Anda di halaman 1dari 4

TUGAS

HUKUM ACARA PTUN

TENTANG
“SIKAP BADAN TUN YANG MENJADI SENGKETA TUN ”

Disusun oleh:
Fitra Yudistiya Wirawan (D1A118080)
Gilang Ramadhan (D1A118087)
Harun M Nasir (D1A118095)

UNIVERSITAS MATARAM
FAKULTAS HUKUM
2020
PEMBAHASAN

Sikap badan tata usaha negara yang dapat menjadi suatu sengketa tata usaha negara
sebagaimana diataur dalam pasal 3 ayat (1),dan ayat (2) uu no.5 tahun 1986 tentang peradilan
tata usaha negara.

 Pasal 3 ayat (1) “Apabila badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan
keputusan, sedangkan hal itu menjadi kewajibannya, maka hal tersebut disamakan dengan
keputusan tata usaha negara”.

 Pasal 3 ayat (2) “Jika suatu badan atau pejabat tata usaha negara tidak mengeluarkan
keputusan yang dimohon, sedangkan jangka waktu sebagaimana ditentutkan data
peraturan perundang-undangan dimaksud telah lewat, maka badan atau pejabat tata usaha
negara tersebut dianggap telah menolak mengeluarkan keuputusan yang dimaksud”.

Disamakan dengan keputusan tata usaha negara maksudnya yaitu suatu penetapan
tertulis yang dikeluarkan oleh badan atau pejabat tata usaha negara yang berisi tindakan
hukum tata usaha negara yang berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku,
yang bersifat konkret, individual, dan final, yang menimbulkan akibat hukum bagi
seseorang atau badan hukum perdata.

Jadi dalam hal ini pemahaman bahwa badan atau pejabat tata usaha negara telah
menolak suatu permohonan dari seseorang atau badan hukum perdata untuk mendapatkan
suatu keputusan dari badan atau pejabat tata usaha negara yang dimana merupakan
kewajibannya. Istilah menolak disini mengandung arti bahwa badan atau pejabat tata
usaha negara telah bersikap diam dan tidak melaksanakan kewajibannya untuk
mengeluarkan suatu keputusan. Dengan dasar penolakan dan sikap diam tersebut, maka
seseorang atau badan hukum perdata dapat mengajukan gugatan ke PTUN untuk
menyatakan keputusan yang dimohonkan seharusnya diterima.

o Contoh kasus yaitu BPN digugat Fiktif Negatif di PTUN

Keputusan Tata usaha Negara yang bersifat Fiktif Negatif berupa penolakan
Tergugat (Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor) untuk menerbitkan Sertifikat Hak
Milik atas tanah milik adat Girik C No. 3608 Persil 108 D.I., atas nama Penggugat (Drs.
Maruap Siahaan), seluas 3.100 M2, yang terletak di Desa Curug, Kecamatan Gunung
Sindur, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, sesuai dengan permohonan sertifikat hak
yang diterima oleh Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor pada tanggal 13 Juli 2009,
sebagaimana termuat dalam Tanda Terima Dokumen Nomor Berkas Permohonan
38085/2009 tertanggal 13 Juli 2009.

Pada tahun 2009, Penggugat mengajukan Permohonan Sertifikat Hak Milik kepada
Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor. Pada tanggal 15 Juli 2009, Penggugat membayar
biaya pengukuran tanah girik sebesar yang ditetapkan oleh Kantor Pertanahan Kabupaten
Bogor yaitu Rp.580.500,- dan mendapat tanda bukti pembayaran No. DI. 306 :
37854/2009 tertanggal 15 Juli 2009. Penggugat selaku pemilik tanah girik dan yang
menguasai secara fisik tanah girik, selalu setia membayar Pajak Bumi dan Bangunan,
antara lain PBB tahun 2009, 2010, 2011 dan 2012 dengan Nomor SPPT
32.03.220.006.008-0017.0 .

Karena tidak pernah ada jawaban dari Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor
terhadap permohonan penggugat, maka penggugat meberi kuasa khusus kepada bapak
Robert Parahum Siahaan SH, pada tanggal 27 februari 2013 bapak Robert mengirim surat
yang pertama kepada kepala kantor pertananhan kabupaten bogor untuk menyakan tindak
lanjut dari permohonan sertifikat tersebut. Tindakan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten
Bogor yang tidak menerbitkan Sertifikat Hak Milik atas tanah girik dan membiarkan
permasalahan ini mengambang, jelas-jelas sangat merugikan Penggugat yang telah
membeli tanah girik seharga Rp. 111.600.000,- (seratus sebelas juta enam ratus ribu
rupiah) dari Sdr. Darwih pada tanggal 2009 dan Penggugat tidak bisa menggunakan tanah
girik untuk keperluan usaha.

karena tindakan Tergugat tidak menerbitkan Sertifikat Hak Milik atas tanah girik
merupakan tindakan yang bertentangan dengan peraturan perundangan yang berlaku dan
melanggar asas-asas umum pemerintahan yang baik maka menurut hukum Sertifikat Hak
Milik atas tanah girik tersebut harus diterbitkan. Gugatan ini diajukan kepada Pengadilan
tata Usaha Negara yang berwenang

 Dalam hal ini Kepala Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Bogor sebagai tergugat
telah melanggar ketentuan pasal 3 ayat 1 uu no.5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha
negara karena tidak mengeluarkan keputusan yang merupakan kewajibannya, serta pasal
3 ayat 2 uu no.5 tahun 1986 tentang peradilan tata usaha negara kareana tergugat dalam
kasus ini tetap tidak mengeluarkan keputusan dalam waktu tertentu padahal telah diminta
permohonan oleh kuassa hukum khusus penggugat.

Drs. Maruap Siahaan selaku penggugat disini meresa dirugikan karena tergugat yang
tidak memberikan jawaban tertulis, akibat dari ketentuan yang dilanggar tersebut maka
Penggugat mohon kepada Ketua Pengadilan tata Usaha Negara Bandung untuk
menjatuhkan putusan untuk Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya dan
menghukum Tergugat untuk membayar segala biaya yang timbul dalam perkara ini.

Anda mungkin juga menyukai