Antara :
Melawan
1. Ganda Wijaya .........…………….…….... Para Tergugat
2. Mulanta
3. Ronald. S
4. Roina. S
5. Mangasi
6. Wito Haryoto
7. Sainawa
8. Zubaidah
1
Baturaja, 03 Mei 2023
Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Baturaja
Up. Majelis Hakim Perkara No. 1/PDT.G/2023/PN.BTA
Di-
Baturaja
Dengan Hormat,
Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh Siswanto, dkk melalui kuasa hukum
Arif Awlan, SH, Joni Antoni, SH, MH, Yudhistira, SH, M.Kn Advokat/Pengacara
beralamat kantor di Perum baturaja Permai (hellindo) Blok T. No. 07 Baturaja OKU
Sumatera Selatan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 Desember 2023 dalam
perkara perdata dengan register nomor: 1/PDT.G/2023/PN BTA, tanggal 04 Januari
2023 di Pengadilan Negeri Baturaja, dengan ini Kami selaku Kuasa Turut Tergugat
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 43/SK K-300.5.16.01/I/2023 tanggal 16 Januari
2023 menyampaikan Jawaban sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Bahwa gugatan penggugat kabur (obscuur libel) karena hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa dalam gugatan tidak dijelaskan perbuatan melawan hukum seperti
apa yang dilakukan oleh Para Tergugat dan Turut Tergugat, Para Penggugat
hanya menjelaskan kronologi permohonan sertipikat atas tanah yang diklaim
sebagai miliknya seluas 12 Ha.
b. Bahwa Para Penggugat selain tidak menjelaskan perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Para Tergugat dan Turut Tergugat, dalam gugatannya
dalil dalil Para Penggugat lebih banyak ditujukan kepada Turut Tergugat
sedangkan sangat jelas terdapat perbedaan kedudukan antara Tergugat
dengan Turut Tergugat.
Dalam perkara ini Turut Tergugat sebagai pihak yang dikaitkan atau
dikutkan dalam permasalahan antara Para Penggugat dengan Para Tergugat
karena Turut Tergugat telah menerbitkan 8 (delapan) Sertipikat Hak Milik di
atas tanah obyek sengketa dan mnegembalikan berkas permohonan sertipikat
atas nama Para Penggugat;
Oleh karena hal-hal tersebut di atas mohon kiranya kepada Majelis Hakim yang
memeriksa perkara untuk menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijke Verklaard);
2
DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa Para Penggugat tidak menguasai secara fisik tanahnya yaitu dengan
mengolah, mengelola dan mengusahakan tanah. Berdasarkan surat sanggahan dari
BHP Law Firm (selaku kuasa dari KUD Minanga Ogan) tanggal 17 Maret 2021,
Nomor: 21/BHP.as/III/2021, Perihal: Sanggahan/Keberatan Atas Rencana
Proses Penerbitan Sertipikat Pada Tanah Yang Telah Bersertipikat Oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ulu, dalam surat tersebut menjelaskan
bahwa dalam bidang tanah tersebut terdapat tanam tumbuh berupa kebun kelapa
sawit produktif yang sudah bertahun-tahun diusahakan oleh KUD Minanga Ogan.
Bahwa terkait penguasaan fisik bidang tanah merujuk pada pasal 24 ayat 2
Peraturan Pemerintah 24 tahun 1997 yaitu terhadap penguasaan fisik tersebut
tidak pernah mendapatkan komplain atau gangguan atau gugatan dari pihak
manapun dan agar pemegang hak mengelola, mengurus dan memanfaatkan
tanahnya dengan tujuan agar tanah-tanah menjadi produktif dan memiliki nilai
ekonomi bagi pemegang hak dan bermanfaat bagi masyarakat umum. Hal ini juga
sejalan dengan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
3
Mengenai penyelesaian terhadap adanya sanggahan/keberatan dapat merujuk
pada pasal 26 dan 27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran;
4. Bahwa 8 Sertipikat Hak Milik yang menjadi obyek gugatan dalam perolehannya
diproses melalui kegiatan Konsolidasi Tanah dengan berpedoman pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi
Tanah Bab VI Penyelesaian Hak Atas Tanah Pasal 8 ayat 1 sampai dengan ayat 4
6. Bahwa terkait posita angka 8 dapat Turut Tergugat sampaikan bahwa peta bidang
tanah dibuat untuk keperluan pengumuman data fisik dan data yuridis. Peta
bidang tanah merupakan pemetaan dari hasil pengukuran batas-batas bidang
tanah dan bukanlah bukti kepemilikan seseorang atas suatu bidang tanah. Pada
bidang tanah yang telah dipetakan akan diberi nomor identifikasi tanah (NIB)
yang merupakan nomor urutan penyelesaian penetapan batas dan nomor
identifikasi bidang tanah (NIB) bukanlah nomor tanda pendaftaran hak. Bahwa
terkait hal tersebut merujuk pada Pasal 23 ayat 1 dan 4 dan pasal 31 ayat 1 dan 2
PMNA 3 Tahun 1997 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
4
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas dengan ini mohon kepada Yang Terhormat
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk memberikan putusan dengan
amarnya sebagai berikut :
DALAM EKSEPSI
1. Menolak Replik Para Penggugat
2. Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima;
Hormat kami,
Kuasa Turut Tergugat
5
6
Istilah Turut Tergugat, dapat ditemukan dalam kebiasaan praktik hukum acara
perdata, sebagaimana dimuat dalam Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung No: 201
K/SIP/1974 tertanggal 28 Januari 1986 yang mempunyai kaidah hukum: “Dalam
hukum acara perdata tidak dikenal pengertian turut penggugat, yang dikenal adalah
sebutan turut tergugat, yaitu orang-orang, bukan penggugat dan bukan pula
tergugat, akan tetapi demi lengkapnya pihak-pihak harus disertakan sekedar untuk
tunduk dan taat terhadap putusan pengadilan.”
Kemudian apakah mungkin jika Turut Tergugat dalam suatu perkara menggugat
ganti rugi terhadap Tergugat atas kerugian yang dideritanya (akibat dikalahkannya
Tergugat dalam suatu perkara), maka perlu dilihat terlebih dahulu substansi
kerugiannya.Sebab pada umumnya Turut Tergugat biasanya tidak turut
menanggung putusan yang bersifat penghukuman (condemnatoir), melainkan hanya
tunduk dan patuh atas putusan pengadilan tersebut, yang sesungguhnya hanya
berakibat langsung bagi pihak Tergugat.
Selain itu, Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung sudah menggariskan bahwa suatu
tuntutan ganti rugi haruslah diperinci untuk menghindari gugatan tidak dapat
diterima (niet on vankelijkverklaard).
Selanjutnya apakah Turut Tergugat dapat langsung mengajukan gugatan atau ia
harus menunggu proses perkara selesai? bahwa sebaiknya Turut Tergugat mengikuti
proses perkara utamanya terlebih dahulu sampai perkara tersebut berkekuatan
hukum tetap. Kemudian setelah itu, ia dapat mengajukan gugatan ganti
kerugiannya terhadap Tergugat. Hal ini penting agar Tergugat tidak menggunakan
tangkisan (eksepsi) litis pendentis, karena perkara utamanya belum selesai dan
untuk mencegah putusan yang saling bertentangan, sebagai alasan untuk
mengajukan peninjauan kembali (civil request).
Dalam hukum acara perdata yang tersebar dalam beberapa peraturan peninggalan
Belanda sudah cukup usang untuk digunakan. Meskipun Mahkamah Agung melalui
Peraturan Mahkamah Agung (Perma) dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
mencoba untuk menutupi kekosongan hukum yang ada, nampaknya upaya tersebut
belum cukup mengakomodir kepentingan pencari keadilan dalam perkara perdata
untuk memperoleh apa yang menjadi haknya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Sebagai contoh kecil yang kiranya masih relevan dengan pembahasan topik ini,
yaitu “eksistensi“ Turut Tergugat, yang menurut hemat saya tidak perlu ada istilah
tersebut, cukup istilah Penggugat dan Tergugat saja. Karena Penggugatlah yang
berhak menentukan pihak-pihak mana yang ia inginkan untuk dihukum pengadilan
membayar ganti kerugian (Vide: Putusan Mahkamah Agung No: 305 K SIP/1971
Tertanggal 16 Juni 1971).
Selain itu, dalam praktik, istilah Turut Tergugat juga seringkali dikaitkan dengan
eksepsi dari Tergugat mengenai gugatan Penggugat kurang pihak (exception
plurium litis consortium), yang menurut hemat saya juga sudah kurang relevan
dengan asas peradilan cepat, sederhana biaya ringan. Karena eksepsi gugatan
kurang pihak tersebut akan diputus pada putusan akhir (bukan dalam putusan sela).
Padahal Pasal 70 RV, yang pada waktu itu hanya berlaku untuk Golongan Eropa,
sudah memberikan solusi akan hal ini dengan konsep penanggungan (pemanggilan)
pihak ketiga untuk meminimalisir berlarut-larutnya pemeriksaan perkara perdata,
dengan tujuan agar kepastian hukum dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.