Arti Sempit : bagian dari ilmu hukum Arti Luas : tidak terfokus pada
yang pada dasarnya mempelajari dan norma yang dilanggar saja tetapi
menjelaskan perihal hukum pidana juga membahas mengapa terjadi
yang berlaku di suatu negara pelanggaran atas norma-norma
(ius constitutum). tersebut, bagaimana upaya agar
norma itu tidak dilanggar dan
mengkaji serta membentuk
hukum pidana yang dicita-citakan
(ius constituendum)
Pengertian Hukum Pidana
Adresat
Materiil-Formil & Objektif-Subjektif
Setiap orang
Nasional Lokal
Khusus :
Umum : 1. Melindungi kepentingan hukum.
Mengatur dan menyelenggarakan
kehidupan masyarakat agar tercipta dan 2. Memberi dasar legitimasi bagi negara dalam rangka
terpeliharanya ketertiban umum. menjalankan fungsi melindungi kepentingan hukum.
Modern
Klasik
Kelakuan Akibat
(Handeling) (gevolg)
Elemen-Elemen Perbuatan Pidana
5) Subyektif onrechtselement
Sejarah Asas Legalitas
Kitab Suci Kasus Jean Calas & Mauriac Kecaman terhadap putusan oleh
Al-Qur'an & Injil Antonie Calas Voltaire, Rosseau & Montesquieu
Schaffmeister
Moeljatno Groenhuijsen 1) Tidak ada pidana kecuali
berdasarkan ketentuan pidana
1) tidak ada perbuatan yang dilarang dan diancam 1. Pembuat undang-undang tidak boleh memberlakukan menurut UU.
dengan pidana kalau hal itu terlebih dahulu belum suatu ketentuan pidana berlaku mundur.
dinyatakan dalam suatu aturan undang-undang. 2) Tidak boleh beranalogi
2. Semua perbuatan yang dilarang harus dimuat dalam
3)Tidak ada pidana hanya
rumusan delik yang sejelas-jelasnya. kebiasaan
2) Dalam menentukan adanya
3. Hakim dilarang menyatakan bahwa terdakwa 4) Lex Certa
perbuatan pidana tidak boleh
melakukan perbuatan pidana didasarkan pada hukum
digunakan analogi.
tidak tertulis atau hukum kebiasaan. 5) Tidak berlaku surut = ex post
facto, non retroaktif = lex
4. Terhadap peraturan hukum pidana dilarang diterapkan praevia.
3) aturan-aturan hukum pidana tidak
berlaku surut. analogi.
6) Tidak ada pidana lain selain
dalam UU
Instrumental Melindungi
2.Titik berat pada dasar dan tujuan pemidanaan Nulla Poena sine CrimineAnslem von Feuerbach
Generale Preventie psychologische zwang.
3.Titik berat pada kedua unsur yang sangat penting yaitu agar orang menghindari perbuatan pidana dan
pemerintah tidak sewenang-wenang van Der Donk
4.Titik berat pada perlindungan hukum kepada negara dan masyrakat G.W.PatonNullum crimen sine poena
legali a crime is a socially dangerous act of commission or ommission as prescribed in a criminal law.
Pembatas Asas legalitas Verandering in de
Wetgeving
Pasal 1 ayat (2) KUHP
Orang Tempat
Perluasan Teknis
Proteksi : Hukum pidana Indonesia berlaku atas perbuatan
pidana yang melanggar keamanan dan integritas atau
kepentingan vital ekonomi atau kepentingan lainnya yang
hendak dilindungi yang dilakukan di luar wilayah Indonesia
Pasal 4 ke-1, ke-2 dan ke-3 KUHP
Subjektif Objektif
Prinsip Kewarganegaraan Universal : Hukum pidana Indonesia berlaku atas perbuatan pidana
yang melanggar kepentingan masyarakat internasional. Perbuatan
tersebut dikualifikasikan sebagai kejahatan internasional atau delicta
jure gentium atau delit droit de gens Pasal 4 ke 4 KUHP
Aktif
Pasif
NeBis In Idem
Pasal 76
Kemampuan bertanggung jawab Keadaan batin tertentu dari si Tidak dapat dipertanggungjawabkan
dari si pembuat. pembuat yang dihubungkan dengan suatu kejadian oleh si pembuat karena
kejadian. ada alasan penghapus
pertanggungjawaban
2. PROF. MOELJATNO Delik = perbuatan pidana Perbuatan yg dilarang oleh suatu aturan hukum, larangan mana
disertai ancaman (sangsi) yg berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd perbuatan (yaitu suatu keadaan
atau kejadian yg ditimbulkan o/ kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan
kpd orang yg menimbulkan kejadian itu.
3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana yg ditinjau adalah adalah peristiwa (feit) dari sudut hukum pidana.
Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya menunjuk kpd suatu kejadian
yg ttt saja, misalnya : kematian.
Lanjutan …... DEFINISI DELIK
NO TOKOH DEFINISI
4. VAN Delik = strafbaar feit kelakuan orang (menselijke gedraging) yg
HAMEL dirumuskan dalam wet, yg bersifat melawan hukum, yg patut dipidana
(strafwaardig) & dilakukan dgn kesalahan.
1. Cara Perumusannya 1. Delik formal yg dirumuskan adl tindakan yg dilarang (beserta hal/kedaan lainnya) dgn tidak
mempersoalkan akibat dr tindakan itu, ex : 160 (penghasutan), 209 (penyuapan), 247 (sumpah
palsu), 362 (pencurian)
2. Delik material selain dilakukannya tindakan yg terlarang tsb, masih harus ada akibat yg timbul
krn tindakan itu, baru dpt dikatakan telah terjadi tindak pidana tsb sepenuhnya (voltooid), ex : 338
(pembunuhan), 378 (penipuan)
2. Cara Melakukan Tindak 1. Delik komisi tindakan aktif (active handeling) yg dilarang yg u/ pelangarannya diancam pidana,
Pidana ex : dilarang membunuh (338), dilarang mencuri (362), dilarang berzina (284)
2. Delik omisi tindakan pasif (passive handeling) yg diharuskan, yg jika tidak melakukannya
diancam dgn pidana, ex : 224 (keharusan jd saksi), 164 (wajib melaporkan kejahatan ttt)
3. Delik campuran tindakan yg mrpk campuran delik komisi & delik omisi, ex : 306 (membiarkan
seseorang yg wajib dipeliharanya yg berakibat matinya orang itu); 194 (seorang penjaga palang pintu
KA yg tdk menutup pintu palang KA ketika KA lewat sehingga mengakibatkan kecelakaan KA &
matinya orang)
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :
4. Berakhir atau 1. Delik berakhir (aflopende delict) tindakan sudah sempurna (vooltoid), jk petindak telah
Berkesinambungannya Suatu Delik melakukan suatu tindakan terlarang menurut UU
2. Delik berkesinambungan atau berkesiterusan (voortdurende delict) dalam beberapa hal,
tindakan yg terlarang menurut UU tsb dilakukan secara berkesinambungan atau berjalan
terus dengan sendirinya.
Ex :
Perampasan kemerdekaan seseorang (333), perampasan kemerdekaan itu sendiri jk tdk
diteruskan adalah delik berakhir.
Penyertaan pd perusahaan judi (303)
Penyertaan pd perkumpulan terlarang (169)
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :
6. Pada Tindak Pidana itu Ditentukan 1. Delik biasa ex : 362 (pencurian biasa), 338 (pembunuhan biasa)
Keadaan yg Memberatkan atau 2. Delik dikualifisir (diperberat) ex : 363 terhadap 362 (pencurian), 340 terhadap 338
Meringankan Pidana (pembunuhan)
3. Delik diprivilisir (diperingan) ex : 341 terhadap 338 (pembunuhan anak), 308
terhadap 305 & 306 (seorang ibu yg meninggalkan anaknya
Pd delik2 (2) & (3) mempunyai unsur2 yg dipunyai delik (1), disamping unsur keadaan yg
memberatkan pidana u/ (2) & unsur keadaan yg meringankan pidana u/ (3).
7. Bentuk Kesalahan Petindak 1. Delik kesengajaan (Delik Dolus) diperlukan adanya kesengajaan, ex : Ps. 338
(pembunuhan), 354 (sengaja melukai berat orang lain)
2. Delik kealpaan (Delik Culpa) orang sudah dpt dipidana bila kesalahannya itu
berbentuk kealpaan, ex : 359 (kealpaan yg menyebabkan matinya orang), 360
(kealpaan yg menyebabkan orang lain luka berat)
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :
10. Perbedaan Subjek 1. Delik khusus (delict propria) subjek dr delik khusus hanya orang2 atau golongan ttt
sbg petindak dr dr tindak pidana khusus ybs.
subjek dr delik khusus ex : PNS, militer, dll
2. Delik umum (commune delicten) subjek dr delik umum dlm KUHP pd umumnya
dirumuskan dgn “barang siapa”, yaitu siapa saja (setiap orang) sebagaimana ditentukan
Ps. 2 s.d. 9 KUHP
Lanjutan …..
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :
– Teori Absolut.
– Teori Relatif.
– Teori Gabungan.
– Teori Kontemporer
KESALAHAN
– Mezger : kesalahan sebagai keseluruhan syarat yang memberi dasar pencelaan pribadi terhadap
pelaku perbuatan / tindak pidana
– Remmelink : pencelaan yang ditujukan oleh masyarakat yang menerapkan standar etis yang berlaku
pada waktu tertentu terhadap manusia yang melakukan perilaku menyimpang yang sebenarnya dapat
dihindari
– Kesalahan dalam pengertian psikologis : hubungan batin antara pelaku dengan perbuatan yang
dilakukannya
– Elemen kesalahan :
1. Kemampuan bertanggungjawab
2. Hubungan psikis pelaku dengan perbuatan yang dilakukan
3. Tidak ada alasan penghapus pertanggungjawaban pidana (alasan pembenar dan alasan pemaaf).
KEMAMPUAN
BERTANGGUNGJAWAB
– Van Hamel : ukuran mengenai kemampuan bertanggungjawab (bersifat kumulatif)
1. Mampu memahami secara sungguh-sungguh akibat dari perbuatannya
2. Mampu untuk menginsyafi bahwa perbuatan itu bertentangan dengan ketertiban masyarakat
3. Mempu untuk menentukan kehendak untuk berbuat
Pasal 44 ayat (1) KUHP : brangsiapa melakukan perbuatan yang tidak apat dipertanggungjawabkan
padanya, disebabkan karena jiwanya cacat dalam tumbuhnya atau terganggunya karena penyakit
maka tidak dipidana
Alasan Pembenar :
1. Perintah UU
2. Keadaan psikis orang tersebut / gila (Pasal 44 KUHP)
3. Overmacht (Pasal 48 KUHP) pembelaan darurat (Pasal 49 KUHP)
ALASAN PEMBENAR
– Yaitu alasan yg menghapuskan sifat melawan hukumnya perbuatan, sehingga apa yg dilakukan
o/ terdakwa lalu mjd perbuatan yg patut & benar.
– Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg dipandang orang sbg alasan pembenar adalah pasal2
sbb :
49 (1), mengenai pembelaan terpaksa (noodweer);
50, mengenai melaksanakan ketentuan UU;
51 (1), melaksanakan perintah atasan;
48, mengenai daya paksa (overmacht).
ALASAN PEMAAF
– Biasanya dalam titel 3 Buku Pertama yg dipandang orang sbg alasan pemaaf adalah pasal2
sbb :
49 (2), mengenai pembelaan yg melampaui batas;
51 (2), penuntutan pidana tentang perintah jabatan yg tanpa wenang
48, mengenai daya paksa (overmacht).
ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN
– Asas kesalahan : tiada pidana tanpa kesalahan (geen straf zonder schuld)
– Asas kesalahan : dasar dari pertanggungjawaban pidana
– Pertanggungjawaban pidana : Simons : suatu keadaan psikis sehingga penerapan
suatu ketentuan pidana dari sudut pandang umum dan pribadi dianggap patut
– Lebih lanjut Simons : dasar adanya tanggungjawab dalam hukum pidana adalah
keadaan psikis tertentu pada orang yang melakukan perbuatan pidana dan adanya
hubungan antara keadaan tersebut dengan perbuatan yang dilakukan yang
sedemikian rupa sehingga orang itu dapat dicela karena melakukan perbuatan tadi.
– Elemen penting dari pertanggungjawaban pidana adalah kesalahan
Teori tentang pertanggungjawaban pidana
a. Doktrin identifikasi yaitu perbuatan/kesalahan “pejabat senior” diidentifikasi sbg perbuatan/kesalahan
korporasi, disebut juga teori organ
b. Doktrin pertanggungjawaban pengganti (vicarious liability) bahwa majikan adalah penanggungjawab utama
dari perbuatan para buruh/karyawannya. Dapat dihubungkan ke majikan apabila ada pendelegasian
kewenangan dan kewajiban yg relevan menurut UU.
c. Doktrin pertanggungjawaban yg ketat menurut UU (strick liability), pertanggungjawaban pidana berdasarkan
UU
d. Doktrin Corporate culture model, korporasi dapat dipertanggungjawabkan dilihat dari prosedur, sistem
bekerjanya atau budaya kerja yg ada pada korporasi tersebut.
e. Doktrin of aggregation, doktrin yg memperhatikan kesalahan sejumlah orang scr kolektif yaitu terhadap
orang2 yg bertindak untuk dan atas nama suatu korporasi. Apabila terdapat sekelompok orang yg melakukan
suatu t.p namun orang tersebut bertindak untuk dan atas nama suatu korporasi atau untuk kepentingan
korporasi maka korporasi tersebut dapat dimintakan pertanggungjawaban scr pidana.
f. Doktrin reactive corporate fault, dibawah kesalahan reaktif, korporasi membuat dirinya sendiri
bertanggungjawab untuk mengamati & melaporkan disiplin internal setelah sebuah pelanggaran terjadi & jg
menyelesaikan tanggungjawab tersebut.
Prinsip tanggungjawab
1. Prinsip tanggungjawab berdasarkan kesalahan karena melakukan wanprestasi : mengakui pertanggungjawaban
berdasarkan hubungan kontrak
2. Prinsip tanggungjawab karena melakukan perbuatan melawan hukum. Lahir karena perbuatan yg merugikan kepada
orang lain mewajibkan orang yg krn salahnya mengganti kerugian tersebut.
3. Prinsip tanggungjawab pengganti, dlm situasi tertentu seseorang dpt dibebani tanggungjawab untuk kesalahan perdata
yg dilakukan orang lain.
4. Prinsip tanggungjawab berdasarkan kesalahan, unsur kesalahan dlm prinsip ini mrpkan isu sentral yg hrs diperhatikan.
5. Prinsip tanggungjawab berdasarkan praduga bersalah, apabila kerugian timbul dlm suatu penyelenggara maka
berlakulah asumsi/anggapan bhw hrs bertanggungjawab atas kerugian yg terjadi.
6. Prinsip dianggap tidak harus bertanggungjawab , merupakan suatu bentuk tanggungjawab bersyarat, artinya korban hrs
membuktikan kesalahan pihak perusahaan/orang yg dipekerjakannya, apabila tdk dpt membuktikan maka ganti rugi tdk
dpt diberikan.
7. Prinsip tanggungjawab tanpa kesalahan, bahwa seseorang hrs bertanggungjawab ketika kerugian terjadi terlepas dari
ada tidaknya kesalahan pada dirinya sehingga aktor kesalahan bukan lagi unsur yg hrs dibuktikan di pengadilan.
• TP oleh anak (Psl 47 diubah Psl
81 UU No. 11 Thn 2012);
Dikurangi • Delik Percobaan (Pasal 53 ayat (2)
pidananya (3);
• Delik Pembantuan (pasal 57 ayat (1)
(2).
• Pemberatan krn Jabatan (ps. 52);
PERBUATAN MENCOCOKI Diperberat • Perbarengan (Ps.63-71);
RUMUSAN DELIK pidananya • Recidive (Ps. 486-488)
Dihapuskan
pidananya
Inwendig uitwendig
Umum Khusus
Pasal 44, 48 – Ex, Psl 166,
51 KUHP Psl 221 ayt 2
Pertumbhn jiwa yg tdk Overmacht
sempurna Pemblln terpaksa
Umur yg msh sangat Melaks UU Alasan Alasan
muda pembenar
Melaks perintah jabtn Pemaaf
Penghapus Pidana
Diatur dalam UU Di luar UU Putatief
Catatan:
• ada beberapa jenis penyakit jiwa yang
penderitanya hanya dapat
dipertanggungjawab sebagian;
• perbuatan lain yang bukan karena penyakit
jiwa, tetap dipertanggungjawabkan.
Metode untuk menentukan seseorang tidak dapat
dipertanggungjawabkan terhadap perbuatan
1). Harus ada serangan. Tidak terhadap semua serangan, ttp yg:
a. seketika;
b. yang langsung mengancam;
c. melawan hokum;
d. ditujukan pada badan, peri-kesopanan dan harta benda.
2). Ada pembelaan yang perlu diadakan terhadap serangan itu.
e. pembelaan harus dan perlu diadakan;
f. pembelaan harus menyangkut kepentingan-kepentingan yang disebut dalam undang-
undang yakni adanya serangan pada badan (lijf), peri-kesopanan (eerbaarheid) dan harta-
benda (goed) kepunyaan sendiri atau orang lain.
Azas subsidiaritas dan proporsionalitas dalam
Pembelaan Darurat
Org bertindak berdsr berbgi kept/ Syarat pembelaan itu ditentukan scr
alasan limitatif
Syarat:
• pembelaan itu perlu dan harus diadakan;
• pembelaan melampaui batas dilakukan sebagai akibat yang
langsung dari kegoncangan jiwa yang hebat;
• Antara kegoncangan jiwa tersebut dan serangan harus ada
hubungan kausal. Kegoncangan jiwa yang hebat dikarenakan
adanya penyerangan dan bukan karena sifatnya yang mudah
tersinggung
5. Menjalankan Peraturan Undang-Undang
(Psl 50)
– Pasal 51 ayat 2 “Perintah jabatan tanpa wenang, tidak menghapuskan pidana, kecuali jika
yang diperintah dengan itikad baik mengira bahwa perintah diberikan dengan wewenang
dan pelaksanaanya termasuk dalam lingkungan pekerjaannya”.
– Perbuatan orang ini tetap bersifat melawan hukum, akan tetapi pembuatnya tidak dipidana,
apabila memenuhi syarat-syarat:
– Jika perintah yang pada kenyataanya tidak sah itu, dikiranya perintah yang sah (secara patut ia
mengira bahwa perintah itu adalah sah/ dengan iktikad baik dikiranya perintah itu sah);
– Perintah itu terletak dalam lingkungan wewenang dari orang yang diperintah.
– pelaksanaan perintah itu ada dalam batas wewenangnya Seorang bawahan mengira bahwa
perintah atasan untuk memukul tahanan adalah sah maka ia_tetap dapat dipidana, karena
memukul seorang tahanan tidak termasuk wewenang dari seorang anggota polisi
ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN
• Abolisi dan
• ne bis in idem, • Amnesti
• terdakwa meninggal • Praktek penyampingan
dunia, perkara serba ringan (dahulu
• daluwarsa, pernah dinyatakan dalam
Penjelasan Umum Undang-
• penyelesaian di luar acara,
undang No. 13/1961)
dan • tidak menuntut perkara demi
• tidak adanya aduan pada Kepentingan umum
delik-delik aduan. berdasarkan asas
opportunitas
Alasan Penghapusan Penuntutan
(KUHP)
1.Tdk penuhi Pasal 2-8
2.Ps 61,63 penerbit (berkaitan dg brg cetakan)
3.Tdk ada pengaduan Pada delik aduan;
4. a. Ne bis in idem (Pasal 76)
b. Terdakwa meninggal (Pasal 77)
c. Daluwarsa (Pasal 78)
d. shicking (Pasal 82)
ne bis in idem (Psl. 76)
– satu tahun apabila mengenai kejahatan atau pelanggaran yang dilakukan dengan
percetakan;
– waktu enam tahun apabila mengenai kejahatan yang diancam pidana denda,
kurungan atau penjara paling lama tiga tahun;
– dua belas tahun apabila mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara lebih dari tiga tahun, dan
– delapan belas tahun apabila mengenai kejahatan yang diancam dengan pidana
penjara seumur hidup atau pidana mati.
mulai berlakunya tenggang waktu
daluwarsa
– hari berikutnya sesudah perbuatan pidana dilakukan, kecuali:
– saat hasil kejahatan pemalsuan/pengrusakan uang, meterai , surat dipergunakan
( pasal 244, 253, 263 KUHP);
– saat sesudah dibebaskan/meninggal dunia orang yang langsung menjadi korban
perampasan kemerdekaan dari kejahatan pasal 328, 329, 330, 333 KUHP, dan
– saat penyerahan daftar Burgerlijke Stand ke panitera pengadilan sebagai pelanggaran
pasal 556, 558a KUHP.
Penghentian Daluwarsa
– karena tindakan penuntutan, asal diketahui oleh org yg dituntut dan telah
diberitahukan menurut aturan umum;
– Penundaan daluwarsa karena perselisihan prae yudisial;
Apa yang dimaksud Tindakan
Penuntutan ?
– apabila jaksa memberitahukan kepada hakim mengenai adanya perkara pidana
yang ditandai dengan mengirimkan daftar perkara,
– terdakwa ditahan oleh jaksa atau perpanjangan penahanan yang dimintakan
kepada hakim; dan
– apabila semua tindakan itu diberitahukan/ diketahui oleh terdakwa, maka hal itu
ada tindakan penuntutan sebagaimana ditentukan dalam pasal 80 KUHP.
Penyelesaian di luar acara
(Pasal 82 KUHP)
– disebut lembaga penebusan (afkoop) atau juga disebut lembaga hukum
perdamaian (schikking);
– Dilakukan terhadap:
– pelanggaran yang diancam dengan pidana denda saja;
– pembayaran denda harus sebanyak maksimum ancaman pidana denda beserta dengan
biaya lain yang harus dikeluarkan, atau penebusan harga tafsiran bagi barang yang
terkena perampasan; dan
– harus bersifat sukarela dari inisiatif terdakwa sendiri yang sudah cukup, umur.
Alasan tidak adanya'pengaduan
pada delik aduan
– Perkara delik aduan yang tidak dipenuhi syarat pengaduan menjadi alasan
wewenang penuntutan hapus atau gugur.
– Delik aduan yang relatif ada jika syarat pengaduan harus ditujukan kepada orang
tertentu, seperti kejahatan pencurian di kalangan keluarga menurut pasal 367 KUHP.
– Delik aduan yang absolut pengaduan yang bersifat umum pengaduan tidak terbatas
pada orang tertentu yang diadukan saja, seperti ketentuan delik aduan pasal 284
KUHP harus diartikan pengaduan terhadap pelaku laki-laki berarti pula pengaduan
terhadap pelaku perempuan.
GUGURNYA MENJALANI PIDANA
– Putusan hakim pidana yang telah mempunyai kekuatan tetap wajib dijalankan,
ttp berdasarkan alasan tertentu, sebelum putusan tersebut dijalankan dapat
menjadi gugur karena:
a. terpidana telah meninggal dunia,
b. daluwarsa,
c. Grasi (di luar KUHP).
Jangka waktu daluwarsa
gugurnya menjalani pidana
KUHP :
– Pidana Pokok
1. Pidana Mati.
2. Pidana Penjara.
3. Pidana Kurungan.
4. Pidana Denda.
5. Pidana Tutupan (UU No. 20/1946).
– Pidana Tambahan
1. Perampasan Barang Tertentu.
2. Pencabutan Hak Tertentu.
3. Pengumuman Putusan Hakim.
JENIS PIDANA (2)
RUU KUHP (2015):
– Pidana Pokok
1. Pidana Penjara.
2. Pidana Tutupan.
3. Pidana Pengawasan.
4. Pidana Denda.
5. Pidana Kerja Sosial.
– Pidana Tambahan
1. Perampasan Barang Tertentu/Tagihan.
2. Pencabutan Hak Tertentu.
3. Pengumuman Putusan Hakim.
4. Pembayaran Ganti Kerugian
5. Pemenuhan Kewajiban Adat.
– Pidana Mati : pidana pokok bersifat khusus.
JENIS PIDANA (3)
UU No. 11/2012 :
– Pidana Pokok
1. Pidana Peringatan.
2. Pidana Dengan Syarat : (a) Pembinaan di luar
lembaga; (b) Pelayanan masyarakat; atau
(c) Pengawasan.
3. Pelatihan Kerja.
4. Pembinaan Dalam Lembaga.
5. Penjara.
– Pidana Tambahan
1. Perampasan keuntungan yang diperoleh
dari tindak pidana .
2. Pemenuhan kewajiban adat.
PERUMUSAN JENIS PIDANA
– Dalam teori hukum pidana alasan2 yg menghapuskan pidana dibedakan mjd : alasan pembenar, alasan
pemaaf dan alasan penghapus tuntutan.
TERIMA KASIH