berupa fotocopy surat ukur sesuai
dengan DI 207pada PMNA/KBPN Nomor 3/1997.
Sertipikat Hak Milik Atas Dasar Hukum:
Satuan Rumah Susun 1. Undang-undang No 5 Tahun 1960
2. Undang-undang No 16 Tahun 1986

3. Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 1988 tentang Rumah Susun

4. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997

5. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3 Tahun 1997

6. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2002

7. SE Ka.BPN-600-1900 tanggal 31 Juli 2003

8. Perda tentang Rumah Susun (Belum semua daerah punya Perda)

Persyaratan:

1. Permohonan yang disertai proposal pembangunan rumah susun

2. Identitas pemohon (Perorangan/Badan Hukum)

3. Sertipikat Hak Atas Tanah asli


4. Ijin layak huni
5. Advis Planinng

6. Akta pemisahan yang dibuat oleh penyelenggara pembangunan Rumah Susun,


dengan lampiran gambar dan uraian pertelaan dalam arah vertikal maupun
horisontal serta nilai perbandingan proposionalnya *)

Biaya dan Waktu

1. Rp. 25.000 / Sarusun (diluar biaya pengukuran)

2. Waktu: 10 hari kerja.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Keterangan:

*) Akta Pemisahan dengan lampiran gambar dan uraian pertelaan disahkan oleh Pejabat
yang berwenang (Bupati/ Walikota)

Catatan :

1. Bahwa Kantor Pertanahan menjadii Sekretariat kegiatan pengesahan akta


pemisahan dan pertelaan

2. Kepala Kantor Pertanahan menetapkan sistem perhitungan nilai perbandingan


proposional dan pembuatan gambar dan uraian pertelaan khususnya dalam
menentukan hak perseorangan dan hak bersama atas tanah, bagian dan benda
bersama

3. Gambar dan uraian pertelaan dengan nilai perbandingan proposional dilampirkan


pada akta pemisahan yang dibuat dan ditandatangani pemohon untuk disahkan oleh
Bupati/Walikota (Khusus DKI oleh Gubernur)

4. Kegiatan no 1 dan 3 dibuat alur kegiatan pengesahan akta pertelaan

5. Pemberian Informasi surat Ukur di kenakan Biaya Rp.25000 meliputi Kegiatan:

1. Surat Ukur untuk sertipikat pengganti karena (Rusak,Hillang,ganti


blanko dan sertipikat yang tidak di serahkan karena ekskusi lelang serta
penggantian sertipikat berdasarkan Keputusan Pengadilan

2. Salinan Surat Ukur untuk keperluan permohonan perubahan


hak,perpajangan dan pembaharuan hak atas tanah.

3. Permohonan informasi tentang satu bidang tanah berupa fotocopy surat


ukur sesuai dengan DI 207pada PMNA/KBPN Nomor 3/1997.

6. 35 hari adalah jangka waktu maksimal

7. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam

Sertipikat Wakaf Untuk Dasar Hukum:


Tanah Terdaftar
1. Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Pokok-Pokok Agraria
(UUPA).

2. UU Tentang Perwakafan Tanah Milik.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977.

4. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

5. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 6 Tahun 1977.

6. Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2002 Tentang Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional.

7. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional No.600-1900 Tanggal 31 Juli


2003.

Persyaratan:
1. Surat Permohonan.
2. Akta Ikrar Wakaf.
3. Sertipikat Hak Milik asli.
4. Surat Pengesahan Nadzir.

5. Surat Kuasa, jika permohonannya dikuasakan.

6. Identitas Wakif (fotocopy KTP dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang).

7. Identitas Nadzir (fotocopy KTP dan dilegalisir oleh Pejabat yang berwenang).

Biaya dan Waktu


1. Rp. 0,-
2. Waktu: maksimal 20 hari kerja.

3. 1 (satu) hari kerja = 8 (delapan) jam.


Sumber: bpn.go.id

Demikian yang kami ketahui. Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai