Anda di halaman 1dari 49

MARKAS BESAR

KEPOLISIAN NEGARA REPUBUK INDONESIA


DIVISI PEMBINAAN HUKUM
Jl. Tmnojoyo No. 3 Keb. Baru Jakarta Selatan 12110 Jakarta, C? Juli 2006

No. Pol. : B/ <?P3/Vll/2006/KU/Divbinkum


Klasifikasi: BIASA
Lampiran : 2 Eksemplar
Perihal ; Penyampaian Fotocopy Peraturan
Kapolri No.7 dan No. 8 Th 2006 Kepada

Yth. DISTRIBUSI A, B DAN C


MABES POLRI

di
Tempat

SURAT-PENGANTAR

NO. ISI BANYAKNYA KETERANGAN

1. Peraturan Kapolri No. 7 Tahun 2006 1 Eksemplar Disampaikan dengan


tentang Kode Etik Profesi Kepolisian hormat untuk menjadi
Negara Republik Indonesia. maklum dan untuk
dipedomani.
2. Peraturan Kapolri No. 8 Tahun 2006 1 Eksemplar
tentang Organisasi dan Tata Kerja
Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.

A.n. KEPALA LSI PEMBINAAN HUKUM POLRI

Tembusan:
1. Kapolri M.H.
2. Wakapolri BRIGADIR JENDERAL POLISI
3. Kadivbinkum Polri.
P E R A TU R A N K E P A LA K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E SIA

NO. POL. ; 7 TA H U N 2006

TE N TA N G

K O D E ETIK P R O FESI K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E SIA

D E N G A N R A H M A T TU H A N Y A N G M A H A ESA

K E P A LA K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA ,

Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang


Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia,
perlu ditetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Mengingat: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara


Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002
Nomor 2, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168);

M EM U TU SK A N :

Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA

BAB I

t K E TEN TU A N UM UM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan;

1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota


Polri adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia.

2. Kode Etik Profesi Polri adalah norma-norma atau aturan-aturan yang merupakan
kesatuan landasan etik atau filosofis dengan peraturan perilaku maupun ucapan
mengenai hal-hal yang diwajibkan, dilarang, atau tidak patut dilakukan oleh
anggota Polri.

3. Etika ...

N
Etika Profesi Polri adalah kristalisasi nilai-nilai Tribrata yang dilandasi dan dijiwai
oleh Pancasila serta mencerminkan jati diri setiap anggota Polri dalam wujud
komitmen moral yang meliputi etika kepribadian, kenegaraan, kelembagaan, dan
hubungan dengan masyarakat.

4. Profesi Kepolisian adalah profesi yang berkaitan dengan tugas Kepolisian baik di
bidang operasional maupun di bidang pembinaan sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

5. Pembinaan Profesi adalah pembinaan anggota Polri yang diselenggarakan


melalui pendidikan dan pelatihan serta penugasan secara berjenjang di bidang
teknis Kepolisian.

6. Etika Kepribadian adalah sikap moral anggota Polri terhadap profesinya


didasarkan pada panggilan ibadah sebagai umat beragama.

7. Etika Kenegaraan adalah sikap moral anggota Polri yang menjunjung tinggi
landasan ideologis dan konstitusional Negara Republik Indonesia yaitu Pancasila
dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

8 Etika Kelembagaan adalah sikap moral anggota Polri terhadap institusi yang
menjadi wadah pengabdian dan patut dijunjung tinggi sebagai ikatan lahir batin
dari semua insan Bhayangkara dengan segala martabat dan kehormatannya.

9. Etika dalam hubungan dengan masyarakat adalah sikap moral anggota Polri yang
senantiasa memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat.

10. Komisi Kode Etik Polri adalah suatu wadah yang dibentuk di lingkungan Polri
bertugas melaksanakan pemeriksaan dalam persidangan pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri serta pelanggaran lain sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan.

B A B II

E T IK A P R O F E S I PO LR I

B agian K esatu
R uang Lin g ku p

Pasal 2

Ruang lingkup pengaturan Kode Etik Profesi Polri mencakup;


a. Etika Kepribadian;
b. Etika Kenegaraan;
c. Etika Kelembagaan;
d. Etika dalam hubungan dengan masyarakat.

Bagian
B ag ian K edua
E tika K e p rib a d ia n

P asal 3

Dalam Etika Kepribadian setiap anggota Polri wajib:


a. beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. menjunjung tinggi sumpah sebagai anggota Polri dari dalam hati nuraninya kepada
Tuhan Yang Maha Esa;
c. melaksanakan tugas kenegaraan dan kemasyarakatan dengan niat murni, karena
kehendak Tuhan Yang Maha Kuasa sebagai wujud nyata amal ibadahnya.

B agian K etig a
E tika K en eg ara an

P asal 4

Dalam Etika Kenegaraan setiap anggota Polri wajib;


a menjunjung tinggi Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 sebagai landasan ideologi dan konstitusi bangsa dan
Negara Kesatuan Republik Indonesia;

b. menjunjung tinggi kepentingan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

c. menjaga, memelihara, dan meningkatkan rasa aman dan tenteram bagi bangsa
dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;

d. menjaga keselamatan fasilitas umum dan hak milik perorangan serta menjauhkan
sekuat tenaga dari kerusakan dan penurunan nilai guna atas tindakan yang
diambil dalam pelaksanaan tugas;

e. menunjukkan penghargaan dan kerja sama dengan sesama pejabat negara dalam
pelaksanaan tugas;

f. menjaga keutuhan wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang


berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, memelihara persatuan dalam kebhinekaan bangsa dan menjunjung
tinggi kedaulatan rakyat.

B agian K e e m p a t
E tika K elem b a g aan

P asal 5

Dalam Etika Kelembagaan setiap anggota Polri wajib:


a. menjaga citra dan kehormatan lembaga Polri;
b. menjalankan tugasnya sesuai dengan visi dan misi lembaga Polri yang dituntun
oleh asas pelayanan serta didukung oleh pengetahuan dan keahlian;

c. memperlakukan ...
c. memperlakukan sesama anggota sebagai subyek yang bermartabat yang ditandai
oleh pengakuan akan hak dan kewajiban yang sama;

d. mengembangkan semangat kebersamaan serta saling mendorong untuk


meningkatkan kinerja pelayanan pada kepentingan umum;
e. meningkatkan kemampuan demi profesionalisme kepolisian.

P asal 6

Anggota Polri dalam menggunakan kewenangannya wajib berdasarkan norma hukum


dan mengindahkan norma agama, kesopanan, kesusilaan, serta nilai-nilai kemanusiaan.

P asal 7

(1) Setiap anggota Polri wajib memegang teguh garis komando dan mematuhi jenjang
kewenangan, dan bertindak berdasarkan aturan dan tata cara yang berlaku.

(2) Setiap atasan tidak dibenarkan memberikan perintah yang bertentangan dengan
norma hukum yang berlaku dan wajib bertanggung jawab atas pelaksanaan
perintah yang diberikan kepada anggota bawahannya

(3) Setiap anggota Polri wajib menolak perintah atasan yang melanggar norma
hukum dan untuk itu anggota tersebut wajib mendapatkan perlindungan hukum.

(4) Setiap anggota Polri dalam melaksanakan perintah kedinasan tidak dibenarkan
melampaui batas kewenangannya dan wajib menyampaikan pertanggungjawaban
tugasnya kepada atasan langsung.

(5) Setiap anggota Polri dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya tidak boleh
terpengaruh oleh istri/suami, anak, dan orang-orang lain yang masih terikat
hubungan keluarga atau pihak lain yang tidak ada hubungannya dengan
kedinasan.

P asal 8

(1) Setiap anggota Polri wajib menampilkan sikap kepemimpinan melalui


keteladanan, kejujuran, keadilan, ketulusan, dan kewibawaan untuk
melaksanakan keputusan pimpinan yang dibangun melalui tata cara yang berlaku
guna tercapainya tujuan organisasi.

(2) Dalam rapat/pertemuan, untuk mengambil keputusan boleh berbeda pendapat


sebelum diputuskan pimpinan dan setelah diputuskan setiap anggota wajib tunduk
dan mengamankan keputusan tersebut.

Pasal 9

Setiap anggota Polri wajib menampilkan rasa setiakawan dengan sesama anggota
sebagai ikatan batin yang tulus atas dasar kesadaran bersama akan tangging jawabnya
sebagai salah satu pilar keutuhan bangsa Indonesia, dengan menjunjung tinggi prinsip-
prinsip kehormatan sebagai berikut;
a. menyadari...
a. menyadari sepenuhnya sebagai perbuatan tercela apabila meninggalkan kawan
yang terluka, meninggal dunia, atau memerlukan pertolongan dalam pelaksanaan
tugas, sedangkan keadaan memungkinkan untuk memberi pertolongan;

b. merupakan keteladanan bagi seorang atasan untuk membantu kesulitan


bawahannya;

c. merupakan kewajiban moral seorang atasan atau bawahan untuk saling


menunjukkan rasa hormat yang tulus;

d. merupakan sikap terhormat/terpuji bagi anggota Polri apabila menghadiri


pemakaman anggota Polri dan purnawirawan Polri yang meninggal dunia;

e. selalu terpanggil untuk memberikan bantuan kepada sesama anggota Polri dan
purnawirawan Polri beserta keluarganya yang menghadapi suatu kesulitan;

f. merupakan sikap terhormat apabila tidak menyampaikan dan menyebarkan


rahasia pribadi, kejelekan teman, atau keadaan di dalam lingkungan Polri kepada
orang lain.

B agian K elim a
E tika D a lam H u b u n g an D en g an M a s y a ra k a t

P asal 10

(1) Dalam Etika hubungan dengan masyarakat anggota Polri wajib;

a. menghormati harkat dan martabat manusia melalui penghargaan serta


perlindungan terhadap hak asasi manusia;
b. menjunjung tinggi prinsip kebebasan dan kesamaan bagi semua warga
negara;
c. menghindarkan diri dari perbuatan tercela dan menjunjung tinggi nilai
kejujuran, keadilan, dan kebenaran demi pelayanan pada masyarakat;
d. menegakkan hukum demi menciptakan tertib sosial serta rasa aman publik;
e. meningkatkan mutu pelayanan pada masyarakat.
f. melakukan tindakan pertama kepolisian sebagaimana yang diwajibkan
dalam tugas kepolisian, baik sedang bertugas maupun di luar dinas,

(2) Anggota Polri wajib menghindarkan diri dari perbuatan tercela yang dapat
merusak kehormatan profesi dan organisasinya serta menjunjung tinggi nilai
kejujuran, keadilan, dan kebenaran demi pelayanan pada masyarakat
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, dengan senantiasa:
a. memberikan keterangan yang benar dan tidak menyesatkan;
b. tidak melakukan pertemuan di luar pemeriksaan dengan pihak-pihak yang
terkait dengan perkara;

c. bersikap ...
c. bersikap ikhlas dan ramah menjawab pertanyaan tentang perkembangan
penanganan perkara yang ditanganinya kepada semua pihak yang terkait
dengan perkara pidana yang dimaksud, sehingga diperoleh kejelasan
tentang penyelesaiannya;

d. tidak boleh menolak permintaan pertolongan/bantuan dari masyarakat


dengan alasan bukan wilayah hukumnya;

e. tidak mencari-cari kesalahan masyarakat;

f. tidak menyebarkan berita yang dapat meresahkan masyarakat;

g. tidak mengeluarkan ucapan atau isyarat yang bertujuan untuk


mendapatkan imbalan atas pelayanan yang diberikan kepada masyarakat.

BAB III

PENEGAKAN KODE ETIK PROFESI

P asal 11

(1) Sidang Komisi Kode Etik Polri dilakukan terhadap pelanggaran ;

a. Kode Etik Profesi Polri sebagaimana dimaksud dalam Peraturan ini;

b. Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun


2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

(2) Anggota Polri yang melakukan pelanggaran Kode Etik sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a dikenakan sanksi berupa ;
a. perilaku pelanggar dinyatakan sebagai perbuatan tercela;
b. kewajiban pelanggar untuk meminta maaf secara terbatas ataupun secara
langsung;
c. kewajiban pelanggar untuk mengikuti pembinaan ulang profesi;
'V
d. pelanggar dinyatakan tidak layak lagi untuk menjalankan profesi/fungsi
kepolisian.

Sanksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dinyatakan secara tertulis dengan
keputusan Sidang Komisi Kode Etik Polri.

(4) Pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota
Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dikenakan sanksi sesuai yang
berlaku pada Peraturan Pemerintah dimaksud.

Pasal 12
Pasal 12

(1) Penjatuhan sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ^diputuskan dalam


Sidang Komisi Kode Etik Polri.

(2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf b dilakukan di muka
sidang Komisi Kode Etik Polri atau melalui media. '

(3) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf c kewajiban untuk
mengikuti penataran/pelatihan ulang pembinaan profesi di Lembaga Pendidikan
Polri dengan biaya dari Satker Terperiksa.

(4) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d yaitu sanksi
administratif berupa rekomendasi untuk

a. dipindahkan tugas ke jabatan yang berbeda;

b. dipindahkan tugas ke wilayah yang berbeda;

c. Pemberhentian Dengan Hormat;

d. Pemberhentian Tidak Dengan Hormat.

P asal 13,
Y

Sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c
bersifat mutlak dan mengikat.

P asal 14

(1) Pemeriksaan atas pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dilakukan oleh Komisi Kode
Etik Polri.

(2) Tata Cara sidang Komisi Kode Etik Polri sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Kapolri.

P asal 15

Anggota Polri yang diputuskan pidana dengan hukuman pidana penjara minimum 3 (tiga)
bulan yang telah berkekuatan hukum tetap, dapat direkomendasikan oleh anggota
sidang Komisi Kode Etik Polri tidak layak untuk tetap dipertahankan sebagai anggota
Polri.

P asal 16

Apabila terjadi pelanggaran kumulatif antara pelanggaran disiplin dengan Kode Etik
Profesi Polri, maka penyelesaiannya dilakukan melalui sidang disiplin atau sidang Komisi
Kode Etik Polri berdasarkan pertimbangan Atasan Ankum dari terperiksa dan pendapat
serta saran hukum dari Pengemban Fungsi Pembinaan Hukum.

Pasal 17...
Pasal 17

Dalam pemeriksaan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri, Terperiksa dapat didampingi
oleh anggota Polri yang ditunjuk oleh Terperiksa.

B A B IV

K E T E N T U A N P E N U TU P

P asal 18

F'ada saat Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku,
Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. : Kep/32A/ll/2003
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicabut dan dinyatakan
tidak berlaku.

P asal 19

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku pada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di J a k a rta ^ ^
pada tanggaj,Ki^J^3w6//[ 2006
KEPALA FBLIK INDO NESIA
P E R A T U R A N K E P A LA K E P O L IS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA

NO. PO L.; % T A H U N 2006

TENTANG

O R G A N IS A S I DAN T A T A K E R JA K O M IS I K O D E ETIK
K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA

D E N G A N R A H M A T T U H A N Y A N G M A H A ESA

K E P A L A K E P O LIS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA ,

Menimbang; bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 35 ayat (2) Undang-Undang Nomor
2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu ditetapkan
Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia tentang Organisasi dan
Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia;

Mengingat: Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik


Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 2,
Tambahan Lembaran Negara Nomor 4168);

M EM UTUSKAN:

Menetapkan: PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA.

BAB I

K E T E N T U A N UM UM

Pasal 1

Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan; '


1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota Polri
adalah pegawai negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia yang mempunyai
kewenangan umum Kepolisian.

2. Komisi Kode Etik Polri yang selanjutnya disebut Komisi adalah suatu wadah yang
dibentuk di lingkungan Polri bertugas memeriksa dan menyidangkan pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri serta pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan Pasal 13
Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.

3. Pelanggaran ...
3. Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh
anggota Polri yang bertentangan dengan Kode Etik Profesi Polri.
4. Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan/atau pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah
Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri dan/atau Pasal 13 Peraturan
Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri.
5. Pendamping adalah seorang anggota Polri yang bukan anggota Komisi ataupun sebagai
Saksi yang diajukan oleh Terperiksa untuk memberikan advokasi dan pembelaan.

6. Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
pemeriksaan tentang suatu peristiwa yang berhubungan dengan perkara Terperiksa.

7. Ahli adalah orang yang memiliki keahlian tertentu yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan pemeriksaan yang berkaitan dengan pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri.
. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang kepada pejabat Polri
yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga terjadi pelanggaran Kode Etik
Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri.
9. Pengaduan adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh pihak yang berkepentingan
kepada pejabat Polri yang benwenang untuk dilakukan pemeriksaan terhadap anggota
Polri yang diduga telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang merugikan
dirinya.

BAB II

S IFA T, P E M B E N T U K A N DAN S U S U N A N

Pasal 2

(1) Komisi bersifat otonom, dibentuk berdasarkan kebutuhan dengan surat keputusan oleh
Pejabat Polri yang berwenang.

2) Pejabat Polri yang berwenang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) adalah:

a. Kapolri, berwenang membentuk Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik


Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira Tinggi Polri;

b. Pada Tingkat Mabes Polri, Kapolri melimpahkan wewenang kepada Wakapolri


untuk membentuk Komisi dengan menunjuk:
1. Irwasum Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa pelanggaran Kode
Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira Menengah Polri;

2. Kadiv Propam Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa pelanggaran


Kode Etik Profesi oleh Perwira Pertama Polri;
3. Kapus Bin Profesi Div Propam Polri sebagai Ketua Komisi untuk memeriksa
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Bintara dan
Tamtama Polri;
c. Pelanggaran ...
c. Pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Anggota Polri pada
lingkup Mabes Polri yang berpangkat Perwira Menengah Polri, Perwira Pertama
Polri, Bintara dan Tamtama yang kesatuannya berkedudukan selain di Jalan
Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan (Gedung A dan B), Wakapolri
melimpahkan wewenang kepada Kepala Kesatuan Kerja (Kasatker) di tempat
pelanggar berdinas/bertugas untuk membentuk Komisi;

d. Pada Tingkat Kewilayahan, Kapolri melimpahkan wewenang kepada Kapolda,


Kapolwil/tabes, Kapoltabes, Kapolres/tro/ta, untuk membentuk Komisi guna
memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh Perwira
Menengah Polri, Perwira Pertama Polri, Bintara, dan Tamtama Polri di
kesatuannya.

P asal 3

( 1) Anggota Komisi paling sedikit 5 (lima) orang Perwira Polri, paling banyak 7 (tujuh) orang
Perwira Polri ditambah 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai cadangan.

(2) Susunan keanggotaan Komisi terdiri dari;


a. 1 (satu) orang Ketua merangkap anggota;
b. 1 (satu) orang Wakil Ketua merangkap anggota;
c. 1 (satu) orang Sekretaris merangkap anggota;
d. 2 (dua) orang atau 4 (empat) orang Perwira Polri sebagai anggota;
e. 2 (dua) orang Perwira Polri sebagai anggota cadangan.

Sekretaris sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c, dapat menunjuk Pembantu
Sekretaris.

BAB III

T U G A S , W E W E N A N G D A N K E W A JIB A N

P asal 4

Komisi bertugas menyelenggarakan sidang untuk memeriksa pelanggaran Kode Etik Profesi
Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun
2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2
Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. '

P asal S

Komisi dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 berwenang untuk;
a. memanggil anggota Polri untuk didengar keterangannya sebagai Terperiksa:
b. menghadirkan Saksi, Ahli dan Pendamping untuk didengar keterangannya guna
kepentingan pemeriksaan;
c. mengajukan pertanyaan secara langsung kepada Terperiksa, Saksi, Ahli dan
Pendamping mengenai sesuatu yang diperlukan dan berkaitan dengan pelanggaran
yang dilakukan oleh Terperiksa;
d. memutuskan ...
d. memutuskan/menetapkan Terperiksa terbukti atau tidak terbukti melakukan pelanggaran,
e. memutuskan/menetapkan sanksi moral sebagaimana diatur dalam Pasal 11 ayat (2)
Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, jika Terperiksa terbukti melakukan
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri;
f. menjatuhkan sanksi secara alternatif atau komulatif;
g. memberikan rekomendasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (4) Peraturan
Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, apabila Terperiksa dikenakan sanksi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf d Peraturan Kapolri tentang Kode
Etik Profesi Polri.
Pasal 6

(1) Ketua Komisi berkewajiban:


melaksanakan koordinasi dengan anggota Komisi untuk mempersiapkan
pelaksanaan sidang dengan mempelajari dan meneliti berkas perkara
pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan
Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian
Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri;
b. menentukan jadwal persidangan;
c. menentukan Saksi-Saksi yang perlu didengar keterangannya;
d. memimpin jalannya sidang;
e. menjelaskan alasan dan tujuan persidangan;
f. mengatur anggota komisi untuk mengajukan pertanyaan kepada Terperiksa.
Saksi, ahli;
9- memberi kesempatan kepada Pendamping Terperiksa untuk mengajukan
pertanyaan kepada Saksi, ahli dan Terperiksa;
h. mempertimbangkan saran, pendapat baik dari anggota Komisi maupun
Pendamping untuk merumuskan putusan sidang;
menandatangani putusan sidang;
J- membacakan putusan hasil sidang;
k. menandatangani berita acara persidangan.

Wakil Ketua Komisi berkewajiban;


a. membantu kelancaran pelaksanaan tugas Ketua Komisi;
b. memimpin sidang apabila Ketua Komisi berhalangan;
c. mengkoordinasikan kegiatan dengan Sekretaris Komisi;
d. menandatangani berita acara persidangan.
(3 ) Sekretaris Komisi berkewajiban;
a. menyiapkan administrasi keperluan sidang;
b. membuat dan mengirimkan surat panggilan kepada Terperiksa, Saksi, Ahli dan
Pendamping yang diperlukan;
c. menyusun berita acara persidangan;
d. menyiapkan konsep putusan sidang;
e. menyampaikan surat putusan sidang kepada Terperiksa;
f. membuat dan mengirimkan laporan hasil sidang kepada satuan atas;
g. menandatangani berita acara persidangan.
(4) Anggota ...
(4) Anggota Komisi berkewajiban:
a. meng^ijukan pertanyaan kepada Terperiksa, Saksi, dan Ahli untuk kepentingan
pemeriksaan;
b. mengnjukan saran kepada Ketua Komisi baik diminta atau tidak;
c. mengi.-cuti seluruh kegiatan persidangan termasuk melakukan peninjauan di
lapan> lan.

(5) Anggota Cac angan berkewajiban menggantikan anggota Komisi yang berhalangan.

P asal 7

(1) Anggota Komisi yang tidak setuju terhadap putusan sidang harus tetap menandatangani
putusan sidang.

(2) Ketidaksetujuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dituangkan dalam berita acara
persidangan

B A B IV

KEANGGOTAAN

P asal 8

(1) Keanggotaai. Komisi untuk memeriksa Perwira Tinggi Polri terdiri dari;
a. Ketua : KapolriAA/akapolri.
b. Wakil Ketua ; Irwasum Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
c. Sekretaris : Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
d. Anggota : Penwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
e. Anggot a Cadangan ; Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Menengah Polri terdiri dari:

a. di tingkat Mabes Polri:


1. Ketua Irwasum Polri.
2. Wakil Ketua Kadiv Propam Polri/Perwira Tinggi Polri yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kapus Bin Prof Polri/Perwira Menengah Polri yang
ditunjuk. ^
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
Cadangan

b. di tingkat Polda/Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta
1. Ketua Wakapolda.
2. Wakil Ketua Irwasda/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk
3. Sekretaris Kabid Propam /Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.

(3) Pelaksanaan
(3) Pelaksanaan sidang Komisi terhadap Perwira Pertama dan Perwira Menengah Polri yang
ada di tingkat Polwil/tabes/Poltabes/Polres/tro/ta dapat dilaksanakan di Markas Polda,
kesatuan Terperiksa atau tempat lain yang ditunjuk.

(4) Keanggotaan Komisi untuk memeriksa Perwira Pertama Polri terdiri dari:

a. di tingkat Mabes Polri;


1. Ketua Kadiv Propam Polri.
2. Wakil Ketua Kapusbin Prof Polri/Perwira Menengah yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kabid Bin Etika Pusbin Prof Polri/ Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.

di tingkat Polda;
1. Ketua Irwasda.
2. Wakil Ketua Kabid Propam/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kasubbid Bin Prof/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.

di tingkat Polwil/tabes:
1. Ketua Wakapolwil/tabes
2. Wakil Ketua Kabag Bin/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kasubbag Min/Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira Menengah Polri yang ditunjuk.

di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta:
1. Ketua Waka Poltabes/Waka Polres/tro/ta.
2. Wakil Ketua Kabag Min/Perwira Menengah yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.

)Ota Komisi untuk memeriksa Bintara dan Tamtama Polri terdiri dari:

a. di tingkat Mabes Polri;


1. Ketua Kapus Bin Prof Polri.
2. Wakil Ketua Kabid Bin Etika Pusbin Prof Polri/ Perwira Menengah Polri
yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kasubbid Gak Etika Pusbin Prof Polri/ Perwira yang
ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk

b. di tingkat...
b. di tingkat Polda:
1. Ketua Kabid Propam.
2. Wakil Ketua Kasubbid Bin Prof /Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kaur Bin Etika/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.

c. di tingkat Polwil/tabes
1. Ketua Wakapolwil/tabes.
2. Wakil Ketua Kasubbag Propam/Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D/Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.

d. di tingkat Poltabes/Polres/tro/ta;
1. Ketua Wakapoltabes/Wakapolres/tro/ta.
2. Wakil Ketua Kabag Min/Perwira yang ditunjuk.
3. Sekretaris Kanit P3D /Perwira yang ditunjuk.
4. Anggota Perwira yang ditunjuk.
5. Anggota Cadangan Perwira yang ditunjuk.

P asal 9

Keanggotaan Komisi untuk memeriksa pelanggaran anggota Mabes Polri yang kesatuannya
berada di luar lingkungan Mabes Polri Jalan Trunojoyo No. 3 Kebayoran Baru Jakarta Selatan
(Gedung A dan B) dan Pusat Pendidikan Polri yang berada di bawah Satuan Kerja Lembaga
Pendidikan dan Pelatihan Polri, susunan anggota komisinya disesuaikan dengan struktur
organisasi masing-masing dengan mengedepankan pengemban fungsi Propam atau Pembinaan
Personel.
BAB V

M E K A N IS M E P E N A N G A N A N P E L A N G G A R A N

B agian K esatu
P e n an g a n an P e lan g g aran K o de Etik

P asal 10

(1) Penanganan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri dimulai dengan adanya laporan atau
pengaduan yang diajukan oleh;
a. masyarakat;
b. anggota Polri;
c. sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan.

(2) Penerimaan laporan atau pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan
oleh pengemban fungsi Propam di setiap jenjang organisasi Polri, yang selanjutnya
melakukan pemeriksaan pendahuluan atas laporan atau pengaduan dimaksud.
(3) Apabila ...
(3) Apabila hasil pemeriksaan pendahuluan diperoleh dugaan kuat bahwa laporan atau
pengaduan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) termasuk dalam katagori pelanggaran
Kode Etik Profesi Polri, maka pengemban fungsi Propam mengirimkan berkas perkara
serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) untuk
membentuk Komisi.

(4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran
hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan
prinsip praduga tak bersalah.

(6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan.

(7) Putusan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) berupa pemberian sanksi administratif oleh
Ketua Komisi, diajukan kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan) hari
sejak putusan sidang dibacakan.

(8) Putusan sidang Komisi bersifat final.

(9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang
membentuk.

B agian K edua
P en an g an an P e m b erh en tia n T id a k D engan H o rm at dan P e lan g g aran D isiplin

Pasal 11

(1) Penanganan pelanggaran Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor
1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri serta Pasal 13 Peraturan Pemerintah
Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri dilaksanakan apabila ada
permintaan resmi oleh atasan Terperiksa kepada fungsi Propam.

(2) Permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan berkas yang
berisi Berita Acara Pendahuluan yang menjelaskan unsur-unsur Pasal yang dilanggar,
barang bukti, Saksi yang menguatkan terjadinya pelanggaran tersebut.

(3) Atas permintaan resmi sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pengemban fungsi Propam
melakukan pemeriksaan berkas dan apabila hasil pemeriksaan diperoleh dugaan kuat
Terperiksa dapat diperiksa melalui sidang Komisi, maka pengemban fungsi Propam
segera mengirimkan berkas perkara serta mengusulkan kepada Pejabat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) untuk membentuk Komisi.

(4) Pengemban fungsi Propam sebagaimana dimaksud pada ayat (3), dapat meminta saran
hukum kepada pengemban fungsi pembinaan hukum.

(5) Dalam melaksanakan tugasnya Komisi dan pengemban fungsi Propam bekerja dengan
prinsip praduga tak bersalah.
(6) Sidang ...
(6) Sidang Komisi dilaksanakan secara cepat dan paling lambat 21 (dua puluh satu) hari kerja
sejak sidang Komisi dimulai sudah menjatuhkan putusan.

(7) Putusan sidang Komisi bersifat final.

(8) Putusan sanksi administratif berupa rekomendasi untuk dapat atau tidaknya Diberhentikan
Tidak Dengan Hormat atau Dengan Hormat dari dinas Polri (PTDH dan PDH) diajukan
oleh Ketua Komisi kepada Kepala Kesatuan Terperiksa paling lambat 8 (delapan)
hari sejak putusan sidang dibacakan.

(9) Komisi berakhir setelah penyerahan hasil putusan sidang kepada pejabat yang
membentuk.

BAB VI

H A K D A N K E W A JIB A N T E R P E R IK S A

P asal 12

(1) Terperiksa berhak:


a. mengetahui susunan keanggotaan Komisi sebelum pelaksanaan sidang;
b. menunjuk Pendamping;
c. menerima dan mempelajari isi berkas perkara baik sendiri-sendiri maupun
bersama-sama dengan Pendamping, paling lambat 3 (tiga) hari sebelum
dilaksanakan sidang;
d. mengajukan pembelaan;
e. mengajukan Saksi dalam proses pemeriksaan maupun persidangan;
f. menerima salinan putusan sidang, 1 (satu) hari setelah putusan dibacakan;
g. mengajukan keberatan dalam bentuk tertulis dengan batas waktu paling lambat 7
(tujuh) hari setelah menerima salinan putusan dari sidang.
(2) Terperiksa berkewajiban:
a. memenuhi semua panggilan;
b. menghadiri sidang;
c. menjawab semua pertanyaan yang diajukan oleh Ketua dan anggota Komisi;
d. memberikan keterangan untuk memperlancar jalannya sidang Komisi;
e. menaati semua ketentuan yang dikeluarkan oleh Komisi serta berlaku sopan.
(6) Terperiksa yang tidak memenuhi panggilan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
harus memberikan keterangan yang patut dan wajar.

BAB VII

T A T A T E R T IB P E R S ID A N G A N

Pasal 13

(1) Sidang Komisi dilaksanakan di Markas Kepolisian atau di tempat lain yang ditentukan dan
terbuka untuk umum.

(2) Ruangan ...


(2) Ruangan untuk kelengkapan persidangan meliputi:

a. ruang sidang;
b. ruang tunggu anggota Komisi;
c. ruang tunggu Terperiksa dan Pendamping;
d. ruang tunggu Saksi.

(3) Perlengkapan ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, terdiri dari:

a. meja sidang diberi alas berwarna hijau, dengan susunan berbentuk "U” atau segaris:
b. kursi sidang untuk anggota Komisi, Pembantu Sekretaris, Terperiksa, Pendamping,
Saksi, dan pengunjung;
c. palu sidang dan kelengkapannya;
d. papan nama anggota Komisi (Ketua, Wakil Ketua, Sekretaris, dan Anggota) dan
Pendamping;
e. bendera Merah Putih yang dipasang di sebelah kanan dan sejajar dengan kursi
Ketua Komisi;
f. foto Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia.

(4) Denah ruang sidang sebagai berikut:

a. Ketua Komisi berada di depan bagian tengah;


b. Wakil Ketua Komisi berada di samping kanan Ketua Komisi;
c. Sekretaris Komisi berada di samping kiri Ketua Komisi;
d. anggota Komisi berada di kanan Wakil Ketua Komisi dan sebelah kiri Sekretaris
Komisi;
e. Terperiksa berhadapan dengan Ketua Komisi;
f. Pembantu Sekretaris di sisi kiri Terperiksa;
g. Pendamping berada di sisi kanan Terperiksa;
h. pengunjung di belakang Terperiksa/Saksi.

(5) Bentuk denah ruang sidang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) disesuaikan dengan
kondisi ruangan dalam bentuk “segaris” atau “U”.

Pasal 14

(1) Sidang dilaksanakan dengan khidmat dan tertib.

(2) Pakaian dalam persidangan:


a. anggota Komisi memakai PDU-4;
b. Pembantu Sekretaris memakai PDH;
c. Terperiksa memakai PDH;
d. Pendamping memakai PDU-4;
e. Saksi dari anggota Polri memakai PDH;
f. Saksi yang bukan anggota Polri memakai pakaian bebas rapi.

(3) Acara sidang, denah ruang sidang, administrasi, format surat-surat, dan hal-hal yang
berkaitan dengan pelaksanaan sidang sesuai dengan lampiran yang merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dengan Peraturan ini.
BAB V I I I ...
11

BAB VIII

A C A R A P E R S ID A N G A N T A N P A K E H A D IR A N T E R P E R IK S A

P asal 15

(1) Sidang Komisi tetap dapat dilaksanakan tanpa dihadiri oleh Terperiksa setelah dipanggil
secara sah.

(2) Sidang Komisi dilaksanakan sesuai mekanisme yang diatur dalam Pasal 10, sedangkan
yang dijadikan bahan pemeriksaan adalah berkas perkara Terperiksa, surat-surat yang
berkaitan, keterangan Saksi/Ahli yang dapat dihadirkan.

(3) Sidang Komisi tetap memberikan putusan sidang walaupun Terperiksa tidak hadir dalam
persidangan.

BAB IX

A D M IN IS T R A S I

Pasal 16

(1) Putusan Sidang Komisi dapat diumumkan kepada masyarakat.

(2) Salinan putusan Sidang Komisi dikirimkan kepada.


a. di tingkat Mabes Polri
1. Irwasum Polri 1 (satu) berkas
2. De SDM Kapolri 1 (satu) berkas
3. Kadiv Propam Polri 1 (satu) berkas
4. Kadiv Binkum Polri 1 (satu) berkas
5. Atasan Langsung Terperiksa 1 (satu) berkas

b. di tingkat Kewilayahan
1. Irwasda 1 (satu) berkas
2. Karo Pers Polda 1 (satu) berkas
3. Kabid Propam Polda 1 (satu) berkas
4. Kabid Binkum Polda 1 (satu) berkas
5. Atasan Langsung Terperiksa 1 (satu) berkas

P asal 17

(1) Salinan Putusan Sidang Komisi disampaikan kepada pejabat yang membentuk
Komisi.

(2) Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Sidang Komisi atas sanksi


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (2) huruf a dan b Peraturan Kapolri
tentang Kode Etik Profesi Polri merupakan tanggung jawab Kepala Kesatuan
Terperiksa, sedangkan terhadap sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat
(2) huruf c dan d Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri, Kepala Kesatuan
Terperiksa berkewajiban untuk memproses secara administratif kepada Pejabat Polri
yang berwenang.
(3) B ia y a ...
(3) Biaya penyelenggaraan Sidang Komisi dibebankan kepada anggaran Polri.

(4) Penyelenggaraan keamanan Sidang Komisi dipertanggungjawabkan kepada Kepala


Kesatuan setempat dirnana sidang dilaksanakan.

BABX

K E T E N T U A N P E R A L IH A N

P asal 18

Pada saat Peraturan ini mulai berlaku :


a. Keputusan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. Pol. ; Kep/33A/ll/2003
tentang Tata Cara Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia,
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

b. Pelanggaran-pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang dilakukan oleh anggota Polri yang
sedang diperiksc dan belum mendapat keputusan nukuman Kode Etik Profesi Polri yang
tetap, penyelesaiannya berlaku ketentuan yang lama.

. BA B XI

K E T E N T U A N P E N U TU P

, P asal 19 ^

Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia ini mulai berlaku oada tanggal
ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta:— . ,
pada tanggal-^^ . A . 3 ; ; ^ V. 2006

K E P A L A ^ f^ u il/^ .N E R E B O B L IK IN D O N E S IA

.. V T -?
Drs. S tT M N T O
y,;4ENOER/»L P O L IS I
LAMPIRAN

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NO. POL. : g TAHUN 2006

TENTANG

ORGANISASI DAN TATA KERJA KOMISI KODE ETIK


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
B E N T U K DAN A D M IN IS T R A S I

B E R K A IT A N D E N G A N

P E L A K S A N A A N S ID A N G K O M IS I K O D E ETIK

K E P O L IS IA N N E G A R A R E P U B L IK IN D O N E S IA

A. LAPORAN (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI).

B. LAPORAN (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN


2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN
BAGI ANGGOTA POLRI).

C. PENGADUAN (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI).

D. BERITA ACARA PENDAPAT (PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI)

E. BERITA ACARA PENDAPAT (PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH


NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN
DISIPLIN BAGI ANGGOTA POLRI).

SURAT USULAN PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI


(PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI).

SURAT USULAN PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI


(PELANGGARAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003
TENTANG PEMBERHENTIAN ANGGOTA POLRI PERATURAN PEMERINTAH
NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN BAGI ANGGOTA
POL

SURAT KEPUTUSAN TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK POLRI.

DAFTAR NAMA KEANGGOTAAN KOMISI KODE ETIK POLRI.

J. ACARA SIDANG KOMISI KODE ETIK.

K. TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA (PELANGGARAN KODE ETIK


PROFESI POLRI).
L. TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA (PELANGGARAN PERATURAN
PEMERINTAH NOMOR 1 TAHUN 2003 TENTANG PEMBERHENTIAN
ANGGOTA POLRI PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 2 TAHUN 2003
TENTANG PERATURAN DISIPLIN BAGI ANGGOTA POLRI).

M. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI


(TIDAK TERBUKTI).

N. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI


(TERBUKTI DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE
ETIK PROFESI POLRI).

O. KEPUTUSAN KOMISI KODE ETIK TENTANG PUTUSAN SIDANG KOMISI


(TERBUKTI DAN PENJATUHAN SANKSI TERHADAP PELANGGARAN KODE
ETIK PROFESI POLRI)

P. SURAT TENTANG SARAN PERTIMBANGAN PEMBERHENTIAN TIDAK


DENGAN HORMAT.

Q. DENAH RUANG SIDANG KOMISI (BENTUK SEGARIS).

R. DENAH RUANG SIDANG KOMISI (BENTUK “U”).


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN A PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : f l TAHUN 2006
■■ ■ TANGGAL : 1 2006

KOPSTUK

LAPORAN
No. ; ......... /........ /200..../.

Identitas yang dilaporkan


Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan

Identitas pelapor
. Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan

Nama, alamat saksi

2.

Isi laporan ;
.......................................................... ......................... ......................................... .

Tuduhan pelanggaran ..................... ......................................... ..... - ------------------


Melanggar Pasal ... ....... Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di ....-........................................ .

................. tanggal...............
Pelapor

Ditetapkan di ■„..Ja}n9T\a
Pada tanggiij'f^ 2006

KEPALA KEPOLI$rAN N UBLIK INDONESIA

M i

•OLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN B f^RATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : ^ TAHUN 2006
TANGGAL : l ja L L _______2006

KOPSTUK

LAPORAN
No. Pol. : ........./........ /200..../.

Identitas yang dilaporkan


Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan

Identitas pelapor
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan

Nama, alamat saksi


1. ............... . ' ..............

2 ..........................

Isi laporan ;

Tuduhan pelanggaran .................................................................................. i............


Melanggar Pasal............ Peraturan Pemerintah Nomor............... tahun 2003 tentang

Demikian laporan ini dibuat dengan sebenarnya di .................................. :...............

, tanggal
Pelapor

Ditetapkan jdi^“T'”Jakacta
Pada ta n j^ L ^ ;^ ^ 2006
K E P A IA K ^ O U S iA N ^ U B U K INDONESIA
“N, m i /

t
prsvSLn^NTO
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN C PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BE.SAR NO. POL. : ^ TAHUN 2006
TANGGAL : l -lu L l 2006
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL ; t 2006

KOPSTUK

BERITA ACARA PENDAPAT

Pada hari in i................ tanggal................................................................. saya :

Pangkat..................... N rp ............................. Jabatan........................................ Kesatuan


....................................... berdasarkan perintah..................................................................
Pangkat................................ N rp ......................... tanggal................................................
untuk memeriksa pelanggaran.......................................................yang dilakukan oleh
N am a......................... Pangkat.......................................Jabatan.......................................
Kesatuan...................................... .. setelah membaca dan mempelajari serta meneliti
Berkas Perkara pemeriksaan atas nama :

I. KETERANGAN TERPERIKSA
1. Bahwa terperiksa menerangkan

2. Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksa :


a. Lahir di ...............................................................................
b. Pendidikan Umum : ........................................................
- Tam at ................................. T a h u n ...................... di
- Dst
c. Pendidikan Kepolisian :
- Tam at d a r i.......................... T a h u n .......................di
- Dst
d. Riwayat pekerjaan :
- Pada ta h u n .......................... Bekerja di.......................
- Dst

II. KETERANGAN SAKSI


1. Nama............................ , Umur.................. , Pekerjaan
Alamat...........................
menerangkan bahwa

/2. Nama
LAMPIRAN D PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. ; fi TAHUN 2006
TANGGAL : l. :luLi 2006

2. Nama............................. Umur.............. , Pekerjaan


Alamat...........................
menerangkan bahwa

III. BARANG BUKTI :


1 .....................................................
2......................................................

IV . KESIMPULAN:
1. Bahwa terperiksa berdasarkan bukti-bukti
2. Dst

V. PENDAPAT :
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam
Berita Acara Pemeriksaan serta barang-barang bukti yang ada, cukup alasan
menyangka bahwa Terperiksa Nama .......................... Pangkat .........................
Nrp .......................... , Jabatan ......................................., Kesatuan .....................,
Alam at...............................................................................................................................
telah melakukan perbuatan ......................... . melanggar Pasal .......................
. Koae Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia. "

Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya, mengingat


sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani
d i ..................... pada h a ri......................tanggal........................... tah u n ..........................

MENGETAHUI YANG MEMBUAT


BERITA ACARA PENDAPAT

Ditetapkan di .Jakarta
Pada tangg§Pf^Jj:i7. P x J U L l 2006

K E P A L A ^ E R & IS rA N NEGAR/\ J^PC i B U K INDONESIA


A, .
r.-.::;
:■ '’H '
V' .'T' 'i .rii- -
Drs:SUTANTO
X JiND©^
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN E PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. . TAHUN 2006
TANGGAL : l J t lL l 2006

KOPSTUK

BERITA ACARA PENDAPAT

Pada hari in i................ tanggal................................................................. saya :

Pangkat..................... N rp ............................. Jabatan........................................ Kesatuan


....................................... berdasarkan perintah..................................................................
Pangkat................................ N rp ......................... tanggal.................................................
untuk memeriksa pelanggaran.......................................................yang dilakukan oleh
N am a......................... Pangkat.......................................Jabatan.......................................
Kesatuan...................................... , setelah membaca dan mempelajari serta meneliti
berkas perkara pemeriksaan atas nama :

1. KETERANGAN TERPERIKSA
1. Bahwa terperiksa menerangkan

2. Riwayat hidup dan Riwayat pekerjaan terperiksa :


a. Lahir di ...............................................................................
b. Pendidikan Umum : ........................................................
- Tam at ................................. T a h u n ...................... di
- Dst
c. Pendidikan Kepolisian :
- Tam at d a r i.......................... T a h u n .......................di
- Dst
d. Riwayat pekerjaan :
- Pada ta h u n .......................... Bekerja di......................
- Dst

II. KETERANGAN SAKSI


1. N am a........................... , Umur.................. . Pekerjaan
Alamat ........................
menerangkan bahwa ;

/2. Nama
LAMPIRAN E PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : U lU U 2006

2. Nama......................................... . Umur.. Pekerjaan


Alamat......................................................
menerangkan bahwa :.........................

III. BARANG BUKTI ‘


1.
2.

IV . KESIM PULAN:
1. Bahwa Terperiksa berdasarkan bukti-bukti.................................. ;..........
2. Dst

V. P EN D A P A T:
Berdasarkan keterangan Terperiksa dan keterangan saksi-saksi dalam
Berita Acara Pemeriksaan se:ta barang-barang bukti yang ada, cukup alasan
menyangka bahwa terperiksa n a m a ............... Pangkat..................N rp ...................,
Jabatan..................................... , Kesatuan....................., Alam at...............................
telah melakukan perbuatan ......................, melanggar Pasal ................................
Peraturan Pemerintah Nom or.............. tahun 2003 tentang.....................................

Demikian Berita Acara Pendapat ini dibuat dengan sebenarnya, mengingat


sumpah jabatan yang ada sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani
d i .................. pada h a ri........................ tanggal.............................. ta h u n .........................

MENGETAHUI YANG MEMBUAT


BERITA ACARA PENDAPAT

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggpl"’'”' r Juki 2006

KEPALA1<ER0LI5IAN n PUBUK INDONESIA


/. '-■f'.’'

\ -V '., /
V-'i N. Drs. SUTANTO
\ JENDERM . POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN F PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : 1TU LI 2006

KOPSTUK

No. Pol R/......../ ........ /200... /.. .200.


Klasifikasi RAHASIA
Lampiran Satu berkas
Perihal Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik Polri untuk memeriksa
Kepada

Yth.

Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. P ol.:................... ........................
b. Berita Acara Pendapat tanggal..........................................
Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil
pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada
butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ............. ,
Pangkat.........Nrp................ , Jabatan............, Kesatua.n............ ,
telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
berupa .................. , sebagaimana diatur dalam Pasal ...............
Peraturan Kapolri tentang Kode Etik Profesi Polri.
Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan
Kapolri tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri,
dengan ini diusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara dimaksud.
Demikian untuk menjadikan maklum.
KEPALA

□'tetapkan di Jakarta
Pada tanggal l JuL( 2006

KEPADA KEPOLISIAN NE UBLIK INDONESIA

JENDERAiJ POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN G PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR f>IO. POL. : f i TAHUN 2006
TANGGAL : 1 ,IU L \ 2006

KOPSTUK

No. Pol : R /......... / ......... /2 0 0 .../....


.......... , .............. 200.
Klasifikasi : RAHASIA
Lampiran : Satu berkas
Perihal : Usulan pembentukan Komisi Kode
Etik Polri untul: memeriksa
Kepada
Yth.
di

Rujukan :
a. Laporan/Pengaduan No. P o l.:..............................................
b. Berita Acara Pendapat ta n g g al............................................
Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas dan hasil
pemeriksaan awal terhadap laporan/pengaduan tersebut pada
butir 1 di atas, kami berpendapat bahwa Nama ................ ,
P a n g k a t............. Nrp............ , Jabatan .........., Kesatuan ............ ,
telah melakukan pelanggaran sebagaimana diatur dalam
Pasal .................... Peraturan Pemerintah Nomor ....................
tahun 2003 te n ta n g .......................................................

Berdasarkan ketentuan Pasal 3, Pasal 8 dan Pasal 9 Peraturan


Kapolri tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri,
dengan ini diusulkan pembentukan Komisi Kode Etik Polri untuk
melakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap perkara dimaksud.

Demikian untuk menjadikan maklum. ,


, KEPALA .......................................

Ditetapkan (jk'f^^Jal^arta x
Pada tanggal Y • ' 2006
KEPALi^^t^^D^SIAN INDONESIA

Drs. SUgf^NTO
j e n d e r a l ) POUSI
LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
TANGGAL : ---------U M U — 2006

KOPSTUK

SURAT - KEPUTUSAN
No. Pol. : Skep / / / 200..

tentang

PEMBENTUKAN KOMISI KODE ETIK


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPALA KEPOLISIAN

Menimbang Bahwa perlu dibentuk Komisi Kode Etik Polri di


Kesatuan ........ untuk memeriksa/menyidangkan perkara atas
n a m a ................ P an g kat............... Nrp ............. J a b a ta n .............
Kesatuan ................ guna tertib administrasi pelaksanaannya,
dipandang perlu menetapkan Surat Keputusan.

Mengingat 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisiar


Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol. : ............... Tahun ...............
tentang Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republil»
Indonesia.
3. Peraturan Kapolri No. Pol. : .......................T a h u n .....................
tentang Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etil«
Kepolisian Negara Republik Indonesia.

Memperhatikan 1. Laporan/pengaduan.................................................................
2. Surat Kepala ............. No. Pol. : ......... tanggal ........... perihal
Usulan pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
MEMUTUSKAN:

Menetapkan 1. Membentuk Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik


Indonesia di Kesatuan .................. , dan menunjuk anggota
Polri yang nama, Pangkat, Nrp, Jabatan Kesatuan tercantum
dalam Lampiran Surat Keputusan ini, sebagai anggota Komisi
Kode Etik Polri untuk memeriksa pelanggaran atas nama ......
P angkat.........Nrp ........ Jabatan .... Kesatuan ....
/2. Pemeriksaan ....
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN I PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL : H TAHUN 2006
■■ ■ TANGGAL : 1 J itU I 2006

S
KOPSTUK
LAMPIRAN SKEP KA.....
‘ No. Pol. : SKEP/ / 200...
TANGGAL • ...200...

DAFTAR NAMA ANGGOTA KOMISI KODE ETIK


KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JABATAN
NAMA PANGKAT/NR?
STRUKTURAL DALAM KOMISI

1. KETUA MERANGKAP ANGGOTA


2. WAKIL KETUA MERANGKAP ANGGOTA
3. SEKRETARIS MERANGKAP ANGGOTA
4. ANGGOTA
5. ANGGOTA

6. ANGGOTA (CADANGAN)

7. ANGGOTA (CADANGAN)

Ditetapkan di :
Pada tanggal :
KEPALA KEPOLISIAN.

Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal > : 1 / 2006

KEPALA KEPOLISIAN NEGAR PUBUK INDONESIA

‘ " -
Drs. SUTANTO
JE N D E R A i POLISI
LAMPIRAN H PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. ; R TAHUN 2006
TANGGAL : \ JULI 2006

NO. POL. : SKEP/ / /200....


TANGGAL 200....

2. Pemeriksaan dalam Sidang Komisi mempedomani Tata Cara


Sidang Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik Indonesia.
3. Melaporkan hasil Putusan Sidang Komisi Kode Etik Polri pada
kesempatan pertama.
Denoan catatan :
Apabila dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam
Surat Keputusan ini akan diadakan pembetulan sebagaimana
mestinya.

SALINAN Surat Keputusan ini disampaikan kepada :


1.............................
2............................
3 ...........................

PETIKAN Surat Keputusan ini diberikan kepada yang bersangkutan


untuk diketahui dan diindahkan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di : ....
Pada tanggal : ....
KEPALA KEPOUSIAN.

Ditetapkan di : Jakarta
Pada tanggaL 1 2006

KEPAL^iK^POLISIAN 'P U B U K INDONESIA


i / ....... »
/: - - 7

Drs. SIX1\ANT0
JENPERAL POLISI
V
LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : K TAH’JN 2006
TANGGAL : \JUL( 2006

11, Putusan sidang komisi diambil secara musyawarah dan bersifat terbatas serta
ditandatangani oleh Ketua Komisi beserta seluruh anggota Komisi;

12, Bentuk Keputusan Sidang Komisi sesuai dengan format terlampir;

13, Keputusan Sidang Komisi dibacakan dan disampaikan kepada Terperiksa oleh
Ketua Komisi dalam persidangan;

14, Apabila Ketua Komisi menganggap proses pemeriksaan dalam Sidang Komisi
Kode Etik Polri telah selesai seluruhnya, maka Ketua Komisi menutup sidang
dengan menyatakan: "Sidang Komisi yang memeriksa Terperiksa, nama......
p a n g k a t..... NRP,..., ja b a ta n ....... kesatu an .........dengan resmi ditutup" diikuti
dengan ketukan palu 3 (tiga) kali.

Ditetapkan di ; Jakarta
Pada tanggai-^‘"T"' [ Jit U| ______________
2006

KEPAI^'^KEpOOSlAN INDONESIA

i l \
Drs. ^^TANTO
JENDERM POLISI
\ '
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN J PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. ; TAHUN 2006
TANGGAL ; _ u t m — 2006

URUTAN ACARA SIDANG

1. Anggota Komisi mengambil tempat yang telah ditentukan di ruangan sidang.

2. Ketua Komisi membuka sidang dengan mengucapkan "salam" dilanjutkan


dengan kalimat: "Pada hari ini .... tanggal .... bulan .... tahun ...... , sidang
Komisi Kode Etik Polri memeriksa dugaan pelanggaran Kode Etik Profesi Polri
dan/atau pelanggaran terhadap Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 Peraturan
Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Polri
dan/atau Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang
Peraturan Disiplin Anggota Polri atas nama .......... Pangkat ........ NRP........,
Jabatan.......... Kesatuan...........dengan resmi dibuka dan terbuka untuk umum"
diikuti dengan ketukan palu 3 (tiga) kali;

3. Ketua Komisi memerintahkan Sekretaris untuk memanggil Terperiksa dan


Pendamping agar memasuki ruangan sidang (dalam pelaksanaannya Sekretaris
dapat meminta bantuan kepada petugas yang ditunjuk);

4. Ketua Komisi menanyakan Identitas Terperiksa dan Pendamping tentang nama


lengkap, umur, pangkat, NRP, jabatan dan kesatuan sesuai data yang ada
pada berkas perkara.

Ketua Komisi memerintahkan Sekretaris Komisi membacakan tuntutan


terhadap Terperiksa;

6. Ketua Komisi mengatur mekanisme pemeriksaan dalam sidang;

7. Apabila p e rta n ia n anggota Komisi tidak dijawab oleh Terperiksa, maka Ketua
Komisi tetap meneruskan sidang serta memperingatkan Terperiksa bahwa hal
itu dapat merugikan dirinya sendiri;

8. Apabila persidangan perlu ditunda, maka Ketua Komisi menyatakan "Sidang


ditunda dan akan dilanjutkan pada hari..... . tanggal ..... ,bulan..... . tahun..... ,
ja m ..... bertempat d i ........ ", diikuti dengan ketukan palu 1 (satu) kali;

9. Ketua Komisi melanjutkan persidangan dengan menyatakan: 'Sidang


dilanjutkan k e m b a l i d i i k u t i dengan ketukan palu 1 (satu) kail;

10. Apabila pemeriksaan yang dilaksanakan oleh Komisi telah dianggap cukup,
maka Ketua Komisi memberikan kesempatan kepada Terperiksa untuk
mengadakan pembelaan diri secara lisan/tertulis atau Terperiksa mengajukan
pembelaan dirinya melalui Pendamping;

/ 1 1 . Putusan.....
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA U W iR A M K PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL : K TAHUN 2006
TANGGAL : ___ l..-4.LtkJ___ 2006

KOPSTUK

TUNTUTAN TERHADAP TERPERIKSA


No.Pol.: T u ty ...... / ......../ .....

Yang terhormat Ketua Komisi Kode Etik Profesi Polri,


Dimohon dengan hormat untuk menyidangkan dugaan pelanggaran ................ .
atas n a m a .................., Pangkat........................ N r p ..................... , Jab atan .......................
Kesatuan.......................... , Karena :
a. Pada ta n g g al.........................................................................................
b. Pe^'buatan terperiksa tersebut telah dikuatkan dengan keterangan para saksi,
yaitu :
1) Nama .......................... .
2) Nama ............................
3) Dst ............................
c. Sedangkan barang bukti berupa ................................................. diajukan untuk
menguatkan tuntutan dalam persidangan ini.

Perbuatan terp)eriksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan
Kode Etik Profesi Polri yaitu P asal..........................................................................................
Demikian tuntutan ini disampaikan untuk digunakan dalam persidangan ini.

Selaku
SEKRETARIS KOMISI

Ditetapkan dj'''’;o4a , ,
Pada t a n g ^ ^ 4^1^ 2006
K E P A L A ^'s^duSlAN^Ni^' JBLIK INDONESIA

V \ s u tanto
< ^ > -> jiN p ^ A r e u S I
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN L PE ATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. f . TAHUN 2006
TANGGAL 2006

KOPSTUK

TUNTUTAN 1 ERHADAP TERPERIKSA


N o .P o l:T u t/......./ ....... / ........

Yang terhormat Ketua Komisi Kode Etik Profesi Polri,


Dimohon dengan hormat untuk menyidangkan dugaan pelanggaran ........................
atas n a m a .................... P a n g k a t................... , N r p .......................... J a b a ta n ...................
Kesatuan ......................... , Karena :
a. Pada ta n g g al...... ..................................................................................
b. Perbuatan terperiksa tersebut telah dikuatkan dengan keterangan para saksi,
yaitu :
1) Nama ............................
2) Nama ............................

3) Dst ............................
c. Sedangkan barang bukti berupa ................................................. diajukan untuk
menguatkan tuntutan kami dalam persidangan ini.
Perbuatan terperiksa telah dapat dikenakan unsur-unsur yang ada pada ketentuan
Pasal.........Peraturan Pemerintah N o m o r tahun 2003 te n ta n g ......................
Demikian tuntutan ini sampaikan untuk digunakan dalam,persidangan ini.

Selaku
SEKRETARIS KOMISI

Ditetapkan di Jakarta \
Pada tanggal 2006
KEPALA KEPOLISIAN NE PUBLIK INDONESIA

Drs. SUTANTO
JENDERAL POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
MARKAS BESAR NO. POL. : R TAHUN 2006
TANGGAL ;_____ L J iiU ____ 2006

KOPSTUK

KEPUTUSAN K O M IS I KODE ETIK POLRI


No. Pol. : Kep/................ / .............. /2 0 0 ...

tentang

PUTUSAN SIDANG KOMISI

KOMISI KODE EHK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Peraturan Kapolri No. Pol. : .....Tahun ...... tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol.:......... Tahun ............ tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala ......... No. Pol.: Skep/........ /..../2 0 0 ..
tanggal..............tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
Membaca : 1 Laporan/pengaduan N om or................ta n g g a l............... mengenai
pelanggaran anggota Polri atas nama..........................

2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Menimbang ; Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap Terperiksa


dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti
yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa :

/. MEMUTUSKAN.....
LAMPIRAN MPE RATURAN KAPOLRI
NO. POL. : k\ TAHUN 2006
TANGGAL : i ju L i— 2006

LAMPIRAN KEPUTUSAN KOMISI KODE FHK FOLRl


NO. POL. : KEP/ f /200..
TANGGAL : 200..

M EM U T U S K A N
Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan

Tidak terbukti melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara Republik
Indonesia.

Ditetapkan d i :
Pada ta n g g al:

KOMISI KODE EHK POLRI


SEKRETARIS
KETUA

ANGGOTA

Ditetapkan di,^..irrtlak§^
Pada tanggdK vGTj^O/,/'i 1 | 2006

k e p a l /JK^TOLISIAN NEG^Ha R | p 1IBLIK INDONESIA

i' ^ i -'lmV'*l,
^1\
. Drs: s'iJta 'n t o
7 X w : -UENDER^JPOLISI
X ' -^ f l:;
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. ; H TAHUN 2006
TANGGAL : 1 ■ J iW — 2006

KOPSTUK

KEPUTUSAN K O M IS I KODE ETIK POLRI


No. Pol. : Kep/................ / .............. /2 0 0 ....

tentang

PUTUSAN SIDANG KOMISI

KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Peraturan Kapolri No. Pol. ;............. Tahun.... tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
2. Peraturan Kapolri No. Pol. :........... Tahun ............ tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
3. Surat Keputusan Kepala ......... No.Pol.: Skep/........ /..../2 0 0 ..
tanggal..............tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri.
Membaca ; 1 Laporan/pengaduan N o m o r............. ta n g g a l.................. mengenai
pelanggaran anggota Polri atas n a m a ................................................
2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap Terperiksa


dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti
yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa :

/. MEMUTUSKAN.....
2 LAMPIRAN N PERATURAN KAPOLRI
NO. POL. : /V TAHUN 2006
TANGGAL : l^ L I 2006

LAMPIRAN KEPUTUSAN KOMISI KODE FHK POLRI


NO. POL. : KEP/ / /200...
TANGGAL : 200....

MEMUTUSKAN:
Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
Terbukti telah melakukan pelanggaran Kode Etik Profesi Kepolisian Negara
Republik Indonesia sebagaimana diatur dalam Pasal......yo Pasal......... Kode
Etik Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Menjatuhkan sanksi berupa ........................................................... ..... ...... .........

Ditetaokan d i:
Pada tanggal :
KOMISI KODE ETIK POLRI
SEKRETARIS KETUA

ANGGOTA

Ditetapkan Jaka^a
Pada tangg3)^ToL !:s 1 ’^ } U L ( 2006
/ ... ■'4' „i :
kepalX k| p (5usiian BLiK INDONESIA

hi
!
% • 's , Drs. SUTANTO
\ ■■■'A'.
JENDERi^ POLISI
r <■ -•

MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006


TANGGAL : ___1 r M U ___ 2006

KOPSTUK

KEPUTUSAN K O M IS I KODE E T IK POLRI


No. Pol. : Kep/................/ ............. /200...

tentang

PUTUSAN SIDANG KOMISI

KOMISI KODE ETIK KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia n o m o r..............tahun


2003 te n ta n g ..............................................................................
2. Peraturan Kapolri No. Pol. :.............Tahun ... tentang Kode Etik
Profesi Kepolisian Negara Republik Indonesia.

3. Peraturan Kapolri No. Pol. : ........T a h u n ........tentang Organisasi


dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Kepolisian Negara Republik
Indonesia.
4. Surat Keputusan Kepala ......... No.Pol.: Skep/....... /..../200..
tanggal..............tentang Pembentukan Komisi Kode Etik Polri.

Membaca : 1 Laporan N o m o r............ tanggal ..............mengenai pelanggaran


anggota Polri atas n a m a .........................................................................
2. Surat-surat lain yang berhubungan dengan perkara tersebut.

Menimbang : Bahwa setelah dilakukan sidang pemeriksaan terhadap Terperiksa


dan mendengar keterangan saksi-saksi serta memeriksa barang bukti
yang diajukan dalam perkara ini, disimpulkan bahwa :

/. MEMUTUSKAN
NO. POL. : k TAHUN 2006
TANGGAL J---------L ^ S tU ____ 2006

^ LAMPIRAN KEPUTUSAN KOMISI KODE FnK POLRI


^ NO. POL. : KEP/________ i _________ /200...
TANGGAL 200...

M EM U T U S K A N :

Terperiksa :
Nama
Pangkat/Nrp
Jabatan
Kesatuan
1. Terbukti telah melakukan pelanggaran...................sebagaimana diatur dalam
Pasal.........Peraturan Pemerintah N om or............ tahun 2003 te n ta n g ..................
2. Menjatuhkan sanksi berupa ____ ________ ___ __________________________

Ditetapkan d i : ..............’ ........................


Pada ta n g g al: ........................................
KOMISI KODE ETIK POLRI
SEKRETARIS
KETUA

ANGGOTA

( ....... ....... )

r )

....... )

Ditetapkan di _
Pada tangggji^^yOUS/^'^^^ti L | 2006

KEPALA4<El^dj^lA ^ NE ^UBUK INDONESIA

JENDERAI^ POLISI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN P PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO.POL : TAHUN 2006
----------------------------------------------------------------- Ta n g g a l : i 2006

KOPSTUK . 200...
No. Pol R/........./ ........./200... /KKEP
Klasifikasi RAHASIA
Lampiran Satu berkas
Perihal Saran pertimbangan pem­
berhentian tidak dengan hormat. Kepada

Yth. KEPALA KEPOLISIAN

di

1. R ujukan:
a. Peraturan Pemerintah N om or...... tahun 2003 te n ta n g .......
b." Keputusan Komisi Kode Etik Polri No. P o l.: K e p /..... / .......
/2 0 0 ... ta n g g al................tentang Putusan Sidang Komisi.
2. Sehubungan dengan rujukan tersebut di atas, bahwa setelah
dilakukan Sidang pemeriksaan terhadap anggota Polri,
N a m a ................ P angkat............... Nrp................ , J a b a tan .........
Kesatuan.........., kami berpendapat bahwa yang bersangkutan
telah memenuhi unsur-unsur yang ada pada ketentuan
P a s al.......... Peraturan Pemerintah n o m o r..............tahun 2003
te n ta n g .............
3. Berdasarkan ketentuan Pasal 4 Peraturan Kapolri tentang
Organisasi dan Tata Kerja Komisi Kode Etik Polri, dengan ini
kami menyarankan agar terhadap anggota P olri, N a m a ....... ,
P angkat......... N r p ..........., J a b atan ..........., Kesatuan.............,
diberhentikan tidak dengan hormat dari dinas Polri.
4. Demikian untuk menjadikan maklum.
KETUA KOMISI KODE EH K POLRI

Ditetapkan dUi-rdakacte
Pada tangg^ -; ,)L / L 2006
K E P A ^ J ^ F W ^ IA N X E C UK INDONESIA

L - 'V ' ^ m
Drs. SUTANTO
JE N D E R A t PO USI
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN Q PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : H TAHUN 2006
- - TANGGAL : 1 2006

DENAH RUANGAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI


(BEMTUK SEGARIS)

f’

KETERANGAN:
I..I
6A= TERPERIKSA PADA WAKTU PEMERIKSAAN SAKSI
1 = KETUA KOMISI 7 = PENDAMPING
2 = WAKIL KETUA KOMISI 8 = BENDERA MERAH PUTIH
3 = SEKRETARIS KOMISI 9 = FOTO PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI
4 = ANGGOTA KOMISI 10 = PETUGAS YANG DITUNJUK
5 = PEMBANTU SEKRETARIS 11 = PENGUNJUNG SIDANG
6 = TERPERIKSA 12 = ANGGOTA CADANGAN

Ditetapkan di S Jakarta, ,
Pada tanggal : I s ^ I 2006

KEPALA KEPOUSIAN N E O ^ A JBLIK INDONESIA

\ Drs. SUtANTO
JENDERALPOLISI
II
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN R PERATURAN KAPOLRI
MARKAS BESAR NO. POL. : M TAHUN 2006
TANGGAL : — I M U — 2006

DENAH RUANGAN SIDANG KOMISI KODE ETIK POLRI


(BENTUK "U')

KETERANGAN :
I .I
6A = TERPERIKSA PADA WAKTU PEMERIKSAAN SAKSI
1 = KETUA KOMISI 7= PENDAMPING
2 = WAKIL KEFUA KOMISI 8= BENDERA MERAH PUTIH
3 = SEKRETARIS KOMISI 9= FOTO PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN RI
4 = ANGGOTA KOMISI 10 = PETUGAS YANG DITUNJUK
5 = PEMBAInITU SEKRETARIS 11= PENGUNJUNG SIDANG
6 = TERPERIKSA 12 = ANGGOTA CADANGAN .

Ditetapkan di ^>rdakarta ^
Pada tanggal^ H 2006

KEPALAKepolisian ne(5ar PUBLIK INDONESIA

Anda mungkin juga menyukai