Anda di halaman 1dari 16

MEMORI KASASI

ATAS PUTUSAN PENGADILAN TINGGI PEKANBARU NOMOR 111/PDT/2021/PT PBR


TANGGAL 1 JULI 2021 JO. PUTUSAN PENGADILAN NEGERI TANJUNGPINANG
NOMOR 66/PDT.G/2020/PN TPG TANGGAL 12 APRIL 2021.

Tanjungpinang, 28 Juli 2021

Kepada Yth.:
Ketua Mahkamah Agung Republik Indonesia
Jl. Medan Merdeka Utara No. 9 -13
Jakarta Pusat

Melalui:
Kepaniteraan Pengadilan Negeri Tanjung Pinang
Di Jalan Raya Senggarang No.1 KM 14
Kota Tanjung Pinang

Dengan hormat,

Perkenankan Kami, Advokat/Pengacara dan Konsultan Hukum pada kantor ”Agustiawan &
Partner” yang beralamat di Jl. Radar Auri Komplek Permata Puri 2, Ambar III Blok CC3 No. 1
Cimanggis Kota Depok Jawa Barat. Dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama kepentingan
hukum klien kami PT. GALANG BATANG INDAH yang beralamat di Desa Gunung Kijang,
Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, Provinsi Kepulauan Riau, selaku Pemohon
Kasasi III, semula Pembanding III / Tergugat III berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 25
September 2020, yang telah didaftarkan di Kepanitraan Pengadilan Negeri Tanjungpinang.

1|Page
MELAWAN

Dodi Usman, yang beralamat di Jalan Kuantan, Graha Kuantan Asri, Blok E No 6 RT 007 RW
01, Kelurahan Melayu Kota Piring, Kecamatan Tanjungpinang Kota, Provinsi Kepulauan Riau,
semula Penggungat Konvensi / Tergugat Rekonvensi / Terbanding / sekarang sebagai
Termohon Kasasi.

Dengan ini Pemohon Kasasi III menyampaikan Memori Kasasi, sehubungan telah diajukan
Permohonan Kasasi terhadap Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 111/Pdt/2021/PT.
PBR, tanggal 01 Juli 2021 Jo Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor
66/Pdt.G/2020/PN.Tpg, tanggal 12 April 2021.

Berdasarkan Akta Pernyataan Permohonan Kasasi Nomor : 08/Pdt.G/2021/PN.Tpg/Kasasi,


tanggal 16 Juli 2021 sehingga masih dalam tenggang waktu dan tata cara yang diatur undang-
undang. Bahwa bunyi Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor : 111/Pdt/2021/PT. PBR
adalah sebagai berikut :
MENGADILI
 Menolak permohonan banding dari Para Pembanding semua Tergugat I, Tergugat II, dan
Tergugat III
 Menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjungpinang Nomor : 66/Pdt.G/2020/PN.Tpg,
tanggal 12 April 2021 yang dimohonkan Banding tersebut.
 Menghukum Para Pembanding semula Tergugat I, Tergugat II, dan Tergugat III untuk
membayar biaya perkara secara tanggung rentang dalam kedua tingkat Peradilan yang
dalam tingkat Banding ditetapkan sejumlah Rp. 150.000,- (Seratus Lima Puluh Ribu
Rupiah).

Bahwa Pemohon Kasasi III semula Pembanding III / Tergugat III tidak dapat menerima
Keputusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru, untuk itu Pemohon Kasasi III telah menyatakan
mohon pemeriksaan dalam tingkat kasasi atas Keputusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru
tersebut pada tanggal 01 Juli 2021 yang telah menguatkan Putusan Pengadilan Negeri

2|Page
Tanjungpinang Nomor : 66/Pdt.G/2020/PN.Tpg, tanggal 12 April 2021. Selengkapnya sebagai
berikut :
PEMOHON KASASI III MENOLAK DENGAN TEGAS PERTIMBANGAN -
PERTIMBANGAN HUKUM DAN PUTUSAN DARI JUDEX FACTIE, KARENA
JUDEX FACTIE SALAH DALAM MENERAPKAN HUKUM YANG BERLAKU.

A. PERMOHONAN KASASI DAN MEMORI KASASI DARI PEMOHON KASASI


III TELAH DIAJUKAN DALAM TENGGANG WAKTU SESUAI KETENTUAN
PASAL 47 AYAT (3) UNDANG-UNDANG NOMOR 14 TAHUN 1985
SEBAGAIMANA TELAH DIRUBAH DENGAN UNDANG-UNDANG NOMOR 03
TAHUN 2009 TENTANG MAHKAMAH AGUNG (“UUMA”).
 Dengan demikian dan berpedoman pada ketentuan Pasal 46 ayat (1) Undang-undang
Nomor 14 Tahun 1985 sebagaimana telah dirubah dengan Undang-undang Nomor 03
Tahun 2009 Tentang Mahkamah Agung (“UUMA”), diatur bahwa Permohonan
kasasi dalam perkara perdata disampaikan secara tertulis atau lisan melalui
Panitera Pengadilan Tingkat Pertama yang telah memutus perkaranya, dalam
tenggang waktu 14 (empat belas) hari sesudah putusan atau penetapan Pengadilan
yang dimaksudkan diberitahukan kepada pemohon. Dan ketentuan Pasal 47 ayat (1)
UUMA, diatur bahwa Dalam pengajuan permohonan kasasi pemohon wajib
menyampaikan pula memori kasasi yang memuat alasan-alasannya, dalam tenggang
waktu 14 (empat belas) hari setelah permohonan yang dimaksud dicatat dalam buku
daftar” maka Permohonan Kasasi dan Memori Kasasi dari Pemohon Kasasi III
diajukan masih dalam tenggang waktu yang diperkenankan menurut ketentuan
sebagaimana diatur UUMA, sehingga sudah cukup alasan bagi Yang Mulia Majelis
Hakim Agung untuk menerima Permohonan Kasasi dan Memori Kasasi dari Pemohon
Kasasi III.

B. PERMOHONAN KASASI INI DIAJUKAN BERDASARKAN ALASAN JUDEX


FACTIE SALAH MENERAPKAN ATAU MELANGGAR HUKUM YANG
BERLAKU, SEHINGGA PERMOHONAN KASASI DARI PEMOHON KASASI
III TELAH MEMENUHI KETENTUAN PASAL 30 AYAT (1) UUMA.

3|Page
− Pada dasarnya alasan kasasi yang dibenarkan untuk dimasukkan dalam memori
kasasi, sudah ditentukan secara limitatif dan enumerative pada Pasal 30 ayat (1)
UUMA, hanya terbatas alasan yang disebut pada pasal itu yang sah dan bernilai untuk
dipertimbangkan Majelis Hakim Agung Pada Tingkat Kasasi. adapun alasan kasasi
yang disebut pada Pasal 30 ayat (1) UUMA, yang berbunyi:
“Mahkamah Agung dalam tingkat kasasi membatalkan putusan atau penetapan
pengadilan - pengadilan dari semua lingkungan peradilan karena:
a. tidak berwenang atau melampaui batas wewenang;
b. salah menerapkan atau melanggar hukum yang berlaku;
c. lalai memenuhi syarat-syarat yang diwajibkan oleh peraturan perundang-
undangan yang mengancam kelalaian itu dengan batalnya putusan yang
bersangkutan.”

− Bahwa alasan Permohonan Kasasi III Judex Factie salah menerapkan atau
melanggar hukum yang berlaku. Black’s law dictionary mengartikan, illegal adalah
against or not authorized by law. Adapun illegality adalah that which is contrary to
the principle of law dan unlawful adalah that which is not lawful. Jika pengertian ini
diterapkan kepada alasan kasasi, berarti putusan yang dikasasi tersebut mengandung
hal – hal yang bertentangan dengan hukum pada umumnya atau bertentangan dengan
undang – undang pada khususnya, Pendapat R. Subekti tidak berbeda dengan yang
dikemukakan di atas. Menurut beliau, suatu putusan yang dikasasi dikatakan salah
penerapan hukum, apabila putusan tersebut melanggar hukum. Menurut ajaran aliran
legisme, suatu putusan yang dianggap salah menerapkan hukum apabila putusan yang
bersangkutan melanggar undang – undang atau schending van het recht
(misapplication of law). Meskipun pada pengertian mulanya pengertian salah
menerapkan hukum lebih dititik beratkan pada pelanggaran undang – undang, akan
tetapi pendirian yang umum tentang putusan yang mengandung kesalahan penerapan
hukum adalah putusan yang melanggar hukum. Putusan tersebut, tidak menerapkan
dan menegakkan peraturan hukum sebagaimana mestinya. Jadi, putusan tersebut tidak
mendudukkan penyelesaian perkara pada proporsi hukum yang sebenarnya. dapat juga
dikatakan, putusan yang salah menerapkan hukum atau melanggar hukum adalah

4|Page
putusan yang bertentangan dengan prinsip hukum, yang mengakibatkan putusan itu
dianggap tidak menurut hukum (wederrechtelijk unlawful), menurut M. Yahya
Harahap, S.H., Kekuasaan Mahkamah Agung Pemeriksaan Kasasi dan Peninjauan
Kembali Perkara Perdata, Sinar Grafika, 2008, halaman 327-328.
1. TENTANG KOMPETENSI/KEWENANGAN MENGADILI
MATERI GUGATAN TENTANG SAH ATAU TIDAK SAHNYA TERMOHON
KASASI SEBAGAI PEMILIK SERTIPIKAT HAK GUNA BANGUNAN NOMOR
13 TAHUN 1997 MERUPAKAN MATERI SENGKETA TATA USAHA NEGARA.
− Bahwa Termohon Kasasi pada petitum angka 4 gugatannya meminta agar sebidang
tanah sebagaimana tersebut dalam sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 13 tahun
1997 adalah syah milik Penggugat.
− Pengujian sah atau tidaknya suatu sertipikat yang menjadi alas hak dari tanah tersebut
tentunya mutlak merupakan kewenangan dari Pengadilan Tata Usaha Negara, karena
yang berhak menerbitkan sertipikat adalah Badan Pertanahan Nasional (BPN), BPN
merupakan Jabatan Tata Usaha Negara, sehingga untuk menguji sah atau tidaknya
Termohon Kasasi semula Penggugat sebagai pemilik tanah sertipikat Hak Guna
Bangunan Nomor 13 tahun 1997, yang berhak memeriksa dan mengadili adalah
Pengadilan Tata Usaha Negara (kompetensi/ kewenangan absolute).
− Untuk menyatakan sah atau tidak sahnya kepemilikan Termohon Kasasi semula
Penggugat tentunya berpedoman pada Pasal 107 Permen Agraria 9/1999 disebutkan
bahwa cacat hukum administratif sebagaimana dimaksud dalam pasal 106 (1) adalah:
a.  kesalahan prosedur;
b.  kesalahan penerapan peraturan perundang-undangan;
c.  kesalahan subjek hak;
d.  kesalahan objek hak;
e.  kesalahan jenis hak;
f. kesalahan perhitungan luas;
g.  terdapat tumpang tindih hak atas tanah;
h.  data yuridis atau data data fisik tidak benar;atau
i. kesalahan lainnya yang bersifat administrative.

5|Page
− Dengan demikian dan berpedoman pada Pasal 107 Permen Agraria 9/1999 diatas,
maka pengujian sah atau tidaknya kepemilikan seseorang (in casu Termohon Kasasi
semula Penggugat) atas tanah sebagaimana tersebut dalam sertipikat Hak Guna
Bangunan Nomor 13 tahun 1997 bukan kewenangan pengadilan negeri untuk
memeriksa dan mengadilinya.
− Selain hal diatas, mohon perhatian dari Hakim Agung sebagai Judex Juris, bahwa
terhadap tanah sebagaimana tersebut dalam sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 13
tahun 1997 telah diterbitkan izin lokasi untuk keperluan Pariwisata kepada Pemohon
Kasasi III semula Tergugat III sebagaimana Keputusan Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 01/400-IL/1998 tanggal 7 Mei 1998 (vide bukti
T.I, T.II-4), artinya terlebih dulu diterbitkan izin lokasi kepada Pemohon Kasasi
III daripada dibuat dan ditandatanganinya Akta Jual Beli Nomor:
903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus 2003, maka dan untuk itu untuk
mengetahui sah atau tidaknya Termohon Kasasi sebagai pemilik tanah sebagaimana
tersebut dalam sertipikat Hak Guna Bangunan Nomor 13 tahun 1997 harus terlebih
dahulu diuji tentang prosedur penerbitan dari sertifikat tersebut, karena terhadap tanah
yang telah diterbitkan izin lokasi maka sudah sepatutnya pula Badan Pertanahan
Nasional menerbitkan sertipikat atas tanah tersebut kepada penerima izin lokasi dari
tanah tersebut. Terlebih lagi diatas tanah objek sengketa telah beridi bangunan milik
Pemohon Kasasi III yang didirikan berdasarkan Keputusan Bupati Kepala Daerah
Tingkat II Kepulauan Riau Nomor: 192/644/XI/98 tanggal 16 Nopember 1998 tentang
Izin Mendirikan Bangunan (vide bukti T.I, TII-10) dan Surat Kepala Dinas Pariwisata
Daerah Tingkat II Kepulauan Riau Nomor: 660/07.A/DPW/1999 tanggal 1 Februari
1999 perihal Persetujuan UKL dan UPL Kegiatan Perhotalan di Galang Batang oleh
PT. Galang Batang Indah (vide bukti T.I, TII-11).
− Sehubungan tentang kewenangan mengadili, hakim secara ex-officio memiliki hak
untuk menyatakan diri tidak berwenang mengadili, dengan demikian maka walaupun
tidak disebutkan secara detail dalam Jawaban, sudah menjadi kewajiban Judex Factie
untuk menyatakan tidak berwenang mengadili karena materi gugatan merupakan
materi sengketa tata usaha negara.

6|Page
− Pasal 134 HIR sendiri memungkinkan hakim secara ex-officio menyatakan diri tidak
berwenang mengadili: “Jika perselisihan itu suatu perkara yang tidak masuk
kekuasaan pengadilan negeri, maka pada setiap waktu dalam pemeriksaan perkara
itu, dapat di minta supaya hakim menyatakan dirinya tidak berkuasa dan hakim pun
wajib pula mengakuinya karena jabatannya.”
− Disarikan dari buku M. Yahya Harahap yang berjudul Hukum Acara Perdata
tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian, dan Putusan
Pengadilan, menjelaskan hakim wajib menyatakan tidak berwenang mengadili secara
absolut terhadap perkara yang sedang diperiksanya bersifat imperatif, meskipun
tergugat tidak mengajukan eksepsi mengenai hal itu (hal. 421). Dengan demikian,
dengan ada atau tidaknya eksepsi, hakim wajib menyatakan diri tidak berwenang
apabila cukup alasan objektif bahwa perkara yang dikemukakan dalam gugatan
penggugat, termasuk dalam yurisdiksi absolut lingkungan peradilan lain (hal. 421).
− Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka cukup alasan hukum bagi Judex Yuris
Tingkat Kasasi untuk membatalkan Putusan Judex Facti dengan menyatakan dalam
Pengadilan Negeri Tanjungpinang secara absolut tidak berwenang dalam memeriksa
dan mengadili perkara.

2. JUDEX FACTI TELAH MENGABAIKAN KAIDAH HUKUM DARI


YURISPRUDENSI NOMOR 1149 K/SIP/1979 TANGGAL 17 APRIL 1979.
− Kaidah hukum Yurisprudensi – Putusan Mahkamah Agung No. 1149 K/Sip/1979
tanggal 17 April 1979 ditegaskan bahwa: “bila tidak jelas batas-batas tanah sengketa
maka gugatan tidak dapat diterima”
− Bahwa Termohon Kasasi semula Penggugat dalam gugatannya tanah objek sengketa
terletak di Desa Gunung Kijang, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan seluas
10.040 M2 (sepuluh ribu empat puluh meter persegi) dengan bukti kepemilikan
Sertipikat Hak Guna Bangunan No 13, dengan batas-batas pada saat ini:
- Sebelah Barat berbatas dengan Umum;
- Sebelah Timur berbatas dengan Pantai/Laut;
- Sebelah Utara berbatas dengan Residence;
- Sebelah Selatan berbatas dengan Residence;

7|Page
Sedangkan batas-batas tanah yang tersebut dalam Sertipikat Hak Guna Bangunan No
13 tanggal 16 Juni 1997 adalah sebagai berikut:
- Sebelah Barat berbatas dengan tanah umum;
- Sebelah Timur berbatas dengan Pantai/Laut;
- Sebelah Utara berbatas dengan tanah tambak udang;
- Sebelah Selatan berbatas dengan tanah tambak udang;
Sementara batas-batas tanah sesuai dengan keadaan saat ini (vide keterangan saksi
Penggugat/Termohon Kasasi bernama: Muhammad Abdullah, putusan halaman 30)
sebagaimana fakta pemeriksaan setempat adalah sebagai berikut:
- Sebelah Barat berbatas dengan tanah milik Pak Umum;
- Sebelah Timur berbatas dengan Pantai/Laut;
- Sebelah Utara berbatas dengan Residen Bintan;
- Sebelah Selatan berbatas dengan Residen Bintan;

− Bahwa terhadap eksepsi gugatan kabur yang diajukan oleh Pemohon Kasasi I semula
Tergugat I dan Pemohon Kasasi III semula Tergugat III, Judex Facti (halaman 46)
memberikan pertimbangan hukum sebagai-berikut: “menimbang, bahwa terhadap
eksepsi gugatan Penggugat kabur (obscuur libels) mengenai batas-batas yang
didalilkan oleh Penggugat dalam surat gugatannya ternyata tidak sama dengan batas-
batas sempadan yang tercantum dalam Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 13
Tahun 1997 dihubungkan dengan hasil pemeriksaan setempat, maka diketahui objek
sengketa tanah dalam perkara a quo telah benar letak, batas-batas dan luasnya
sebagaimana yang didalilkan oleh Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi,
Tergugat I Konvensi/ Penggugat Rekonvensi dan Tergugat III. Berdasarkan hasil
pemeriksaan setempat juga diketahui dalam gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat
Rekonvensi menyebutkan batas-batas tanah tersebut sesuai dengan situasi dan kondisi
saat ini, sehingga batas-batas tanahnya telah berbeda dengan situasi dan kondisi
pada saat terbitnya Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor 13 Tahun 1997 namun
tanah objek perkara yang dimaksud adalah sama, maka Majelis Hakim
berkesimpulan eksepsi tentang gugatan Penggugat kabur mengenai batas-batas tanah
objek sengketa ditolak;”

8|Page
− Bahwa berdasarkan pertimbangan yang ditebalkan dan digaris bawahi diatas, diketahui
bahwa batas-batas tanah objek sengketa yang tersebut dalam surat gugatan dengan fakta
yang sebenarnya saat ini berbeda dan yang tersebut dalam Sertipikat Hak Guna
Bangunan No 13 tanggal 16 Juni 1997, sehingga menjadi putusan yang
dinyatakan non-executable, Buku II Mahkamah Agung Republik Indonesia, Edisi 2013,
Pedoman Pelaksanaan Tugas dan Administrasi Pengadilan Dalam Empat Lingkungan
Peradilan, menjelaskan bahwa suatu putusan yang telah berkekuatan hukum tetap dapat
dinyatakan non-executable oleh Ketua Pengadilan Negeri apabila:
a. Putusan bersifat deklaratoir dan konstitutief;
b. Barang yang akan dieksekusi tidak berada di tangan Tergugat/Termohon eksekusi;
c. Barang yang akan dieksekusi tidak sesuai dengan Barang yang disebutkan di
dalam amar putusan;
d. Amar Putusan tersebut tidak mungkin untuk dilaksanakan;
e. Ketua Pengadilan Negeri tidak dapat menyatakan suatu putusan non-executable,
sebelum seluruh proses/acara eksekusi dilaksanakan, kecuali tersebut pada butir a.
Penetapan non-executable harus didasarkan Berita Acara yang dibuat oleh  Juru
Sita yang diperintahkan untuk melaksanakan (eksekusi) putusan tersebut.
 
− Lebih lanjut, M. Yahya Harahap dalam bukunya Ruang Lingkup Permasalahan
Eksekusi Bidang Perdata (BAB 12) menjelaskan mengenai eksekusi yang tidak dapat
dijalankan (non-executable), yaitu dalam hal:  
a.    Harta kekayaan tereksekusi tidak ada
b.    Putusan bersifat deklaratoir
c.    Barang objek eksekusi di tangan pihak ketiga
d.    Eksekusi terhadap penyewa, noneksekutabel
e.    Barang yang hendak dieksekusi, dijaminkan kepada pihak ketiga
f.     Tanah yang hendak dieksekusi tidak jelas batasnya
g.    Perubahan status tanah menjadi milik negara
h.    Barang objek eksekusi berada di luar negeri
i.      Dua putusan yang saling berbeda
j.     Eksekusi terhadap harta kekayaan bersama.

9|Page
− Berpedoman pada uraian tersebut diatas, maka cukup alasan hukum bagi Judex Yuris
Tingkat Kasasi untuk membatalkan putusan Judex Facti dengan menyatakan gugatan
penggugat kabur (obscuur libel).

3. TENTANG GUGATAN KURANG PIHAK

PUTUSAN JUDEX FACTIE SECARA HUKUM PATUT UNTUK DIBATALKAN


KARENA TERMOHON KASASI SEMULA PENGGUGAT TIDAK MENARIK
BADAN PERTANAHAN NASIONAL, HERRY JULIUS DAN RIZA
AFRIANSYAH.

− Bahwa sudah menjadi fakta persidangan bahwa Pemohon Kasasi I merupakan selaku
kuasa dari Herry Julius telah melepaskan hak tanah sebagaimana Sertifikat Hak Milik
Nomor 207 tanggal 16 Juni 1997 kepada Riza Afriansyah sesuai dengan Akta
Pelepasan Hak Nomor 102 tanggal 30 Mei 1998 (TI, TIII-6). Dimana sebelumnya
berdasarkan Akta Jual Beli Nomor: 372/JUN/24/BT/JB/NEC/1998 tanggal 3 Juni 1998
(TI, TIII-7) tanah tersebut telah dijual kepada Riza Afriansyah dan Marc Paul Jozef
Van Loo atas nama PT Galang Batang Indah. Tanah mana kemudian dijual kepada
Termohon Kasasi sesuai dengan Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1
Agustus 2003, namun sebelum terjadi jual beli tanah tersebut telah ada kesepakatan
antara Pemohon Kasasi I dengan Termohon Kasasi sebagaimana surat pernyataan
Nomor: 40/Waar/VIII/2003 tanggal 01 Agustus 2003 (P-5).
− Bahwa agar permasalahan hukum menjadi terang dan tuntas maka sudah sepatutnya
pihak-pihak yang terkait dengan permasalahan tanah yang dipersengketakan harus
ditarik menjadi pihak, antara lain Badan Pertanahan Nasional selaku pihak yang
menerbitkan dan/atau merubah sertipikat, Herry Julius selaku pemilik awal dan Riza
Afrianzah selaku pembeli dari Pemohon Kasasi I semula Tergugat I. dengan tidak
ditariknya pihak-pihak tersebut maka menjadi gugatan menjadi error in persona yang

10 | P a g e
lain disebut plurium litis consortium (gugatan kurang pihak), yakni pihak yang yang
ditarik sebagai tergugat:
-    tidak lengkap, masih ada orang yang harus bertindak sebagai penggugat atau
ditarik tergugat.
-    Oleh karena itu, gugatan dalam bentuk plurium litis consortium yang berarti
gugatan kurang pihaknya. 
− Salah satu contoh kasusnya bisa kita lihat dalam Putusan Mahkamah Agung Nomor
1125 K//Pdt/1984 menyatakan judex facti salah menerapkan tata tertib beracara.
Semestinya pihak ketiga yang bernama Oji sebagai sumber perolehan hak Tergugat I,
yang kemudian dipindahkan Tergugat I kepada Tergugat II, harus ikut sebagai
Tergugat. Alasannya, dalam kasus ini Oji mempunyai urgensi untuk membuktikan hak
kepemilikannya maupun asal-usul tanah sengketa serta dasar hukum Oji menghibahkan
kepada Tergugat I.
− Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa gugatan
Penggugat/Termohon Kasasi kurang pihak atau disebut dengan plurium litis
consortium merupakan salah satu bentuk gugatan yang error in persona, maka dari itu
sudah cukup alasan hukum bagi Judex Yuris Tingkat Kasasi untuk membatalkan
putusan Judex Facti dengan menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet
ontvankelijke verklaard).
 
4. PUTUSAN JUDEX FACTIE TIDAK MEMBERI PERTIMBANGAN HUKUM
YANG BENAR DALAM PUTUSANNYA, KARENA APABILA SURAT KUASA
NOMOR 01 TANGGAL 1 AGUSTUS 2003 DAN SURAT PERNYATAAN
TANGGAL 1 AGUSTUS 2003 YANG MERUPAKAN DASAR DIBUAT DAN
DITANDATANGANINYA AKTA JUAL BELI NOMOR 903/JB/VIII/BU/2003
TANGGAL 1 AGUSTUS 2003 DINYATAKAN BATAL MAKA AKTA JUAL BELI
NOMOR 903/JB/VIII/BU/2003 TANGGAL 1 AGUSTUS 2003 SECARA STATIS
MUTANDIS JUGA HARUS DINYATAKAN BATAL.
− Sebagaimana dibenarkan oleh Termohon Kasasi dalam angka 4 dan angka 5
gugatannya, bahwa pembelian tanah objek sengketa menggunakan uang Pemohon
Kasasi I semula Tergugat I, dimana sebelum dibuat dan ditandatanganinya Akta Jual

11 | P a g e
Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus 2003 bahwa antara Pemohon
Kasasi I dengan Termohon Kasasi telah membuat kesepakatan yang direalisasikan
dalam surat pernyataan tanggal 1 Agustus 2003 sebagaimana telah diwaarmeking No.
40/waar/VIII/2003 tanggal 1 Agustus 2003 dan Surat Kuasa Nomor 01 Tanggal 1
Agustus 2003.
− Oleh karena surat pernyataan tanggal 1 Agustus 2003 diperbuat nyata-nyata sebagai
kesepakatan antara Pemohon Kasasi I dengan Termohon Kasasi untuk
ditandatanganinya Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus
2003 maka apabila kesepakatan antara Pemohon Kasasi I dengan Termohon Kasasi
dinyatakan batal maka secara hukum Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003
tanggal 1 Agustus 2003 turut menjadi batal.
− Bahwa dalam Pasal 1320 KUH Perdata telah diatur tentang syarat-syarat sahnya suatu
perjanjian yaitu:
a. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan diri;
b. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu; dan
d. Suatu sebab (causa) yang halal.
− Menurut Pasal 1335, 1337 KUH Perdata bahwa sutau causa dinyatakan terlarang jika
bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan dan ketertiban umum.
− Oleh karena surat pernyataan tanggal 1 Agustus 2003 merupakan perjanjian atau
kespekatan dasar atau perjanjian pokok antara Pemohon Kasasi I dengan Termohon
Kasasi dinyatakan batal karena bertentangan dengan hukum khususnya causa yang
halal maka semua produk turunannya yaitu Akta Jual Beli Nomor
903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus 2003 juga ikut batal demi hukum dan
dianggap tidak pernah ada. Namun demikian Judex Factie dalam putusannya hanya
menyatakan surat pernyataan tanggal 1 Agustus 2003 yang batal, hal ini membuktikan
Judex Factie tidak memberikan pertimbangan hukum yang benar dalam putusannya,
sehingga putusan yang diberikan menjadi salah menerapkan atau melanggar hukum
yang berlaku sebagaimana maksud Pasal 30 ayat (1) UUMA.

12 | P a g e
− Berdasarkan uraian tersebut diatas, sudah cukup alasan hukum bagi Judex Yuris
Tingkat Kasasi untuk membatalkan putusan Judex Facti dengan menyatakan Akta Jual
Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus 2003 batal demi hukum.

5. OLEH KARENA AKTA JUAL BELI NOMOR 903/JB/VIII/BU/2003 TANGGAL 1


AGUSTUS 2003 BATAL DEMI HUKUM MAKA TERMOHON KASASI BUKAN
MERUPAKAN PEMILIK DARI TANAH OBJEK PERKARA.
 Sebagaimana diuraikan diatas bahwa oleh karena surat pernyataan tanggal 1
Agustus 2003 merupakan perjanjian atau kespekatan dasar atau perjanjian pokok
antara Pemohon Kasasi I dengan Termohon Kasasi dinyatakan batal karena
bertentangan dengan hukum khususnya causa yang halal maka semua produk
turunannya yaitu Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus
2003 juga ikut batal demi hukum dan dianggap tidak pernah ada.
 Mengingat Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 Agustus 2003
juga ikut batal demi hukum dan dianggap tidak pernah ada, maka Termohon
Kasasi semula Penggugat tidak dapat dinyatakan sebagai pemilik yang sah atas
tanah objek sengketa dengan demikian Judex Factie terbukti telah salah
menerapkan hukum karena telah menyatakan Termohon Kasasi semula Penggugat
merupakan pemilik yang sah atas tanah objek sengketa.
 Berdasarkan uraian tersebut diatas, sudah cukup alasan hukum bagi Judex Yuris
Tingkat Kasasi untuk membatalkan putusan Judex Facti dengan menolak gugatan
Termohon Kasasi semula Penggugat untuk seluruhnya.

6. PEMOHON KASASI I DAN PEMOHON KASASI III BERHAK MENGUASAI


DAN MEMANFAATKAN TANAH OBJEK SENGKETA BERDASARKAN
KEPUTUSAN KEPALA KANTOR PERTANAHAN KABUPATEN KEPULAUAN
RIAU NOMOR: 01/400-IL/1998 TANGGAL 7 MEI 1998 TENTANG PEMBERIAN
IZIN LOKASI UNTUK KEPERLUAN PARIWISATA.
− Bahwa terhadap tanah objek sengketa telah diterbitkan izin lokasi untuk keperluan
Pariwisata kepada Pemohon Kasasi III semula Tergugat III sebagaimana Keputusan

13 | P a g e
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 01/400-IL/1998
tanggal 7 Mei 1998 (vide bukti T.I, T.II-4).
− Setelah diterbitkannya izin lokasi dari tanah objek sengketa, Pemohon Kasasi III
semula Tergugat III telah menguasai dan memanfaatkan tanah objek sengketa dengan
mendirikan bangunan diatasnya dengan terlebih dahulu mengurus dan mendapatkan
izin membangun yaitu sebagaimana Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II
Kepulauan Riau Nomor: 192/644/XI/98 tanggal 16 Nopember 1998 tentang Izin
Mendirikan Bangunan (vide bukti T.I, TII-10) dan Surat Kepala Dinas Pariwisata
Daerah Tingkat II Kepulauan Riau Nomor: 660/07.A/DPW/1999 tanggal 1 Februari
1999 perihal Persetujuan UKL dan UPL Kegiatan Perhotalan di Galang Batang oleh
PT. Galang Batang Indah (vide bukti T.I, TII-11).
− Izin Lokasi adalah izin yang diberikan kepada perusahaan untuk memperoleh tanah
yang diperlukan dalam penanaman modal yang berlaku pula sebagai izin pemindahan
hak, dan untuk menggunakan tanah tersebut guna keperluan usaha penanaman
modalnya, (vide pasal 1 angka 1 Perturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanhan Nasional Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi).
− Sebagaimana diakui dan dibenarkan dalam angka 4 gugatan Termohon Kasasi yakni
tentang pembelian tanah objek sengketa menggunakan uang Pemohon Kasasi I semula
Tergugat I selaku komisaris pada Pemohon Kasasi III, maka terbukti Pemohon Kasasi
III telah melaksanakan hak dan kewajiban pemegang izin lokasi sebagaimana
disyaratkan dalam Pasal 12 1 Perturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/Kepala
Badan Pertanhan Nasional Nomor 5 Tahun 2015 Tentang Izin Lokasi.
− Oleh karena penguasaan dan pemanfaatan tanah objek sengketa yang dilakukan
oleh Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi III sah secara hukum, maka tiada
perbuatan melawan hukum yang dilakukan kepada Termohon Kasasi, dan oleh
karena itu Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi III secara hukum tidak
memiliki kewajiban untuk menyerahkan tanah objek sengketa kepada
Termohon Kasasi.
− Keberadaan Izin Lokasi dari Pemohon Kasasi III sama sekali tidak dipertimbangkan
oleh Judex Factie, hal ini membuktikan putusan yang diucapkan terbukti kurang

14 | P a g e
pertimbangan hukum, sehingga cukup alasan hukum bagi Judex Yuris Tingkat Kasasi
untuk membatalkan putusan Judex Facti tersebut.

Bahwa berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, dengan ini Pemohon Kasasi III, memohon
dengan hormat agar yang Mulia Majelis Hakim Agung pada tingkat kasasi yang memeriksa
dan mengadili perkara ini, berkenan untuk memutus dengan amar putusan sebagai berikut :

MENGADILI

- Menerima Permohonan Kasasi dari Pemohon Kasasi III, untuk seluruhnya.


- Membatalkan Putusan Pengadilan Tinggi Pekanbaru Nomor 111/PDT/2021/PT PBR
Tanggal 1 Juli 2021 yang telah menguatkan Putusan Pengadilan Negeri Tanjung
Pinang Nomor 66/Pdt.G/2020/PN.Tpg tanggal 12 April 2021;

MENGADILI SENDIRI :

DALAM EKSEPSI

- Menerima Eksepsi Tergugat III Konvensi/Pembanding III/Pemohon Kasasi III; untuk


seluruhnya;
- Menyatakan Pengadilan Negeri Tanjungpinang tidak berwenang memeriksa dan
mengadili perkara a quo;
- Menyatakan gugatan Penggugat/Terbanding/Termohon Kasasi tidak dapat diterima.

DALAM POKOK PERKARA

- Menolak Gugatan Penggugat Konvensi/Tergugat Rekonvensi/Termohon Kasasi


seluruhnya
- Menyatakan Akta Jual Beli Nomor 903/JB/VIII/BU/2003 tanggal 1 agustus 2003
batal demi hukum maka Termohon Kasasi bukan merupakan pemilik dari tanah objek
perkara.

15 | P a g e
- Menyatakan Pemohon Kasasi I dan Pemohon Kasasi III berhak menguasai dan
memanfaatkan tanah objek sengketa berdasarkan keputusan Kepala Kantor
Pertanahan Kabupaten Kepulauan Riau Nomor: 01/400-IL/1998 tanggal 7 Mei 1998
tentang Pemberian Izin Lokasi Untuk Keperluan Pariwisata yang terletak di Desa
Gunung Kijang, Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, seluas 10.040 M 2
(Sepuluh Ribu Empat Puluh Meter Persegi) Sertifikat Hak Guna Bangunan Nomor :
13 Tahun 1997.

DALAM REKONVENSI
Menerima dan mengabulkan gugatan Tergugat III Konvensi/Penggugat III
Rekonvensi/Pemohon Kasasi III untuk seluruhnya.

DALAM REKONVENSI DAN KONVENSI

Menghukum Tergugat Rekonvensi/Penggugat Konvensi/Termohon Kasasi untuk membayar


biaya yang ditimbulkan dalam perkara ini.

Atau apabila Yang Mulia Majelis Hakim Agung yang memeriksa perkara ini ditingkat kasasi
berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aquo et bono) atau mohon untuk
mengadili menurut keadilan yang baik (naar qoode justitie rechdoen)

Hormat Kami,
Kuasa Hukum Pemohon Kasasi III

Agustiawan, SH

16 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai