Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TUTORIAL ONLINE 1

MATA KULIAH : ILMU ADMINISTRASI PERTANAHAN

OLEH : NAMA : FIKRI NURFAUZI

NIM : 044779968

FAKULTAS FHISIP, JURUSAN ILMU HUKUM

UPBJJ BOGOT UT

UNIVERSITAS TERBUKA 2022


TUGAS TUTORIAL KE-1

Capaian Pembelajaran:
Prosedur Administrasi Permohonan Hak Atas Tanah
Indikator :
Mahasiswa menjelaskan tentang Prosedur Administrasi Permohonan Hak Atas Tanah
berdasarkan Permendagri No. 5 Tahun 1973

Semarang - Jumat (21/5/2021)

Sidang gugatan mantan Wali Kota Semarang, Sukawi Sutarip, terhadap seorang pengusaha
terkait dugaan sertifikat tanah dobel masih berlanjut. Kedua belah pihak merasa sebagai
pemilik sah tanah tersebut. Seperti apa jalannya sidang? Persidangan digelar di lokasi lahan
yang sudah mulai dibangun oleh tergugat yaitu di daerah Bendan Ngisor. Di lokasi, majelis
hakim dan pihak penggugat, tergugat, dan turut tergugat dalam hal ini Badan Pertanahan
Nasional (BPN) menjalani sidang lapangan. Mereka melihat data-data dan melakukan
pengukuran. Sukawi Sutarip dan kuasa hukumnya tampak hadir di lokasi, sedangkan tergugat
Tan Yangky Tanuputra diwakilkan kuasa hukumnya. Dalam sidang lapangan itu pihak
tergugat menyebut tanah milik Sukawi bukan di lokasi tersebut, namun di sebelah selatan
jalan. Sesuai yang diarahkan BPN berdasarkan data obyek penggugat milik Pak Haji Sukawi
dengan SHM nomor 712 tidak di sini, melainkan di sebelah selatan jalan sehingga menurut
kami BPN sudah tunjukkan ukuran sebenarnya dan letaknya tidak di sini. Kami keberatan
sekali karena dengan demikian penggugat menunjukkan objek yang salah. Ini merugikan klien
kami," kata kuasa hukum tergugat, Aryas Adi Suyanto, di lokasi, Jumat (21/5/2021).
Ia menjelaskan kliennya membeli tanah itu dari developer perumahan tahun 2017. Dalam
dokumen disebutkan luas tanah milik kliennya yaitu 675 m2 dan saat ini sudah mulai ada
pembangunan. "Ini mau dibangun rumah huni," ujarnya. Sementara itu, Sukawi menjelaskan
dirinya sudah sejak tahun 1990-an memiliki 34 kapling tanah di sana. Saat itu, kata Sukawi,
belum ada perumahan mewah di lokasi itu. Tiga bidang tanah sempat mengalami dobel
sertifikat dengan indikasi tanah tumpang tindih. Proses hukum dilakukan dan Sukawi menang.
Kepala BPN (saat Sukawi masih Wali Kota Semarang) mengatakan, tanah bapak tumpuk, dia
bilang akan mengurusnya. Jangan, karena saya masih Wali Kota, tidak elok. Saya bilang pas
saya pensiun saja. Rumah sebelah sana ada tiga, sudah menang," jelasnya. Di lokasi keempat
ini, lanjut Sukawi, pihaknya terkejut karena tanah yang menurutnya sudah disertifikat
miliknya malah terdapat bangunan. Langkah hukum kembali dia tempuh. Dalam kesempatan
itu, Sukawi mengaku kecewa dengan pernyataan BPN dalam sidang yang mengatakan kalau
lahan yang jadi masalah saat ini bukan tanah tumpuk dan lahan miliknya bukan di lokasi
tersebut. Padahal, lanjutnya, pengukuran hingga sertifikat keluar merupakan kerja BPN
sendiri. "Saya kurang pas pada saat pegawai BPN justru menganulir pekerjaannya sendiri.
Boleh dikatakan kalau tumpuk ya tumpuk, tapi terus dikatakan dengan dalih lain, dia
menganulir pekerjaan sendiri," ujarnya. Saat ditanya apakah ada indikasi mafia tanah dalam
perkara tersebut, Sukawi mengatakan dirinya belum bisa menuduhkan itu karena belum ada
fakta valid yang bisa diungkap. "Kalau saya tidak akan tuduh gitu (mafia tanah) karena
belum punya fakta valid. Melihat (sertifikat)
yang lama kok malah dianggap tidak ada bukti ukur. Kan yang membuat mereka (BPN), yang
ukur mereka, yang simpan mereka," tandasnya.
Sumber:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5577558/begini-kelanjutan-kasus-dugaan-dobel-
sertifikat-tanah-eks-walkot-semarang.

Soal: Dari studi kasus diatas buatlah sebuah analisis hukum:


Bagaimanakah sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat terjadi?
Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah?

ANALISIS HUKUM YANG TERJADI PADA SENGKETA

PERTANAHAN ANTARA SUKAWI DAN TAN YANGKY TANUPUTRA

Bagaimanakah sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat terjadi ?

Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Sengketa Tanah dan Terjadinya Tumpang Tindih


Sertipikat Hak Milik Atas Tanah Di Kantor Pertanahan/ATR yaitu objek tanah tidak dikuasai
secara fisik oleh pemilik tanah sehingga di ambil alih oleh orang lain, batas tanah tidak
dipelihara dengan baik, pemilik tanah tidak mengetahui secara tepat letak tanahnya, adanya
sengketa warisan. Selain itu juga waktu dilakukan pengukuran atau penelitian dilapangan,
pemilik lainnya dengan sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas tanah
yang salah, dengan mendaftarkan kembali sertifikat yang sebenarnya sudah ada dengan
memanfaatkan kelemahan lembaga Badan Pertanahan Nasional(BPN).Undang-undang juga
mewajibkan kepada pemegang hak untuk mendaftarkan masing-masing tanahya.Pendaftaran
tanah merupakan persoalan yang sangat penting dalam UUPA, karena pendaftaran tanah
merupakan awal dari proses lahirnya sebuah bukti kepemilikan hak atas tanah.
Terkait pemberian kepastian dan perlindungan hukum bagi pemegang sah hak atas tanah
yang sudah mendaftarkan tanah haknya, sebagai tanda bukti hak diterbitkan sertipikat yang
merupakan salinan register. Disebutkan dalam Pasal 32 ayat (1) PP No.24 Tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah, yakni bahwa: “Sertipikat merupakan surat tanda bukti hak yang berlaku
sebagai alat pembuktian yang kuat mengenai data fisik dan yuridis yang termuat didalamnya,
sepanjang data fisik dan yuridis tersebut sesuai dengan data yang ada dalam surat ukur dan
buku tanah hak yang bersangkutan”
Didalam sistem hukum nasional demikian halnya dengan hukum tanah, maka harus
sejalan dengan konstitusi yang berlaku di negara kita yaitu Undang Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945. Pasal 33 ayat (3) Undang-undang Dasar Tahun1945, yang
menegaskan bahwa : “Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, yang
penguasaannya ditugaskan kepada Negara Republik Indonesia, harus dipergunakan untuk
sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.” Adalah sebagai dasar hukum politik pertanahan nasional
dengan satu tujuan yaitu untuk sebesar-besarnya bagi kemakmuran rakyat dengan mekanisme
penguasaan oleh negara yang kemudian dijabarkan lebih lanjut antara lain dalam pasal 1, 2, 3
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Undang-
undang Pokok Agraria).
Sertifikat merupakan alat bukti yang kuat dan autentik. Kekuatan sertifikat merupakan
jaminan kepastian hukum bagi pemegang sertifikat sebagai alat bukti yang sempurna sepanjang
tidak ada pihak lawan yang membuktikan sebaliknya. Sengketa yang berkaitan dengan
pertanahan salah satunya adalah sertifikat ganda. Sertifikat ganda artinya adalah adanya double
sertifikat atas satu tanah. Sertifikat ganda dapat disebabkan oleh berbagai hal salah satunya
adalah ketidaktauan jaksa dalam mengeluarkan sertifikat tanah padahal tidak dilakukan
pengecekan tanah itu sebelumnya juga bisa dikarenakan bahwa adanya pengajuan sertifikat yang
telat atas tanah yang dimiliki oleh seseorang sehingga orang lain mengertinya bahwa itu tanah
kosong yang kemudian dijual ke pihak lain. penyelesaian sengketa sertifikat ganda dapat
diselesaikan di peradilan tata usaha tinggi negeri.
Yurisprudensi Mahkamah Agung No. 5/Yur/2018: “Jika terdapat sertifikat ganda atas
tanah yang sama, di mana keduanya sama-sama otentik maka bukti hak yang paling kuat adalah
sertifikat hak yang terbit lebih dahulu. sertifikat ganda diselesaikan dengan melalui peradilan tata
usaha negara sehingga antara dua pemilik tanah yang memiliki sertifikat dihadapkan pada jaksa
pengadilan agar diputuskan.
Adanya Sertifikat Ganda Hak Atas Tanah adalah Menimbulkan Ketidakpastian hukum
karena terdapat lebih dari satu status hukum dalam satu bidang tanah, Kerugian kedua belah
pihak yang bersengketa terutama bagi pihak yang dinyatakan kalah dalam persidangan dan
Pembatalan atau pencabutan sertifikat. Penyelesaian sertifikat ganda dapat dilakukan melalui
pengadilan tata usaha negeri jika melalui mediasi tidak dapat terselesaikan. Pihak pertama yang
telah menerbitkan sertifikat maka diputuskan sebagai pemilik sah tanah dengan kekuatan hukum.
2). Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah ?

Sebagaimana pendaftaran tanah dalam Undang-undang Pokok Agraria menyatakan setiap


hak atas tanah harus didaftarkan. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah di Indonesia, dalam Pasal 1 ayat ( 1 ) yang berbunyi: Pendaftaran
tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Pemerintah secara terus menerus,
berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengelolaan, pembukuan, dan penyajian
serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-
bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang -
bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak-hak
tertentu yang membebaninya.
.Kegiatan pendaftaran tanah merupakan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dan berkesinambungan yang dilakukan oleh subjek hukum sebagai syarat untuk memperoleh
kepastian hukum atas tanah yang dimiliki. Dalam hal ini rakyat Indonesia tidak sepenuhnya
mengetahui akan proses dan ketentuan yang harus di penuhi untuk memperoleh pengakuan hak
atas tanah yang di kuasainya. Oleh sebab itu, rakyat Indonesia perlu mendapatkan bimbingan dan
pengetahuan serta cara- cara untuk memperoleh hak milik atas bidang tanah yang menjadi
haknya, juga manfaat dari pendaftaran tanah.
Pendaftaran tanah di Indonesia dilakukan oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN), yang
disahkan dengan Undang- undang Nomor 10 Tahun 2006. Sebagai instansi yang bertugas dan
berwenang untuk mendaftarkan tanah-tanah yang ada di Indonesia, BPN yang memiliki tugas
untuk mengelolah data Buku Tanah yang berisi daftar bidang-bidang tanah yang telah
didaftarkan, pada kenyataanya dalam masa pendaftaran tanah terjadi yang disebut dengan
sengketa tanah.
Sesuai dengan ketentuan Peraturan Pemerintah tentang jenis dan tarif atas jenis
penerimaan negara bukan pajak yang berlaku pada Badan Pertanahan Negara Republik Indonesia
( Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010 ).
Keterangan
1. Identitas diri;
2. Luas, letak dan penggunaan tanah yang di mohon;
3. Pernyataan tanah tidak sengketa;
4. Pernyataan tanah dikuasai secara fisik;
5. Pernyataan menguasai tanah tidak lebih dari 5 ( lima ) bidang untuk
permohonan rumah tinggal.

Sumber / referensi ;

A.P. Parlindungan, Pendaftaran Tanah di Indonesia ( Berdasarkan P.P.24 Tahun 1997)


dilengkapi Dengan Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akte Tanah ( P.P. 37 Tahun 1998), CV.
Mandar maju, Bandung, 1999, hal 70.

https://jdih.mahkamahagung.go.id/storage/uploads/produk_hukum/Yurisprudensi
%20Tahun%202018/1652410687_Yurisprudensi_2018.pdf

Andrian Sutedi, 2006, Peralihan Hak Atas Tanah dan Pendaftarannya, Sinar Grafika,
Jakarta

https://peraturanpedia.id/peraturan-menteri-negara-agraria-kepala-badan-pertanahan-
nasional-nomor-5-tahun-1999/

Manan. (2017). Penyelesaian Sengketa Hak Atas Tanah Melalui Pengadilan Tata Usaha
Negara. Unjmuh Jember.

BMP ADPU 4335 Administrasi Pertanahan halaman 3.1 s/d 3.58

https://persma.radenintan.ac.id/2020/12/17/pasal-33-ayat-3-tentang-agraria/

Elza Syarif, 2012, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan,
Gramedia, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai