Anda di halaman 1dari 2

Nama : dewa nyoman krisna

Nim : 045016685

1.Bagaimana sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat terjadi ?

jawab

Ini terjadi karena adanya double sertifikat tanah yang tidak jelas status hak kepemilikannya, dan
tidak jelas pendaftarannya di BPN, sesuai dengan Permendagri No.5 Tahun 1973 dalam pasal
Pasal 2 menyatakan

“Hak Milik adalah ha katas tanah yang terkuat dan terpenuhi yang dapat dipunyai orang dan
badan-badan hukum, sebagai yang disebutkan dalam pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun
1960” lebih lanjut dalam Pasal 20 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan
Dasar Pokok-Pokok Agraria yaitu “Hak milik adalah hak turun temurun, terkuat, dan terpenuhi
yang dapat dipunyai orang atas tanah, dengan mengingat ketentuan pasal 6”

Berdasarkan kesaksian Sukawi menyatakan bahwa dialah pemilik sah tanah 34 kapling tanah
tersebut sejak tahun 1990an jika melihat bukti berdasarkan keterangan saksi maka sukawi
adalah pemilik SAH tanah tersebut , namun sengketa muncul lagi karena sang kuasa hukum dari
pengusaha tan hengky menyatakan bahwa dia telah membeli tanah tersebut dari developer
tahun 2017, tentu ini akan menimbulkan dualism atau dobel sertifikat tanah mengingat saling
klaim antara tanah berdasarkan sertifikat dan kapan pendaftaran tanahnya.

Dalam kasus diatas sengketa sebenarnya terjadi karena ketidakjelian pihak pengusaha dalam
melihat data dan status tanah yang dijual developer, sengketa terjadi karena pembelian tanah
tidak dilihat terlebih dahulu baik itu dari BPN atau dari pendafataran dari pihak pemiik tanah
sebelumnya, sehingga dapat disimpulkan sengketa terjadi karena pihak pengusaha tidak jeli dan
pihak BPN tidak memetakan sistemnya dengan jelas dalam pendafataran tanah karena sesuai
prosedur dalam PASAL 4 Permendagri no, 5 tahun 1973 memuat dengan jelas status tanh dan
pendafataran serta gambarannya jadi harus dianalisa dari awal.
Lebih lanjut dalam kasus berikutnya dimana lokasi tanah keempat tersebut dibangun dan
keterangan BPN yang menyatakan bahwa lokasi tanah itu bukan milik pak sukawi melainkan
tanah tumpuk. Sengketa kembali terjadi karena status kepemilikan tanah yang tidak jelas
dikatakan bahwa itu adalah tumpuk, padahal pihak sukawi sudah mengklaim ukuran, nama
pemilik tanah tersebut hal ini terjadi karena pihak BPN tidak mengetahui dari awal status tanah
tersebut jika berdasarkan status hak milik dan tahun, seharusnya BPN tau status tanah tersebut
karena Tanah sifatnya turun temurun dari tahun ke tahun, tentu peran BPN disini tidak maximal
tidak jeli dan teliti dalam menetapkan status tanah dari awal sehingga terjadi sengketa

2. Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah ?

Berdasarkan permendagri No. 5 Tahun 1973 (Pasal 4-7)

1. Pemohon Mengajukan permohonan pemilikan hak atas tanah kepada pejabat


berwenang dengan perantaraan bupati walikota kepala daerah
2. Pemohonan harus memuat keterangan tentang status pemohon
(nama,usia,kewarganearaan, tempat tinggal) dan status tanah (letak,luas,batas-batas,
jenis tanah dan status tanah lainnya seperti sertifikat, atau surat pendaftaran)
3. Setelah terpenuhi kepala sub Direktorat agraria mencatatkan dalam daftar permohonan
hak milik, dan memerksia apakah permohonan sudah lengkap)
4. Kemudian Sub Direktorat agrarian memeritahkan kepada seksi-seksi pendafataran atas
tanah agar menyeselaikan bahan-bahan yang diperlukan untuk memutuskan
permohonan hak milik tanah tersebut
5. Jika bukti tidak cukup maka dilakukan pemeriksaan setempat
6. Mengirimkan berkas permohonan itu kepada Gubernur Kepala Daerah
7. apabila semua keterangan yang diperlukan telah lengkap dan tidak ada keberatan untuk
meluluskan permohonan yang bersangkutan, sedang wewenang untuk memutus ada
pada Gubernur Kepala Daerah, maka Kepala Direktorat Agraria Prpinsi atas nama
Gubernur Kepala Daerah yang bersangkutan segera mengeluarkan surat keputusan
pemberian Hak Milik atas tanah yang dimohon itu

Anda mungkin juga menyukai