di
Tempat
SURAT-PENGANTAR
Tembusan:
1. Kapolri M.H.
2. Wakapolri BRIGADIR JENDERAL POLISI
3. Kadivbinkum Polri.
P E R A TU R A N K E P A LA K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E SIA
TE N TA N G
D E N G A N R A H M A T TU H A N Y A N G M A H A ESA
K E P A LA K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA ,
M EM U TU SK A N :
BAB I
t K E TEN TU A N UM UM
Pasal 1
2. Kode Etik Profesi Polri adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan
kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh
anggota Polri.
3. Etika ...
N
Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata yang dilandasi dan dijiwai
oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Polri dalam wujud
komitmen moral yang meliputi etika kepribadian, kenegaraan, kelembagaan, dan
hubungan dengan masyarakat.
4. Profesi Kepolisian adalah profesi yang berkaitan dengan tugas Kepolisian baik di
bidang operasional maupun di bidang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
7. Etika Kenegaraan adalah sikap moral anggota Polri yang menjunjung tinggi
landasan ideologis dan konstitusional Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
8 Etika Kelembagaan adalah sikap moral anggota Polri terhadap institusi yang
menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin
dari semua insan Bhayangkara dengan segala martabat dan kehormatannya.
9. Etika dalam hubungan dengan masyarakat adalah sikap moral anggota Polri yang
senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.
10. Komisi Kode Etik Polri adalah suatu wadah yang dibentuk di lingkungan Polri
bertugas melaksanakan pemeriksaan dalam persidangan pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri serta pelanggaran lain sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.
B A B II
E T IK A P R O F E S I PO LR I
B agian K esatu
R uang Lin g ku p
Pasal 2
Bagian
B ag ian K edua
E tika K e p rib a d ia n
P asal 3
B agian K etig a
E tika K en eg ara an
P asal 4
c. menjaga, memelihara, dan meningkatkan rasa aman dan tenteram bagi bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
d. menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak milik perorangan serta menjauhkan
sekuat tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai guna atas tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan tugas;
e. menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan sesama pejabat negara dalam
pelaksanaan tugas;
B agian K e e m p a t
E tika K elem b a g aan
P asal 5
c. memperlakukan ...
c. memperlakukan sesama anggota sebagai subyek yang bermartabat yang ditandai
oleh pengakuan akan hak dan kewajiban yang sama;
P asal 6
P asal 7
(1) Setiap anggota Polri wajib memegang teguh garis komando dan mematuhi jenjang
kewenangan, dan bertindak berdasarkan aturan dan tata cara yang berlaku.
(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang bertentangan dengan
norma hukum yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas pelaksanaan
perintah yang diberikan kepada anggota bawahannya
(3) Setiap anggota Polri wajib menolak perintah atasan yang melanggar norma
hukum dan untuk itu anggota tersebut wajib mendapatkan perlindungan hukum.
(4) Setiap anggota Polri dalam melaksanakan perintah kedinasan tidak dibenarkan
melampaui batas kewenangannya dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
tugasnya kepada atasan langsung.
(5) Setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak boleh
terpengaruh oleh istri/suami, anak, dan orang-orang lain yang masih terikat
hubungan keluarga atau pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan
kedinasan.
P asal 8
Pasal 9
Setiap anggota Polri wajib menampilkan rasa setiakawan dengan sesama anggota
sebagai ikatan batin yang tulus atas dasar kesadaran bersama akan tangging jawabnya
sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa Indonesia, dengan menjunjung tinggi prinsip-
prinsip kehormatan sebagai berikut;
a. menyadari...
a. menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan tercela apabila meninggalkan kawan
yang terluka, meninggal dunia, atau memerlukan pertolongan dalam pelaksanaan
tugas, sedangkan keadaan memungkinkan untuk memberi pertolongan;
e. selalu terpanggil untuk memberikan bantuan kepada sesama anggota Polri dan
purnawirawan Polri beserta keluarganya yang menghadapi suatu kesulitan;
B agian K elim a
E tika D a lam H u b u n g an D en g an M a s y a ra k a t
P asal 10
(2) Anggota Polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat
merusak kehormatan profesi dan organisasinya serta menjunjung tinggi nilai
kejujuran, keadilan, dan kebenaran demi pelayanan pada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dengan senantiasa:
a. memberikan keterangan yang benar dan tidak menyesatkan;
b. tidak melakukan pertemuan di luar pemeriksaan dengan pihak-pihak yang
terkait dengan perkara;
c. bersikap ...
c. bersikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan
penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua pihak yang terkait
dengan perkara pidana yang dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan
tentang penyelesaiannya;
BAB III
P asal 11
(2) Anggota Polri yang melakukan pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dikenakan sanksi berupa ;
a. perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
b. kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas ataupun secara
langsung;
c. kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
'V
d. pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian.
Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tertulis dengan
keputusan Sidang Komisi Kode Etik Polri.
(4) Pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota
Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi sesuai yang
berlaku pada Peraturan Pemerintah dimaksud.
Pasal 12
Pasal 12
(2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b dilakukan di muka
sidang Komisi Kode Etik Polri atau melalui media. '
(3) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c kewajiban untuk
mengikuti penataran/pelatihan ulang pembinaan profesi di Lembaga Pendidikan
Polri dengan biaya dari Satker Terperiksa.
(4) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d yaitu sanksi
administratif berupa rekomendasi untuk
P asal 13,
Y
Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
bersifat mutlak dan mengikat.
P asal 14
(1) Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan oleh Komisi Kode
Etik Polri.
(2) Tata Cara sidang Komisi Kode Etik Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri.
P asal 15
Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana penjara minimum 3 (tiga)
bulan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat direkomendasikan oleh anggota
sidang Komisi Kode Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan sebagai anggota
Polri.
P asal 16
Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode Etik
Profesi Polri, maka penyelesaiannya dilakukan melalui sidang disiplin atau sidang Komisi
Kode Etik Polri berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari terperiksa dan pendapat
serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum.
Pasal 17...
Pasal 17
Dalam pemeriksaan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, Terperiksa dapat didampingi
oleh anggota Polri yang ditunjuk oleh Terperiksa.
B A B IV
K E T E N T U A N P E N U TU P
P asal 18
F'ada saat Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Kep/32A/ll/2003
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.
P asal 19
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di J a k a rta ^ ^
pada tanggaj,Ki^J^3w6//[ 2006
KEPALA FBLIK INDO NESIA
P E R A T U R A N K E P A LA K E P O L IS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA
TENTANG
O R G A N IS A S I DAN T A T A K E R JA K O M IS I K O D E ETIK
K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA
D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A ESA
K E P A L A K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA ,
Menimbang; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu ditetapkan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Organisasi dan
Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia;
M EM UTUSKAN:
BAB I
K E T E N T U A N UM UM
Pasal 1
2. Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya disebut Komisi adalah suatu wadah yang
dibentuk di lingkungan Polri bertugas memeriksa dan menyidangkan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri serta pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
3. Pelanggaran ...
3. Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
anggota Polri yang bertentangan dengan Kode Etik Profesi Polri.
4. Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan/atau pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan/atau Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
5. Pendamping adalah seorang anggota Polri yang bukan anggota Komisi ataupun sebagai
Saksi yang diajukan oleh Terperiksa untuk memberikan advokasi dan pembelaan.
6. Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
pemeriksaan tentang suatu peristiwa yang berhubungan dengan perkara Terperiksa.
7. Ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan yang berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri.
. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang kepada pejabat Polri
yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga terjadi pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri.
9. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat Polri yang benwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap anggota
Polri yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang merugikan
dirinya.
BAB II
S IFA T, P E M B E N T U K A N DAN S U S U N A N
Pasal 2
(1) Komisi bersifat otonom, dibentuk berdasarkan kebutuhan dengan surat keputusan oleh
Pejabat Polri yang berwenang.
2) Pejabat Polri yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:
P asal 3
( 1) Anggota Komisi paling sedikit 5 (lima) orang Perwira Polri, paling banyak 7 (tujuh) orang
Perwira Polri ditambah 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai cadangan.
Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dapat menunjuk Pembantu
Sekretaris.
BAB III
T U G A S , W E W E N A N G D A N K E W A JIB A N
P asal 4
Komisi bertugas menyelenggarakan sidang untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. '
P asal S
Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berwenang untuk;
a. memanggil anggota Polri untuk didengar keterangannya sebagai Terperiksa:
b. menghadirkan Saksi, Ahli dan Pendamping untuk didengar keterangannya guna
kepentingan pemeriksaan;
c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terperiksa, Saksi, Ahli dan
Pendamping mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh Terperiksa;
d. memutuskan ...
d. memutuskan/menetapkan Terperiksa terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran,
e. memutuskan/menetapkan sanksi moral sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (2)
Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, jika Terperiksa terbukti melakukan
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri;
f. menjatuhkan sanksi secara alternatif atau komulatif;
g. memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) Peraturan
Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, apabila Terperiksa dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d Peraturan Kapolri tentang Kode
Etik Profesi Polri.
Pasal 6
(5) Anggota Cac angan berkewajiban menggantikan anggota Komisi yang berhalangan.
P asal 7
(1) Anggota Komisi yang tidak setuju terhadap putusan sidang harus tetap menandatangani
putusan sidang.
(2) Ketidaksetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara
persidangan
B A B IV
KEANGGOTAAN
P asal 8
(1) Keanggotaai. Komisi untuk memeriksa Perwira Tinggi Polri terdiri dari;
a. Ketua : KapolriAA/akapolri.
b. Wakil Ketua ; Irwasum Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
c. Sekretaris : Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
d. Anggota : Penwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
e. Anggot a Cadangan ; Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
b. di tingkat Polda/Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta
1. Ketua Wakapolda.
2. Wakil Ketua Irwasda/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk
3. Sekretaris Kabid Propam /Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
(3) Pelaksanaan
(3) Pelaksanaan sidang Komisi terhadap Perwira Pertama dan Perwira Menengah Polri yang
ada di tingkat Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta dapat dilaksanakan di Markas Polda,
kesatuan Terperiksa atau tempat lain yang ditunjuk.
(4) Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Pertama Polri terdiri dari:
di tingkat Polda;
1. Ketua Irwasda.
2. Wakil Ketua Kabid Propam/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kasubbid Bin Prof/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
di tingkat Polwil/tabes:
1. Ketua Wakapolwil/tabes
2. Wakil Ketua Kabag Bin/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kasubbag Min/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta:
1. Ketua Waka Poltabes/Waka Polres/tro/ta.
2. Wakil Ketua Kabag Min/Perwira Menengah yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.
)Ota Komisi untuk memeriksa Bintara dan Tamtama Polri terdiri dari:
b. di tingkat...
b. di tingkat Polda:
1. Ketua Kabid Propam.
2. Wakil Ketua Kasubbid Bin Prof /Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kaur Bin Etika/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.
c. di tingkat Polwil/tabes
1. Ketua Wakapolwil/tabes.
2. Wakil Ketua Kasubbag Propam/Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.
d. di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta;
1. Ketua Wakapoltabes/Wakapolres/tro/ta.
2. Wakil Ketua Kabag Min/Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D /Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.
P asal 9
Keanggotaan Komisi untuk memeriksa pelanggaran anggota Mabes Polri yang kesatuannya
berada di luar lingkungan Mabes Polri Jalan Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
(Gedung A dan B) dan Pusat Pendidikan Polri yang berada di bawah Satuan Kerja Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Polri, susunan anggota komisinya disesuaikan dengan struktur
organisasi masing-masing dengan mengedepankan pengemban fungsi Propam atau Pembinaan
Personel.
BAB V
M E K A N IS M E P E N A N G A N A N P E L A N G G A R A N
B agian K esatu
P e n an g a n an P e lan g g aran K o de Etik
P asal 10
(1) Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dimulai dengan adanya laporan atau
pengaduan yang diajukan oleh;
a. masyarakat;
b. anggota Polri;
c. sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan.
(2) Penerimaan laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
oleh pengemban fungsi Propam di setiap jenjang organisasi Polri, yang selanjutnya
melakukan pemeriksaan pendahuluan atas laporan atau pengaduan dimaksud.
(3) Apabila ...
(3) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan atau
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk dalam katagori pelanggaran
Kode Etik Profesi Polri, maka pengemban fungsi Propam mengirimkan berkas perkara
serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) untuk
membentuk Komisi.
(4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran
hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan
prinsip praduga tak bersalah.
(6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan.
(7) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berupa pemberian sanksi administratif oleh
Ketua Komisi, diajukan kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan) hari
sejak putusan sidang dibacakan.
(9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang
membentuk.
B agian K edua
P en an g an an P e m b erh en tia n T id a k D engan H o rm at dan P e lan g g aran D isiplin
Pasal 11
(1) Penanganan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor
1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dilaksanakan apabila ada
permintaan resmi oleh atasan Terperiksa kepada fungsi Propam.
(2) Permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan berkas yang
berisi Berita Acara Pendahuluan yang menjelaskan unsur-unsur Pasal yang dilanggar,
barang bukti, Saksi yang menguatkan terjadinya pelanggaran tersebut.
(3) Atas permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengemban fungsi Propam
melakukan pemeriksaan berkas dan apabila hasil pemeriksaan diperoleh dugaan kuat
Terperiksa dapat diperiksa melalui sidang Komisi, maka pengemban fungsi Propam
segera mengirimkan berkas perkara serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) untuk membentuk Komisi.
(4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran
hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.
(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan
prinsip praduga tak bersalah.
(6) Sidang ...
(6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan.
(8) Putusan sanksi administratif berupa rekomendasi untuk dapat atau tidaknya Diberhentikan
Tidak Dengan Hormat atau Dengan Hormat dari dinas Polri (PTDH dan PDH) diajukan
oleh Ketua Komisi kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan)
hari sejak putusan sidang dibacakan.
(9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang
membentuk.
BAB VI
H A K D A N K E W A JIB A N T E R P E R IK S A
P asal 12
BAB VII
T A T A T E R T IB P E R S ID A N G A N
Pasal 13
(1) Sidang Komisi dilaksanakan di Markas Kepolisian atau di tempat lain yang ditentukan dan
terbuka untuk umum.
a. ruang sidang;
b. ruang tunggu anggota Komisi;
c. ruang tunggu Terperiksa dan Pendamping;
d. ruang tunggu Saksi.
(3) Perlengkapan ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri dari:
a. meja sidang diberi alas berwarna hijau, dengan susunan berbentuk "U” atau segaris:
b. kursi sidang untuk anggota Komisi, Pembantu Sekretaris, Terperiksa, Pendamping,
Saksi, dan pengunjung;
c. palu sidang dan kelengkapannya;
d. papan nama anggota Komisi (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota) dan
Pendamping;
e. bendera Merah Putih yang dipasang di sebelah kanan dan sejajar dengan kursi
Ketua Komisi;
f. foto Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.
(5) Bentuk denah ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disesuaikan dengan
kondisi ruangan dalam bentuk “segaris” atau “U”.
Pasal 14
(3) Acara sidang, denah ruang sidang, administrasi, format surat-surat, dan hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan sidang sesuai dengan lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
BAB V I I I ...
11
BAB VIII
A C A R A P E R S ID A N G A N T A N P A K E H A D IR A N T E R P E R IK S A
P asal 15
(1) Sidang Komisi tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Terperiksa setelah dipanggil
secara sah.
(2) Sidang Komisi dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur dalam Pasal 10, sedangkan
yang dijadikan bahan pemeriksaan adalah berkas perkara Terperiksa, surat-surat yang
berkaitan, keterangan Saksi/Ahli yang dapat dihadirkan.
(3) Sidang Komisi tetap memberikan putusan sidang walaupun Terperiksa tidak hadir dalam
persidangan.
BAB IX
A D M IN IS T R A S I
Pasal 16
b. di tingkat Kewilayahan
1. Irwasda 1 (satu) berkas
2. Karo Pers Polda 1 (satu) berkas
3. Kabid Propam Polda 1 (satu) berkas
4. Kabid Binkum Polda 1 (satu) berkas
5. Atasan Langsung Terperiksa 1 (satu) berkas
P asal 17
(1) Salinan Putusan Sidang Komisi disampaikan kepada pejabat yang membentuk
Komisi.
BABX
K E T E N T U A N P E R A L IH A N
P asal 18
b. Pelanggaran-pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri yang
sedang diperiksc dan belum mendapat keputusan nukuman Kode Etik Profesi Polri yang
tetap, penyelesaiannya berlaku ketentuan yang lama.
. BA B XI
K E T E N T U A N P E N U TU P
, P asal 19 ^
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku oada tanggal
ditetapkan.
Ditetapkan di Jakarta:— . ,
pada tanggal-^^ . A . 3 ; ; ^ V. 2006
K E P A L A ^ f^ u il/^ .N E R E B O B L IK IN D O N E S IA
.. V T -?
Drs. S tT M N T O
y,;4ENOER/»L P O L IS I
LAMPIRAN
TENTANG
B E R K A IT A N D E N G A N
P E L A K S A N A A N S ID A N G K O M IS I K O D E ETIK
K E P O L IS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA
KOPSTUK
LAPORAN
No. ; ......... /........ /200..../.
Identitas pelapor
. Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
2.
Isi laporan ;
.......................................................... ......................... ......................................... .
................. tanggal...............
Pelapor
Ditetapkan di ■„..Ja}n9T\a
Pada tanggiij'f^ 2006
M i
•OLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN B f^RATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : ^ TAHUN 2006
TANGGAL : l ja L L _______2006
KOPSTUK
LAPORAN
No. Pol. : ........./........ /200..../.
Identitas pelapor
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
2 ..........................
Isi laporan ;
, tanggal
Pelapor
Ditetapkan jdi^“T'”Jakacta
Pada ta n j^ L ^ ;^ ^ 2006
K E P A IA K ^ O U S iA N ^ U B U K INDONESIA
“N, m i /
t
prsvSLn^NTO
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN C PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BE.SAR NO. POL. : ^ TAHUN 2006
TANGGAL : l -lu L l 2006
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL ; t 2006
KOPSTUK
I. KETERANGAN TERPERIKSA
1. Bahwa terperiksa menerangkan
/2. Nama
LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. ; fi TAHUN 2006
TANGGAL : l. :luLi 2006
IV . KESIMPULAN:
1. Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti
2. Dst
V. PENDAPAT :
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam
Berita Acara Pemeriksaan serta barang-barang bukti yang ada, cukup alasan
menyangka bahwa Terperiksa Nama .......................... Pangkat .........................
Nrp .......................... , Jabatan ......................................., Kesatuan .....................,
Alam at...............................................................................................................................
telah melakukan perbuatan ......................... . melanggar Pasal .......................
. Koae Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. "
Ditetapkan di .Jakarta
Pada tangg§Pf^Jj:i7. P x J U L l 2006
KOPSTUK
1. KETERANGAN TERPERIKSA
1. Bahwa terperiksa menerangkan
/2. Nama
LAMPIRAN E PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : U lU U 2006
IV . KESIM PULAN:
1. Bahwa Terperiksa berdasarkan bukti-bukti.................................. ;..........
2. Dst
V. P EN D A P A T:
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam
Berita Acara Pemeriksaan se:ta barang-barang bukti yang ada, cukup alasan
menyangka bahwa terperiksa n a m a ............... Pangkat..................N rp ...................,
Jabatan..................................... , Kesatuan....................., Alam at...............................
telah melakukan perbuatan ......................, melanggar Pasal ................................
Peraturan Pemerintah Nom or.............. tahun 2003 tentang.....................................
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggpl"’'”' r Juki 2006
\ -V '., /
V-'i N. Drs. SUTANTO
\ JENDERM . POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN F PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : 1TU LI 2006
KOPSTUK
Yth.
Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. P ol.:................... ........................
b. Berita Acara Pendapat tanggal..........................................
Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil
pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada
butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ............. ,
Pangkat.........Nrp................ , Jabatan............, Kesatua.n............ ,
telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
berupa .................. , sebagaimana diatur dalam Pasal ...............
Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan
Kapolri tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri,
dengan ini diusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara dimaksud.
Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA
□'tetapkan di Jakarta
Pada tanggal l JuL( 2006
JENDERAiJ POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN G PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR f>IO. POL. : f i TAHUN 2006
TANGGAL : 1 ,IU L \ 2006
KOPSTUK
Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. P o l.:..............................................
b. Berita Acara Pendapat ta n g g al............................................
Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil
pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada
butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ................ ,
P a n g k a t............. Nrp............ , Jabatan .........., Kesatuan ............ ,
telah melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dalam
Pasal .................... Peraturan Pemerintah Nomor ....................
tahun 2003 te n ta n g .......................................................
Ditetapkan (jk'f^^Jal^arta x
Pada tanggal Y • ' 2006
KEPALi^^t^^D^SIAN INDONESIA
Drs. SUgf^NTO
j e n d e r a l ) POUSI
LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : ---------U M U — 2006
KOPSTUK
SURAT - KEPUTUSAN
No. Pol. : Skep / / / 200..
tentang
KEPALA KEPOLISIAN
Memperhatikan 1. Laporan/pengaduan.................................................................
2. Surat Kepala ............. No. Pol. : ......... tanggal ........... perihal
Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
MEMUTUSKAN:
S
KOPSTUK
LAMPIRAN SKEP KA.....
‘ No. Pol. : SKEP/ / 200...
TANGGAL • ...200...
JABATAN
NAMA PANGKAT/NR?
STRUKTURAL DALAM KOMISI
6. ANGGOTA (CADANGAN)
7. ANGGOTA (CADANGAN)
Ditetapkan di :
Pada tanggal :
KEPALA KEPOLISIAN.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal > : 1 / 2006
‘ " -
Drs. SUTANTO
JE N D E R A i POLISI
LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. ; R TAHUN 2006
TANGGAL : \ JULI 2006
Ditetapkan di : ....
Pada tanggal : ....
KEPALA KEPOUSIAN.
Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggaL 1 2006
Drs. SIX1\ANT0
JENPERAL POLISI
V
LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : K TAH’JN 2006
TANGGAL : \JUL( 2006
11, Putusan sidang komisi diambil secara musyawarah dan bersifat terbatas serta
ditandatangani oleh Ketua Komisi beserta seluruh anggota Komisi;
13, Keputusan Sidang Komisi dibacakan dan disampaikan kepada Terperiksa oleh
Ketua Komisi dalam persidangan;
14, Apabila Ketua Komisi menganggap proses pemeriksaan dalam Sidang Komisi
Kode Etik Polri telah selesai seluruhnya, maka Ketua Komisi menutup sidang
dengan menyatakan: "Sidang Komisi yang memeriksa Terperiksa, nama......
p a n g k a t..... NRP,..., ja b a ta n ....... kesatu an .........dengan resmi ditutup" diikuti
dengan ketukan palu 3 (tiga) kali.
Ditetapkan di ; Jakarta
Pada tanggai-^‘"T"' [ Jit U| ______________
2006
KEPAI^'^KEpOOSlAN INDONESIA
i l \
Drs. ^^TANTO
JENDERM POLISI
\ '
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. ; TAHUN 2006
TANGGAL ; _ u t m — 2006
7. Apabila p e rta n ia n anggota Komisi tidak dijawab oleh Terperiksa, maka Ketua
Komisi tetap meneruskan sidang serta memperingatkan Terperiksa bahwa hal
itu dapat merugikan dirinya sendiri;
10. Apabila pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Komisi telah dianggap cukup,
maka Ketua Komisi memberikan kesempatan kepada Terperiksa untuk
mengadakan pembelaan diri secara lisan/tertulis atau Terperiksa mengajukan
pembelaan dirinya melalui Pendamping;
/ 1 1 . Putusan.....
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA U W iR A M K PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL : K TAHUN 2006
TANGGAL : ___ l..-4.LtkJ___ 2006
KOPSTUK
Perbuatan terp)eriksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan
Kode Etik Profesi Polri yaitu P asal..........................................................................................
Demikian tuntutan ini disampaikan untuk digunakan dalam persidangan ini.
Selaku
SEKRETARIS KOMISI
Ditetapkan dj'''’;o4a , ,
Pada t a n g ^ ^ 4^1^ 2006
K E P A L A ^'s^duSlAN^Ni^' JBLIK INDONESIA
V \ s u tanto
< ^ > -> jiN p ^ A r e u S I
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN L PE ATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. f . TAHUN 2006
TANGGAL 2006
KOPSTUK
3) Dst ............................
c. Sedangkan barang bukti berupa ................................................. diajukan untuk
menguatkan tuntutan kami dalam persidangan ini.
Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan
Pasal.........Peraturan Pemerintah N o m o r tahun 2003 te n ta n g ......................
Demikian tuntutan ini sampaikan untuk digunakan dalam,persidangan ini.
Selaku
SEKRETARIS KOMISI
Ditetapkan di Jakarta \
Pada tanggal 2006
KEPALA KEPOLISIAN NE PUBLIK INDONESIA
Drs. SUTANTO
JENDERAL POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR NO. POL. : R TAHUN 2006
TANGGAL ;_____ L J iiU ____ 2006
KOPSTUK
tentang
Mengingat : 1. Peraturan Kapolri No. Pol. : .....Tahun ...... tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol.:......... Tahun ............ tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala ......... No. Pol.: Skep/........ /..../2 0 0 ..
tanggal..............tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
Membaca : 1 Laporan/pengaduan N om or................ta n g g a l............... mengenai
pelanggaran anggota Polri atas nama..........................
/. MEMUTUSKAN.....
LAMPIRAN MPE RATURAN KAPOLRI
NO. POL. : k\ TAHUN 2006
TANGGAL : i ju L i— 2006
M EM U T U S K A N
Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
Tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
Ditetapkan d i :
Pada ta n g g al:
ANGGOTA
Ditetapkan di,^..irrtlak§^
Pada tanggdK vGTj^O/,/'i 1 | 2006
i' ^ i -'lmV'*l,
^1\
. Drs: s'iJta 'n t o
7 X w : -UENDER^JPOLISI
X ' -^ f l:;
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. ; H TAHUN 2006
TANGGAL : 1 ■ J iW — 2006
KOPSTUK
tentang
Mengingat : 1. Peraturan Kapolri No. Pol. ;............. Tahun.... tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol. :........... Tahun ............ tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala ......... No.Pol.: Skep/........ /..../2 0 0 ..
tanggal..............tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
Membaca ; 1 Laporan/pengaduan N o m o r............. ta n g g a l.................. mengenai
pelanggaran anggota Polri atas n a m a ................................................
2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut.
/. MEMUTUSKAN.....
2 LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : /V TAHUN 2006
TANGGAL : l^ L I 2006
MEMUTUSKAN:
Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal......yo Pasal......... Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Menjatuhkan sanksi berupa ........................................................... ..... ...... .........
Ditetaokan d i:
Pada tanggal :
KOMISI KODE ETIK POLRI
SEKRETARIS KETUA
ANGGOTA
Ditetapkan Jaka^a
Pada tangg3)^ToL !:s 1 ’^ } U L ( 2006
/ ... ■'4' „i :
kepalX k| p (5usiian BLiK INDONESIA
hi
!
% • 's , Drs. SUTANTO
\ ■■■'A'.
JENDERi^ POLISI
r <■ -•
KOPSTUK
tentang
/. MEMUTUSKAN
NO. POL. : k TAHUN 2006
TANGGAL J---------L ^ S tU ____ 2006
M EM U T U S K A N :
Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
1. Terbukti telah melakukan pelanggaran...................sebagaimana diatur dalam
Pasal.........Peraturan Pemerintah N om or............ tahun 2003 te n ta n g ..................
2. Menjatuhkan sanksi berupa ____ ________ ___ __________________________
ANGGOTA
( ....... ....... )
r )
....... )
Ditetapkan di _
Pada tangggji^^yOUS/^'^^^ti L | 2006
JENDERAI^ POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN P PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO.POL : TAHUN 2006
----------------------------------------------------------------- Ta n g g a l : i 2006
KOPSTUK . 200...
No. Pol R/........./ ........./200... /KKEP
Klasifikasi RAHASIA
Lampiran Satu berkas
Perihal Saran pertimbangan pem
berhentian tidak dengan hormat. Kepada
di
1. R ujukan:
a. Peraturan Pemerintah N om or...... tahun 2003 te n ta n g .......
b." Keputusan Komisi Kode Etik Polri No. P o l.: K e p /..... / .......
/2 0 0 ... ta n g g al................tentang Putusan Sidang Komisi.
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, bahwa setelah
dilakukan Sidang pemeriksaan terhadap anggota Polri,
N a m a ................ P angkat............... Nrp................ , J a b a tan .........
Kesatuan.........., kami berpendapat bahwa yang bersangkutan
telah memenuhi unsur-unsur yang ada pada ketentuan
P a s al.......... Peraturan Pemerintah n o m o r..............tahun 2003
te n ta n g .............
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan Kapolri tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, dengan ini
kami menyarankan agar terhadap anggota P olri, N a m a ....... ,
P angkat......... N r p ..........., J a b atan ..........., Kesatuan.............,
diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Polri.
4. Demikian untuk menjadikan maklum.
KETUA KOMISI KODE EH K POLRI
Ditetapkan dUi-rdakacte
Pada tangg^ -; ,)L / L 2006
K E P A ^ J ^ F W ^ IA N X E C UK INDONESIA
L - 'V ' ^ m
Drs. SUTANTO
JE N D E R A t PO USI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN Q PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
- - TANGGAL : 1 2006
f’
KETERANGAN:
I..I
6A= TERPERIKSA PADA WAKTU PEMERIKSAAN SAKSI
1 = KETUA KOMISI 7 = PENDAMPING
2 = WAKIL KETUA KOMISI 8 = BENDERA MERAH PUTIH
3 = SEKRETARIS KOMISI 9 = FOTO PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI
4 = ANGGOTA KOMISI 10 = PETUGAS YANG DITUNJUK
5 = PEMBANTU SEKRETARIS 11 = PENGUNJUNG SIDANG
6 = TERPERIKSA 12 = ANGGOTA CADANGAN
Ditetapkan di S Jakarta, ,
Pada tanggal : I s ^ I 2006
\ Drs. SUtANTO
JENDERALPOLISI
II
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN R PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : M TAHUN 2006
TANGGAL : — I M U — 2006
KETERANGAN :
I .I
6A = TERPERIKSA PADA WAKTU PEMERIKSAAN SAKSI
1 = KETUA KOMISI 7= PENDAMPING
2 = WAKIL KEFUA KOMISI 8= BENDERA MERAH PUTIH
3 = SEKRETARIS KOMISI 9= FOTO PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI
4 = ANGGOTA KOMISI 10 = PETUGAS YANG DITUNJUK
5 = PEMBAInITU SEKRETARIS 11= PENGUNJUNG SIDANG
6 = TERPERIKSA 12 = ANGGOTA CADANGAN .
Ditetapkan di ^>rdakarta ^
Pada tanggal^ H 2006