Anda di halaman 1dari 3

TUGAS TUTORIAL KE-1

HUKUM AGRARIA
HKUM4211.139
Nama : ABDULLOH SA'BANI
NIM : 045123923
UPBJJ UT : YOGYAKARTA
Progam Studi : Ilmu Hukum S1

Capaian Pembelajaran :
Prosedur Administrasi Permohonan Hak Atas Tanah
Indikator :
Mahasiswa menjelaskan tentang Prosedur Administrasi Permohonan Hak Atas Tanah
berdasarkan Permendagri No. 5 Tahun 1973

Semarang - Jumat (21/5/2021)

Sidang gugatan mantan Wali Kota Semarang, Sukawi Sutarip, terhadap seorang pengusaha
terkait dugaan sertifikat tanah dobel masih berlanjut. Kedua belah pihak merasa sebagai pemilik
sah tanah tersebut. Seperti apa jalannya sidang? Persidangan digelar di lokasi lahan yang sudah
mulai dibangun oleh tergugat yaitu di daerah Bendan Ngisor. Di lokasi, majelis hakim dan pihak
penggugat, tergugat, dan turut tergugat dalam hal ini Badan Pertanahan Nasional (BPN)
menjalani sidang lapangan. Mereka melihat data-data dan melakukan pengukuran. Sukawi
Sutarip dan kuasa hukumnya tampak hadir di lokasi, sedangkan tergugat Tan Yangky Tanuputra
diwakilkan kuasa hukumnya. Dalam sidang lapangan itu pihak tergugat menyebut tanah milik
Sukawi bukan di lokasi tersebut, namun di sebelah selatan jalan. Sesuai yang diarahkan BPN
berdasarkan data obyek penggugat milik Pak Haji Sukawi dengan SHM nomor 712 tidak di sini,
melainkan di sebelah selatan jalan sehingga menurut kami BPN sudah tunjukkan ukuran
sebenarnya dan letaknya tidak di sini. Kami keberatan sekali karena dengan demikian penggugat
menunjukkan objek yang salah. Ini merugikan klien kami," kata kuasa hukum tergugat, Aryas
Adi Suyanto, di lokasi, Jumat (21/5/2021).

Ia menjelaskan kliennya membeli tanah itu dari developer perumahan tahun 2017. Dalam
dokumen disebutkan luas tanah milik kliennya yaitu 675 m2 dan saat ini sudah mulai ada
pembangunan. "Ini mau dibangun rumah huni," ujarnya. Sementara itu, Sukawi menjelaskan
dirinya sudah sejak tahun 1990-an memiliki 34 kapling tanah di sana. Saat itu, kata Sukawi,
belum ada perumahan mewah di lokasi itu. Tiga bidang tanah sempat mengalami dobel sertifikat
dengan indikasi tanah tumpang tindih. Proses hukum dilakukan dan Sukawi menang. Kepala
BPN (saat Sukawi masih Wali Kota Semarang) mengatakan, tanah bapak tumpuk, dia bilang
akan mengurusnya. Jangan, karena saya masih Wali Kota, tidak elok. Saya bilang pas saya
pensiun saja. Rumah sebelah sana ada tiga, sudah menang," jelasnya. Di lokasi keempat ini,
lanjut Sukawi, pihaknya terkejut karena tanah yang menurutnya sudah disertifikat miliknya
malah terdapat bangunan. Langkah hukum kembali dia tempuh. Dalam kesempatan itu, Sukawi
mengaku kecewa dengan pernyataan BPN dalam sidang yang mengatakan kalau lahan yang jadi
masalah saat ini bukan tanah tumpuk dan lahan miliknya bukan di lokasi tersebut.
Padahal,lanjutnya, pengukuran hingga sertifikat keluar merupakan kerja BPN sendiri. "Saya
kurang pas pada saat pegawai BPN justru menganulir pekerjaannya sendiri. Boleh dikatakan
kalau tumpuk ya tumpuk, tapi terus dikatakan dengan dalih lain, dia menganulir pekerjaan
sendiri," ujarnya. Saat ditanya apakah ada indikasi mafia tanah dalam perkara tersebut, Sukawi
mengatakan dirinya belum bisa menuduhkan itu karena belum ada fakta valid yang bisa
diungkap. "Kalau saya tidak akan tuduh gitu (mafia tanah) karena belum punya fakta valid.
Melihat (sertifikat) yang lama kok malah dianggap tidak ada bukti ukur. Kan yang membuat
mereka (BPN), yang ukur mereka, yang simpan mereka," tandasnya.

Sumber:
https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5577558/begini-kelanjutan-kasus-dugaan-dobel-
sertifikat-tanah-eks-walkot-semarang.

Soal : Dari studi kasus diatas buatlah sebuah analisis hukum :

Bagaimanakah sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra dapat terjadi?
Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah?

Jawaban :
1. Analisis hukum dari kasus di atas :
Sengketa terjadi karena kedua belah pihak merasa sebagai pemilik yang sah dari tanah
tersebut, ada beberapa factor yang menyebabkan tanah bersertipikat double, yaitu Pertama,
ketidak telitian dan ketidak cermatan petugas pertanahan dalam melakukan pengecekan dan
penelitian terhadap tanah yang dimohonkan. Seperti yang tertulis dalam artikel pihak
tergugat menyebut tanah milik Sukawi bukan di lokasi tersebut, namun di sebelah selatan
jalan. Sesuai yang diarahkan BPN berdasarkan data obyek penggugat milik Pak Haji
Sukawi dengan SHM nomor 712 tidak di sini, melainkan di sebelah selatan jalan sehingga
menurut kami BPN sudah tunjukkan ukuran sebenarnya dan letaknya tidak di sini. Kedua,
kesalahan dari pemilik tanah yang tidak memanfaatkan tanahnya dengan baik seperti
tertulis dalam artikel dalam penggunannya Dalam dokumen disebutkan luas tanah milik
kliennya yaitu 675 m2 dan saat ini sudah mulai ada pembangunan. "Ini mau dibangun
rumah huni," ujarnya. Sementara itu, Sukawi menjelaskan dirinya sudah sejak tahun 1990-
an memiliki 34 kapling tanah di sana. Ketiga, pada saat pengukuran pemohon dengan
sengaja atau tidak sengaja menunjukkan letak tanah dan batas tanah yang salah. Keempat,
adanya kesengajaan dari pemilik tanah untuk mendaftarkan kembali sertipikat yang
sebenarnya sudah ada. Kelima, tidak adanya basis data yang baik atau ketidaktelitian
Pejabat Kantor Pertanahan dalam menerbitkan sertipikat tanah. Keenam atau terakhir, data
tidak valid dan wilayah tersebut belum tersedia peta pendaftaran tanahnya. Sertikat ganda
umumnya terjadi pada tanah yang masih kosong atau belum dibangun.

2. Bagaimanakah sengketa pertanahan antara Sukawi dengan Tan Yangky Tanuputra


dapat terjadi ?
Sengketa pertanahan yang terjadi antara Pak Sukawi Sutartip melawan Pak Tan Yangky
Tanuputra muncul karena adanya sertifikat ganda pada suatu bidang tanah yang sama
dengan indikasi tumpang tindih. Pihak Pak Sukawi Sutartip sendiri mengkritisi hasil
pengukuran BPN atas sertifikat yang ia pakai dengan sikap mereka yang menganulir
pengukurannya sendiri dengan menerbitkan dua sertifikat berbeda atas 1 bidang tanah. Ada
dugaan mengarah ke mafia tanah namun Pak Sukawi Sutartip yang merupakan mantan
walikota menepis karena belum memegang bukti valid.

3. Bagaimana prosedur administrasi dalam permohonan hak atas tanah ?


Prosedur administrasi terkait permohonan hak atas tanah dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan dalam PP 24 Tahun 1997 yang jika dirangkum maka tahapannya berjalan sebagai
berikut:
1. Pendaftaran tanah (yang pertama kalinya).
2. Pemeliharaan pendaftaran tanah.
3. Peta dasar pendaftaran dibuatkan.
4. Batas-batas bidang tanah ditetapkan.
5. Pengukuran serta pemetaan bidang-bidang tanah untuk kemudian dibuatkan peta
pendaftaran.
6. Daftar tanah dibuatkan.
7. Surat ukur dibuatkan.
8. Pembuktian atas hak baru.

Apabila tahapan di atas sudah selesai maka selanjutnya, BPN atau Badan Pertanahan
Nasional RI akan melakukan pembukuan hak yang kemudian diproses hinga sertifikat
pendaftaran tanah terbit. Ketentuan di atas sesuai dengan aturan dari pasal 29 sampai 31
pada PP No. 24 Tahun 1997.

Anda mungkin juga menyukai