Anda di halaman 1dari 8

TUGAS MATAKULIAH PRAKTIK PERADILAN

TATA USAHA NEGARA

KELOMPOK 8

KELAS B

NAMA ANGGOTA KELOMPOK:

1. IBRANI TARIGAN ............................................... 180710101425


2. RAISA RAHMAH ZAFIRAH .............................. 180710101440
3. AHMAD SYAUQY ............................................... 180710101451
4. AMELIA MEYNANDA P ..................................... 180710101452
5. MOHOMMAD REYNALDI A. ............................ 180710101453
6. ATIKA RANI DYAH S. ....................................... 180710101470
7. MUHAMMAD ROFIH A. ................................... 180710101472
8. ARNETHA WAHYUNINDYA W. ...................... 180710101475
9. SELVI OKTAVIA R. ........................................... 180710101480
10. FAIZATUSH SHIDQIYAH .................................. 190710101276

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSUTAS JEMBER

2021
1. Apakah terdapat kepentingan Penggugat yang dirugikan oleh terbitnya objek
sengketa?
JAWAB:
Iya, dalam kasusu a quo terdapat kepentingan Penggugat yang dirugikan. Berdasarkan
kasus posisi diatas Sandinoya yang merupakan Penggugat merupakan pemilik sah banguan
ruko berdasarkan Surat Perjanjian jual beli pada tahun 2010 dengan Roy Siregar (Tergugat)
diatas sertifikat HGB NO. 007 tahun 2015 atas nama PT. Untung-Rugi yang sertifikat HGB
atas nama PT Untung- Rugi telah berakhir haknya pada tanggal 9 Januari 2018.
Tanpa sepengetahuan tergugat PT Untung-Rugi telah memperpanjang HGB tersebut
dengan nomor 009 tahun 2019. sehingga Pada tanggal 7 April 2018 penggugat menerima
surat teguran dari PT Untung-Rugi intinya memerintahkan Penggugat untuk mengosongkan
lahan serta membongkar bangunan rukonya. Penggugat menyatakan bahwa perpanjangan
HGB baru diketahui Penggugat pada tanggal 11 Maret. Penggugat menyatakan hahwa
tindalan PT Untung rugi telah merugikan hak Penggugat dan bertentangan dengan hukum
yang telah menerbitkan perpanjangan HGB tersebut. Perbuatan PT Untung Rugi (Tergugat)
bertentangan dengan pasal 27 ayat (1) PP No 4 tahun 1996 tentang HGU, karena dalam kasus
a quo Permohonan pembaruan hak lama yakni sertifikat HGB Nomor 007 atas nama PT
Untung- Rugi diajukan tergugat pada tanggal 12 Novembemr 2018, sehingga telah lewat
waktu. Selain itu kasus a quo telah melanggar ketentuan PP No 24 tahun 1997 tentang
pendaftaran tanah , karena penggugat sebagai pihak yang berkepentingan tidak dilibatkan
dalam penetapan batas bidang tanah pendaftaran objek sengketa. Dalam ini alasan gugutan
Penggugat telah sesuai dengan Pasal 53 ayat (2) UU No 9 tahun 2004 yang menyatakan
Keputusan Tata Usaha Negara dlam hal ini penerbitan objek sengketa yang digguta
bertentanga dengan peraturan perundang- undnagan. Maka jelas terdapat kepentingan
Penggugat yang dirugikan dalam penerbitan objek sengketa kasus a quo yang menyebabkan
hilangnya hak hak hukum penggugat berupa lahan diatas sertif HGB Nomor 007

2. Atas dasar apa penggugat mempersoalkan objek sengketa tersebut?


Jawab:

Dasar penggugat mempersoalkan objek sengketa tersebut karena bangunan ruko dengan
sertifikat HGB No. 007/2015 atas nama PT Untung-Rugi tersebut adalah miliknya, yang ia
beli pada tahun 2010 dari Roy Siregar seharga Rp. 200.000.000.-Penggugat merasa PT
Untung-Rugi sewenang-wenang karena hubungan hukum PT Untung-Rugi dengan ruko yang
ia miliki telah berakhir pada tanggal 9 Januari 2018. Yang ternyata HGB tersebut
diperpanjang oleh PT Untung-Rugi dengan Sertipikat HGB Nomor : 009 Tahun 2019,
tanggal 4 Januari 2019 atas nama PT. Untung-Rugi tanpa sepengetahuan Sandinoya selaku
pemilik ruko sekaligus penggugat.

3. Apa tindakan tergugat memproses dan menerbitkan perpanjangan Sertifikat HGB


tersebut menurut ketentuan peraturan perundang-undangan dapat dibenarkan?
Jawab :

Tindakan tergugat terkait memproses dan menerbitkan perpanjangan sertifikat HGB


tidak dapat dibenarkan menurut peraturan perundang-undangan. Berdasarkan perjanjian jual
beli antara Penggugat dengan Roy Siregar pada tahun 2010, Penggugat merupakan pemilik
sah bangunan ruko yang diduduki sertifikat HGB No. 007 tahun 2015 atas nama PT. Untung
Rugi. Selain itu Sertipikat HGB atas nama PT Untung Rugi seharusnya sudah berakhir pada 9
Januari 2018, yang mana berdasarkan pasal 9 Undang Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang
Administrasi Pemerintahan menyatakan bahwa : “Setiap keputusan dan/atau tindakan wajib
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan dan AUPB”. Hal ini menjelaskan
bahwa ketentuan pasal tersebut menguji terhadap keputusan dan/atau tindakan administrasi
pemerintahan bersifat kumulatif. Kewenangan yang telah dilanggar oleh Tergugat
merupakan kewenangan yang telah cacat dari segi waktu dikarenakan pihak Tergugat
mengeluarkan obyek sengketa berupa perpanjangan Sertipikat HGB atas nama PT. Untung-
Rugi yang bertentangan dengan PP No. 40 Tahun 1996 tentang HGU, HGB dan Hak Pakai
atas tanah. Pasal 27 ayat (1) PP tersebut menegaskan bahwa : “Permohonan perpanjangan
jangka waktu HGB atau pembaharuannya diajukan selambat-lambatnya 2 (dua) tahun
sebelum berakhirnya jangka waktu HGB tersebut atau perpanjangannya.” Namun
permohonan pembaharuan hak lama Sertipikat HGB Nomor 007 Tahun 2015 atas nama PT.
Untung-Rugi baru diajukan kepada Tergugat pada tanggal 12 Nopember 2018, sehingga telah
lewat waktu dan tanah demi hukum kembali menjadi penguasaan negara. Oleh karenanya
obyek sengketa yang diterbitkan Tergugat bertentangan dengan ketentuan pasal 27 ayat (1)
PP Nomor 40 Tahun 1996. Di samping itu juga melanggar PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah karena pasal 17 ayat (2) PP tersebut menyatakan : Dalam penetapan batas
bidang tanah pada pendaftaran tanah secara sistematik dan pendaftaran tanah secara sporadik
diupayakan penataan batas berdasarkan kesepakatan para pihak yang berkepentingan. Yang
mana dalam kasus tersebut penggugat sebagai pihak yang merupakan pemilik sah
(berkepentingan) tidak dilibatkan dalam penetapan batas bidang tanah pendaftaran obyek
sengketa, sehingga secara nyata penerbitan obyek sengketa oleh Tergugat melanggar
ketentuan pasal 17 ayat (2) PP No. 24 Tahun 1997.

4. Atas dasar ketentuan yang mana legaitas penerbitan perpanjangan sertipikat HGB
diatur ?
Jawab :

Sertifikat Hak Guna Bangunan (HGB) adalah jenis sertifikat yang menyebutkan
bahwa pemegang sertifikat memiliki hak untuk memiliki dan mendirikan bangunan di atas
tanah yang bukan kepunyaan pemilik bangunan. Tanah tersebut dapat berupa tanah yang
dikuasai langsung oleh negara, atau tanah yang dikuasai oleh perorangan atau badan hukum.
Berdasarkan Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria, jangka waktu maksimal HGB berakhir adalah 30 tahun dan dapat diperpanjang
dengan jangka waktu maksimal 20 tahun. Masa berlaku HGB bisa berbeda-beda, tergantung
dari keputusan pihak Badan Pertanahan Nasional (BPN) ke pengembang. Setelah masa
perpanjangan habis, pemilik HGB dapat mengajukan perpanjangan kembali seperti yang
telah diatur dalam PP No. 40 tahun 1996 tentang Hak Guna Bangunan. Namun, perpanjangan
atau pengajuan pembaruan HGB dapat dilakukan minimal 2 tahun sebelum jatuh tempo HGB
habis. Apabila alasan-alasan perpanjangan HGB dalam PP 40/1996 dapat penuhi dan Kantor
Pertanahan menolak memperpanjang HGB tersebut, maka dapat menggugat Kantor
Pertanahan kepada Pengadilan Tata Usaha Negara di tempat kedudukan hukum Kantor
Pertanahan tersebut. Apabila HGB atas tanah negara hapus dan tidak diperpanjang atau tidak
diperbarui, maka bekas pemegang HGB wajib membongkar bangunan dan benda-benda yang
ada di atasnya dan menyerahkan tanahnya kepada negara dalam keadaan kosong selambat-
lambatnya dalam waktu satu tahun sejak hapusnya HGB. Kasus kepemilikan bangunan toko
yang mana dicantumkan bahwa kepemilikan toko hanya berdasarkan surat perjanjian jual beli
tahun 2010. Yang mana dalam Pasal 23 ayat (1) UU No. 5 Tahun 1960 dapat digunakan
sebagai acuan untuk mengatasi permasalahan ini dengan cara mendaftarkan peralihan yang
terjadi antara Sandinoya terhadap Roy Siregar untuk mendapatkan pengakuan atas hak
terhadap tanah maupun bangunan, yang menandakan telah terjadinya perpindahan
kepemilikan dari pemilik yang lama yaitu Roy Siregar terhadap Sandinoya yang merupakan
pemilik baru dengan adanya pendaftaran tersebut.
5. Apa yang paling tepat digunakan sebagai dasar atau alasan pengajuan gugatan oleh
Penggugat terhadap permasalahn hukum yang menimpa dirinya?
Jawab :

Saat akan melakukan proses acara dalam Pengadilan Tata Usaha Negara, terkait
alasan pengajuan gugatan harus didasari dengan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang Baik
atau yang dikenal dengan AAUPB. Hal tersebut memiliki tujuan supaya alasan pengajuan
gugatan selain Keputusan Tata Usaha Negara yang sedang disengketakan bertentangan
dengan Peraturan perundangundangan Asas-Asas Umum Pemerintahan yang baik dapat
digunakan sebagai alasan pengajuan gugatan Tata Usaha Negara adalah kepastian hukum,
tertib penyelenggaraan Negara, keterbukaan, proporsionalitas, profesionalitas dan
akuntabilitas. Selanjutnya, dalam melaksanakan suatu putusan pengadilan, terdapat
kewenangan untuk melakukan pemeriksaan terhadap Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara
untuk melakukan putusan melalui adanya uang paksa dan sanksi administratif. Kedua hal
tersebut akhirnya merubah sistem eksekusi putusan Pengadilan Tata Usaha Negara yang
semula dari floating execution dan menjadi fixed execution atau yang disebut eksekusi di
mana pelaksanakaannya bisa dipaksakan oleh pengadilan melalui sarana-sarana pemaksa
yang diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Dalam kasusu ini PT Untung rugi berbuat sewenang wenang tanpa dasar hukum dan
PT untung rugi tdk mempunyai hubungan hukum apapun atas dasar tanah tersebut karena
sertifikat HGB telah berakhir, memperpanjang sertifikat tanpa sepengetahuan dan izin
penggugat, atas dasar tindakan melawan hukum dari PT. Untung-Rugi dan Tergugat yang
telah menerbitkan perpanjangan Sertipikat HGB
Pasal 26 dan Pasal 27 PP No. 40 Tahun 1996 tentang HGB, HGU dan Hak Pakai atas tanah.
pasal 26 yang berbunyi :
(1) Hak Guna Bangunan atas tanah Negara sebagimana dimaksud dalam Pasal 22, atas
permohonan pemegang hak dapat diperpanjang atau diperbaharui, jika memenuhi
syarat:
a.tanahnya masih dipergunakan dengan baik sesuai dengan keadaan, sifat dan tujuan
pemberian hak tersebut;
b. syarat syarat pemberian hak tersebut dipenuhu dengan baik oleh pemegang hak;
dan
c. pemegang hak masih memenuhi syarat sebaaimana dimaksud dalam pasal 19.
d. tanah tersebut masih sesuai dengan Rencana Tata Ruang Wilayah yang
bersangkutan.
(2) Hak Guna Bangunan atas tanah Hak Pengelolaan diperpanjang atau diperbaharui
atas permohonan pemegang Hak Guna Bangunan setelah mendapat persetujuan dari
pemegang Hak Pengelolaan.
Pasal 27
(1) Permohonan perpajangan jangka waktu Hak guna Bangunan atau Pembaharuannya
di ajukan selambat lambatnya dua tahun sebelum berakhirnya jangka waktu Hak
Guna Bangunan Tersebut atau Perpanjangannya.
(2) Perpanjangan atau pembaharuannya Hak Guna Bangunan di catat dalam buku tanah
pada Kantor Pertanahan.
(3) Ketentuan mengenai tata cara permohonan perpanjangan atau Pembaharuan Hak
Guna Bangunan dan Persyaratannya di atur lebih lanjut dengan Keputusan Presiden.

6. Temukan isu-isu hukum lain dalam kasus ini dan bagaimana solusinya?

Jawab :

1. Sertipikat yang sudah kadaluarsa

Dalam kasus a quo permohonan pembaharuan hak lama yaitu Sertipikat HGB Nomor 007
Tahun 2015 atas nama PT. Untung-Rugi baru diajukan kepada Tergugat pada tanggal 12
Nopember 2018, sehingga telah lewat waktu dan tanah demi hukum kembali menjadi
penguasaan negara. Oleh karenanya obyek sengketa yang diterbitkan Tergugat bertentangan
dengan ketentuan pasal 27 ayat (1) PP Nomor 40 Tahun 1996.

Pasal 27 ayat (1) PP Nomor 40 Tahun 1996 tersebut secara tegas menyatakan :
Permohonan perpanjangan jangka waktu HGB atau pembaharuannya diajukan selambat-
lambatnya 2 (dua) tahun sebelum berakhirnya jangka waktu HGB tersebut atau
perpanjangannya. Jadi dalam kasus ini dapat diajukan gugatan ke Pengadilan Tata Usaha
Negara karena keputusan tersebut bertentangan dengan Peraturan Perundang-undangan dan
membawa kerugian terhadap Penggugat yaitu menjadi tidak pastinya kepemilikan penggugat
atas tanah yang tercantum dalam Sertipikat tersebut.
2. Kasus penipuan yang terjadi antara Sandinoya dengan Roy Siregar

Menurut kami setelah membaca uraian kejadian dan fakta yang diberikan maka
permasalahan tersebut dapat masuk ke ranah pidana antara Sandinoya dengan Roy Siregar.
Hal ini dikarenakan Roy Siregar menjual tanah kepada Sandinoya tanpa dasar hukum yang
jelas karena tanah yang dijual milik PT Untung Rugi yang dibuktikan dengan Sertipikat HGB
NO 007 Tahun 2015. Sehingga Roy Siregar telah melakukan perbuatan penipuan kepada
Sandinoya untuk menjual tanah dengan mengatasnamakan PT Untung Rugi dan tanpa
sepengetahuan PT Untung Rugi. Hal tersebut juga memenuhi unsur yang terdapat dalam
pasal 378 KUHP yaitu Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
orang lain secara melawan hukum, dengan memakai nama palsu atau martabat palsu, dengan
tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan, menggerakkan orang lain untuk menyerahkan
barang sesuatu kepadanya, atau supaya memberi hutang maupun menghapuskan piutang
diancam karena penipuan dengan pidana penjara paling lama empat tahun. Unsur-unsur
tersebut adalah sebagai berikut: Unsur pertama, Barang siapa dengan maksud untuk
menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum yaitu Roy Siregar dalam
hal ini telah memperoleh keuntungan berupa sejumlah uang dengan nominal sebesar Rp 200
Juta dari transaksi jual-beli yang dilakukan denan Sandinoya, Unsur kedua, dengan memakai
nama palsu atau martabat palsu, dengan tipu muslihat, ataupun rangkaian kebohongan yaitu
mengatasnamakan PT Untung Rugi yang merupakan pemilih sah tanah berdasarkan sertipikat
no 007 tahun 2015 untuk melancarkan kegiatan jual-beli antara Roy Siregar dan Sandinoya,
dan unsur ketiga adalah menggerakkan orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu
kepadanya, dan hal ini telah terbukti dengan telah terjadinya perpindahan uang sebesar Rp
200 Juta dari Sandinoya terhadap Roy Siregar yang merupakan pembayaran atas jual-beli
yang terjadi. Dan setelah mendapatkan keputusan atas kasus pidana maka dapat diajukan
gugatan perdata untuk mengganti kerugian yang terjadi dengan mencantumkan putusan
pengadilan atas kasus pidana dan gugatan perdata karena memenuhi unsur yang terdapat
dalam pasal 1328 KUHPerdata yang berbunyi Penipuan merupakan suatu alasan untuk
membatalkan suatu persetujuan, bila penipuan yang dipakai oleh salah satu pihak adalah
sedemikian rupa, sehingga nyata bahwa pihak yang lain tidak akan mengadakan perjanjian itu
tanpa adanya tipu muslihat. Penipuan tidak dapat hanya dikira-kira, melainkan harus
dibuktikan. Hal ini juga tergantung dari putusan pengadilan atas kasus pidana karena jika
pengadilan memutus telah terjadinya tindak pidana penipuan maka gugatan perdata dapat
dikabulkan sedangkan pengadilan memutus tidak terjadinya tindak pidana penipuan maka
penggugat harus membuktikan gugatannya.

3. Pengabaian permohonan yang diajukan oleh Sandinoya oleh Kepala Kantor


Pertanahan Kota Tangerang Pertanahan, untuk permaslaahan tersebut dapat diajukan gugatan
kepada pengadilan tata usaha negara untuk memberikan putusan atas permasalahan tersebut,
karena dengan pengabaian tersebut maka penggugat dirugikan karena tidak pastinya
kepemilikan penggugat atas tanah tersebut.

Anda mungkin juga menyukai