Anda di halaman 1dari 2

Diskusi 3

ADPU4335 – Administrasi Pertanahan (03)

Mulyadi
017232272
Soal
Bagaimana implementasi permohonan hak atas tanah di Indonesia?

Jawaban

Ketentuan peraturan yang mengatur prosedur permohonan hak-hak atas tanah yaitu
Permendagri Nomor 5 Tahun 1973. Menurut Pasal 1 Permendagri Nomor 5 Tahun
1973, yang dimaksud dalam peraturan ini dengan hak atas tanah adalah hak milik,
hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan hak pengelolaan. Secara
umum, bahwa yang berhak memohon hak atas tanah diatas tanah tertentu ialah
orang yang mempunyai hubungan hukum/kepentingan atas tanah tertentu.
Permohonan untuk memperoleh hak atas tanah ditujukan kepada pejabat yang
berwenang sebagaimana dimaksud Permendagri Nomor 6 Tahun 1972 tentang
Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas Tanah.
Setiap permohonan hak atas tanah memiliki syarat yang berbeda satu dengan yang
lainnya, tetapi mempunyai persamaan syarat yang mendasar yaitu sebagai berikut :
a. Surat permohonan hak
b. Fotokopi KTP (apabila pemohon perorangan)
c. Fotokopi akta pendirian badan hukum dan pengesahan dari menteri kehakiman
(apabila pemohon badan hukum)
d. Fotokopi tanda bukti hak yang pernah ada (sertifikat, kohir, atau yang lainnya)
e. Surat ukur/gambar situasi (apabila belum ada, lampirkan gambar sket/leger)
f. Surat keterangan pendaftaran tanah (apabila sudah ada)
g. Bukti perolehan hak secara beruntun sampai kepada pemohon
h. Daftar tanah yang telah dipunyai pemohon (apabila tanah yang dimohon tanah
pertanian)
i. Syarat-syarat khusus lain yang diperlukan yang ada kaitannta dengan tanah yang
dimohon (seperti izin lokasi, keterangan kepala inspektorat wilayah, kepala dinas
pendapatan daerah, kepala dinas tata kota, dan lain-lain)
Secara garis besar, tata cara permohonan dan pemberian hak atas tanah akan
mengikuti tahap-tahap berikut ini :
1) Pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada pejabat yang berwenang
memberikan hak yang dimohon. Formulir surat permohonan telah disediakan
oleh kantor pertanahan kabupaten/kotamadya.
2) Kantor pertanahan kabupaten/kotamadya memeriksa dan meminta dipersiapkan
surat-surat yang diperlukan antara lain :
a. Surat keterangan pendaftaran tanah
b. Gambar situasi/surat ukur
c. Fatwa tata guna tanah
d. Risalah pemeriksaan tanah oleh panitia A
3) Berkas permohonan yang lengkap oleh kantor pertanahan kabupaten/kotamadya
dikirim kepada gubernur kepala daerah setempat melalui kantor Badan
Pertanahan Nasional provinsi.
4) Kalau wewenang pemberian hak ada ditangan gubernur/kepala daerah, kantor
Badan Pertanahan Nasional provinsi atas nama gubernur/kepala daerah
mengeluarkan Surat keputusan Pemberian Hak (SKPH). Jika wewenang
pemberian hak ada ditangan menteri dalam negeri, surat permohonan yang
lengkap disertai pertimbangan setuju atau tidak setuju dikirim kepada menteri
negara agraria/kepala Badan Pertanahan Nasional untuk kemudian
mengeluarkan Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH).
5) Surat Keputusan Pemberian Hak (SKPH) diserahkan kepada pemohon.
6) Pemohon memenuhi semua persyaratan yang dicantumkan dalam SKPH.
7) Hak atas tanah itu lalu didaftarkan pada kantor pertanahan setempat.
8) Kepala kantor pertanahan mengeluarkan sertifikat hak atas tanah dan
menyerahkan kepada pemegang hak.
Berikut ini merupakan penjelasan secara perinci tahap demi tahap prosedur
permohonan hak atas tanah.
1. Surat Permohonan
Berdasarkan Permendagri Nomor 5 Tahun 1973, permohonan dibuat rangkap 6
yang berisikan keterangan sebagai berikut :
a. Pemohon
1) Pemohon perorangan : nama, umur, kewarganegaraan, tempat tinggal,
pekerjaan serta jumlah istri dan anak. Jika seorang istri, disebutkan pula
keterangan tentang suaminya.
2) Pemohon badan hukum : nama, tempat kedudukan, akta atau peraturan
pendiriannya, tanggal dan nomor surat keputusan mendagri tentang
penunjukan sebagai badan hukum yang boleh mempunyai tanah dengan
hak milik.
b. Tanahnya
1) Letak, luas dan batas-batasnya (kalau ada, sebutkan tanggal dan nomor
surat ukur atau gambar situasinya)
2) Status tanah : sebutkan sertifikat/akta pejabat balik nama/surat
keterangan pendaftaran tanah, petunjuk pajak hasil bumi/verponding
Indonesia atau tanda bukti hak yang lain (kalau ada) yang menunjukkan
status tanahnya sebelum menjalin tanah negara.
3) Jenisnya : tanah pertanian atau tanah bangunan.
4) Penguasaannya : sudah atau belum dikuasi pemohon; kalau sudah
dikuasai atas dasar apa ia memperoleh dan menguasainya.
5) Penggunaannya : direncanakan oleh pemohon akan dipergunakan untuk
apak.
c. Lain-lain
1) Tanah yang telah dipunyai oleh pemohon termasuk yang dipunyai oleh
istri/suami serta anak yang masih menjadi tanggungannya : status
hukum, letak dan tanda buktinya.
2) Keterangan lain yang dianggap perlu.

2. Lampiran dari Permohonan


a) Diri pemohon
1) Perorangan (surat kewarganegaraan)
2) Badan hukum (akta pendirian dan salinan surat keputusan sebagai
badan hukum yang dapat mempunyai hak milik)
b) Tanahnya : jika telah ada dibuatkan turunan sertifikat/akta pejabat balik
nama, surat ukur/gambar situasi, petunjuk pajak hasil bumi/verponding
Indonesia atau surat keterangan pendaftaran tanah. Jika belum ada surat
uku/gambar situasinya, dilampirkan gambar situasi yang dibuat oleh
pemohon sendiri.
c) Turunan dari surat-surat bukti perolehan hak secara beruntun.

Sumber :
1. Buku Materi Pokok ADPU4335 Administrasi Pertanahan (Edisi 3) Modul 3
2. Materi Inisiasi 3 Pendaftaran Tanah di Indonesia dan Hak Atas Tanah

Anda mungkin juga menyukai