Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/

BADAN PERTANAHAN NASIONAL


KANTOR PERTANAHAN KAB. OGAN KOMERING ULU
PROVINSI SUMATERA SELATAN
Jalan Mayor Iskandar Nomor 1163 Baturaja email : kab-ogankomeringulu@atrbpn.go.id

Duplik Turut Tergugat Atas Replik Penggugat


Perkara Nomor : 1/Pdt.G/2023/PN Bta

Antara :

1. Siswanto ..........…………….……............... Sebagai Penggugat I


2. Robert Jeri Turnando …………….……............... Sebagai Penggugat II
3. Arianto …………….……..... Sebagai Penggugat III

Melawan
1. Ganda Wijaya .........…………….…….... Para Tergugat
2. Mulanta
3. Ronald. S
4. Roina. S
5. Mangasi
6. Wito Haryoto
7. Sainawa
8. Zubaidah

Kantor Pertanahan Kabupaten .........…………….…….... Turut Tergugat


Ogan Komering Ulu

1
Baturaja, 03 Mei 2023

Kepada Yth.
Ketua Pengadilan Negeri Baturaja
Up. Majelis Hakim Perkara No. 1/PDT.G/2023/PN.BTA
Di-
Baturaja

Dengan Hormat,
Sehubungan dengan gugatan yang diajukan oleh Siswanto, dkk melalui kuasa hukum
Arif Awlan, SH, Joni Antoni, SH, MH, Yudhistira, SH, M.Kn Advokat/Pengacara
beralamat kantor di Perum baturaja Permai (hellindo) Blok T. No. 07 Baturaja OKU
Sumatera Selatan berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 13 Desember 2023 dalam
perkara perdata dengan register nomor: 1/PDT.G/2023/PN BTA, tanggal 04 Januari
2023 di Pengadilan Negeri Baturaja, dengan ini Kami selaku Kuasa Turut Tergugat
berdasarkan Surat Kuasa Khusus Nomor 43/SK K-300.5.16.01/I/2023 tanggal 16 Januari
2023 menyampaikan Jawaban sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI

1. Bahwa gugatan penggugat kabur (obscuur libel) karena hal-hal sebagai berikut:
a. Bahwa dalam gugatan tidak dijelaskan perbuatan melawan hukum seperti
apa yang dilakukan oleh Para Tergugat dan Turut Tergugat, Para Penggugat
menjelaskan kronologi permohonan sertipikat atas tanah yang diklaim
sebagai miliknya seluas 12 Ha sampai dengan pengembalian berkas
permohonan sertipikat dari Turut Tergugat kepada Para Penggugat, dimana
pengembalian berkas Para Penggugat oleh Turut Tergugat karena adanya
suatu sebab tertentu dan tidak bertentangan dengan ketentuan peraturan.
b. Bahwa Para Penggugat selain tidak menjelaskan perbuatan melawan hukum
yang dilakukan oleh Para Tergugat dan Turut Tergugat, dalam gugatannya
dalil dalil Para Penggugat lebih banyak ditujukan kepada Turut Tergugat
sedangkan sangat jelas terdapat perbedaan kedudukan antara Tergugat
dengan Turut Tergugat. Tergugat merupakan orang yang ditarik ke muka
pengadilan karena ia dianggap melanggar hak seseorang atau beberapa orang
atau suatu badan hukum perdata.  Sedangkan turut tergugat dipergunakan
bagi orang-orang yang tidak menguasai barang sengketa atau tidak
berkewajiban untuk melakukan sesuatu, namun hanya demi lengkapnya
suatu gugatan harus diikutsertakan. Merujuk pada Yurisprudensi Mahkamah
Agung dalam Putusan Nomor 1642 K/Pdt/2005 sebagai berikut:
“dimasukkan sebagai pihak yang digugat atau minimal didudukkan sebagai
Turut Tergugat. Hal ini terjadi dikarenakan adanya keharusan para pihak

2
dalam gugatan harus lengkap sehingga tanpa menggugat yang lain-lain itu
maka subjek gugatan menjadi tidak lengkap.”

Dalam perkara ini Turut Tergugat sebagai pihak yang dikaitkan atau
dikutkan dalam permasalahan antara Para Penggugat dengan Para Tergugat
karena Turut Tergugat telah menerbitkan 8 (delapan) Sertipikat Hak Milik di
atas tanah obyek sengketa dan mnegembalikan berkas permohonan sertipikat
atas nama Para Penggugat;
Oleh karena hal-hal tersebut di atas mohon kiranya kepada Majelis Hakim yang
memeriksa perkara untuk menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat
diterima (Niet Onvankelijke Verklaard);

2. Bahwa Para Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum dengan obyek


sengketa atau bukanlah subyek hak atas tanah obyek sengketa. Bahwa 8
(delapan) sertipikat hak milik di atas tanah obyek sengketa diterbitkan melalui
kegiatan Konsolidasi Tanah yang dalam hal ini merupakan konsolidasi tanah PT.
Minanga Ogan. Dasar pelaksanaan kegiatan konsolidasi tanah adalah Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi
Tanah yang pada sala satunya yaitu pasal 1 ayat 1 dan 2 sebagai berikut:
Pasal 1
Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan :
(1) Konsolidasi Tanah adalah kebijakan pertanahan mengenai penataan
kembali penguasaan dan penggunaan tanah serta usaha pengadaan tanah
untuk kepentingan pembangunan, untuk meningkatkan kualitas lingkungan
dan pemeliharaan sumber daya alam dengan melibatkan partisipasi aktif
masyarakat.
(2) Peserta konsolidasi tanah adalah pemegang hak atas tanah atau
penggarap tanah negara obyek Konsolidasi Tanah.
(3) ...
Merujuk pada bunyi pasal 1 ayat 1 dan 2 disebutkan kegiatan konsolidasi tanah
melibatkan partisipasi aktif masyarakat dan peserta konsolidasi tanah adalah
pemegang hak atas tanah atau penggarap tanah negara obyek konsolidasi tanah.
Dalam hal ini berarti Para Tergugat merupakan bagian dari masyarakat yang ikut
berpartisipasi aktif pada kegiatan konsolidasi tanah yaitu dengan melepaskan hak
atas tanahnya kepada negara untuk ditetapkan sebagai obyek konsolidasi tanah,
selanjutnya hak atas tanah tersebut akan diberikan kepada para peserta
konsolidasi tanah berdasarkan penataan kapling yang telah disetujui oleh peserta
konsolidasi tanah. Hal ini Merujuk pada pada pasal 8 ayat 1 dan 2 Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi
Tanah disebutkan sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Untuk dapat dilaksanakan pengaturan penguasaan tanah dalam bentuk-
bentuk bidang tanah yang teratur, maka para peserta Konsolidasi Tanah
melepaskan hak atas tanahnya untuk selanjutnya ditetapkan sebagai obyek

3
Konsolidasi Tanah oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional atas usul
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat melalui
Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
(2) Hak atas tanah obyek Konsolidasi Tanah diberikan kepada para peserta
Konsolidasi Tanah sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui
oleh para peserta Konsolidasi Tanah.
Bersesuaian dengan surat sanggahan dari BHP Law Firm (selaku kuasa dari
KUD Minanga Ogan) tanggal 17 Maret 2021, Nomor: 21/BHP.as/III/2021,
Perihal: Sanggahan/Keberatan Atas Rencana Proses Penerbitan Sertipikat Pada
Tanah Yang Telah Bersertipikat Oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan
Komering Ulu, menjelaskan alasan sanggahan/keberatannya bahwa dalam bidang
tanah terdapat tanam tumbuh berupa kebun kelapa sawit produktif yang bertahun
tahun diusahakan oleh KUD Minanga Ogan dan menjelaskan bahwa sertipikat
hak milik di atas tanah obyek sengketa adalah milik anggota KUD Minanga
Ogan. Oleh karena Para Penggugat tidak mempunyai hubungan hukum dengan
obyek sengketa mohon kiranya kepada Majelis Hakim yang memeriksa perkara
untuk menyatakan gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima (Niet
Onvankelijke Verklaard);

DALAM POKOK PERKARA

1. Bahwa Para Penggugat tidak menguasai secara fisik tanahnya yaitu dengan
mengolah, mengelola dan mengusahakan tanah. Berdasarkan surat sanggahan dari
BHP Law Firm (selaku kuasa dari KUD Minanga Ogan) tanggal 17 Maret 2021,
Nomor: 21/BHP.as/III/2021, Perihal: Sanggahan/Keberatan Atas Rencana
Proses Penerbitan Sertipikat Pada Tanah Yang Telah Bersertipikat Oleh Kantor
Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ulu, dalam surat tersebut menjelaskan
bahwa dalam bidang tanah tersebut terdapat tanam tumbuh berupa kebun kelapa
sawit produktif yang sudah bertahun-tahun diusahakan oleh KUD Minanga
Ogan. Bahwa terkait penguasaan fisik bidang tanah merujuk pada pasal 24 ayat 2
Peraturan Pemerintah 24 tahun 1997 yaitu terhadap penguasaan fisik tersebut
tidak pernah mendapatkan komplain atau gangguan atau gugatan dari pihak
manapun dan agar pemegang hak mengelola, mengurus dan memanfaatkan
tanahnya dengan tujuan agar tanah-tanah menjadi produktif dan memiliki nilai
ekonomi bagi pemegang hak dan bermanfaat bagi masyarakat umum. Hal ini juga
sejalan dengan pasal 10 ayat 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960, yaitu:
Pasal 10
1) Setiap orang dan badan hukum yang mempunyai sesuatu hak atas tanah
pertanian pada azasnya diwajibkan mengerjakan atau mengusahakannya
sendiri secara aktif, dengan mencegah cara-cara pemerasan.

4
Bahwa lebih lanjut berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor. 329/
K/SIP/1957 tanggal 24 September 1958 menegaskan “ orang yang membiarkan
saja tanah menjadi haknya selama 18 (delapan belas ) tahun dikuasai oleh or
ang lain dianggap telah melepaskan hak atas tanah tersebut (rechtsverwerki
ng)”Kaidah hukum dari Yurisprudensi di atas menguatkan posisi hukum tindakan
penguasaan fisik selama bertahun-tahun, dapat disimpulkan sebagai berikut: 
• Pemegang hak yang tidak menguasai fisik selama bertahun-tahun dianggap tel
ah meninggalkan haknya;
• Pemegang hak yang tidak menguasai fisik selama bertahun-tahun dianggap tel
ah melepaskan hak atas tanah;
• Penguasaan fisik tanah selama bertahun-tahun dianggap telah memperoleh hak
milik;
• Penguasaan fisik secara jujur harus dilindungi oleh hukum;
Aturan hukum tersebut dapat dijadikan dasar bagi Negara untuk memberikan hak-
hak baru kepada pihak yang melakukan penguasaan fisik secara jujur;

2. Bahwa dalam gugatannya Para Penggugat menjelaskan kronologi permohonan


penerbitan sertipikat atas tanah yang diklaim sebagai milik mereka sampai
dengan pengembalian berkas dari Turut Tergugat kepada Para Penggugat.
Sehingga pada kesempatan ini dapat Kami sampaikan kronologi pengembalian
berkas tersebut:
a. Bahwa pada tanggal 31 Agustus 2020 telah diterima Permohonan
Pengukuran dari Penggugat II bertindak untuk dirinya sendiri dan kuasa
Penggugat I dan Penggugat III ( 5 berkas permohonan);
b. Setelah mendaftar dan mambayar biaya PNBP, pada tanggal 13 Oktober
2020 dilaksanakan Pengukuran oleh petugas ukur pada lima bidang tanah
tersebut dengan disaksikan Pemerintah Desa setempat dan saksi batas,
Setelah itu dilaksanakan pemetaan dan dibuatkan peta bidang tanah, peta
bidang tanah tersebut kemudian diserahkan ke Seksi Penetapan Hak dan
Pendaftaran untuk tahapan selanjutnya yaitu proses pemberian hak;
c. Pada Tanggal 30 November 2020 Penggugat II mendaftarkan 5 berkasnya
untuk proses Panitia Pemeriksaan Tanah ‘A’ (Permohonan SK Pemberian
Hak Milik Perorangan) dan telah membayar biaya PNBP kemudian berkas
di disposisi ke Seksi Penetapan Hak dan Pendaftaran yang selanjutnya untuk
dijadwalkan Pemeriksaan oleh Panitia “A”;
d. Pada bulan Januari 2021 berkas Permohonan tersebut dipelajari lebih lanjut,
baik secara Yuridis maupun Fisik oleh Panitia “A” dengan mengumpulkan
informasi selengkapnya, diketahui bahwa diatas bidang tanah tersebut sudah
terdaftar atas nama orang lain, (5 berkas) didisposisi kembali oleh Panitia
“A” ke Seksi Survey dan Pemetaan untuk diteliti ulang. Hasil penelitian
ulang adalah bidang tanah yang di klaim sebagai milik Para Penggugat, dkk
telah terdaftar dengan sertipikat hak milik anggota KUD Minanga Ogan,
sehingga berkas permohonan hak a.n Para Penggugat tidak dapat diproses
lebih lanjut ke tahap Pemberian Hak;

5
e. Pada tanggal 7 Maret 2021, Penggugat II datang ke Kantor Pertanahan dan
menemui Kepala Kantor dan Kasi Penetapan Hak dan Pendafataran dengan
tujuan agar berkas permohonan haknya tetap dilanjutkan, selanjutnya
diberikan solusi untuk memasang Spanduk Pengumuman. Selanjutnya Pada
tanggal 9 Maret 2021 Banner Pengumuman dipasang oleh petugas dari
Kantor Pertanahan yang disaksikan Penggugat II;
f. Pada tanggal 18 Maret 2021 terdapat surat sanggahan dari KUD Minanga
Ogan melalui Pengacaranya dari BHP Law Firm yang intinya mengajukan
keberatan di sertakan alat bukti berupa photocopy sertipikat hak milik atas
bidang tanah tersebut, masih di bulan maret Pihak KUD Minanga Ogan ke
Kantor Pertanahan Kabupaten Ogan Komering Ulu untuk menyampaikan
keberatanya secara langsung;
g. Pada tanggal 08 April 2021, Penggugat II kembali datang ke kantor
pertanahan dengan keperluan menanyakan berkasnya, kemudian
disampaikan bahwa terdapat sanggahan terhadap permohonannya sehingga
proses pemberian SK Hak tidak dapat dilanjutkan dan berkas akan
dikembalikan, tetapi yang bersangkutan tidak bersedia untuk menerima
pengembalian berkas dan menanyakan solusinya, maka Kepala Kantor
memberikan solusi sebagai berikut:
• Negosiasi atau Musyawarah untuk mencapai sepakat agar Pihak Pemilik
Sertipikat mau melepaskan Tanah Ke Negara;
• Atau gugat melalui Pengadilan;
h. Bahwa mengingat Penggugat II tidak mau menerima pengembalian berkas
secara langsung, setelah beberapa kali disampaikan, akhirnya pengembalian
berkas di lakukan melalui jasa pengiriman JNE;

3. Bahwa terdapat 2 (dua) sebab pengembalian berkas permohonan sertipikat Para


Penggugat sebagai berikut:
a. Bahwa di atas tanah yang diklaim oleh Para Penggugat telah terdapat
sertipikat hak milik yang terdaftar atas nama terdaftar Para Tergugat, yaitu
sebagai berikut:
1) Sertipikat Hak Milik Nomor 165/ Gunung Meraksa a.n Ganda Wijaya;
2) Sertipikat Hak Milik Nomor 164/ Gunung Meraksa a.n Mulanta;
3) Sertipikat Hak Milik Nomor 179/ Gunung Meraksa a.n Ronald S;
4) Sertipikat Hak Milik Nomor 166/ Gunung Meraksa a.n Roina S;
5) Sertipikat Hak Milik Nomor 167/ Gunung Meraksa a.n Mangasi;
6) Sertipikat Hak Milik Nomor 529/ Gunung Meraksa a.n Wito Haryoto;
7) Sertipikat Hak Milik Nomor 530/ Gunung Meraksa a.n Sainawa;
8) Sertipikat Hak Milik Nomor 528/Gunung Meraksa a.n Zubaidah;

b. Bahwa terhadap permohonan sertipikat Para Pengggugat terdapat


sanggahan/ keberatan dari KUD Minanga Ogan melalui kuasa hukumnya
BHP Law Firm, surat tanggal 17 Maret 2021, Nomor: 21/BHP.as/III/2021,
Perihal: Sanggahan/Keberatan Atas Rencana Proses Penerbitan Sertipikat

6
Pada Tanah Yang Telah Bersertipikat Oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Ogan Komering Ulu;
Mengenai penyelesaian terhadap adanya sanggahan/keberatan dapat merujuk
pada pasal 26 dan 27 Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran;

4. Bahwa 8 Sertipikat Hak Milik yang menjadi obyek gugatan dalam perolehannya
diproses melalui kegiatan Konsolidasi Tanah dengan berpedoman pada Peraturan
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor : 4 Tahun 1991 Tentang Konsolidasi
Tanah Bab VI Penyelesaian Hak Atas Tanah Pasal 8 ayat 1 sampai dengan ayat 4
sebagai berikut:
Pasal 8
(1) Untuk dapat dilaksanakan pengaturan penguasaan tanah dalam bentuk-
bentuk bidang tanah yang teratur, maka para peserta Konsolidasi Tanah
melepaskan hak atas tanahnya untuk selanjutnya ditetapkan sebagai obyek
Konsolidasi Tanah oleh Kepala Badan Pertanahan Nasional atas usul
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya setempat melalui Kepala
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Propinsi.
(2) Hak atas tanah obyek Konsolidasi Tanah diberikan kepada para peserta
Konsolidasi Tanah sesuai dengan rencana penataan kapling yang disetujui
oleh para peserta Konsolidasi Tanah.
(3) Pemberian hak atas tanah sebagaimana dimaksud ayat (2) dilaksanakan
secara kolektip sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.
(4) Peserta Konsolidasi Tanah sebagaimana dimaksud ayat (2) yang semula
menguasai tanah obyek Konsolidasi Tanah dengan sesuai hak menurut
ketentuan Undang-undang Pokok Agraria, baik telah bersertipikat maupun
belum, dibebaskan dari kewajiban membayar uang pemasukan kepada
Negara dan hanya diwajibkan membayar biaya administrasi dan biaya
pendaftaran tanah berdasarkan Keputusan Menteri Dalam Negeri No.220
Tahun 1981 tentang Besarnya Pungutan Biaya Dalam Rangka Pemberian
Sertipikat Hak Tanah Yang Berasal Dari Pemberian Hak Atas Tanah
Negara, Penegasan Hak Tanah Adat dan Konversi Bekas Hak Tanah Adat,
yang menjadi obyek Proyek Operasi Nasional Agraria.
Merujuk pada pasal 8 ayat 1 sampai dengan 4 tersebut maka untuk dapat
dilaksanakan pengaturan penguasaan tanah dalam bentuk bidang tanah yang
teratur maka para peserta akan melepaskan hak atas tanahnya yang akan
ditetapkan sebagai objek Konsolidasi tanah. Selanjutnya Hak atas tanah diberikan
kepada para peserta Konsolidasi tanah sesuai rencana penataan kapling yang
disetujui oleh para peserta Konsolidasi untuk selanjutnya dilaksanakan
pemberian hak atas tanah secara kolektif sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku;

5.Bahwa terkait posita angka 4 tidak benar , faktanya Turut Tergugat belum pernah
melaksanakan kegiatan pemeriksaan tanah oleh panitia pemeriksaan Tanah A

7
dalam rangka pemberian hak atas. Bahwa sebagaimana dijelaskan pada angka 3
pada Jawaban ini kegiatan ke lapangan dalam rangka pengukuran bidang tanah.
Para Penggugat juga telah membuat kesimpulan sendiri bahwa dalam bidang
tanah obyek sengketa tidak terdapat sertipikat hak milik atau suatu tanda bukti
hak yang telah dikeluarkan oleh Turut Tergugat tanpa disertai dengan bukti yang
mendukung;

6.Bahwa terkait posita angka 8 dapat Turut Tergugat sampaikan bahwa peta bidang
tanah dibuat untuk keperluan pengumuman data fisik dan data yuridis. Peta
bidang tanah merupakan pemetaan dari hasil pengukuran batas-batas bidang
tanah dan bukanlah bukti kepemilikan seseorang atas suatu bidang tanah. Pada
bidang tanah yang telah dipetakan akan diberi nomor identifikasi tanah (NIB)
yang merupakan nomor urutan penyelesaian penetapan batas dan nomor
identifikasi bidang tanah (NIB) bukanlah nomor tanda pendaftaran hak. Bahwa
terkait hal tersebut merujuk pada Pasal 23 ayat 1 dan 4 dan pasal 31 ayat 1 dan
2 PMNA 3 Tahun 1997 Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah sebagai
berikut:
Pasal 23
(1)Setiap bidang tanah yang sudah ditetapkan batas-batasnya baik dalam
pendaftaran tanah secara sistematik maupun sporadik diberi Nomor
Identifikasi Bidang Tanah (NIB)
(2) ...
(3) ...
(4) Nomor bidang tanah dalam pendaftaran tanah secara sporadik merupakan
nomor yang diberikan secara berurutan sesuai dengan urutan penyelesaian
penetapan batas.

Pasal 31
(1) Untuk keperluan pengumuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 ayat
(1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997, dibuat peta bidang-
bidang tanah.
(2) Peta bidang-bidang tanah dibuat dengan memetakan hasil pengukuran
batas-batas bidang tanah pada lembaran peta bidang-bidang tanah, atau
dengan mengutip batas batas bidang tanah yang telah diidentifikasi dan
ditetapkan batasnya oleh Panitia Ajudikasi, apabila peta dasar yang
tersedia berupa peta foto.

7.Bahwa benar Para Penggugat mengajukan gugatan permohonan pembatalan


sertipikat kepada Turut Tergugat ke Pengadilan Tata Usaha Negara Palembang
dengan Nomor Perkara 46/G/2021/PTUN.PLG dan sudah ada putusan sampai
dengan tingkat kasasi. Pada saat ini Turut Tergugat telah melakukan upaya
hukum Peninjauan Kembali terhadap putusan perkara tersebut;

8
Berdasarkan dalil-dalil tersebut di atas dengan ini mohon kepada Yang Terhormat
Majelis Hakim yang memeriksa perkara ini untuk memberikan putusan dengan
amarnya sebagai berikut :

DALAM EKSEPSI
1. Menolak Replik Para Penggugat
2. Menyatakan Gugatan Para Penggugat tidak dapat diterima;

DALAM POKOK PERKARA


1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan
gugatan Penggugat tidak diterima (Niet Onvankelijke Verklaard);
2. Menyatakan Turut Tergugat tidak melakukan perbuatan melawan hukum;
3. Menyatakan sah dan berkekuatan hukum 8 Sertipikat Hak Milik sebagai berikut:
a. Sertipikat Hak Milik Nomor 165/ Gunung Meraksa a.n Ganda Wijaya;
b. Sertipikat Hak Milik Nomor 164/ Gunung Meraksa a.n Mulanta;
c. Sertipikat Hak Milik Nomor 179/ Gunung Meraksa a.n Ronald S;
d. Sertipikat Hak Milik Nomor 166/ Gunung Meraksa a.n Roina S;
e. Sertipikat Hak Milik Nomor 167/ Gunung Meraksa a.n Mangasi;
f. Sertipikat Hak Milik Nomor 529/ Gunung Meraksa a.n Wito Haryoto;
g. Sertipikat Hak Milik Nomor 530/ Gunung Meraksa a.n Sainawa;
h. Sertipikat Hak Milik Nomor 528/Gunung Meraksa a.n Zubaidah;
4. Menghukum Penggugat untuk membayar seluruh biaya perkara ini sesuai dengan
ketentuan.

Apabila Majelis Hakim Yang Terhormat kiranya berpendapat lain, maka


Tergugat mohon untuk memutus perkara ini dengan seadil-adilnya (Ex Aequo et Bono).

Demikian Jawaban dari Turut Tergugat, atas perhatian dan pertimbangan


Majelis Hakim Yang Terhormat diucapkan terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Turut Tergugat

1. Sri Wahyuni, S.ST …………..………………..

2. Nieko Riezko Yunitrioyansyah, SH .……………………………

3. Rosy Indah Yulia .……………………………

9
Istilah Turut Tergugat, dapat ditemukan dalam kebiasaan praktik hukum acara
perdata, sebagaimana dimuat dalam Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung No: 201
K/SIP/1974 tertanggal 28 Januari 1986 yang mempunyai kaidah hukum: “Dalam
hukum acara perdata tidak dikenal pengertian turut penggugat, yang dikenal adalah

1
0
sebutan turut tergugat, yaitu orang-orang, bukan penggugat dan bukan pula
tergugat, akan tetapi demi lengkapnya pihak-pihak harus disertakan sekedar untuk
tunduk dan taat terhadap putusan pengadilan.”
Kemudian apakah mungkin jika Turut Tergugat dalam suatu perkara menggugat
ganti rugi terhadap Tergugat atas kerugian yang dideritanya (akibat dikalahkannya
Tergugat dalam suatu perkara), maka perlu dilihat terlebih dahulu substansi
kerugiannya.Sebab pada umumnya Turut Tergugat biasanya tidak turut
menanggung putusan yang bersifat penghukuman (condemnatoir), melainkan hanya
tunduk dan patuh atas putusan pengadilan tersebut, yang sesungguhnya hanya
berakibat langsung bagi pihak Tergugat.
Selain itu, Yurisprudensi Tetap Mahkamah Agung sudah menggariskan bahwa suatu
tuntutan ganti rugi haruslah diperinci untuk menghindari gugatan tidak dapat
diterima (niet on vankelijkverklaard).
Selanjutnya apakah Turut Tergugat dapat langsung mengajukan gugatan atau ia
harus menunggu proses perkara selesai? bahwa sebaiknya Turut Tergugat mengikuti
proses perkara utamanya terlebih dahulu sampai perkara tersebut berkekuatan
hukum tetap. Kemudian setelah itu, ia dapat mengajukan gugatan ganti
kerugiannya terhadap Tergugat. Hal ini penting agar Tergugat tidak menggunakan
tangkisan (eksepsi) litis pendentis, karena perkara utamanya belum selesai dan
untuk mencegah putusan yang saling bertentangan, sebagai alasan untuk
mengajukan peninjauan kembali (civil request).
Dalam hukum acara perdata yang tersebar dalam beberapa peraturan peninggalan
Belanda sudah cukup usang untuk digunakan. Meskipun Mahkamah Agung melalui
Peraturan Mahkamah Agung (Perma) dan Surat Edaran Mahkamah Agung (SEMA)
mencoba untuk menutupi kekosongan hukum yang ada, nampaknya upaya tersebut
belum cukup mengakomodir kepentingan pencari keadilan dalam perkara perdata
untuk memperoleh apa yang menjadi haknya dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.
Sebagai contoh kecil yang kiranya masih relevan dengan pembahasan topik ini,
yaitu “eksistensi“ Turut Tergugat, yang menurut hemat saya tidak perlu ada istilah
tersebut, cukup istilah Penggugat dan Tergugat saja. Karena Penggugatlah yang
berhak menentukan pihak-pihak mana yang ia inginkan untuk dihukum pengadilan
membayar ganti kerugian (Vide: Putusan Mahkamah Agung No: 305 K SIP/1971
Tertanggal 16 Juni 1971).
Selain itu, dalam praktik, istilah Turut Tergugat juga seringkali dikaitkan dengan
eksepsi dari Tergugat mengenai gugatan Penggugat kurang pihak (exception
plurium litis consortium), yang menurut hemat saya juga sudah kurang relevan
dengan asas peradilan cepat, sederhana biaya ringan. Karena eksepsi gugatan
kurang pihak tersebut akan diputus pada putusan akhir (bukan dalam putusan sela).
Padahal Pasal 70 RV, yang pada waktu itu hanya berlaku untuk Golongan Eropa,
sudah memberikan solusi akan hal ini dengan konsep penanggungan (pemanggilan)
pihak ketiga untuk meminimalisir berlarut-larutnya pemeriksaan perkara perdata,
dengan tujuan agar kepastian hukum dapat dicapai dalam waktu yang sesingkat-
singkatnya.

1
1

Anda mungkin juga menyukai