Anda di halaman 1dari 68

HUKUM PIDANA

DR. LAILATUL MUSTAQIMAH, S.H.,M.H


HUKUM PIDANA
PERTEMUAN I
Reading Material (Literatur)
 UUD 1945
 KUHP
 Peraturan Perundang-Undangan Hukum Pidana
 Buku Teks:
 Lailatul Mustaqimah, Dasar- Dasar Hukum Pidana, Pena Persada, Yogyakarta, 2021
 Andi Zainal Abidin Farid, Hukum Pidana I, Sinar Grafika, Jakarta 2007
 Andi Hamzah, Asas-Asas Hukum Pidana, PT. Yarsif Watapone, Jakarta, 2005
 Andi Hamzah, Delik-Delik Tertentu (Speciale Delicten), di Dalam KUHP, Sinar Grafika, Jakarta 2009
 Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Hukum Pidana (Perkembangan Konsep Baru), Kencana Prenada
Media Group, Jakarta 2008
 Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya, Bandung 1997
 Moeljatno, Asas-asas Hukum Pidana, Rineka Cipta, Jakarta, 2002
 Muladi dan Barda Nawawi, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung 1989
 Sudarto, Hukum dan Hukum Pidana, Alumni Bandung, 1986
• Pengertian Hukum Pidana
PENGANTAR

• Jenis-Jenis Hukum Pidana


• Fungsi dan Tujuan Hukum Pidana
• Sejarah Hukum Pidana di Indonesia dan Sumber Hukum
Pidana di Indonesia
• Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia
• Hubungan Ilmu Hukum Pidana dengan Ilmu-ilmu Lainnya
POSISI KEILMUAN
Di indonesia mengadopsi sistem hukum Eropa Kontinental yang berasal dari Hindia Belanda.

Dapat dilihat dari sumber hukum pidana yang telah di kodifikasi : KUHP/WvS (Wetboek van
Straftrecht)

Secara keilmuan, mengenal adanya:


• Hukum Pidana – Hukum Perdata, Hukum Acara Pidana – Hukum Acara Perdata. Dan Hukum Tata Negara – Hk PTUN –Hk Adm Negara, serta Hukum
dagang - Hukum Bisnis
• Hukum Lingkungan - hukum Sumber Daya Alam

Pada dasarnya bidang keilmuan hukum yang hakiki, ada tiga:


• Hukum Pidana, Hukum Perdata, Hukum Tata Negara
• Tiga dasar bidang keilmuan hukum tersebut yang melahirkan banyak hukum – hukum lainnya :

Hukum Pidana -> Hk Acara Pidana -> TIPIKOR


• Hukum Perdata -> Hk Acara Perdata -> Hk Dagang
• Hukum Tata Negara -> Hk Adm Negara ->Hk PTUN

Sejatinya, banyak ilmuwan hk yg membedakan lebih konkrit konteks, Hukum Pidana, dan Hk Perdata
1 DEFINISI HUKUM PIDANA

2 DELIK

3 PEMIDANAAN
ALASAN PEMBENAR, ALASAN PEMAAF
4
& ALASAN PENGHAPUS PENUNTUTAN

5 AZAS-AZAS HUKUM PIDANA

6 KRIMINOLOGI

6
PIDANA
• Pidana adalah penderitaan yang • Di dalam KUHP yang sekarang berlaku
jenis-jenis pidana yang dapat diterapkan
sengaja dibebankan kepada seperti yang tercantum pada pasal 10 KUHP,
orang yang melakukan yaitu dalam hukuman pokok dan hukuman
perbuatan yang memenuhi tambahan, sebagai berikut:

syarat- syarat perbuatan itu. • Yang termasuk hukuman pokok: hukuman


mati, hukuman penjara,hukuman kurungan
• Di dalam hukum pidana dan hukuman denda.
modern, pidana ini meliputi • Yang termasuk hukuman tambahan:
”tindakan tata tertib” pencabutan hak- hak tertentu, perampasan
(tuchtmaatregel). barang- barang tertentu dan pengumuman
keputusan hakim.
DEFINISI HUKUM PIDANA
☼ IUS PONEALE ☼
Dengan “perbuatan yang memenuhi syarat-
Menurut MEZGER hukum pidana dapat didefinisikan sebagai berikut :
syarat tertentu” itu dimaksudkan perbuatan
“aturan hukum, yang mengikatkan kepada suatu perbuatan yang
yang dilakukan orang, yang memungkinkan
memenuhi syarat- syarat tertentu suatu akibat yang berupa pidana”.
adanya pemberian pidana.

Perbuatan semacam itu dapat disebut


hukum pidana berpokok pangkal pada : “perbuatan yang dapat dipidana” atau
disingkat “perbuatan jahat”.

1. 3. Pengertian “hukum Oleh karena itu dalam perbuatan jahat


Perbuatan yang pidana” tersebut juga tersebut harus ada orang yang melakukannya,
2. Pidana.
memenuhi syarat dikenal dengan “Ius maka persoalan tentang ”perbuatan tertentu”
tertentu; poneale”. itu diperinci menjadi 2 yaitu:

1. 2. orang
perbuatan yang yang melanggar
dilarang dan; larangan itu.
Selain IUS PONEALE ada IUS
PUNIENDI

Ius puniendi dapat diartikan secara luas


dan sempit :

Dalam arti sempit 


Dalam arti luas  Hak
Hak untuk menuntut
dari negara atau alat- Jadi hak puniendi
perkara- perkara
alat perlengkapan adalah hak
pidana, menjatuhkan
negara untuk Hak ini dilakukan oleh mengenakan pidana,
dan melaksanakan
mengenakan atau badan peradilan. dan ius puniendi harus
pidana terhadap orang
mengancam pidana berdasarkan pada ius
yang melakukan
terhadap perbuatan poneale.
perbuatan yang
tertentu.
dilarang.
HUKUM PIDANA
DR. LAILATUL MUSTAQIMAH, S.H.,M.H
HUKUM PIDANA
PERTEMUAN II
NO TOKOH DEFINISI
1. SIMONS Kesemuanya perintah2 & larangan2 yg diadakan o/ negara & yg diancam dgn suatu
nestapa (pidana) bg barang siapa yg tdk mentaatinya, kesemuanya aturan-aturan yg
menentukan syarat-syarat bg akibat hukum itu & kesemuanya aturan2 u/ mengadakan
(menjatuhi) & menjalankan pidana tsb.
SIMONS melakukan pembagian hukum pidana sbb :
1. Hk. Pidana subjektif >< Hk. Pidana objektif
 Hk. Pidana subjektif  hak dr negara u/ mengaitkan pelanggaran thd suatu peraturan
dgn hukuman yg disebut ius poeniendi.
 Hk. Pidana objektif  hukum pidana yg berlaku atau hukum pidana positif yg disebut
ius poenale.
2. Hk. Pidana material >< Hk. Pidana formal
 Hk. Pidana material  memuat ketentuan2 serta rumusan dr suatu tindak pidana,
ketentuan2 mengenai pertanggungjawaban pidana, ketentuan2 mengenai pelaku &
ketentuan2 mengenai pidana
 Hk. Pidana formal  mengatur ttg cara2 mewujudkan hak memidana & menjalankan
pidana
3. Hk. Pidana termasuk hukum publik (>< VAN KAN, PAUL SCHOLTEN, LOGEMAN,
LEMAIRE, UTRECHT)
 Dalam meperbandingkan individu2 dgn masyarakat negara, penerapan hk. Pidana
hanya dilakukan apabila kepentingan masyarakat menuntutnya
 Pertanggungjawaban hk. Pidana tetap & tdk berubah, sekalipun perbuatan tsb
dilakukan a/ permintaan dr yg terkena tindakan

13
NO TOKOH DEFINISI
2. POMPE Semua aturan hukum yg menetukan thd tindakan apa yg
seharusnya dijatuhkan pidana & apa macam pidana-nya yg
bersesuaian.

3. SUTHERLAND The criminal law in turn is defined conventionally as a body of


& CRESSEY specific rules regarding human conduct which have been
promulgated by political authority which apply uniformly to all
members of the classes to which the rules refer, and which are
enforced by punishment administrated by the state.

4. Mr. J.M. VAN HUKUM PIDANA MATERIIL tdr a/ tindak pidana yg disebut
BEMMELEN berturut-turut, peraturan umum yg dpt diterapkan thd perbuatan
itu, & pidana yg dpt diancamkan thd perbuatan itu.
HUKUM PIDANA FORMIL mengatur cara bagaimana acara
pidana seharusnya dilakukan & menentukan tata tertib yg harus
diperhatikan pd kesempatan itu.

14
NO TOKOH DEFINISI
5. WIRJONO HUKUM PIDANA ialah Peraturan hukum mengenai pidana.
PROJODIKORO PIDANA  hal yg dipidanakan, yaitu o/ instansi yg berkuasa
dilimpahkan kpd seorang oknum sbg hal yg tdk enak dirasakannya
& jg hal yg tdk sehari-hari dilimpahkan.
Unsur pokok hukum pidana  Norma (larangan atau aturan) & sanksi a/
pelanggaran norma tsb berupa ancaman hukuman pidana, &
bahwa dasar dr segala hukum ialah rasa keadilan.
Pembidangan hukum pidana :
1. Hukum pidana materiil, yaitu isi drpd hukum pidana sbb :
 penunjukan & gambaran dr perbuatan2 yg diancam dgn hk.
Pidana;
 penunjukan syarat umum yg harus dipenuhi agar perbuatan itu
mrpk perbuatan yg pembuatnya dpt dihukum pidana;
 penunjukan orang atau badan hukum yg pd umumnya dpt dihukum
pidana;
 penunjukan jenis hukuman pidana yg dpt dijatuhkan.
2. Hukum pidana formil, yaitu hukum acara pidana yg berkaitan erat
dgn diadakannya hukum pidana, o/ krn itu, mrpk suatu rangkaian
peraturan yg memuat cara bagaimana badan2 pemerintah yg
berkuasa, yi kepolisian, kejaksaan & pengadilan harus bertindak
guna mencapai tujuan negara dgn mengadakan hukum pidana

15
NO TOKOH DEFINISI
6. PROF. MOELJATNO Hukum pidana adalah bagian dr hukum yg mengadakan dasar & aturan2 u/ menentukan :
 Perbuatan2 mana yg tdk boleh dilakukan, yg dilarang dgn diserta ancaman sanksi brp
suatu pidana ttt, bg barang siapa yg melanggar larangan tsb;
Kapan & dalam hal apa kpd mereka yg telah melanggar larangan2 itu dpt dikenakan atau
dijatuhi pidana sebagaimana yg telah diancamkan;
Dgn cara bagaimana pengenaan pidana itu dpt dilaksanakan apabila ada orang yg
disangka telah melanggar larangan tsb.

7. Mr. TIRTAAMIDJAJA HUKUM PIDANA MATERIIL adalah kumpulan aturan hukum yg menentukan pelanggaran
pidana, menetapkan syarat-syarat bagi pelanggaran pidana u/ dpt dihukum, menunjukkan
orang yg dpt dihukum & menetapkan hukuman a/ pelanggaran pidana.
HUKUM PIDANA FORMIL adalah kumpulan aturan hukum yg mengatur cara
mempertahankan hukum pidana materiil thd pelanggaran yg dilakukan o/ orang2 ttt, atau dgn
kata lain, mangatur cara bagaimana hukum pidana materiil diwujudkan sehingga diperoleh
keputusan hakim serta mengatur cara melaksanakan keputusan hakim.

8. SATAUCHID Sejumlah peraturan2 yg mrpk bahagian dr hukum positif yg mengandung larangan2 &
KARTANEGARA keharusan2 yg ditentukan o/ negara atau kekuasaan lain yg berwenang u/ menentukan
peraturan2 pidana, & apabila hal ini dilanggar timbullah hak dr negara u/ melakukan tuntutan,
menjalankan pidana & melaksanakan pidana.

16
• Tuntutan
Hukum Pidana -> PUBLIC -> • Benar dan Salah
• Melalui Pengadilan
Negeri
(Menyangkut Hajat Hidup Orang • Negara Mewakili Hak
Korban yang
Banyak) Dirugikan

• Gugatan
• Menang dan kalah
• Melalui Pengadilan
Hukum Perdata -> PRIVATE -> Negeri dan Agama
• Pihak yang
(Menyangkut Hajat Hidup Pribadi dirugikan
menggunakan
Antar orang dgn orang, orang dirinya sendiri untuk
meminta keadilan
Dan masyarakat)
JENIS – JENIS HUKUM PIDANA

Dikodifikasikan-Tidak
Materiel-Formil Umum-Khusus
dikodifikasikan

Internasional-
Nasional-Lokal Tertulis-Tidak Tertulis
Nasional

Hk Obyektif (Ius
Poenale)-Hk Subjektif
(Ius Puniendi)
JENIS HUKUM PIDANA
Materiel-Formil

Materiel-Formil
• Sumber Hk: KUHP
• Berlaku di Indonesia: Tahun 1946 (setelah kemerdekaan RI) dgn UU
No 1 Th 1946
• Merupakan warisan kolonial belanda diberlakukan di indonesia sjk 1
Jan 1918
• Sumber lain: UU Khusus (Korupsi, Narkotika, dll)
• Ada sanksi pidana, pertanggungjawaban pidana, dan tindak pidana
JENIS HUKUM PIDANA
Hukum Pidana Formil di Indonesia

Hukum Pidana Formil di Indonesia


• Sumber Hk: KUHAP
• Mengatur ttg tata cara proses peradilan di
Indonesia meliputi penyidikan, penuntutan, dan
peradilan
• Berlaku Tahun 1981, dgn UU No 8 Tahun 1981
FUNGSI HUKUM PIDANA

Melindungi Kepentingan Hukum


orang/masyarakat/negara dari perbuatan yang
hendak menyeranganya, dengan cara
mengancam dengan sanksi berupa pidana bagi
org lain, karena demikian hk pidana harus
dianggap sebagai ultimum remedium (sarana
terakhir jk hk lain tidak mampu)
TUJUAN HUKUM PIDANA

Aliran Klasik (Beccaria, JJ Rousseau,


Montesquieu), melindungi individu
dari kekuasaan penguasa
Aliran Modern: Melindungi
individu/masyarakat dari kejahatan
Sejarah Pembentukan KUHP
Sejarah Pembentukan KUHP
Crimineel Wetboek Voor Het Koninkrijk Holland,  tahun 1795, berlaku 1809-1811

Code Penal (Perancis, Napeleon Bonaparte), berlaku 1811-1886

Wetboek Van Straftrecht Nederlansch, dibuat 1881, berlaku 1886

Wetboek Van Straftrecht Nederlansch Indie (WvSNI),  berlaku 1 Jan 1918

Wetboek Van Straftrecht (WvS) (KUHP),  UU No 1 Tahun 1946 ttg Peraturan Hk Pidana
Indonesia UU No 73 Th 1958 memberlakukan UU No 1 Tahun 1946 utk Seluruh Wilayah
Indonesia
SUMBER HUKUM PIDANA INDONESIA

Sumber hukum tertulis dan terkodifikasi


misalnya UU 1/1946 (KUHP) atau UU 8/1981
(KUHAP) Sumber hukum tertulis tetapi tidak
• KUHP Sistematika KUHP, sbb: terkodifikasi (tersebar ke dalam peraturan
• Buku I Aturan Umum Pasal 1-103, Bab I-IX per-UU-an yang lain). Misalnya UU Korupsi,
• Buku II Kejahatan, Pasal 104-488, Bab X-XXXXI UU Psikotropika, UU Narkoba, UU Pencucian
• Buku III Pelanggaran, Pasal 489-569, Bab XXXXI- Uang.
XXXXXX

Sumber hukum tidak tertulis dan tidak


terkodifikasi: hukum adat.
HUKUM PIDANA
DR. LAILATUL MUSTAQIMAH, S.H.,M.H
HUKUM PIDANA
PERTEMUAN III
10 Menit
Buka KUHP, Bacalah
Pada Pasal 1 sampai
dengan Pasal 10
ASAS – ASAS HUKUM PIDANA

Asas
Asas Personal
Asas Asas Perlindungan Asas
(Nasionalitas
Legalitas Teritorial (Nasionalitas Universal
Aktif )
Pasif)
ASAS LEGALITAS

Tercantum dalam Pasal 1 ayat (2)


KUHP “Tiada suatu perbuatan
Tujuannya : memberikan jaminan
yang dapat dipidana kecuali atas
Nullum delictum nulla poena sine kepada orang untuk tidak
kekuatan aturan pidana dalam
praevia lege poenali diperlakukan sewenang-wenang
perundang-undangan yang telah
oleh alat penegak hk
ada, sebelum perbuatan di
lakukan”
ASAS TERITORIAL

Asas ini diatur juga dalam Kitab Undang- Perluasan dari Asas Teritorialitas diatur dalam
Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu dalam pasal 3 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan
pasal 2 KUHP yang menyatakan : “Ketentuan pidana perundang-undangan Indonesia berlaku
pidana dalam perundang-undangan Indonesia bagi setiap orang yang di luar wilayah
diterapkan bagi setiap orang yang melakukan Indonesia melakukan tindak pidana didalan
suatu tindak pidana di Indonesia”. kendaraan air atau pesawat udara Indonesia”.
ASAS PERSONAL
(NASIONALITAS AKTIF)

Apabila warganegara Indonesia melakukan ke-jahatan meskipun terjadi di luar Indonesia,


pelakunya dapat dikenakan hukum pidana Indonesia, apabila pelaku kejahatan yang hanya
dapat dikenakan hukum pidana Indonesia—-sedangkan perbuatan pidana yang dilakukan
warganegara Indonesia di negara asing yang telah menghapus hukuman mati, maka hukuman
mati tidak dapat dikenakan pada pelaku kejahatan itu, hal ini diatur dalam pasal 6 KUHP.\
ASAS PERLINDUNGAN
(NASIONALITAS PASIF)

Tolak pangkal pemikiran dari asas perlindungan adalah Kepentingan nasional tersebut ialah:
bahwa setiap negara yang berdaulat wajib melindungi
• Keamanan ideologi negara, pancasila dan haluan Negara;
kepentingan hukumnya atau kepentingan nasionalnya. • Keamanan perekonomian;
Ciri utamanya adalah Subjeknya berupa setiap orang • Keamanan pelayaran dan penerbangan terhadap pembajakan
tidak terbatas pada warga negara saja, selain itu tidak
tergantung pada tempat, ia merupakan tindakan-
tindakan yang dirasakan sangat merugikan kepentingan
nasional indonesia yang karenanya harus dilindungi.
ASAS UNIVERSAL

Asas universal adalah asas yang menyatakan setiap orang


yang melakukan perbuatan pidanan dapat dituntut
undang-undang hukum pidana Indonesia di luar wilayah
Negara untuk kepentingan hukum bagi seluruh dunia.
Belajar singkat penerapan asas hukum pidana dalam
pembuktiannya pada Hukum Acara Pidana bersama Prof Eddy
(Buatlah Kesimpulan)
HUKUM PIDANA
DR. LAILATUL MUSTAQIMAH, S.H.,M.H
HUKUM PIDANA
PERTEMUAN IV
Hukum Pidana sebagai Hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan yang
dilarang oleh Undang-Undang dan berakibat diterapkannya hukuman bagi
siapa yang melakukannya dan memenuhi unsur-unsur perbuatan yang
disebutkan dalam Undang-Undang Pidana. Seperti perbuatan yang dilarang
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Undang-Undang Korupsi,
Undang-Undang HAM dan lain sebagainya

Sifat Hukum Tempat Hukum


Pidana Pidana
Sifat Melawan Hukum diartikan syarat umum dapat
dipidananya suatu perbuatan sebagaimana definisi
perbuatan pidana yakni kelakuan manusia yang termasuk
dalam rumusan delik, bersifat melawan hukum dan dapat
dicela.

(Sifat Melawan Hukum)


Sifat Hukum Pidana
Kata "melawan hukum" dicantumkan dalam rumusan delik.
Dengan demikian, sifat melawan hukum merupakan syarat
tertulis untuk dapat dipidananya suatu perbuatan.

Sifat Melawan Hukum formal mengandung arti


semua unsur dari rumusan delik telah dipenuhi.
1. Pertama, dari sudut perbuatannya
mengandung arti melanggar atau
membahayakan kepentingan hukum yang
hendak dilindungi oleh pembuat UU dalam
rumusan delik.
Sifat Melawan Hukum material mengandung
dua pandangan.
2. Kedua, dari sudut sumber hukumnya, sifat
melawan hukum mengandung pertentangan
dengan asas kepatutan, keadilan, dan hukum
yang hidup di masyarakat
Masalah perbuatan pidana,

Masalah
Tempat Hukum Pidana
kesalahan/pertanggungjawaban
(Sifat Melawan Hukum)
pidana serta

Masalah pidana dan pemidanaan.


Perbuatan Pidana
• perbuatan yang dilarang oleh suatu
aturan hukum, yang diancam
dengan pidana.

Pertanggungjawaban Pidana Pidana


• Meneruskan hukuman yang secara objektif ada
pada perbuatan pidana secara subjektif
• suatu penderitaan yang sengaja
terhadap pembuatnya. Pertanggungjawaban dijatuhkan/diberikan oleh negara pada
pidana ditentukan berdasarkan pada kesalahan seseorang atau beberapa orang sebagai
pembuat dan bukan hanya dengan dipenuhinya akibat hukum (sanksi) baginya atas
seluruh unsur tindak pidana. perbuatannya yang telah melanggar
larangan hukum pidana.

Pemidanaan
• suatu proses atau cara
untuk menjatuhkan hukuman atau
sanksi terhadap orang yang telah
melakukan tindak kejahatan maupun
pelanggaran.
Hubungan Ilmu Hukum Pidana KRIMINOLOGI
dengan ilmu-ilmu lainnya
VIKTIMOLOGI

SOSIOLOGI

FILSAFAT HUKUM

POLITIK HUKUM

ILMU FORENSIK

PENOLOGI

STATISTIK
KRIMINOLOGI

Etiologi kriminal
(menentukan sebab-
sebab dari kejahatan)
dan politik kriminal
(menemukan cara-cara
pemberantasannya.
VIKTIMOLOGI
Mempelajari tentang
korban termasuk hub
antara korban dan
pelaku serta interaksi
antara korban dgn
Kejahatan dan
menyangkut hub
korban dgn sistem
peradilan
SOSIOLOGI HUKUM

Memusatkan perhatian
pada sebab timbulnya
peraturan pidana
tertentu, serta
efektifitasnya dalam
masyarakat
FILSAFAT HUKUM
Merenungkan nilai-
nilai hk pidana,
berusaha
merumuskan, dan
menyerasikan nilai-
nilai yang
berpasangan, tetapi
mungkin
bertentangan.
POLITIK HUKUM
Tindakan memilih
nilai-nilai dan
menerapkan nilai-nilai
tersebut di dalam
kenyataan
ILMU FORENSIK
Berkaitan dengan
kedokteran forensik
yang mempelajari hal
ikhwal manusia atau
organ manusia dengan
hakikatnya peristiwa
kejahatan
PENOLOGI
Mempelajari mengenai
masalah dan sarana-
sarananya tentang cara
perlakuan/pemidanaan
terhadap pelaku kejahatan
sehingga dalam hk pidana
sangat strategis karena
menentukan dalam
berhasilnya pemberian
sanksi kepada pelaku.
Sanksi apa yang tepat
untuk pelaku, serta
bagaimana
pelaksanaannya dalam
hukum pidana menjadi
sasaran penologi.
STATISTIK
Melakukan pengamatan
masal dengan
menggunakan angka-
angka yang merupakan
salah satu pendorong
perkembangan ilmu
pengetahuan sosial abad
ke-17 agar dapat
mengetahui
perkembangan kejahatan
yang terjadi di masyarakat
seperti perkembangan
antara tingkat pencurian
dengan tingkat kenaikan
harga gandum terdapat
kesejajaran (positif).
HUKUM PIDANA
DR. LAILATUL MUSTAQIMAH, S.H.,M.H
HUKUM PIDANA
PERTEMUAN V
DELIK
ISTILAH DELIK
• Asal kata : delictum (latin); delict (Jerman); delit (Perancis); delict
(Belanda).
• KBBI (Kamus Bebas Bahasa Indonesia)  Delik = tindak pidana
• PROF. MOELJATNO  delik = perbuatan pidana
• E. UTRECHT  delik = peristiwa pidana
• MR. TIRTAAMIDJAJA  delik = pelanggaran pidana
• Para pakar hukum pidana yg lain : VAN HAMEL, SIMONS  delik =
strafbaar feit

57
NO TOKOH DEFINISI
1. KBBI Delik = tindak pidana  Perbuatan yg dpt dikenakan hukuman
krn mrpk pelanggaran thd UU; tindak pidana

2. PROF. Delik = perbuatan pidana  Perbuatan yg dilarang oleh suatu


MOELJATNO aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sangsi) yg
berupa pidana ttt, bagi barang siapa yg melanggar larangan tsb,
asal saja dalam pada itu diingat bahwa larangan ditujukan kpd
perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yg ditimbulkan o/
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidananya ditujukan kpd
orang yg menimbulkan kejadian itu.

3. E. UTRECHT Delik = peristiwa pidana  yg ditinjau adalah adalah peristiwa


(feit) dari sudut hukum pidana.
Peristiwa itu sendiri adalah suatu pengertian yg konkrit yg hanya
menunjuk kpd suatu kejadian yg ttt saja, misalnya : kematian.
Lanjutan …... DEFINISI DELIK

NO TOKOH DEFINISI
4. VAN Delik = strafbaar feit  kelakuan orang (menselijke
HAMEL gedraging) yg dirumuskan dalam wet, yg bersifat
melawan hukum, yg patut dipidana (strafwaardig) &
dilakukan dgn kesalahan.

5. SIMONS Delik = strafbaar feit  kelakuan (handeling) yg


diancam dgn pidana, yg bersifat melawan hukum, yg
berhubungan dgn kesalahan & yg dilakukan o/
orang yg mampu bertanggung-jawab

59
Kesengajaan sbg Maksud
SKEMA UNSUR – UNSUR DELIK (Oogmerk)
Kesengajaan dgn
KESENGAJAAN Keinsafan Pasti
(DOLUS) (Opzet als
Zekerheidsbewustzijn)
Kesengajaan dgn
Keinsafan Akan
Kemungkinan (Dolus
UNSUR Evantualis)
SUBJEKTIF Tak Berhati-hati
KEALPAAN Dapat Menduga
UNSUR (CULPA)
Kelalaian
DELIK
Perbuatan Aktif atau
PERBUATAN
UNSUR Positif (Act)
MANUSIA
OBJEKTIF Perbuatan Patif atau
AKIBAT Negatif (Omission)
PERBUATAN
SIFAT MELAWAN HUKUM (WEDERRECHTELIJKHEID)
& DAPAT DIHUKUM
KEADAAN-KEADAAN
(CIRCUMSTANCES)
MACAM – MACAM DELIK
• Pembedaan antara KEJAHATAN dengan
PELANGGARAN,
Menurut WIRJONO PROJODIKORO, antara
keduanya tdp perbedaan kuantitatif, dimana
kejahatan pd umumnya diancam dgn pidana yg lebih
berat drpd pelanggaran

61
Pembedaan Delik-Delik Lainnya :

NO DASAR MACAM DELIK


PEMBEDAAN
1. Cara 1. Delik formal  yg dirumuskan adl tindakan yg dilarang (beserta
Perumusannya hal/kedaan lainnya) dgn tidak mempersoalkan akibat dr tindakan
itu, ex : 160 (penghasutan), 209 (penyuapan), 247 (sumpah palsu),
362 (pencurian)
2. Delik material  selain dilakukannya tindakan yg terlarang tsb,
masih harus ada akibat yg timbul krn tindakan itu, baru dpt
dikatakan telah terjadi tindak pidana tsb sepenuhnya (voltooid), ex :
338 (pembunuhan), 378 (penipuan)

2. Cara Melakukan 1. Delik komisi  tindakan aktif (active handeling) yg dilarang yg u/


Tindak Pidana pelangarannya diancam pidana, ex : dilarang membunuh (338),
dilarang mencuri (362), dilarang berzina (284)
2. Delik omisi  tindakan pasif (passive handeling) yg diharuskan,
yg jika tidak melakukannya diancam dgn pidana, ex : 224
(keharusan jd saksi), 164 (wajib melaporkan kejahatan ttt)
3. Delik campuran  tindakan yg mrpk campuran delik komisi &
delik omisi, ex : 306 (membiarkan seseorang yg wajib
dipeliharanya yg berakibat matinya orang itu); 194 (seorang
penjaga palang pintu KA yg tdk menutup pintu palang KA ketika KA
lewat sehingga mengakibatkan kecelakaan KA & matinya orang)
62
NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK
3. Ada/ Tidaknya 1. Delik mandiri (zelfstandige delicten)  jk tindakan yg dilakukan
Pengulangan/ Kelanjutan itu hanya 1 kali, u/ mana petindak dipidana, ex : mencuri sepeda,
menganiaya seseorang;
2. Delik berlanjut (voortgezette delicten)  jk tindakan yg sama
berulang dilakukan & mrpk atau dapat dianggap sbg kelanjutan
tindakan semula, ex : Ayah yg setiap hari memukuli anaknya, sopir
yg setiap malam mengemudikan mobil tanpa lampu;
Delik ini erat kaitannya dengan Ps.64 KUHP ttg “gabungan tindak
pidana”

4. Berakhir atau 1. Delik berakhir (aflopende delict)  tindakan sudah sempurna


Berkesinambungannya (vooltoid), jk petindak telah melakukan suatu tindakan terlarang
Suatu Delik menurut UU
2. Delik berkesinambungan atau berkesiterusan (voortdurende
delict)  dalam beberapa hal, tindakan yg terlarang menurut UU
tsb dilakukan secara berkesinambungan atau berjalan terus
dengan sendirinya.
Ex :
 Perampasan kemerdekaan seseorang (333), perampasan
kemerdekaan itu sendiri jk tdk diteruskan adalah delik berakhir.
 Penyertaan pd perusahaan judi (303)
 Penyertaan pd perkumpulan terlarang (169)

63
NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK
5. Tindakan Terlarang tsb mrpk 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)  .
Kebiasaan dr Petindak atau 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex : kebiasaan u/
tidak mencari nafkah dgn memudahkan pencabulan antara orang lain
(296), kebiasaan penadahan (481)

6. Pada Tindak Pidana itu 1. Delik biasa  ex : 362 (pencurian biasa), 338 (pembunuhan biasa)
Ditentukan Keadaan yg 2. Delik dikualifisir (diperberat)  ex : 363 terhadap 362
Memberatkan atau (pencurian), 340 terhadap 338 (pembunuhan)
Meringankan Pidana 3. Delik diprivilisir (diperingan)  ex : 341 terhadap 338
(pembunuhan anak), 308 terhadap 305 & 306 (seorang ibu yg
meninggalkan anaknya

Pd delik2 (2) & (3) mempunyai unsur2 yg dipunyai delik (1), disamping
unsur keadaan yg memberatkan pidana u/ (2) & unsur keadaan yg
meringankan pidana u/ (3).
7. Bentuk Kesalahan Petindak 1. Delik kesengajaan (Delik Dolus)  diperlukan adanya
kesengajaan, ex : Ps. 338 (pembunuhan), 354 (sengaja melukai
berat orang lain)
2. Delik kealpaan (Delik Culpa)  orang sudah dpt dipidana bila
kesalahannya itu berbentuk kealpaan, ex : 359 (kealpaan yg
menyebabkan matinya orang), 360 (kealpaan yg menyebabkan
orang lain luka berat)

64
NO DASAR PEMBEDAAN MACAM DELIK
8. Tindakan Terlarang tsb 1. Delik bersahaja (enkel voudige delict)
mrpk Kebiasaan dr
Petindak atau tidak 2. Delik kebiasaan (samengestelde delict)  ex : kebiasaan u/
mencari nafkah dgn memudahkan pencabulan antara orang
lain (296), kebiasaan penadahan (481)

9. Apakah Tindak Pidana itu 1. Delik umum


Mengenai Hak Hidup (het
bestaan) Negara, 2. Delik politik
Ketatanegaraan atau Delik politik murni  ex : pemberontakan, penggulingan
Pemerintahan Negara pemerintah)
Delik politik campuran  ex : mencuri dokumen negara
Delik politik koneksitas  ex : menyembunyikan senjata api
10. Perbedaan Subjek 1. Delik khusus (delict propria)  subjek dr delik khusus hanya
orang2 atau golongan ttt sbg petindak dr dr tindak pidana
khusus ybs.
subjek dr delik khusus  ex : PNS, militer, dll
2. Delik umum (commune delicten)  subjek dr delik umum
dlm KUHP pd umumnya dirumuskan dgn “barang siapa”, yaitu
siapa saja (setiap orang) sebagaimana ditentukan Ps. 2 s.d. 9
KUHP

65
NO DASAR MACAM DELIK
PEMBEDAAN
11. Cara Penuntutan 1. Delik aduan
Petindak hanya dpt dituntut krn adanya aduan
2. Delik yg penuntutannya krn jabatan
Petindaknya dituntut o/ petugas, krn memang u/ itulah ia
ditugaskan, tdk perlu ada aduan

66
TUGAS
(Akhir Pertemuan)

Carilah 2 kasus yang


menjelaskan bahwa ada
delik kesalahan dan Diketik dengan Font Times
kesengajaan, jabarkan New Roman, 12, spasi 1,5.
analisisnya dan apa Minimal 10 halaman dan
perbedaan antara 2 kasus dijilid.
tersebut.

67

Anda mungkin juga menyukai