Anda di halaman 1dari 29

HUKUM KEPOLISIAN

DAN KRIMINALISTIK
Semester Ganjil

DOSEN
Dr. Hj. INDRAWATI, Dra., M. M. Pd.
H. Asep M. Hamim, S.H., M.H.
Bandung, September 2022
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Organisasi Polri di markas besar / Mabes Polri

291
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Organisasi Polri di markas besar / Mabes Polri

2
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Organisasi Polri di tingkat Polda

3
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Organisasi Polri di tingkat Polres

4
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Organisasi Polri di tingkat Polsek

5
AS
RA W P

AD
I NDE

A
BAB V
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH
ORGANISASI KEPOLISIAN REPUBLIK INDONESIA
Pengertian
A. Kedudukan Polri dalam sistem ketatanegaraan menurut SADJIJONO (2008 : 53)
1. Posisi lembaga negara dibandingkan dengan lembaga lainnya
2. Kedudukan berdasarkan fungsi utamanya
3. Lihat fungsi Polri berdasarkan UU No 2 tahun 2002 (pada pasal 2, pasal 5 (1,2) dan
pasal 13)

4. Kedudukan kepolisian
• Kedudukan Polri tidak diatur dalam UUD 1945 hanya mencantumkan “Presiden
memegang kekuasaan yang tertinggi atas Angkatan Darat, Angkatan Laut dan
Angkatan Udara”
• Lihat ketentuan pasal 30 ayat 5 UUD 1945 menyatakan adanya tindak lanjut
pembentukan UU tentang susunan dan kedudukan hubungan kewenangan
dalam menjalankan tugasnya
• Selanjutnya dibentuk UU Kepolisian sejak tahun 1961 (UU No 13 tahun 1951, UU
No 28 tahun 1997 dan dirubah menjadi UU No 2 tahun 2002 dgn memposisikan
Polri berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Presiden RI berbeda
6
sebelumnya waktu itu Polri masih di bawah Menko Polhukam
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

• Peraturan Presiden RI No 89 tahun 2000 dan Ketetapan MPR RI Nomor VII/MPR/


2000 tentang peranan TNI dan Polri
• Ketetapan MPR RI Nomor VI/MPR/2000 tentang pemisahan TNI dan Polri
Dalam kebijakan pemerintah Kapolri dilibatkan dalam sidang kabinet yang
disejajarkan dengan Panglima TNI intinya bahwa kedudukan Polri dalam tata
negara langsung dibawah Presiden RI
2. Susunan Kepolisian pasal 7 UU No 2 tahun 2002
Polri sebagai organisasi ada dua macam
a. Yang dibentuk dari bawah merupakan kelompok keluarga, lingkungan,
masyarakat
b. Polri yang disusun oleh penguatan pemerintah (negara) yang disebut Rule
Appointed police yaitu susunan Polri yang diatur oleh Keputusan Presiden RI No
70 tahun 2002. Organisasi Polri berjenjang dari tingkat pusat sampai dengan
kewilayahan di pusat = Markas Besar, di kewilayahan = Polda
c. Keputusan Kapolri No Kep/53/X/2002 tingkat wilayah Polda, Polwil, Polres dan
7
Polsek sesuai kebutuhan satuan wilayah
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

3. Pembagian dan perubahan Daerah hukum kepolisian


a. Pasal 6 UU Nomor 2 Tahun 2002
b. PP RI No 23 tahun 2007 tentang daerah hukum kepolisian
• Markas Besar untuk wilayah RI
• Polda untuk wilayah Provinsi
• Polres untuk wilayah Kabupaten
• Polsek untuk wilayah Kecamatan
• Kawasan diplomatik yaitu Kedutaan Besar Indonesia serta kapal dan pesawat
udara yang berbendera Indonesia di luar negeri kecuali Kedutaan Besar
asing, kapal dan pesawat udara berbendera asing (bukan Daerah hukum
Polri)

B. Penanggung jawab Daerah hukum


1. Daerah hukum kepolisian
Daerah hukum Polri di wilayah kedaulatan RI berdasarkan UUD 1945 dan
disempurnakan dengan UU No 17 tahun 1985 tentang pengesahan Konvensi PBB
tentang hukum laut, Indonesia diakui negara kepulauan. 8
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

Konvensi PBB sejalan dengan perwujudan kesatuan wilayah sesuai dengan Deklarasi
Djuanda tanggal 13 Desember 1957 dan wawasan nusantara merupakan kesatuan
politik, ekonomi, sosial budaya pertahanan keamanan. Negara kepulauan menurut
konvensi ini adalah suatu negara yang seluruhnya terdiri dari satu atau lebih
gugusan kepulauan dan dapat mencakup pulau-pulau lain
2. Reformasi birokrasi.
sejalan dengan perkembangan reformasi birokrasi Polri juga menyesuaikan dengan
dikeluarkannya Peraturan Presiden No 52 tahun 2010 tentang susunan organisasi
dan tata kerja Polri sesuai dengan yang diatur dalam UU No 2 tahun 2002 pada
pasal 13 ayat 1 dan 2

C. Struktur Organisasi Kepolisian RI (Polri)


• Struktur organisasi Polri disesuaikan dengan UU No 2 tahun 2002 dan mengikuti
perkembangan reformasi birokrasi meliputi struktur formal maupun informal
• Struktur organisasi Polri esensinya adalah tentang pembagian penetapan Daerah
hukum dan delegasi wewenang dan tanggung jawab dalam pelaksanaan tugas dan
peranan kepolisian sesuai peraturan dan perundang-undangan yang mengaturnya 9
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

D. Hubungan dan tata kerja organisasi kepolisian


• hubungan dan tata kerja itu adalah merupakan bagian organisasi untuk
mewujudkan tujuan dan keberhasilan suatu organisasi baik wewenang, tugas
pokok, tanggung jawab fungsi dan peranannya yang meliputi semua aspek
manajemen sumber daya manusia kemampuan dan prasarana pendukungnya
• hubungan dan tata kerja organisasi Polri juga merupakan bentuk komunikasi
Bagaimana Polri berkomunikasi dan bekerja sama dengan lembaga lain dan dengan
masyarakat untuk dapat mewujudkan tugas dan hasil dengan sebaik-baiknya
dengan melalui koordinasi integrasi dan sinkronisasi secara tepat baik dan benar
1. Hubungan internal Kepolisian
Hubungan yang mengatur bagaimana organisasi Polri pusat sampai dengan ke Polda
Polres Polsek menjadi bagian yang tidak terpisahkan sesuai undang-undang.
Polda Polres sampai dengan Polsek sebagai kepanjangan tangan dari Mabes Polri
sesuai program dari pimpinan Polri
Hubungan sesama Polri tersebut disebut hubungan internal yaitu hubungan vertikal
= ke samping, horizontal = ke atas dan hubungan fungsional = sesama dalam
organisasi Polri tersebut 10
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

Satuan kriminal Polda Jabar dapat melaksanakan penangkapan di Jawa Tengah atau
di mana saja sesuai wilayah hukum Polri pedomani Pasal 6 ayat 1.
2. Hubungan Eksternal Kepolisian
Hubungan kerja antara instansi kepolisian dengan instansi terkait dan institusi
lembaga negara lainnya / lembaga masyarakat yang secara fungsional mempunyai
hubungan kerja dalam pemeliharaan Kamtibmas di dalam negeri.
Beberapa hubungan eksternal antara lain sebagai berikut :
a. Hubungan Polri dengan bank atau lembaga dalam negeri.
setiap Departemen instansi badan lembaga pemerintahan secara fungsional
bertugas dan bertanggung jawab menentukan dengan siapa harus bekerjasama,
tentang apa dan siapa yang harus menjadi pelopor / memprakarsai hubungan
kerjasama tersebut ?
dengan pertimbangan apa kerjasama dilakukan ?
dengan pendekatan fungsi indisipliner dan kelembagaan
b. Hubungan dengan pemerintah atau pemerintah daerah.
• pasal 42 ayat 2 undang-undang Nomor 2 Tahun 2002
11
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

• Undang-undang nomor 9 tahun 2015 tentang undang-undang pemerintah


daerah salah satunya pemerintah kepala daerah berkewajiban untuk
memelihara ketentraman dan ketertiban masyarakat di daerahnya.
penjabarannya dapat diatur dengan peraturan pemerintah dengan
bekerjasama Polda, Polres.
c. Hubungan Polri dengan unsur-unsur peradilan (Criminal Justice System Sistem
Peradilan Pidana) yaitu hubungan :
• Polri
• Kejaksaan
• Pengadilan
• advokat/pengacara
• penasehat hukum
• Lembaga Pemasyarakatan
Dasarnya KUHAP undang-undang nomor 8 tahun 1981 perundang-undangan
yang menjadi dasar hukum instansi lembaganya.
Contoh
a) Hubungan Polri dengan Kejaksaan (Jaksa Penuntut Umum) 12
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

a) Hubungan Polri dengan Kejaksaan (Jaksa Penuntut Umum)


Melaksanakan perintah undang-undang KUHAP pada :
• Pasal 109 ayat 1, ayat 2 tentang SPDP
• Pasal 110 ayat 1 perbaikan berkas pemeriksaan dan penyempurnaan BAP
yang dikembalikan oleh JPU
• Pasal 110 ayat 3 KUHAP
• Pasal 8 ayat 1 KUHP tentang permintaan perpanjangan penahanan
tersangka
• Pasal 24 ayat 2 tembusan tentang penghentian penyidikan
• Pasal 109 ayat 2 tembusan surat penghentian penyidikan
hubungan Polri dengan pengadilan dasar KUHAP
Pasal 33 ayat 1 Pasal 38 ayat 1
b) Hubungan Polri dengan Pengadilan
Dasar KUHAP Pasal 33 ayat 1, Pasal 38 ayat 1
c) Hubungan Polri dengan advokat, pembela, pengacara penasehat hukum
Dasar hukum KUHAP pasal 54, pasal 69, pasal 70 dan UU No 18 Tahun 2003
13
tentang advokat
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

d) Hubungan Polri dengan Lembaga Pemasyarakatan atau LP


• Hubungan dalam menciptakan keamanan di wilayah di dalam Lapas
• Hubungan bila narapidana kabur dicari oleh Polri
• Hubungan dalam operasi kepolisian bila sasaran target ada di dalam
Lapas dalam kejahatan sindikat narkotika atau narkoba teroris dan
kejahatan yang membahayakan keamanan negara
e) Hubungan Polri dengan TNI
• Dasar hukum KUHAP, pasal Peradilan Militer dan adanya kejahatan
• Dasar hukum UU No 2 tahun 2002 tentang Polri tentang permintaan
bantuan Polri kepada TNI
• Dasar hukum UU TNI No 34 tahun 2004 pasal 7 ayat 2 membantu Polri
f) Hubungan Polri dengan Penyidik PNS
Dasar hukum pasal 6 ayat 1 huruf b, Pasal 6 ayat 2, PP No 27 tahun 1983
tentang kepangkatan penyidik PPN seperti pada PPNS di Bea Cukai,
Kehutanan, Dinas Pajak, Dinas Ketenagakerjaan,Dinas Perikanan, Balai
pengawasan obat dan makanan (Balai POM), Satpol PP dan PPNS lainnya
sedangkan bagi PNS yang instansi berubah menjadi lembaga swasta
pengelolaannya maka PPNS nya berubah menjadi Kam Swakarsa seperti PT
Kereta Api, Telkom, PLN, Dinas Kehutanan 14
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

g) Hubungan Polri dengan Kepolisian Khusus


Dasar hukum UU No 2 tahun 2002 :
• Pasal 2 (fungsi POLRI : Harkamtibmas, Penegakkan Hukum, Perlindungan,
Pengayoman dan Pelayanan kepada masyarakat )
• Pasal 3 Pengemban fungsi POLRI mengemban fungsi utama dan fungsi
pendukung
• Keppres No 372 tahun 1962 tentang Korwas alat-alat Kepolisian khusus
(Polsus Bank, Polsus BUMN, Polsus PERURI, Polsus PJKA, Bea Cukai dan
lain-lain)
h) Hubungan Polri dengan Pamswakarsa lainnya.
Dasar hukum :
1) Hasil pertemuan pembentukan PAM Swakarsa tanggal 19 Juni 1980
kepala instansi, lembaga dan Kapolri menjadi awal tonggak koordinasi
Yang menggagas adanya Pam Swakarsa.
2) Pertemuan Kapolri tanggal 18 desember pertemuan Kapolri tanggal 18
Desember 1980 dengan pejabat lembaga instansi BUMN yang memiliki
nilai strategis dan memerlukan pengamanan tersendiri tidak tergantung
15
kepada Polri.
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

3) Terbitnya surat Keputusan Kapolri No skep 126/XII/1980 tanggal 30


Desember 1980 tentang pedoman pola pembinaan satuan pengamanan
(Satpam).
4) Ditetapkan hari Satuan Pengamanan pada tanggal 30 Desember Mulai
tahun 1980.
5) Peraturan Kapolri No 24 tahun 2007 tanggal 10 Desember tahun 2007
tentang sistem manajemen pengamanan organisasi perusahaan dan
atau instansi/ lembaga pemerintah

16
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

i) Hubungan Polri dengan Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (KPK)


Dasar hukum :
1) UU No 30 tahun 2002 tentang KPK asal
(a) pasal 39 (3) tentang penyidik dan Jaksa atau penuntut umum pada
lembaga KPK ditunjuk dan diberhentikan sementara dari instansi
kepolisian dan Kejaksaan selama menjadi pegawai KPK
(b) pasal 42 intinya KPK berwenang mengkoordinasikan dan
mengendalikan penyelidikan penyidikan dan penuntutan tindak
pidana korupsi yang dilakukan bersama-sama oleh orang yang tunduk
pada Peradilan Militer dan peradilan umum
2) KUHAP tentang Penyelidikan dan penyidikan adalah pejabat Polri atau
anggota Polri
j) Hubungan dengan Negara / Badan / Lembaga lembaga Internasional
Dasar : surat keputusan Perdana Menteri RI No 245/PM/1954 5 Oktober
1954, Djawatan Kepolisian Negara ( DKN ) ditunjuk dan ditetapkan sebagai
Biro Pusat Nasional Indonesia (National Central Berau Indonesia)
17
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

Mewakili pemerintah RI dalam organisasi International Police


Djawatan Kepolisian Negara (DKN) sekarang menjadi Polri melalui National
Central Berau (NCB) dikenal Interpol (International Police) Central Police
International Organization (CPIO)
Prinsip-prinsip National Central Berau (NCB) :
1. Kedaulatan Nasional
2. Hukum Pidana Umumdalam rangka pencegahan dan pemberantasan
kejahatan Internasional
Harus merupakan Tindak Pidana yang melanggar ketentuan Pidana
Umum dan masing-masing negara yang bersangkutan.
Contoh kejahatan aborsi di Indonesia merupakan kejahatan namun di
beberapa negara Eropa kontinental aborsi tidak merupakan kejahatan
3. Prinsip universal : tidak ada suatu negara yang mentolerir terjadinya
suatu kejahatan
Contoh bentuk kerjasama internasional, Jika penjahat melarikan diri ke
negara lain bentuk kerjasama ekstradisi
18
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

4. Pertukaran bentuk-bentuk kejahatan dalam wadah Interpal ditentukan


oleh pertukaran bentuk-bentuk kejahatan internasional dan setiap negara
yang bekerjasama harus dapat manfaat
5. Organisasi yang fleksibel
E. Pengawasan kepolisian
Pengawasan = controlling dasar hukum
1. Keputusan Presiden RI No 70 / 2002 pasal 4 ayat 1 Inspektorat Pengawasan Umum
(ITWASUM) unsur pembantu pimpinan pelaksana staf bidang pengawasan yang
berada di bawah Kapolri, pasal 4 ayat 2 Itwasum bertugas membantu Kapolri
dalam menyelenggarakan pengawasan dan pemeriksaan umum dan
perbendaharaan dalam lingkungan Polri termasuk satuan satuan organisasi non
struktural yang di bawah Kapolri.
2. Keputusan Kapolri No Pol Kep/5/V/2019 tentang organisasi dan tata kerja satuan
satuan organisasi pada tingkat Mabes Polri.
3. Keputusan Kapolri No Pol Kep/14/X /2019 tentang organisasi dan tata kerja satuan
satuan organisasi pada tingkat Polda. 19
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

F. Tanggung Gugat Tindakan Kepolisian


Tanggung gugat (aansprakelijheid) tindakan Polri yang melanggar hukum (onrechmatige
daad) merupakan sesuatu yang melekat pada tanggung jawab lembaga dan pribadi
individu anggota Polri
1. Jika pelanggaran hukum tersebut oleh aparatur dalam rangka menjalankan tugas dan
wewenang lembaga kemudian akibat tersebut menimbulkan kerugian atau
penderitaan bagi rakyat sehingga konsekuensinya yang timbul Tindakan melanggar
hukum tersebut merupakan tanggung gugat lembaga (lembaga turut bertanggung
jawab.
2. Jika kesalahan tersebut dengan sengaja dilakukan oleh aparatur kepolisian
perorangan pribadi ketika sedang tugas dan wewenangnya dengan tindakan
sewenang-wenang maupun penyalahgunaan wewenang sehingga bertentangan
dengan asas-asas umum pemerintahan yang baik dan menimbulkan kerugian bagi
rakyat maka melekat tanggung jawab secara pribadi individu aparatur yang
bersangkutan atau kesalahan perbuatan melanggar hukum tersebut dilakukan oleh
anggota Polri ketika tidak saat bertugas menjalankan atau bukan pada saat
menjalankan tugas dan wewenangnya walaupun jabatan anggota Polri itu melekat 20
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

individu aparatur yang bersangkutan atau kesalahan perbuatan melanggar hukum


tersebut dilakukan oleh anggota Polri ketika tidak saat bertugas menjalankan atau
bukan pada saat menjalankan tugas dan wewenangnya walaupun jabatan anggota
Polri itu melekat pada setiap anggota Polri tidak mengenal waktu atau tempat
selama yang bersangkutan masih tugas.
Contoh :
A bertugas di Mabes Polri kemudian A Cuti 2 hari pulang kampung di Kota C, saat
cuti si A melakukan pelanggaran yang dapat mengakibatkan kerugian bagi
masyarakat, atas tindakan tersebut disebut tanggung gugat secara pribadi atau
individu walaupun diakui jika si A itu benar adalah anggota Polri walaupun dalam
kondisi cuti (tidak sedang melaksanakan tugas dan wewenangnya).
atas peristiwa yang sering terjadi tersebut pimpinan Polri sering menurunkan
anggota Propam / Provost / irwasum Untuk menguji apakah tindakan tersebut
melanggar hukum atau tindakan tersebut tidak melanggar hukum yang dapat
dipertanggungjawabkan berdasarkan hukum.

21
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

TINDAKAN YANG DAPAT TINDAKAN MELANGGAR HUKUM


DIPERTANGGUNGJAWABKAN
1. Tindakan anggota Polri tersebut tidak 1. Tindakan anggota Polri tersebut
bertentangan dengan suatu aturan bertentangan dengan aturan hukum atau
hukum pelaku mempunyai kesalahan
2. Perbuatan nya dilakukan selaras dengan 2. Perbuatan yang dilakukan tidak selaras
kewajiban hukum yang mengharuskan dengan kewajiban hukum menimbulkan
dilakukannya tindakan jabatan kerugian yang dilakukan bukan atas
3. Titik tindakan itu harus patut dan masuk tindakan jabatan selaku penegak hukum
akal dan termasuk dalam lingkungan 3. Tidak patut dan tidak masuk akal tidak
jabatannya termasuk dalam lingkup jabatannya
4. Tindakan tersebut merupakan atas
4. Tidak berdasarkan pertimbangan yang
pertimbangan yang layak berdasarkan
layak dan tidak dalam kondisi terpaksa
keadaan yang memaksa
5. Hormati hak-hak asasi manusia 5. Tidak menghormati hak asasi manusia
dan tidak melindungi orang lain yang
6. Masuk lingkup pasal 489 KUHP tindakan menderita
melanggar hukum 22
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

Bagaimana jika hanya memenuhi salah satu syarat saja misalnya tidak melanggar
HAM ? ketentuan ini harus terpenuhi 6 syarat baru dapat dikatakan bahwa tindakan
atau kejadian tersebut tidak melanggar hukum atau kata lain dapat
dipertanggungjawabkan karena sedang bertugas atau menjalankan wewenang
Kepolisian.

23
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

TINDAKAN ANGGOTA POLRI YANG MELANGGAR ATURAN DISIPLIN


DAN PERUNDANG-UNDANGAN
ASAS-ASAS UMUM DITINDAK SESUAI ATURAN YANG BERLAKU
1. Pemerintahan yang baik ANTARA LAIN SEBAGAI BERIKUT :
2. Melanggar UU RI nomor 5 tahun 1986 UU 1. Teguran lisan atau tertulis
RI Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan 2. Pembinaan
Tata Usaha Negara
3. Penahanan ringan selama-lamanya 7 hari
3. PP RI Nomor 2 Tahun 2003 tentang 4. Penahanan berat selama lamanya 14 Hari
disiplin anggota Polri bagi perwira, 22 Hari bagi Bintara
4. PP RI Nomor 3 Tahun 2003 tentang 5. Sidang kode etik Polri
pelaksanaan teknik teknis Peradilan
Umum bagi anggota Polri  Dapat di mutasi demosi
5. Kode etik Polri keputusan Kapolri No Pol  Penundaan jabatan atau karir
KEP / 32 / VII / 2003 tanggal 1 Juli 2003  Nonjob
yang di rubah dengan Peraturan Kapolri  Pemecatan apabila melanggar kode etik
Nomor 7 Tahun 2006 yang berat.
24
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

Bagaimana proses tanggung gugat atas kesalahan tindakan anggota Polri tersebut ?
lihat pasal 1 butir 22 undang-undang Nomor 8 tahun 1981 tentang KUHP tentang
ganti rugi dan rehabilitasi atas tindakan Polri yang cukup alasan atau tidak
bertanggung jawab.
3. Tanggung gugat Lembaga (Jabatan) melalui :
Peradilan Tata Usaha Negara
berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku kedudukan Polri saat ini dapat
dituntut sesuai pada peradilan umum berbeda saat masih bergabung dengan TNI
(masuk Peradilan Militer) UU Nomor 37 tahun 1997 tentang Peradilan Militer. Saat ini
Polri tunduk pada peradilan umum maka pihak-pihak badan hukum perdata yang
menggugat pada peradilan umum yaitu PTUN (Peradilan Tata Usaha Negara) melalui
pengadilan setempat sesuai alamat orang yang dirugikan / alamat penggugat
berdasarkan perdata.
4. Pra Peradilan.
a. Tanggung gugat Yudisial terhadap pra peradilan diajukan melalui peradilan umum
lihat KUHAP UU nomor 8 tahun 1981 tentang praperadilan pasal 77, 78, 80 , 81
25
dan 82.
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

b. Masalah yang diperiksa dan diputus oleh hakim pengadilan negeri dalam
praperadilan antara lain :
1) Sah tidaknya : penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan dan
penuntutan.
2) Ganti rugi dan atau rehabilitasi bagi seorang yang perkara pidananya
dihentikan pada tingkat penyidikan.
c. Putusan sidang praperadilan tidak dapat dimintakan banding pada peradilan
yang lebih tinggi.
d. Prinsip praktek sidang praperadilan adalah sesuai hak-hak asasi manusia dan
pengawasan secara horizontal yang dianut asas HABEAS CORPUS yang dianut
oleh negara-negara barat yang mengikuti hukum anglo-saxon di Amerika
Perancis, Inggris, Australi yang intinya membuka hak asasi rakyat yang
kemungkinan salah penerapan hukum oleh petugas.
5. Mal administrasi.
Tindakan atau sanksi terhadap administrasi bagi anggota Polri antara lain :
26
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

A
AR
RJ
A A
RAH

a. Tindakan internal :
 Tidak dinaikkan pangkat golongannya
 Tindakan pemecatan terhadap siswa atau anggota yang dinilai melanggar
prosedur merupakan pelanggaran berat
 Pemberhentian gaji rutin tanpa alasan yuridis karena putusan sidang disiplin
 Penjatuhan hukuman tanpa melalui prosedur (dimasukkan sel sementara
waktu dan lain-lain)
 Tindakan keberpihakan dan diskriminasi dalam penjatuhan hukuman dan
atau penempatan jabatan yang berorientasi pada komunitas, produk
pendidikan jenis pangkat dan jenis kelamin
 Mutasi anggota ke dalam jabatan yang lebih rendah dengan level pangkat
yang ada
b. Tindakan eksternal contoh : menolak laporan masyarakat tanpa alasan yang sah,
melakukan penganiayaan dan kekerasan kepada masyarakat, keberpihakan dalam
menangani suatu perkara, merubah arah kebenaran materiil, penyalahgunaan
wewenang, menelantarkan perkara (floating case), pungutan liar, suap,
penerbitan surat tanpa prosedur. 27
AS
RA W P

AD
I NDE

A
N EG

JA
AR
R
A A
RAH

TUGAS PERTEMUAN KE-5

1 Jelaskan bagaimana Kedudukan Polri dalam sistem


ketatanegaraan di Indonesia ?

2 Buatkan struktur organisasi di polsek /ta yang anda


ketahui ?

Anda mungkin juga menyukai