Anda di halaman 1dari 2

Nama : Lina Apriliana

NIM : 048439589
Dari Kasus sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat di analisis melalui
prosedur Administrasi Permohonan Hak Atas Tanah.

Analysis:

Undang-undang pokok agraria tidak mengatur bagaimana prosedur permohonan hak-hak atas tanah
dilakukan. Dikeluarkannya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 1973 tentang Ketentuan-
ketentuan mengenai Tata Cara Pemberian Hak atas Tanah, Peraturan ini dikeluarkan untuk melaksanakan
Permendagri Nomor 6 Tahun 1972 tentang Pelimpahan Wewenang Pemberian Hak atas Tanah dan
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 88 Tahun 1972 tentang Susunan Organisasi Direktorat Agraria
Provinsi dan Susunan Organisasi Direktorat Agraria Kabupaten/Kota Madya.

Menurut Pasal 1 Permendagri Nomor 5 Tahun 1973, yang dimaksud dalam peraturan ini dengan hak atas
tanah adalah hak milik, hak guna usaha, hak guna bangunan, hak pakai dan hak pengelolaan.

Kasus tersebut terjadi karena kurang telitinya BPN dalam pembuatan Sertifikat, sehingga terjadi double
sertifikat.

Syarat-syarat permohonan hak atas tanah sesuai Permendagri Nomor 5 tahun 1973 yaitu:

- Surat permohonan hak


- Fotokopi KTP
- Fotokopi tanda bukti hak yang pernah ada
- Surat ukur/gambar situasi
- Surat keterangan pendaftaran tanah (jika sudah ada)
- Bukti perolehan hak secara beruntun sampai kepada pemohon
- Daftar tanah yang telah dimiliki pemohon (jika tanah pertanian)
- Syarat khusus lain (izin lokasi, surat keterangan dari kepala inspektorat wilayah, kepala dinas
pendapatan daerah, kepala dinas tata kota. Dll)

Pemberian Hak atas tanah akan mengikuti beberapa tahap yaitu:

1. Pemohon mengajukan permohonan tertulis kepada pejabat yang berwenang memberikan hak
yang dimohon. Formulir surat permohonan telah disediakan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/kotamadya
2. Kantor Pertanahan kabupaten/kota madya memeriksa dan meminta dipersiapkan surat-surat
yang diperlukan antara lain:
- surat keterangan pendaftaran tanah
- gambar situasi/surat ukur
- fatwa tata guna tanah
- risalah pemeriksaan tanah oleh panitia A
3. Berkas Permohonan yang lengkap oleh kantor pertanahan kabupaten/kota madya dikirim kepada
gubernur kepala daerah setempat melalui kantor Badan Pertanahan Nasional Provinsi
4. Jika wewenang pemberian hak ada ditangan gubernur/kepala daerah, maka kantor Badan
Pertanahan Nasional Provinsi atas nama gubernur/kepala daerah mengeluarkan Surat Keputusan
Pemberian Hak (SKPH). Jika wewenang pemberian hak ada ditangan Menteri dalam negeri, surat
permohonan yang lengkap disertai pertimbangan setuju atau tidak setuju dikirim kepada Menteri
negara agrarian/ kepala BPN untuk kemudian mengeluarkan SKPH.
5. SKPH diserahkan kepada pemohon
6. Pemohon memenuhi semua persyaratan yang dicantumkan dalam surat keputusan pemberian
hak.
7. Hak atas tanah itu lalu didaftarkan pada kantor pertanahan setempat.
8. Kepala kantor pertanahan mengeluarkan sertifikat tanah dan menyerahkan kepada pemegang
hak.

Jika dilihat dari prosedurnya untuk mendapatkan sertifikat pasti sudah ada pengukuran di lokasi dan
keterangan ukur, jadi BPN seharusnya tidak menganulir pekerjaannya.

Anda mungkin juga menyukai