Anda di halaman 1dari 11

PERCEPATAN PELAKSANAAN SERTIPIKASI TANAH

BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH

Oleh :
DR. Jarot W. MULIAWAN, S.H., C.N., M.Kn.
Land Acquisition Specialist
Penggagas Konsep 3 in 1 In the Land Acquisition

1
PERCEPATAN PELAKSANAAN SERTIPIKASI BARANG MILIK NEGARA/ DAERAH

LANDASAN YURIDIS
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah;
3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1996 tentang Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan dan Hak Pakai Atas Tanah;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah;
6. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang Milik
Negara/Daerah;
7. Peraturan Pemerintah Nornor 128 Tahun 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Badan Pertanahan Nasional
8. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015 tentang Kementerian
Agraria dan Tata Ruang;
9. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015 tentang Badan
Pertanahan Nasional;
10. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun
1997, tentang Pendaftaran Tanah;
11. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 9
Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara
dan Hak Pengelolaan;
12. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 Tahun
2010 tentang Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan ;
13. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2011 tentang Pedoman Pertimbangan Tehnis Dalam Penerbitan Izin Lokasi,
Penetapan Lokasi dan Izin Perubahan Penggunaan Tanah ;

2
14. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 2 Tahun
2013 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah ;
15. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kantor
Wilayah Badan Pertanahan Nasional dan Kantor Pertanahan ;
16. Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 500-1255 tanggal 4 Mei
1992 perihal petunjuk pelaksanaan tentang tata cara pengurusan hak dan
penyelesaian sertipikat tanah yang dikuasai oleh Instansi Pemerintah.

PENGERTIAN HAK PAKAI


Hak pakai adalah hak untuk menggunakan dan/atau memungut hasil dari tanah
yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain, yang memberi
wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pernberiannya oleh
pejabat yang berwenang memberikannya atau dalam perjanjian dengan pemilik
tanahnya, yang bukan perjanjian sewa menyewa atau perjanjian pengolahan tanah.

Hak Pakai dapat diberikan:


1. selama jangka waktu yang tertentu; atau
2. selama dipergunakan untuk keperluan tertentu.

SUBYEK HAK PAKAI


Subyek Hak Pakai dengan jangka waktu :
1. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia.
Subyek Hak Pakai selama dipergunakan untuk keperluan tertentu :
1. Badan hukum yang didirikan menurut hukum Indonesia dan berkedudukan di
Indonesia contohnya Instansi Pemerintah dan Pemerintah Daerah
Provinsi/Kab/Kota dan Desa.

3
SYARAT-SYARAT PERMOHONAN HAK PAKAI
1. Permohonan Hak Pakai
Permohonan hak pakai atas tanah negara diajukan secara tertulis, yang
memuat:
a. Keterangan mengenai pemohon :
 apabila badan hukum : nama, tempat kedudukan, akta pendirian,
pengesahan dari pejabat yang berwenang dan tanda daftar perusahaan.
 apabila Instansi Pemerintah/Pemerintah Daerah
Provinsi/Kab/Kota dan Desa tidak memerlukan syarat-syarat subyek
tersebut di atas, tetapi cukup dengan surat permohonan yang memuat
nama instansi dan ditandatangani oleh pejabat yang berwenang.

b. Keterangan mengenai tanahnya yang meliputi data yuridis dan data fisik :
 dasar penguasaan atau alas haknya dapat berupa sertipikat, girik, surat
kapling, surat-surat bukti pelepasan hak/pembebasan tanah dan
pelunasan tanah dan bangunan dan atau tanah yang telah dibeli dari
pemerintah, putusan pengadilan, akta PPAT, akta pelepasan hak, dan
surat-surat bukti perolehan tanah lainnya.
 letak, batas-batas dan luasnya (jika ada surat ukur/peta bidang tanah
sebutkan tanggal dan nomor serta NIB-nya).
 jenis tanah (pertanian/non pertanian).
 rencana penggunaan tanah.
 status tanahnya (tanah hak atau tanah Negara).
 jika pemohonnya Instansi Pemerintah dilengkapi surat pernyataan asset
sebagaimana diuraikan dalam Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 500-1255 tanggal 4 Mei 1992.

4
2. Data Pendukung
Permohonan hak pakai dilampiri dengan :
a. Mengenai Pemohon :
1). jika badan hukum : foto copy akta pendirian badan hukum, pengesahan
badan hukum dari pejabat yang berwenang dan tanda daftar perusahaan.
2). apabila Instansi Pemerintah/Pemerintah Daerah Provinsi/Kab/Kota dan
Desa tidak memerlukan syarat-syarat subyek tersebut di atas, tetapi cukup
dengan surat permohonan yang memuat nama instansi dan ditanda
tangani oleh pejabat yang berwenang.
b. Mengenai Tanahnya :
1). Perizinan : izin lokasi/penetapan lokasi atau pelepasan HGU dari Kepala
BPN apabila tanahnya berasal dari tanah HGU.
2). data fisik : surat ukur/peta bidang tanah/NIB. 3).
data yuridis :
 tanah hak (bersertipikat)
- foto copy sertipikat.
- Bukti perolehan atas tanah (jual beli/pelepasan hak/pembebasan
tanah/pengadaan tanah, hibah, tukar menukar, surat keterangan
waris, akta pembagian harta bersama, lelang, wasiat, putusan
pengadilan dll).

 tanah negara (belum pernah dilekati dengan sesuatu hak)


- Surat Keterangan Kepala Desa/Lurah setempat yang isinya bukan
tanah adat (yasan), tidak termasuk dalam buku C Desa atau dalam
peta Tretek. Peta Rincikan Desa (untuk pulau Jawa dan daerah lain
yang terdapat catatan yang lengkap tentang tanah adat/Yasan).
- Riwayat tanah/bukti perolehan tanah (hubungan hukum sebagai
alas hak) dari hunian / garapan terdahulu.
- Surat Pernyataan penguasaan fisik oleh pemohon yang disaksikan
oleh 2 (dua) orang diatas kertas bermaterai

5
cukup, isinya menyatakan tanah yang dimohon dikuasai secara
fisik dan tidak dalam keadaan sengketa, apabila terdapat gugatan
dari pihak lain menjadi tanggung jawab pemohon.

 Tanah Negara asal konversi Hak Barat (Keppres Nomor 32 Tahun


1979).
- fotocopy sertipikat/akta verponding bagi bekas pemegang hak
yang secara fisik masih menguasai bidang tanah/SKPT bagi bukan
pemegang hak.
- bukti perolehan/penyelesaian bangunan dari bekas pemegang hak
(jika ada bangunan milik bekas pemegang hak).
- apabila masih terdaftar dalam penguasaan Pemerintah/occupasi
TNI/POLRI, diperlukan surat keterangan telah dikeluarkan dari
daftar occupasi TNI/POLRI.
- surat pemyataan pemohon yang disaksikan oleh 2 (dua) orang di
atas kertas bermeterai cukup dan dikuatkan oleh kepala
desa/lurah setempat, isinya menyatakan tanah yang dimohon
dikuasai secara fisik dan tidak dalam keadaan sengketa, apabila
terdapat gugatan dari pihak lain menjadi tanggung jawab
pemohon.

 tanah milik adat/yasan/gogolan tetap/SK redistribusi


- foto copy tanda bukti tanah milik adat : petok
d/girik/kikitir/kanomeran/letter c desa/keterangan riwayat tanah
dari kepala desa/ lurah setempat.
- SK redistribusi tanah yang telah dibayar lunas ganti ruginya dan
surat keterangan riwayat perolehan tanah dari kepala desa/lurah
setempat.

6
- bukti perolehan/surat pernyataan pelepasan hak dari
pemegang hak sebelurnnya (hubungan hukum sebagai alas
haknya) berupa akta otentik PPAT atau akta di bawah tangan.

 tanah gogol tidak tetap.


- foto copy tanda bukti tanah milik adat : petok d/girik/letter c desa.
- keputusan desa/peraturan desa yang disetujui oleh Badan
Perwakilan Desa (BPD) yang berisi tentang persetujuan tidak
keberatan, luas tanah, letak, batas-batas dan besarnya ganti rugi
yang disepakati.
- akta pelepasan hak yang dibuat oleh dan di hadapan
notaris/camat/ Kepala Kantor Pertanahan setempat.

 tanah kas desa (TKD)


- untuk pemerintah kabupaten yang telah rnempunyai perda
tentang sumber pendapatan dan kekayaan desa yang mengatur
mengenai pelepasan/tukar menukar TKD, maka bagi desa yang
sudah membentuk BPD maupun belum mengacu pada perda
tersebut.

- untuk pemerintahan kabupaten yang belum mempunyai


perda tentang sumber pendapatan dan kekayaan desa :
~ desa yang belum membentuk BPD tata cara tukar
menukar/pelepasan TKD masih berlaku ketentuan lama yaitu
keputusan desa, pengesahan bupati dan izin gubernur.
~ desa yang sudah membentuk BPD dengan produk hukum
berupa peraturan desa, maka diperlukan peraturan desa dan
keputusan desa.

7
- Terhadap pelepasan berdasarkan ketentuan lama yang belum
selesai, mengacu pada aturan peralihan perda kabupaten yang
mengatur pelepasan/tukar menukar TKD dimaksud.
- penetapan besarnya ganti rugi berupa uang atau tanah
pengganti.
- berita acara serah terima tanah pengganti.
- akta/surat pelepasan tanah kas desa yang dibuat oleh dan di
hadapan notaris/camat/Kepala Kantor Pertanahan setempat.
- foto foto copy sertipikat/petok d/girik/letter c desa
- foto copy sertipikat tanah pengganti atas nama pemerintah desa
yang bersangkutan (jika berasal dari tukar menukar).

 tanah asset pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kota)


- persetujuan dari DPRD.
- keputusan kepala daerah tentang penghapusan asset barang milik
daerah (tanah).
- perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima asset.
- berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat
oleh pernerintah daerah (provinsi/ kabupaten/kota).
- untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat
- bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar
menukar).

 tanah asset pemerintah pusat (departemen/LPND)


- persetujuan dari Menteri Keuangan/Presiden/DPR sesuai
kewenangannya.
- keputusan menteri/kepala LPND tentang penghapusan
asset barang milik Negara (tanah),
- perjanjian antara pemerintah daerah dengan penerima asset.

8
- perbuatan hukum pelepasan hak atas tanah yang dilakukan
dihadapan pejabat yang berwenang.
- bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar
menukar)

 tanah asset Badan Usaha Milik Negara (BUMN).


- persetujuan Menteri BUMN.
- berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat
oleh BUMN.
- untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat.
- sertipikat sepanjang sudah terdaftar.
- bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar
menukar sepanjang terdapat dalam perjanjian).

 tanah asset Badan Usaha Milik Daerah (BUMD)


- persetujuan DPRD.
- persetujuan gubernur/bupati/walikota.
- berita acara pelepasan asset dari daftar inventaris yang dibuat
oleh BUMD.
- untuk tanah yang sudah terdaftar, berita acara pelepasan hak yang
dibuat dihadapan kakantah, notaris atau camat.
- bukti sertipikat tanah pengganti (jika perolehan berdasarkan tukar
menukar sepanjang terdapat dalam perjanjian).

 Tanah bekas Asset Milik Asing / Cina (ABMA/C)


- pelepasan Asset Bekas Milik Asing / Cina (ABMA/C) dari Menteri
Keuangan.

9
3. Lain-lain :
a. surat pernyataan tidak sengketa.
b. surat pernyataan tanah-tanah yang dipunyai pemohon (berisi mengenai jumlah
bidang, luas dan status tanah yang dimiliki termasuk tanah yang dimohon).
c. surat pernyataan mengenai rencana penggunaan dan pemanfaatan tanah yang
dimohon (berisi penggunaan tanah saat ini dan rencana penggunaan dan
pemanfaatan tanah apabila akan merubah penggunaan dan pemanfaatan
tanahnya).

BIAYA DAN JANGKA WAKTU PENYELESAIAN :


1. Biaya yang diperlukan dalam rangka penyelesaian pelayanan kepada masyarakat
dibidang Pertanahan mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015
tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku
pada Badan Pertanahan Nasional ;
2. Sedangkan mengenai Jangka Waktu Penyelesaian Pelayanan Pertanahan mengacu
pada Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 Tahun 2010 tentang
Standar Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan.

10
5) Hak Pakai Instansi Pemerintah
DASAR HUKUM PERSYARATAN BIAYA WAKTU KETERANGAN

1. UU No. 5/1960 1. Formulir permohonan yang sudah diisi dan Sesuai • 38 (tiga puluh delapan) Formulir permohonan
2. UU No. 21/1997 jo. ditandatangani pemohon atau kuasanya di ketentuan hari untuk: memuat:
UU No. 20/2000 3. atas materai cukup Peraturan 1. Identitas diri
- Tanah pertanian
UU No. 1/2004 2. Surat Kuasa apabila dikuasakan 2. Luas, letak dan
Pemerintah yang luasnya tidak
4. PP No. 48/1994 jo. 3. Fotocopy identitas (KTP) pemohon dan kuasa penggunaan tanah
tentang jenis lebih dari 2 Ha
PP No. 79/1996 5. apabila dikuasakan, yang telah dicocokkan yang dimohon
dan tarif atas - Tanah non
PP No. 40/1996 dengan aslinya oleh petugas loket 3. Pernyataan tanah tidak
pertanian yang
6. PP No. 24/1997 4. Penetapan Lokasi atau Surat Ijin jenis sengketa
luasnya tidak
7. PP No. 6/2006 jo. PP No. Penunjukan Penggunaan Tanah penerimaan 4. Pernyataan tanah
lebih dari
38/2008 5. Bukti perolehan tanah/Alas Hak/surat negara bukan dikuasai secara fisik
2.000 m2 (kecuali
8. PP No. 13/2010 pernyataan dari pengelola aset pajak yang mengenai tanah bekas
9. KEPPRES No. 6. Foto copy SPPT PBB tahun berjalan yang telah
berlaku pada Hak Guna Usaha) Catatan:
32/1979 dicocokkan dengan aslinya oleh petugas loket
10. PMNA/KBPN No. 7. Melampirkan bukti SSP/PPh sesuai dengan Badan • 57 (lima puluh tujuh) 1. Instansi Pemerintah
3/1997 ketentuan Pertanahan hari untuk: meliputi Pemerintah,
11. PMNA/KBPN No. Nasional Pemerintah Provinsi,
- Tanah pertanian
3/1999 Republik Pemerintah
yang luasnya lebih
12. PMNA/KBPN No. Kabupaten/Kota,
Indonesia dari 2 Ha
9/1999 Pemerintah Desa
- Tanah non pertanian
13. Peraturan KBPN RI No. 2. Jangka waktu tidak
yang luasnya lebih
3/2006 termasuk waktu yang
dari
14. Peraturan KBPN RI No. diperlukan untuk
2.000 m2 s.d.
4/2006 pengiriman
150.000 m2
15. Peraturan KBPN RI No. berkas/dokumen dari
7/2007 • 97 (sembilan puluh Kantah ke Kanwil dan BPN
16.SE KBPN 500-1255 tujuh) hari tanah non RI maupun sebaliknya
1992 pertanian untuk luasan
lebih dari
150.000 m2

- 19 -

Anda mungkin juga menyukai