Anda di halaman 1dari 19

EKSISTENSI ASAS LEGALITAS DALAM PENEGAKAN HAK ASASI

MANUSIA : SEBUAH KAJIAN DILEMATIS


Oleh :
Noor Fatimah Mediawati
Dosen Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Sidoarjo

Abstrak
Asas hukum merupakan aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum yang abstrak dan pada
umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum. Salah satu asas hukum
yang sangat terkenal adalah asas legalitas, sebuah asas yang lebih menekankan aspek kepastian
hukum. Namun saat dihadapkan dengan persoalan pelanggaran HAM berat, eksistensi asas
legalitas harus dibenturkan dengan ketentuan pasal 46 UU Pengadilan HAM. Menjadi dilematis
karena asas legalitas masih dilindungi oleh pasal 28I ayat (1) UUD 1945.
Kata kunci: Asas hukum, asas legalitas, HAM
Abstract
The legal principles refer to fundamental rules and abstract principles which play a very
significant part in practical legal cases. The legal principles even constitute one of the most well-
known principles in legal cases. That is, they are the principles which ensure the focus of certainty
whenever any legal cases are at hand. However, as the principles are confronted to a very serious
violation of human rights, they are usually espoused with the rule as stated in the Article no. 46 on
the subject of “human rights”. Still, it is often a dilemma since the legal principles are meant to be
set out in accordance with the Act 281 no 1 of UUD 1945.
Keywords: legal principle, the principle of legality, human rights

tersebut menegaskan bahwa suatu


1. PENDAHULUAN perbuatan yang dilarang harus
terlebih dahulu dirumuskan dalam
Adagium Nullum delictum peraturan perundang-undangan
nulla poena sine praevia lege sebelum perbuatan itu dilakukan.
poenali (tidak ada pidana tanpa Artinya, setiap orang berhak untuk
ketentuan pidana yang diadili berdasarkan ”hukum yang
mendahuluinya) atau yang kerap berlaku”, bukan ”hukum yang masih
disebut sebagai asas legalitas, begitu akan berlaku”. Disinilah orang per
mengemuka dalam banyak kajian orang sebagai warga negara
ilmu hukum. Secara mendasar, asas

41
mendapatkan hak kepastian hukum- selayaknya harus sudah ter- cover
nya.
dalam ketentuan perundang-
Sedikit turn back, istilah asas
undangan yang ada di masa dan di
legalitas sebenarnya tidak ditemukan
dalam hukum Romawi Kuno tempat itu.2
(dimana diketahui bahwa hukum
Bagaimana di Indonesia ?,
Romawi Kuno adalah acuan dari
ketentuan asas legalitas diatur dalam
sistem hukum Civil Law yang antara
lain dianut oleh Indonesia). Pasal 1 ayat (1) Kitab Undang-
Kalaupun ada istilah yang
Undang Hukum Pidana (KUHP)
menyebutkan tentang suatu
Indonesia yang berbunyi: “Tiada
kejahatan, mereka menggunakan
istilah criminal extra ordinaria, suatu peristiwa dapat dipidana selain
artinya kejahatan-kejahatan yang
dari kekuatan ketentuan undang-
tidak disebut dalam undang-undang.
undang pidana yang
Diantara criminal extra ordinaria,
crimina stellionatus (perbuatan jahat) mendahuluinya.”
merupakan istilah yang cukup
Andi Hamzah
1
menonjol.
menterjemahkan dengan
Para penguasa/ raja di masa
terminologi, “Tiada suatu
itupun sangat berpeluang
perbuatan (feit) yang dapat
menggunakan kekuasaannya untuk
dipidana selain berdasarkan
bertindak sewenang-wenang. Oleh
kekuatan ketentuan
sebab itu, sangat diperlukan
perundang-undangan pidana
pemikiran bahwa perbuatan-
yang mendahuluinya”.
perbuatan jahat yang dapat dipidana
Moeljatno menyebutkan pula
1
Moeljatno, Asas-asas Hukum
Pidana, Rineka Cipta, Cetakan Ketujuh,
2
2000, h.23-24 Ibid, h.24

42
bahwa, “Tiada suatu suatu refleksi dari prinsip

perbuatan dapat dipidana “legality”. Nyoman Serikat

kecuali atas kekuatan aturan Putra Jaya, menyebutkan

pidana dalam perundang- perumusan asas legalitas

undangan yang telah ada, dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP

sebelum perbuatan mengandung makna asas lex

dilakukan”. Oemar Seno temporis delicti, artinya

Adji menentukan prinsip undang-undang yang berlaku

“legality” merupakan adalah undang-undang yang

karakteristik yang essentieel, ada pada saat delik terjadi

baik ia dikemukakan oleh atau disebut juga asas

“Rule of Law” – konsep, “nonretroaktif”, artinya ada

maupun oleh faham larangan berlakunya suatu

“Rechtstaat” dahulu, maupun undang-undang pidana secara

oleh konsep “Socialist surut. Asas legalitas juga

Legality”. Demikian berkaitan dengan larangan

misalnya larangan berlakunya penerapan ex post facto

hukum Pidana secara criminal law dan larangan

retroaktif atau retrospective, pemberlakuan surut hukum

larangan analogi, berlakunya pidana dan sanksi pidana

azas “nullum delictum” (nonretroactive application

dalam Hukum Pidana,

kesemuanya itu merupakan

43
of criminal laws and criminal maka di sanalah asas legalitas

sanctions).3 “dipertaruhkan eksistensinya”. Apa

Maka hampir semua orang dan bagaimana ?

sepakat, bahwa asas legalitas adalah

sebuah prinsip hukum yang harus

dijunjung tinggi. Bahkan, asas

legalitas menjadi salah satu penanda

baik atau buruknya sebuah sistem II. PEMBAHASAN


ASAS LEGALITAS SEBAGAI
hukum yang berlaku di sebuah
ASAS HUKUM
negara (Principle of Legality Fuller).
Menurut terminology bahasa,
Dan sebagai sebuah asas, ia
terdapat dua pengertian mengenai
berfungsi sebagai penjaga
asas. Pertama, asas sebagai dasar
konsistensi sistem hukum itu sendiri.
atau alas. Kedua. Asas sebagai
Jadi, sebenarnya, no something’s
kebenaran yang menjadi pokok dasar
wrong dari asas legalitas. Tetapi
atau tumpuan berpikir atau
ketika asas itu dihadapkan dengan
berpendapat. asas hukum adalah
sejumlah kasus pelanggaran Hak
dasar-dasar umum yang terkandung
Asasi Manusia (HAM) yang
dalam peraturan hukum, dasar-dasar
mungkin saja belum ada
umum tersebut merupakan sesuatu
pengaturannya dalam undang-
yang mengandung nilai-nilai etis. 4
undang saat tindak pidana dilakukan,

3
Lilik Mulyadi, Asas Legalitas 4
Diakses dari
dalam Perspektif Hukum Pidana
Indonesia dan Kajian Perbandingan http://adampamrahman.blogspot.com/2012/0
Hukum, diakses dari http://pn-
3/asas-asas-hukum-yang-berlaku-di.html
kepanjen.go.id

44
Asas hukum merupakan tidak boleh bertentangan dengan asas

aturan dasar dan prinsip-prinsip hukum.5

hukum yang abstrak dan pada Beberapa ahli juga

umumnya melatarbelakangi menegaskan tentang asas hukum,

peraturan konkret dan pelaksanaan sbb6 :

hukum. Dalam bahasa Inggris, istilah 1. Bellefroid

“asas” dimaksudkan sebagai Bellefroid merumuskan asas hukum

“principle”. Adapun dalam Kamus sebagai norma dasar yang dijabarkan

Besar Bahasa Indonesia, “asas” dari bentuk positif dan yang oleh

memiliki beberapa makna, yakni ilmu hukum tidak dianggap berasal

sebagai : dari aturan-aturan yang bersifat

1. Hukum dasar; umum.

2. Dasar (sesuatu yang menjadi 2. Eikima Hommes

tumpuan berpikir atau Eikima Hommes menegaskan bahwa

berpendapat); dan asas hukum tidak dapat dipandang

3. Dasar cita-cita. sebagai norma-norma hukum yang

Sehingga, berdasarkan hal tersebut, konkrit, akan tetapi perlu dipandang

baik peraturan perundang-undangan, sebagai dasar-dasar umum atau

putusan hakim, pelaksanaan hukum petunjuk bagi hukum yang berlaku.

maupun sistem hukum, seyogyanya

5
Marwan Mas, Pengantar Ilmu
Hukum, Ghalia Indonesia, 2004, h.109
6
Muamar, Asas Hukum, diakses
dari
http://artasite.blogspot.com/2010/11/asas-
hukum.html

45
Sehingga pembentukan hukum harus Beberapa asas hukum yang

berorientasi pada asas-asas hukum cukup terkenal di Indonesia adalah7 :

tersebut. 1. Audi et alteram partem atau

audiatur et altera pars.

3. The Liang Gie Artinya, bahwa para pihak harus

Liang Gie berpendapat bahwa asas didengar. Apabila persidangan

merupakan suatu dalil umum yang sudah dimulai, maka hakim harus

dinyatakan dalam istilah umum. mendengar dari kedua belah pihak

Dalil umum itu tidak menyertakan yang bersengketa, bukan hanya dari

cara-cara khusus terkait satu pihak saja.

pelaksanaanya, tetapi diterapkan 2. Bis de eadem re ne sit action

pada serangkaian perbuatan untuk atau Ne bis in idem

menjadi petunjuk yang tepat bagi Artinya, menyangkut perkara yang

perbuatan itu. sama dan sejenis tidak boleh

4. Paul Scholten disidangkan untuk kali kedua.

Paul Scholten mendefinisikan asas 3. Clausula rebus sic stantibus.

hukum sebagai kecenderungan- Artinya, syarat dalam hukum

kecenderungan yang diisyaratkan Internasional bahwa suatu perjanjian

oleh pandangan kesusilaan terhadap antar negara masih tetap berlaku,

hukum, yang merupakan sifat-sifat apabila situasi dan kondisinya tetap

umum dengan segala keterbatasanya. sama.

Dan keberadaan asas hukum harus

ada, tidak boleh tidak.


7
http://adampamrahman.blogspot.c
om, loc.cit.

46
4. Cogitationsis poenam nemo 9. Fiat justitia ruat coelum atau

patitur fiat justicia pereat mundus.

Artinya, tiada seorang pun dapat Artinya, meskipun esok langit akan

dihukum oleh sebab apa yang runtuh atau dunia akan musnah,

dipikirkannya. keadilan harus tetap ditegakkan.

5. Concubitus facit nuptias 10. Geen straf zonder schuld

Artinya, perkawinan dapat terjadi Artinya, tiada hukuman tanpa

karena hubungan kelamin kesalahan.

6. Die normatieven kraft des 11. Hodi mihi cras tibi

faktischen Artinya, ketimpangan atau

Artinya, perbuatan yang dilakukan ketidakadilan yang menyentuh

berulang kali memiliki kekuatan perasaan, akan tetap tersimpan dalam

normatif. hati nurani rakyat.

7. De gustibus non est 12. In dubio pro reo

disputandum Artinya, dalam keragu-raguan

Artinya, mengenai selera tidak dapat diberlakukan ketentuan yang paling

disengketakan. menguntungkan bagi si terdakwa.

8. Errare humanum est, turpe in 13. Koop breekt geen huur

errore perseverrare Artinya, jual beli tidak memutuskan

Artinya, berbuat kekeliruan itu sewa menyewa. Perjanjian sewa-

manusiawi, namun tidaklah baik menyewa tidak berubah, walaupun

untuk mempertahankan terus barang yang disewanya beralih

kekeliruan tersebut.

47
tangan. Contohnya, pada pasal 1576 mengesampingkan peraturan yang

KUH Perdata. sebelumnya.

14. Lex dura sed tamen scripta 18. Lex specialis derogate legi

atau Lex dura sed ita scripta generali

artinya, undang – undang bersifat Artinya, peraturan yang lebih khusus

keras (memaksa), sehingga tidak mengesampingkan peraturan yang

dapat diganggu gugat dan telah bersifat lebih umum. Contoh :

tertulis. pemberlakuan KUH Dagang

15. Lex niminem cogit ad terhadap KUH perdata dalam hal

impossibilia perdagangan.

Artinya, undang-undang tidak 19. Melius est accieperer quam

memaksa seseorang untuk facerer injuriam

melakukan sesuatu yang tidak Artinya, lebih baik mengalami

mungkin. ketidakadilan, daripada melakukan

ketidakadilan.

16. Lex superior derogat legi 20. Nullum crimen nulla poena

inferior sine lege

Artinya, peraturan yang lebih tinggi Artinya, tidak ada kejahatan tanpa

mengesampingkan peraturan yang peraturan perundang – undangan

lebih rendah tingkatannya. yang mengaturnya

17. Lex posterior derogat legi priori 21. Nullum delictum nulla poena

Artinya, peraturan yang lebih baru sine praevia lege poenali

48
Artinya, tiada suatu perbuatan dapat seseorang dianggap tidak bersalah

dihukum, kecuali atas kekuatan sebelum ada putusan hakim yang

dalam ketentuan pidana dalam UU menyatakan ia bersalah dan putusan

yang telah ada lebih dahulu daripada hakim tersebut telah mempunyai

perbuatan itu. Lihat Pasal 1 ayat (1) kekuatan yang tepat.

KUHP. 26. Quiquid est in territorio, etiam

22. Nemo plus juris tarnsferre est de territorio

potest quam ipse habet Merupakan asas hukum Internasional

Artinya, tak seorang pun dapat yang menyatakan bahwa apa yang

mengalihkan lebih banyak haknya berada dalam batas-batas wilayah

daripada yang ia miliki. suatu negara tunduk kepada hukum

23. Opinio necessitates negara itu.

Artinya, keyakinan atas sesuatu 27. Qui tacet consentire videtur

menurut hukum adalah perlu sebagai Artinya, siapa yang berdiam diri

syarat untuk timbulnya hukum dianggap menyetujui.

kebiasaan. 28. Res nullius credit occupant

24. Pacta sunt servanda Artinya, benda yang ditelantarkan

Artinya, setiap perjanjian itu pemiliknya dapat diambil untuk

mengikat para pihak dan harus ditaati dimiki.

dengan I’tikad baik. 29. Res judicata pro veritate

25. Presumption of innocence habeteur

Artinya, atau bisa juga disebut asas Artinya, putusan hakim dianggap

praduga tidak bersalah, yaitu bahwa

49
benar sampai ada putusan hakim lain Artinya, kata-kata biasanya tidak

yang mengoreksinya. berbekas sedangkan apa yang ditulis

30. Summum ius summa injuria tetap ada.

Artinya, keadilan tertinggi dapat Lebih khusus menyangkut

berarti ketidakadilan tertinggi. asas legalitas, meskipun sering

dirujuk dengan adagium berbahasa

latin nullum delictum nulla poena

31. Similia similibus sine praevia lege poenali

Artinya, dalam perkara yang sama sebagaimana tersebut sebelumnya,

harus diputus dengan hal yang sama Jan Remmelink mengungkapkan

pula, tidak pilih kasih. bahwa adagium tersebut justru tidak

32. Testimonium de auditu berasal dari hukum Romawi Kuno.

Artinya, kesaksian dapat didengar Adagium dimaksud dikembangkan

dari orang lain. oleh juris Jerman yang bernama von

34. Ut sementem feceris ita metes Feuerbach sebagai bagian dari ajaran

Artinya, siapa yang menanam klasik. Dalam bukunya, Lehrbuch

sesuatu maka dialah yang akan des Peinlichen Rechts (1801),

memetik hasilnya. Dan siapa yang Feuerbach mengemukakan teori

menabur angin, dialah yang akan tekanan jiwa (Psychologische Zwang

menuai badai. Theorie) yang menyatakan bahwa

35. Verba Volant scripta manent. suatu ancaman pidana merupakan

usaha preventif terjadinya tindak

pidana itu sendiri, sehingga

50
diharapkan orang yang akan karena melanggar hak asasi

melakukan tindak pidana mampu manusia.

menekan niatnya.8 4. Analogi, bahwa dalam

Aspek-aspek asas legalitas penerapannya ilmu hukum

yang secara ketat diterapkan pada memberikan peluang untuk

sistem hukum civil law adalah9 : dilakukan interpretasi

1. Lex scripta, bahwa terhadap rumusan perbuatan

penghukuman harus berdasar yang dilarang itu. Penafsiran

undang-undang/ hukum analogi adalah apabila

tertulis. terhadap perbuatan yang saat

2. Lex certa, bahwa pembuat dilakukan tidak merupakan

undang-undang harus tindak pidana, diterapkan

merumuskan secara jelas dan ketentuan hukum pidana yang

rinci tentang perbuatan yang berlaku untuk tindak pidana

disebut dengan tindak pidana. lain yang memiliki sifat atau

3. Non retroaktif, bahwa bentuk yang sama dengan

ketentuan peraturan perbuatan tersebut/ keduanya

perundang-undangan yang dipandang analog satu

merumuskan tentang tindak dengan lainnya.

pidana tidak bisa ASAS LEGALITAS VS UPAYA


PENEGAKAN HAM
diberlakukan surut/ retroaktif,
Berbicara tentang hak asasi,

8
ELSAM, Asas Legalitas dalam maka yang dimaksudkan adalah hak-
Rancangan KUHP 2005, Position Paper
Advokasi RUU KUHP Seri #1 hak dasar yang dimiliki oleh
9
Ibid, hal 4-6

51
manusia, sesuai dengan kodratnya. Pengakuan terhadap Hak

Hak tersebut meliputi hak untuk Asasi Manusia (HAM), memiliki dua

hidup, hak kemerdekaan atau landasan, yaitu:12

kebebasan, hak milik dan hak – hak 1. Kodrat manusia. Bahwa

dasar lain yang melekat pada setiap manusia mempunyai

individu dan tidak dapat diganggu persamaan derajat dan

gugat oleh orang lain. Hak asasi martabat, tanpa pembedaan

manusia ini pada hakikatnya bukan ras, agama, suku, agama,

semata-mata berasal dari manusia itu bahasa dll.

sendiri, melainkan dari Tuhan YME, 2. Tuhan sebagai Pencipta

yang dibawa sejak manusia lahir. 10 manusia. Bahwa semua

Senada dengan hal tersebut, manusia adalah makhluk

Musthafa Kemal Pasha (2002) juga Allah SWT, yang sama

menyatakan bahwa hak asasi dihadapanNya, kecuali amal

manusia adalah hak-hak dasar yang masing-masing.

dibawa manusia sejak ia lahir yang

melekat secara esesnsi sebagai Undang-undang Nomor 39

anugerah Allah SWT.11 Tahun 1999 tentang HAM (UU

HAM) juga menegaskan bahwa

HAM merupakan seperangkat hak

10
disarikan dari yang melekat pada hakikat dan
http://pemahamantentanghakasasimanusia.bl
keberadaan manusia sebagai
ogspot.com/
11
Winarno, Paradigma Baru
Pendidikan Kewarganegaraan, edisi kedua,
12
Penerbit: Bumi Aksara, hal.129. Ibid

52
makhluk Tuhan YME dan 3. Property Rights, misalnya :
hak memiliki sesuatu, hak
merupakan anugerah-Nya yang wajib mengadakan perjanjian, hak
hidup layak.
dihormati, dijunjung tinggi, dan 4. Social and Cultural Rights,
misalnya : mendapatkan
dilindungi oleh negara hukum, pendidikan.
5. Rights of Legal Equality,
pemerintahan, dan setiap orang demi yaitu hak mendapat perlakuan
yang sama dalam hukum dan
kehormatan serta perlindungan pemerintahan.
6. Procedural Rights, yaitu hak
harkat dan martabat manusia. mendapatkan perlakuan sama
dalam tata cara peradilan dan
Sehingga tidak berlebihan kiranya perlindungan.

ketika TIM ICCE UIN (2003)


Maka demikianlah, sudah
merumuskan ciri pokok dan hakikat
jamak pengakuan bahwa HAM
HAM sbb :13
bersifat universal, harus dihormati
1. HAM tidak perlu diberikan,
dan dilindungi. Namun, di dunia
dibeli maupun diwarisi,
sendiri tidak pernah sepi dari
karena telah secara otomatis
dimiliki oleh manusia. perdebatan tentang pelaksanaan
2. HAM berlaku untuk semua
HAM. Walaupun semua negara
orang.
sepakat tentang ke-universalitas-an
3. HAM tidak dapat dilanggar.
Beberapa bidang yang termasuk HAM, tetapi dalam prakteknya
dalam lingkup HAM yaitu :14
masing-masing toh memiliki
1. Personal Rights, misalnya :
hak kemerdekaan, hak pandangan tersendiri. Terdapat dua
memeluk agama, hak
berpendapat. teori yang saling berlawanan
2. Political Rights, misalnya :
hak memilih dan dipilih, hak mengenai wacana universalitas dan
berserikat, berkumpul.

13
Ibid, hal. 130
14
Ibid, hal.131

53
partikularitas HAM. Dua teori paket yang berlaku sama di mana

tersebut adalah :15 pun dan sampai kapanpun.

1. Teori relativisme kultural Terhadap dua teori tersebut,


Indonesia tampaknya tidak ingin
2. Teori universalitas HAM
terjebak pada salah satu kutub.
Teori pertama berpendapat bahwa
Sebaliknya, Indonesia berupaya
tidak ada hak yang universal, karena menyelaraskan keduanya dalam
konteks NKRI.
semua bergantung pada kondisi
Dalam upaya menjunjung
sosial masyarakat setempat, sehingga
tinggi HAM, hal itu ditandai dengan
saat berbenturan dengan nilai-nilai keikutsertaan Indonesia dalam
meratifikasi beberapa konvensi
lokal, maka HAM harus
internasional terkait seperti :16
dikontekstualisasikan. Penganut teori
1. Konvensi Jenewa 12 Agustus
1949, yang diratifikasi
ini melihat universalitas HAM
dengan Undang-undang
Nomor 59 Tahun 1958.
sebagai imperialisme kebudayaan
2. Konvensi tentang Hak Politik
Kaum Perempuan, yang
Barat. Sedangkan Teori kedua,
diratifikasi dengan Undang-
undang Nomor 68 Tahun
berargumen bahwa perbedaan
1958.
3. Konvensi tentang
kebudayaan bukan berarti
Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi terhadap
membenarkan perbedaan konsepsi
Perempuan, yang diratifikasi
dengan Undang-undang
HAM. Kelompok ini menilai bahwa
Nomor 7 Tahun 1984.
4. Konvensi Hak Anak, yang
pemahaman HAM merupakan satu
diratifikasi dengan Keppres
Nomor 36 Tahun 1990.
5. Konvensi Pelarangan,
Pengembangan, Produksi dan
Penyimpanan Senjata
15
A.Ubaedillah dan A.Rozak, Biologis dan Beracun sera
Pendidikan Kewarganegaraan, Edisi Pemusnahannya, yang
Ketiga: Demokrasi, Hak Asasi Manusia dan
Masyarakat madani, Penerbit: Kencana
Media Group dan ICCE UIN Syarif
16
Hidayatullah Jakarta, hal.122 Winarno, Op.cit.,hal.140.

54
diratifikasi dengan Keppres Pengadilan HAM (UU
Nomor 58 Tahun 1991.
Pengadilan HAM).
6. Konvensi Internasional
terhadap Antiapartheid dalam 3. Pengadilan HAM Ad hoc,
Olahraga, yang diratifikasi
yang dibentuk atas usul DPR
dengan Undang-undang
Nomor 48 Tahun 1993. berdasarkan peristiwa
7. Konvensi Menentang
tertentu melalui Keppres
Penyiksaan dan Perlakuan
atau Penghukuman Lain yang guna memeriksa dan
Kejam, yang diratifikasi
memutus perkara
dengan Undang-undang
Nomor 5 Tahun 1998. pelanggaran HAM sebelum
8. Kovenan Internasional
diundangkannya UU
tentang Hak-hak Sipil dan
Politik, yang diratifikasi Pengadilan HAM.
dengan Undang-undang
4. Komisi Kebenaran dan
Nomor 12 Tahun 2005, dll.
Rekonsiliasi, yang
Disamping itu, dalam rangka
keberadaannya dimungkinkan
penegakan HAM di Indonesia,
berdasarkan alternatif
dibentuk beberapa kelembagaan baik
penyelesaian pelanggaran
oleh Pemerintah maupun oleh
HAM berat diluar Pengadilan
lembaga swadaya masyarakat, yaitu
HAM yang diberikan oleh
:17
UU Pengadilan HAM.
1. Komisi Nasional Hak Asasi
5. Komisi untuk orang hilang
Manusia (Komnas HAM),
dan tindak kekerasan
yang dibentuk berdasarkan
(KONTRAS)
Keppres Nomor 5 Tahun
6. Yayasan Lembaga Bantuan
1993 dan dikukuhkan dengan
Hukum Indonesia (YLBHI)
UU HAM.
7. Lembaga Studi dan Advokasi
2. Pengadilan HAM, yang
Masyarakat (ELSAM)
dibentuk berdasarkan
8. Human Rights Watch
Undang-undang Nomor 26
Tahun 2000 tentang
Mengingat begitu tingginya

harapan Pemerintah dan masyarakat


17
Ibid, hal.138

55
Indonesia terhadap upaya penegakan tidak mendapatkan atau

HAM tersebut, terlebih juga dikhawatirkan tidak akan

Konstitusi Negara (UUD 1945) telah memperoleh penyelesaian hukum

secara jelas menempatkan bangsa yang adil dan benar berdasarkan

Indonesia sebagai bangsa yang mekanisme hukum yang berlaku.

mengakui HAM, maka sangat wajar Pelanggaran HAM

jika Pemerintah bersama masyarakat dikategorikan kedalam dua bentuk,

senantiasa berupaya agar para pelaku yaitu: pelanggaran HAM berat dan

kejahatan dan pelanggaran HAM pelanggaran HAM ringan.

sebanyak mungkin harus diberi efek Pelanggaran HAM berat meliputi

jera melalui sanksi pidana. kejahatan genosida dan kejahatan

Pasal 1 angka 6 UU HAM terhadap kemanusiaan. Selain itu,

menyebutkan bahwa yang dimaksud maka termasuk pelanggaran HAM

dengan pelanggaran HAM adalah ringan. 18

setiap perbuatan seseoarang atau Kejahatan genosida adalah

kelompok orang termasuk aparat setiap perbuatan yang dilakukan

negara baik disengaja maupun tidak untuk menghancurkan atau

disengaja atau kelalaian yang secara memusnahkan seluruh atau sebagian

melawan hukum mengurangi, kelompok bangsa, ras, kelompok

menghalangi, membatasi dan atau etnis, dan kelompok agama, yang

mencabut Hak Asasi Manusia dilakukan dengan cara :19

seseorang atau kelompok orang yang

dijamin oleh Undang-undang, dan 18


A.Ubaedillah, Op.Cit.,hal.123
19
Lihat di Pasal 8 UU Pengadilan
HAM

56
a. Membunuh anggota d. pengusiran atau pemindahan
kelompok.
b. Mengakibatkan penderitaan penduduk secara paksa;
fisik atau mental yang berat
terhadap anggota kelompok. e. perampasan kemerdekaan
c. Menciptakan kondisi
atau perampasan kebebasan
kehidupan kelompok yang
akan mengakibatkan fisik lain secara
kemusnahan secara fisik baik
sewenangwenang yang
seluruh atau sebagiannya.
d. Memaksakan tindakan- melanggar (asas-asa)
tindakan yang bertujuan
ketentuan pokok hukum
mencegah kelahiran dalam
suatu kelompok. intemasional;
e. Memindah paksakan anak-
f. penyiksaan;
anak dari suatu kelompok ke g. perkosaan, perbudakan
seksual, pelacuran secara
kelompok lainnya.
paksa, pemaksaan kehamilan,
Adapun kejahatan terhadap
pemandulan atau sterilisasi
kemanusiaan adalah salah satu secara paksa atau bentuk-
bentuk kekerasaan seksual
perbuatan yang dilakukan sebagai
lain yang setara;
bagian dari serangan yang meluas
h. penganiayaan terhadap suatu
atau sistematik yang diketahuinya kelompok tertentu atau
perkumpulan yang didasari
bahwa serangan tersebut ditujukan
persamaan paham politik, ras,
secara langsung terhadap penduduk
kebangsaan, efnls, budaya,
sipil, berupa :20 agama, jenis kelamin atau
alasan lain yang telah di,akui
a. pembunuhan;
secara universal sebagai hal
b. pemusnahan;
yang dilarang menurut
c. perbudakan; hukum internasional;
i. penghilangan orang secara
paksa; atau
20
Lihat pasal 9 UU Pengadilan j. kejahatan apartheid;
HAM

57
ketentuan peraturan perundang-
Terhadap pelanggaran HAM
undangan yang berlaku surut, secara
berat itulah, dan sebagai upaya
tersirat termaktub dalam Pasal 28I
memenuhi rasa keadilan, maka asas
ayat (1) UUD 1945, yang berbunyi,
legalitas “dikesampingkan”, alias
“hak untuk hidup, hak untuk
dapat diberlakukan asas retroaktif.
tidak disiksa,..., dan hak untuk
Hal ini sejalan dengan amanat Pasal
tidak dituntut atas dasar hukum
46 UU Pengadilan HAM, yang
yang berlaku surut adalah hak
berbunyi,” Untuk pelanggaran
asasi manusia yang tidak dapat
hak asasi manusia yang berat
dikurangi dalam keadaan apapun”
sebagaimana dimaksud dalam

Undang undang ini tidak berlaku III. PENUTUP


Eksistensi asas legalitas
ketentuan mengenai kadaluarsa.”
sebagai prinsip hukum yang harus
Namun pada kenyataannya,
dijunjung tinggi, menemui hal
hal tersebut masih menjadi dilema. dilematis ketika harus dihadapkan
dengan upaya penegakan HAM,
Eksistensi asas legalitas yang harus
khususnya untuk pelanggaran HAM
dibenturkan dengan persoalan
berat.
penegakan HAM, harus banyak Dari sekian banyak kajian,
seyogyanya dapat ditarik benang
dikaji lebih dalam. Di satu sisi, untuk
merah yang dapat “menuntaskan”
melindungi kepentingan dan “HAM”
dilema tersebut. Masing-masing sisi,
para korban, asas legalitas memang baik itu asas legalitas, maupun
penegakan HAM, sama-sama
layak “dikesampingkan”. Tetapi, di
berpeluang untuk dimenangkan.
sisi lain, perlindungan terhadap
Jika asas legalitas dalam
pelaku pelanggar HAM atas proses penegakan HAM memang

58
harus “dikalahkan”, maka Pasal 28I Ubaedillah, A. dan A.Rozak,
Pendidikan
ayat (1) UUD 1945 harus
Kewarganegaraan, Edisi
diamandemen dengan segera, karena Ketiga: Demokrasi, Hak
Asasi Manusia dan
ia adalah konstitusi negara, yang
Masyarakat madani,
menempati urutan tertinggi dalam Penerbit: Kencana Media
Group dan ICCE UIN Syarif
hierarki peraturan perundang-
Hidayatullah Jakarta
undangan di Indonesia saat ini.
Winarno, Paradigma Baru
Sebaliknya, jika Pasal 46 UU
Pendidikan
Pengadilan HAM perlu direvisi, Kewarganegaraan, Edisi
Kedua, Penerbit: Bumi
maka dapat diajukan judicial review.
Aksara
Wallahua’lam bishawab.
-----------
,http://adampamrahman.blogs
pot.com/2012/03/asas-asas-
hukum-yang-berlaku-di.html
DAFTAR PUSTAKA
-----------
Buku dan Website
,http://pemahamantentanghakasasima
nusia.blogspot.com/
ELSAM, Asas Legalitas dalam
Rancangan KUHP 2005,
Position Paper Advokasi
Peraturan Perundang-undangan
RUU KUHP Seri #1
UUD 1945 hasil amandemen
Mas, Marwan, 2004, Pengantar
Ilmu Hukum, Ghalia Indonesia,
Undang-Undang Nomor 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia
Moeljatno, 2000, Asas-asas Hukum
Pidana, Cetakan Ketujuh,
Undang-undang Nomor 26 Tahun
Penerbit: Rineka Cipta
2000 tentang Pengadilan HAM
Muamar, Asas Hukum, diakses dari
Kitab Undang-undang Hukum
http://artasite.blogspot.com/2
Pidana
010/11/asas-hukum.html

Mulyadi, Lilik. Asas Legalitas


dalam Perspektif Hukum
Pidana Indonesia dan
Kajian Perbandingan
Hukum, diakses dari
http://pn-kepanjen.go.id

59

Anda mungkin juga menyukai