Anda di halaman 1dari 12

LAW OFFICE

“NORA LISTIKA SIAHAAN & REKAN”


ADVOKAT DAN KONSULTAN HUKUM
Jalan Letjen Jamin Ginting Nomor 44 Medan, Sumatera Utara.
Telp.082673612254, gmail.Noralistika@gmail.com

Medan, 7 September 2023


Kepada yth:
Ketua Pengadilan Semu FH USU
di
Jalan Universitas No. 4

Hal : Jawaban Tergugat II

Dengan hormat,
Kami yang bertandatangan dibawah ini:

- NORA LISTIKA SIAHAAN, SH.,M.H.


Advokat pada Kantor Hukum “NORA LISTIKA SIAHAAN & REKAN”, beralamat di Jalan
Letjen Jamin Ginting Nomor 44 Medan, Sumatera Utara. Berdasarkan surat kuasa khusus
bertanggal 6 September 2023, baik secara sendiri-sendiri maupun bersama-sama untuk dan
atas nama serta kepentingan hukum Pemberi Kuasa, yakni:
Nama : Pemerintah RI e/q Menteri Keuangan RI c/q Direktorat Jendral
Kekayaan Negara (DJKN) clq Kanwil DJKN Sumatera Utara c/q
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL)
Medan;

Alamat : Jalan: P. Diponegoro No, 30 A, Madras Hulu, Kecamatan Medan


Polonia, Kota Medan, Sumatera Utara.
Dalam hal ini disebut sebagai---------------------------------------------------------TERGUGAT
II
Dengan ini menyampaikan Jawaban terhadap gugatan perlawanan Pelawan sebagai
berikut:

I. DALAM EKSEPSI (EXCEPTIE):


A. Eksepsi Gugatan Error In Persona
1. Bahwa pelelangan yang dilakukan Tergugat merupakan tugas dan fungsi dari
Tergugat II yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan, dan apabila ada
permintaan lelang yang telah memenuhi syarat dan ketentuan dan dengan disertai
dokumen yang dipersyaratkan untuk pelaksanaan lelang, maka sesuai dengan
ketentuan Pasal 11 PMK No. 213/PMK.06/2020 Tentang Petunjuk Pelaksanaan
Lelang (selanjutnya disebut "PMK No. 213 Tahun 2020"), Tergugat II tidak boleh
menolaknya;
2. Bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 13 ayat (1) huruf k PMK No. 213 Tahun 2020,
diatur bahwa "Penjual bertanggung jawab terhadap gugatan perdata dan/atau
tuntutan pidana serta pelaksanaan putusannya akibat tidak dipenuhinya peraturan
perundang-undangan oleh Penjual";
3. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa Penggugat telah keliru dalam
menarik Tergugat II sebagai pihak yang digugat pada perkara a quo;
4. Oleh karena itu, Tergugat Il memohon dengan hormat kepada Majelis Hakim yang
memeriksa dan memutus perkara a quo untuk menolak gugatan Penguggat,
mengeluarkan Tergugat II dari pihak yang berperkara ini, atau setidak-tidaknya
menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);

B. Gugatan yang diajukan Penggugat Tidak Jelas dan Kabur (Exceptie Obscuur
Libel)
1. Bahwa perlu Tergugat II tegaskan, Penggugat mendalilkan agar membatalkan lelang
Tergugat II. Akan tetapi Penggugat sama sekali tidak dapat menguraikan,
menunjukkan atau menyebutkan dengan jelas dan pasti perbuatan Tergugat II yang
bertentangan dengan peraturan perundang-undangan atau ketentuan hukum yang
menurut Penggugat telah dilanggar oleh Tergugat II, sehingga dapat membatalkan
pelaksanaan lelang tersebut;
2. Bahwa keseluruhan tindakan Tergugat II terkait pelelangan yang dilakukan terhadap
aset milik Penggugat telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku
khususnya peraturan yang mengatur mengenal lelang, yakni Peraturan Menteri
Keuangan No. 213/PMK.06/2020 tentang Petunjuk Pelaksanaan Lelang;
3. Bahwa sebagaimana ditegaskan dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No.
4.K/Sip/1958 tanggal 13 Desember 1958, syarat mutlak untuk menuntut seseorang di
depan Pengadilan adalah adanya perselisihan hukum antara kedua pihak. Hal tersebut
dipertegas kembali dalam Yurisprudensi Mahkamah Agung RI No. 995 K/Sip/1975
tanggal 8 Agustus 1975, yang menyatakan suatu gugatan dapat diklasifikasikan tidak
memenuhi syarat formil gugatan, sehingga gugatan tersebut haruslah ditolak, dengan
pertimbangan:
a. Gugatan diajukan tanpa didasari adanya persengketaan mengenal
jumlah utang;
Penggugat sebagai debitur, pada dasarnya dibebani kewajiban untuk
membayar utang dan tidak mempunyai hak terhadap kreditur;
b. Untuk mengajukan gugatan dalam hubungan kewajiban hak antara
kedua belah pihak, baru dapat dibenarkan hukum apabila telah timbul
atau telah ada suatu hak yang dilanggar pihak lain.
4. Bahwa sesuai Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia No. 4 K/Sip/1958
tanggal 13 Desember 1958, yang menegaskan "Syarat mutlak untuk menuntut
seseorang di depan pengadilan adalah karena adanya perselisihan hukum
(sengketa hukum) antara kedua pihak”, sudah terbukti gugatan yang diajukan
Penggugat bukan didasari oleh adanya perselisihan hukum (sengketa hukum);
5. Bahwa berdasarkan uraian tersebut di atas, jelas bahwa gugatan Penggugat sangat
kabur dan tidak berdasarkan hukum, karena Penggugat sama sekali tidak dapat
menunjukkan tindakan Tergugat 11 yang merupakan perbuatan melawan hukum.
sehingga sangat berdasar hukum apabila Majelis Hakim menyatakan gugatan
Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard);
6. Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat I mohon kepada
Majelis Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo kiranya berkenan
memutus dengan amar yang menyatakan menerima eksepsi Tergugat II.

C. Eksepsi Persona Standi Non Judicio


1. Bahwa gugatan Penggugat khususnya yang ditujukan terhadap Tergugat I harus
dinyatakan tidak dapat diterima, sebab penyebutan persoon Tergugat II di dalam surat
gugatan Penggugat kurang tepat dan keliru, karena mencampuradukkan antara pejabat
yakni Menteri Keuangan RI dengan subjek hukum instansi;
2. Bahwa KPKNL Medan bukan merupakan badan hukum yang berdiri sendiri,
melainkan bagian dari Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI cq. DJKN oq.
Kantor Wilayah DJKN Sumatera Utara. Oleh karena itu, Tergugat II tidak
mempunyai kualitas untuk dapat dituntut dalam perkara perdata di muka Peradilan
Umum jika tidak dikaitkan dengan badan hukum induknya dan instansi atasannya;
3. Bahwa kekeliruan tersebut tercantum pada halaman 2 (dua) surat gugatan Penggugat,
dimana Penggugat menyebutkan persoon Tergugat II yang langsung ditujukan kepada
Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) Medan tanpa mengkaitkan
Pemerintah RI cq. Kementerian Keuangan RI cq. DJKN Kantor Wilayah DJKN
Sumatera Utara selaku instansi atasan Tergugat II;
4. Bahwa oleh karena KPKNL Medan bukanlah merupakan suatu organisasi yang
berdiri sendiri, melainkan hanya merupakan suatu badan hukum yang disebut Negara,
yang dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya harus dipertanggungjawabkan
kepada atasannya tersebut, maka dalam hal adanya tuntutan juga harus dikaitkan
dengan instansi atasannya tersebut;
5. Bahwa dengan dasar penjelasan yang dikemukakan oleh Tergugat II di atas,
menunjukan dan terbukti bahwa gugatan Penggugat yang langsung ditujukan kepada
KPKNL Medan tanpa mengkaitkan instansi atasannya adalah keliru dan tidak tepat,
karena secara fakta hukumnya, Tergugat II tidak mempunyai kualitas tersendiri untuk
dapat dituntut di muka Peradilan Umum, sehingga gugatan Penggugat tidak
memenuhi syarat formil untuk diajukan sebagai gugatan dan sudah sepatutnya untuk
dinyatakan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard).

D. Eksepsi Plurium Litis Consortitum (Kurang Pihak)


1. Bahwa setelah Tergugat II membaca secara keseluruhan gugatan Penggugat balik
dalam posita maupun petitumnya, ternyata masih terdapat pihak-pihak yang harus
ditarik/diikutsertakan dalam gugatan perkara a quo;
2. Bahwa mengingat pelelangan terhadap objek perkara a quo ialah laku terjual lelang,
yang akan dijelaskan oleh Tergugat II dalam bagian Pokok Perkara Jawaban di bawah
ini, pihak yang perlu ditarik/diikutsertakan juga dalam perkara a quo adalah pemenang
lelang;
3. Bahwa kehadiran pemenang lelang tersebut agar dapat memberikan keterangan dan
membela hak, kepentingan, maupun kedudukannya di muka persidangan
4. Bahwa dengan tidak ditariknya pemenang lelang tersebut sebagai Pihak dalam perkara
a quo, maka penyelesaian sengketa yang disengketakan tidak dapat diselesaikan
secara tuntas dan holistik. Hal ini dijelaskan oleh M. Yahya Harahap dalam bukunya
berjudul Hukum Acara Perdata halaman 439 menyatakan apabila masih ada orang
yang harus ikut dijadikan sebagai Penggugat atau Tergugat. barulah suatu sengketa
dapat diselesaikan secara tuntas dan menyeluruh;
5. Bahwa berdasarkan dalil-dalil tersebut, pemenang lelang tidak ditark atau
dikutsertakan sebagai pihak dalam perkara a quo, sesuai dengan Yurisprudensi
Mahkamah Agung R No. 1424 K/Sip/1975 tanggal 8 Juni 1976 yang menyebutkan:
"bahwa tidak dapat diterima gugatan ini adalah karena ada kesalahan mengenai pihak
yang seharusnya digugat akan tetapi belum digugat jo.Yurisprudensi Mahkamah
Agung RI No. 1586 K/pdt/1983 yang menyebutkan: "gugatan tidak dapat diterima
atas alasan gugatan mengandung cacat Plunum litis consortium" Oleh karena itu,
sudah sepatutnya gugatan Pelawan dinyatakan tidak dapat diterima (Niet
Ontvankelijk Verklaard) maka menjadikan gugatan a quo tidak sempurna
sehingga sudah sepatutnya gugatan a quo oleh Majelis Hakim dinyatakan tidak
dapat diterima (Niet Ontvankelijk Verklaard).

Bahwa berdasarkan uraian-uraian tersebut di atas, Tergugat II mohon kepada Majelis


Hakim yang memeriksa dan mengadili perkara a quo kiranya berkenan memutus dengan
amar yang menyatakan menerima eksepsi Tergugat II. Bahwa apabila Majelis Hakim
berpendapat lain. maka Tergugat II akan menanggapi gugatan dari Penggugat dalam bagian
Pokok Perkara sebagaimana diuraikan lebih lanjut berikut ini.

II. DALAM POKOK PERKARA (VERWEERTEN PRINCIPALE):


1. Bahwa terlebih dahulu Tergugat Il memohon apa yang diuraikan pada Jawaban dalam
Eksepsi di atas mohon dianggap telah menjadi satu kesatuan (mutatis mutandis)
dengan Jawaban dalam Pokok Perkara ini dan Tergugat II dengan tegas menolak
seluruh dalil gugatan Penggugat, kecuali terhadap hal-hal yang diakui secara tegas
oleh Tergugat II;
2. Bahwa Tergugat II tidak akan menanggapi dalil-dalil Penggugat secara keseluruhan,
namun hanya menanggapi secara pokoknya saja terutama terhadap dalil yang
ditujukan kepada Tergugat II;
3. Bahwa pokok permasalahan yang diajukan oleh Penggugat di dalam gugatannya.
khususnya terhadap Tergugat II adalah terkait pelaksanaan lelang eksekusi Hak
Tanggungan yang dimohonkan oleh Tergugat I atas objek lelang yang merupakan
jaminan utang/kewajiban antara Penggugat dengan Tergugat;Tentang Proses
Pelelangan Harus Melalui Pengadilan, Memohon Pembatalan, PMK
TidakTermasuk Dasar Hukum Berdasar Dalil Penggugat;
4. Bahwa Tergugat II dengan tegas membantah dan menolak dalil Penggugat dalam
Posita gugatannya yang menyatakan bahwa Tergugat II melakukan perbuatan
melawan hukum, cacat hukum, tidak sah, serta Penggugat yang memohon pembatalan
lelang, kemudian pelelangan harus melalui Pengadilan, Peraturan Menteri Keuangan
bukan menjadi dasar hukum;
5. Bahwa berdasarkan Pasal 8 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011
Sebagaimana Yang Telah Diubah terakhir kali Dengan Undang-Undang Nomor 13
Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Undang-Undang
Nomor 12 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan,
menentukan bahwa;"(1) Peraturan Perundang-undangan selain sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 7 ayat (1) mencakup peraturan yang ditetapkan oleh Majelis
Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah,
Mahkamah Agung, Mahkamah Konstitusi, Badan Pemeriksa Keuangan, Komisi
Yudisial, Bank Indonesia, Menteri, badan, lembaga. atau komisi yang setingkat yang
dibentuk dengan Undang-Undang atau Pemerintah atas perintah Undang-Undang,
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi, Gubernur, Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten/Kota, Bupati/Walikota, Kepala Desa atau yang setingkat;
6. Bahwa oleh karena itu, Peraturan Menteri Keuangan merupakan bagian dari peraturan
perundang-undangan;
7. Bahwa sebagaimana diakui sendiri oleh Penggugat dalam Posita Gugatan
Perlawanannya halaman 2, fakta hukumnya adalah Penggugat merupakan Debitur dari
Tergugat I yang telah menerima fasilitas kredit berdasarkan Perjanjian Kredit beserta
Perjanjian Aksesoir/Perubahan lainnya;
8. Bahwa perjanjian kredit bosorta perjanjian-perjanjian aksesoir/tambahannya yang
ditandatangani bersama antara Penggugat dan Tergugat 1, dibuat atas kesepakatan dan
Itikad baik yang merujuk kepada ketentuan Pasal 1320 KUH Perdata, yaitu adanya
para pihaknya cakap, mengenai suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal.
Perjanjian kredit tersebut mengikat para pihak karena sesuai ketentuan hukum, semua
persetujuan yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi Penggugat
dan Tergugat 1. Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan
sepakat kedua belah pihak atau karena alasan yang oleh undang-undang dinyatakan
cukup untuk itu, sebagaimana ketentuan Pasal 1338 KUH Perdata;
9. Bahwa berdasarkan kewenangan yang diperoleh melalui Pasal 6 Undang-Undang No.
4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah Beserta Benda-Benda yang
Berkaitan dengan Tanah, Tergugat I mengajukan permohonan lelang atas objek
perkara a quo kepada Tergugat II sesuai Surat No.
012/KSP-SMS/COLL-MEDAN/IV/2022 tanggal 6 April 2022 perihal Permohonan
Jadwal Lelang;
10. Bahwa berdasarkan Pasal 11 PMK No. 213 Tahun 2020 bahwa "Kepala KPKNL,
Pejabat Lelang Kelas II, atau Pemimpin Balai Lelang tidak boleh menolak
permohonan lelang yang diajukan kepadanya sepanjang dokumen persyaratan
lelang telah lengkap dan memenuhi Legalitas Formal Subjek dan Objek Lelang";
11. Bahwa dikarenakan menurut Tergugat 1 Penggugat selaku Debitur telah wanprestasi
terhadap prestasi kepada Tergugat I, maka Tergugat telah mengeluarkan 3 (tiga) kali
surat peringatan kepada Debitur, yaitu:
a. Surat Peringatan I No. ID001225984/SP/SUKM-20259/VIII/2023 tanggal 1 Juli
2023;
b. Surat Peringatan II No. ID001225995/SP/SUKM-20259/IX/2023 tanggal 12 Juli
2023;
c. Surat Peringatan III No. ID001225901/SP/SUKM-20259/X/2023 tanggal 25 Juli
2023.
12. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 55 ayat (1) PMK No. 213 Tahun 2020 terhadap rencana
lelang dimaksud telah diumumkan kepada khalayak umum melalui Selebaran tanggal
12 Mei 2022 sebagai Pengumuman Pertama Lelang Eksekusi Hak Tanggungan dan
surat kabar harian Waspada tanggal 27 Mei 2022 sebagai Pengumuman Kedua Lelang
Eksekusi Hak Tanggungan, yang di dalamnya tercantum nilai limit lelang dan uang
jaminan lelang. sehingga pelaksanaan lelang tersebut telah memenuhi Asas Publisitas;
13. Bahwa dengan tegas Tergugat II menyatakan bahwa dalil-dalil/alasan-alasan
Penggugat yang menyatakan keberatan atas rencana/permohonan/pelimpahan dari
Tergugat I kepada Tergugat II karena Tergugat II dalam menerima dan melaksanakan
lelang eksekusi hak tanggungan barang jaminan hutang adalah berdasarkan Undang
Undang Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang telah memenuhi persyaratan
lelang mengingat lelang terhadap objek perkara a quo dilaksankan pada tanggal 23
April 2019 maka dasar hukum yang digunakan ialah sesuai dengan PMK No. 213
Tahun 2020, mengingat pelaksanaan lelang atas objek perkara a quo dalam tanggal
10 Juni 2022, sehingga dasar hukum yang berlaku ialah PMK No. 213 tahun
2020, bukan PMK No. 27 Tahun 2016 sebagaimana yang didalilkan oleh
Penggugat;
14. Bahwa hak untuk menjual objek Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri merupakan
salah satu perwujudan dari kedudukan diutamakan yang dipunyai oleh pemegang Hak
Tanggungan Hal tersebut didasarkan pada janji yang diberikan oleh Pemberi Hak
Tanggungan in casu Penggugat bahwa apabila debitor cidera janji, Pemegang Hak
Tanggungan in casu Tergugat berhak untuk menjual obyek Hak Tanggungan melalui
pelelangan umum tanpa memerlukan persetujuan lagi dari Penggugat. Hal tersebut
terdapat pada Akta Pengakuan Hutang dan didasarkan pada Pasal 6 UUHT;
15. Bahwa dalam Pasal 6 UU Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 dengan tegas juga
dinyatakan bahwa Kreditor Pemegang Hak Tanggungan Peringkat (Pertama) dapat
melakukan eksekusi melalui Parate Executie. Dengan demikian, Tergugat I selaku
Kreditur Pemegang Hak Tanggungan mempunyai kewenangan melakukan eksekusi
dengan menjual lelang objek jaminan. Oleh karenanya jelas dalam permasalahan a
quo, Tergugat I sebagai pejabat penjual lelang bertindak sebagai pelaksana lelang atas
permintaan Tergugat dan telah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku;
16. Bahwa berdasarkan Pasal 14 ayat (2) dan ayat (3) UU HT yang berbunyi:
(2) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memuat irah-
irah dengan kata-kata "DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG
MAHA ESA
(3) Sertifikat Hak Tanggungan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (2)
mempunyai kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan yang
telah memperoleh kekuatan hukum tetap dan berlaku sebagai pengganti grosse acte
Hypotheek sepanjang mengenai hak atas tanah.
Maka Tergugat I dapat secara langsung mengeksekusi objek Hak Tanggungan tanpa
harus menunggu adanya putusan atau penetapan eksekusi pengadilan terlebih dahulu
apabila Penggugat wanprestasi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UU HT karena
Sertifikat Hak Tanggungan atas objek Hak Tanggungan memiliki kekuatan
eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan;
17. Bahwa berdasarkan Pasal 20 ayat (1) UU HT yang berbunyi:
(1) Apabila debitor cidera janji, maka berdasarkan:
a. hak pemegang Hak Tanggungan pertama untuk menjual objek Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, atau
b. titel eksekutorial yang terdapat dalam sertifikat Hak Tanggungan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (2), objek Hak Tanggungan
dijual melalui pelelangan umum menurut tata cara yang ditentukan dalam
peraturan perundang-undangan untuk pelunasan plutang pemegang Hak
Tanggungan dengan hak mendahulu dari pada kreditor-kreditor lainnya.
18. Bahwa berdasarkan fakta melalui Surat Peringatan I, II, dan III dari Tergugat 1, maka
dapat dibuktikan dan diketahui bahwa Penggugat telah atau sudah wanprestasi
sehingga unsur Debitur cidera janji dalam Pasal 20 ayat (1) UU HT telah terpenuhi;
19. Bahwa setelah dilakukan penelitian kelengkapan berkas, Tergugat I menerbitkan
Surat Nomor S-1319/KNL.0201/2023 tanggal 1 Agustus 2023 hal Penetapan Jadwal
Lelang;
20. Bahwa pelaksanaan lelang terhadap objek perkara a quo telah sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku yang mana hasilnya laku terjual
sebagaimana yang tercantum dalam Risalah Lelang No. 544/04/2023 tanggal 7
Agustus 2023.

Tentang Perbuatan Melawan Hukum Yang Didalilkan Penggugat

21. Bahwa Tergugat II dengan tegas menolak dalil-dalil gugatan Penggugat, baik dalam
Posita maupun Petitum Gugatan, yang pada intinya menyatakan bahwa Para Tergugat
telah sengaja mengabaikan proses hukum dan bertentangan dengan hukum yang
berlaku adalah merupakan perbuatan melawan hukum sehubungan dengan
pelaksanaan lelang Objek Perkara a quo;
22. Bahwa dall Penggugat tersebut sangat mengada-ada dan tidak berdasar hukum sama
sekali karena dari seluruh uraian Tergugat I tentang pelelangan atas Objek Perkara a
que di atas, dengan jelas membuktikan bahwa pelelangan yang dilakukan oleh
Tergugat i atas permintaan dan Tergugat telah memenuhi seluruh ketentuan peraturan
perundangan yang berlaku dan dapat mematahkan dalil-dalil gugatan Penggugat
sehingga dalil-dall gugatan Penggugat patut untuk dikesampingkan, (vide Buku II
Mahkamah Agung halaman 149 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas dan
Administrasi Pengadilan disebutkan bahwa "lelang yang telah dilakukan sesuai
dengan ketentuan yang berlaku tidak dapat dibatalkan");
23. Bahwa perlu Penggugat pahami, pelaksanaan lelang eksekusi Hak Tanggungan yang
dimohonkan oleh Tergugat I kepada Tergugat I adalah lelang eksekusi Hak
Tanggungan berdasarkan kewenangan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 6 UU
Hak Tanggungan No. 4 Tahun 1996 yang mengatur bahwa "Apabila debitor cidera
janji, pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual obyek
Hak Tanggungan atas kekuasaan sendiri melalui pelelangan umum serta
mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan tersebut";
24. Bahwa dapat Tergugat Il sampaikan Kembali, fakta hukumnya adalah Penggugat
yang merupakan Debitur dari Tergugat I yang meskipun telah diberikan 3 (tiga) kali
Surat Peringatan oleh Tergugat namun Penggugat tetap tidak melakukan
pembayaran/penyelesaian kewajiban/utang/kreditnyanya kepada Tergugat I sehingga
Tergugat menyatakan bahwa Penggugat telah wanprestasilalai memenuhi pembayaran
kewajiban kewajiban/utang/kreditnyanya (default/macet), dan selanjutnya Tergugat
selaku Pemegang Hak Tanggungan Peringkat (Pertama) mengajukan lelang eksekusi
Hak Tanggungan atas Objek Perkara a quo, tanpa perlu adanya persetujuan dari
Penggugat;
25. Bahwa dengan demikian telah dengan tegas terbukti bahwa dalil-dalil Penggugat bak
dalam Posita dan Petitum Gugatan tersebut sangat mengada-ada dan Sidak berdasar
hukum sama sekali sehingga patut untuk dikesampingkan;
26. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 1365 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, unsur-
unsur perbuatan melawan hukum antara lain:
 Adanya suatu perbuatan,
 Perbuatan tersebut melawan hukum;
 Adanya kesalahan atau kelalaian atau kurang hati-hati dari si pelaku, Adanya
kerugian bagi korban,
 Adanya hubungan kausal antara perbuatan dengan kerugian.
27. Bahwa untuk dapat dikatakan suatu perbuatan melawan hukum, selain perbuatan yang
melawan undang-undang, maka perbuatan tersebut harus dapat dibuktikan:
a. Bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku;
b. Melanggar hak subyektif orang lain;
c. Melanggar kaidah tata susila;
d. Bertentangan dengan asas kepatutan, ketelitian serta sikap hati-hati yang
seharusnya dimiliki seseorang dalam pergaulan dengan sesama warga
masyarakat atau terhadap harta benda orang lain.
28. Bahwa ternyata dalam gugatan Penggugat tidak ada satupun uraian yang dapat
menunjukkan tindakan-tindakan apa yang dapat dikategorikan sebagai perbuatan
melawan hukum, bertentangan dengan hak orang lain, dan melanggar hak subyektif
orang lain, sehingga bagaimana mungkin dapat dikatakan bahwa ada perbuatan
Tergugat II yang dapat membatalkan lelang tersebut;

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut di atas, Tergugat Il mohon kepada
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Medan yang memeriksa dan mengadili perkara a quo,
kiranya berkenaan memutus dengan amar sebagai berikut:

PRIMAIR

DALAM EKSEPSI:

1. Menerima eksepsi Tergugat II,


2. Menyatakan gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk
verklaard).

DALAM POKOK PERKARA:

1. Menolak gugatan Penggugat untuk seluruhnya atau setidak-tidaknya menyatakan


gugatan Penggugat tidak dapat diterima (niet ontvankelijk verklaard
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara.

SUBSIDAIR

Apabila Majelis Hakim yang terhormat berpendapat lain, kami mohon putusan yang
seadil -adilnya (ex aequo et bono).Terima kasih.

Hormat kami,
Kuasa Tergugat II

Nora Listika Siahaan SH.,MH

Anda mungkin juga menyukai